ANALISIS PRODUKTIFITAS PETANI PADI PENANGKAR BENIH DENGAN PETANI KONSUMSI

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH

MEKANISME PENYALURAN BENIH PADI BERSUBSIDI DI KABUPATEN PURBALINGGA ABSTRAK

Mhd Riswan Hanafi*), Thomson Sebayang**), Yusak Maryunianta**)

ANALISIS PENGARUH INPUT PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU DI DESA SUKASARI KECAMATAN PEGAJAHAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS PRODUKSI USAHATANI CABAI (Kasus Kelurahan Tiga Runggu Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun)

Reza Raditya, Putri Suci Asriani, dan Sriyoto Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu ABSTRACT

ANALISIS PERBEDAAN PENDAPATAN PETANI PADI PENGGUNA PUPUK NPK DENGAN NON PENGGUNA PUPUK NPK DI DESA TRANGKIL KECAMATAN TRANGKIL KABUPATEN PATI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI KENTANG DI KABUPATEN BENER MERIAH PROVINSI ACEH

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI PINANG KECAMATAN SAWANG KABUPATEN ACEH UTARA. Mawardati*

IV METODE PENELITIAN

ANALISIS KAPABILITAS PETANI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKSI DALAM USAHATANI PADI SAWAH

Penggunaan Regresi Linear Berganda untuk Menganalisis Pendapatan Petani Kelapa Studi Kasus: Petani Kelapa Di Desa Beo, Kecamatan Beo Kabupaten Talaud

Staf Pengajar Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI UBI KAYU

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI KELURAHAN KOYA, KECAMATAN TONDANO SELATAN

ANALISIS USAHATANI SAYURAN

ANALISIS PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH DI KABUPATEN ACEH UTARA

ANALISIS PROFITABILITAS USAHATANI PADI SAWAH BERDASARKAN LUAS PENGUASAAN LAHAN DI KECAMATAN BANYUURIP KABUPATEN PURWOREJO JURNAL PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN

X. ANALISA FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUSAHAAN LAHAN SAWAH

III. METODE PENELITIAN

Faidah, Umi., dkk. Faktor-faktor Yang...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal

Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

BAB IV. METODE PENELITIAN

KELAYAKAN DAN ANALISIS USAHATANI JERUK SIAM (Citrus Nobilis Lour Var. Microcarpa Hassk) BARU MENGHASILKAN DAN SUDAH LAMA MENGHASILKAN ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PADI SAWAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETANI

ANALISIS USAHATANI BAWANG MERAH LAHAN SEMPIT DIBANDINGKAN DENGAN LAHAN LUAS

KERANGKA PENDEKATAN TEORI

BAB IV PEMBAHASAN. variabel independen dengan dependen, apakah masing-masing variabel

ZIRAA AH, Volume 41 Nomor 1, Pebruari 2016 Halaman ISSN ELEKTRONIK

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

ANALISIS KOMPARASI USAHATANI UDANG WINDU ORGANIK DAN NONORGANIK (STUDI KASUS: BATANG KILAT KOTA MEDAN PROPINSI SUMATERA UTARA)

IX. HUBUNGAN ANTARA PENGUSAHAAN LAHAN SAWAH DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TERHADAP BIAYA INPUT DAN OUTPUT USAHATANI AYAM BROILER DI KABUPATEN DELI SERDANG

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH

DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERSEDIAAN DAN KONSUMSI PANGAN STRATEGIS DI SUMATERA UTARA ABSTRACT

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH SISTEM TANAM LEGOWO

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PETANI TERHADAP PENGGUNAAN BENIH PADI DI KECAMATAN NISAM KABUPATEN ACEH UTARA

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI USAHATANI SEMANGKA DI DESA MARANATHA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

Keragaan Produksi Benih Jagung di Tingkat Penangkar di Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN ACEH UTARA TESIS. Oleh ZURIANI

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan)

ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH LOKAL TINOMBO DI DESA LOMBOK KECAMATAN TINOMBO KABUPATEN PARIGI MOUTONG

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Beras Nasional, Tahun

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI PADA KELOMPOK TANI PATEMON II DI DESA PATEMON KECAMATAN TLOGOSARI KABUPATEN BONDOWOSO

PERANAN KELOMPOK TANI DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH DI DESA MARGAMULYA KECAMATAN BUNGKU BARAT KABUPATEN MOROWALI

JURNAL ILMIAH YUSRIN SALEH

EFISIENSI USAHATANI PADI BERAS HITAM DI KABUPATEN KARANGANYAR

KUISONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEUNTUNGAN USAHATANI JAGUNG

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Belitung Timur Propinsi Bangka

ANALISIS PENGARUH BIAYA INPUT DAN TENAGA KERJA TERHADAP KONVERSI LUAS LAHAN KARET MENJADI LAHAN KELAPA SAWIT

BAB VI. IDENTITAS KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN DAN PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN

ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH DENGAN POLA TANAM TABELA DI DESA DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG

ABSTRACT

: Didi Hariawan NPM : Dosen Pembimbing : Sariyati, SE., MM

PENGARUH KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI TERHADAP SIKAP PETANI DALAM PENERAPAN PADI SAWAH

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Rumah Tangga Tani Padi (Studi Kasus: Desa Sei Buluh, Kec. Teluk Mengkudu, Kab.

III. METODE PENELITIAN. bahwa kabupaten ini adalah sentra produksi padi di Provinsi Sumatera Utara.

BAB II TINJUAN PUSTAKA

Sartika Krisna Panggabean* ), Satia Negara Lubis** ) dan Thomson Sebayang** ) Staff Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Unversitas

ANALISIS PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI TERHADAP LUAS TANAM BAWANG MERAH DI BERDASARKAN PENDAPAT PETANI DI KABUPATEN DAIRI

Nila Suryati Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Musi Rawas ABSTRAK

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. website, uji validitas dan reabilitas, uji asumsi, analisis regresi linear berganda.

Dusuki, Laily Fitriana, SP, Edi Saputra, SP 1 Mahasiswa, 2 Dosen Pembimbing

ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH METODE SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION DI KECAMATAN SINDUE KABUPATEN DONGGALA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diperoleh dari penyebaran kuesioner pada konsumen.

BAB IV PENGUJIAN. Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat tingkat kevalidan atau

SEPA : Vol. 8 No.1 September 2011 : 9 13 ISSN : ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI DI KABUPATEN SUKOHARJO

ANALISIS PRODUKTIVITAS USAHATANI CABAI MERAH BESAR (Capsicum annum L.) DI DESA ANDONGSARI KECAMATAN AMBULU KABUPATEN JEMBER

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

1) 2) 3) Jaring Susilowati, Karyadi Sri Suratiningsih, Alumni Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Farming Semarang 2)

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH DI DESA BOYA BALIASE KECAMATAN MARAWOLA KABUPATEN SIGI

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA TANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Purwokerto.

Prosiding Manajemen ISSN:

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA SIDERA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan

I. PENDAHULUAN. sektor-sektor yang berpotensi besar bagi kelangsungan perekonomian

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA LAANTULA JAYA KECAMATAN WITAPONDA KABUPATEN MOROWALI

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

e-j. Agrotekbis 2 (2) : , April 2014 ISSN :

ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA SIDONDO 1 KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kedisiplinan dan Kepercayaan Diri terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE KAJIAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. statistik Kolmogorov- Smirnov (uji K-S). Dasar untuk pengambilan

Transkripsi:

ANALISIS PRODUKTIFITAS PETANI PADI PENANGKAR BENIH DENGAN PETANI KONSUMSI Ratna Mustika Wardhani 1), Riza Ardi Ansyah 2) Dosen Fakultas Pertanian Universitas Merdeka Madiun Alumni Fakultas Pertanian Universitas Merdeka Madiun Email : ratnamustikawardhani@yahoo.co.id Abstract : Differences in the use of the source of origin of rice seeds affect the outcome, production, revenue and income among farmers and farmers seed paddy rice consumption. This study aims to determine perdedaan production, farmers income and receipt of seed paddy and rice farmers consumption. The study was conducted in the village of Slambur, District Geger, Madiun district in the village where there are two different groups of farmers are rice farmers and rice farmers breeder consumption began November 2015 to January 2016. The analysis method used is multiple linear regression and a different test method average - average, The results showed that the cost of inputs and labor costs affect the production of seed paddy farmers 99.7% and 99.1% of consumption of rice farmers. There are differences in the average - average production, revenue and income between farmers and seed paddy to rice farmers kosumsi with the same land area of 0.32 ha, with the production of farmers seed of 2378.25 kg of rice and rice farmers in consumption of 2327.5 kg, while for reception to farmer seed padirp. 10,702,125, the consumption of rice farmers Rp. 9.801 million and for seed paddy farmers income of Rp. 7.1257 million, rice farmers Rp.6.809.075 consumption. Keywords: Seed, the cost of inputs, labor costs, production PENDAHULUAN Di Indonesia, pengertian tentang benih tanaman tertuang dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman Bab I Ketentuan Umun Pasal 1 ayat 4 sebagai berikut: benih tanaman yang selnjutnya disebut benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan/atau mengembangbiakan tanaman. Pada Undang Undang tersebut Bab III, bagian kedua tentang Perbenihan Pasal 13 menyatakan bahwa benih dari varietas unggul yang telah dilepas oleh pemerintah merupakan benih bina. Benih bina yang akan diedarkan harus melalui sertifikasi dan memenuhi standart mutu yang ditetapkan oleh pemerintah. Benih bina yang lulus sertifikasi apabila akan diedarkan wajib diberi label. Pemerintah mengatur mengenai syarat-syarat dan tata cara sertifikasi dan pelabelan serta melakukan pengawasan terhadap pengadaan dan peredaran benih bina. Benih bermutu mempunya pengertian AGRI-TEK: Jurnal Ilmu Pertanian, Kehutanan dan Agroteknologi Volume 17 Nomor 2 September 2017; ISSN : 1411-5336

Ratna Mustika Wardhani & Riza Ardi Ansyah bahwa varietasnya benar dan murni, mempunyai mutu genetis, mutu fiologi, dan mutu fisik yang tinggi sesuai dengan standar mutu pada kelasnya. (Qadir. 2013) Kebutuhan padi setiap tahun terus meningkat dan menyebabkan kebutuhan akan benih padi yang bermutu juga meningkat. Didalam usaha peningkatan produksi padi dilakukan dengan cara penggunaan benih unggul yang bersertifikat. Termasuk mendorong penggunaan teknologi baru seperti varietas unggul, pemupukan yang tepat, perbaikan bercocok tanam, pengendalian hama dan penyakit, pengairan yang teratur, penanganan pasca panen serta pemasaran hasil panen. Penggunaan benih unggul bermutu tinggi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam produktivitas usaha tani padi khususnya. Oleh karena itu, ketersediaan benih unggul bagi petani dalam melakukan kegiatan usahatani merupakan faktor penting dalam peningkatan hasil dan kualitas produksi (Hanafi, 1998). Benih padi adalah gabah yang dihasilkan dengan cara dan tujuan khusus untuk disemaikan menjadi pertanaman. Kualitas benih ditentukan oleh prosesnya, mulai dar proses perkembangan dan kemasan benih, panen, perontokan, pembersihan, pengeringan, penyiapan benih sampai fase pertumbuhan di persemaian (Arsanti, 1995). Benih yang memiliki mutu baik diperlukan oleh petani maupun penangkar benih. Agar petani maupun penangkar benih tidak merasa dirugikan serta mereka memiliki jaminan kualitas atas benih yang digunakan, maka anjuran menggunakan benih sertifikat sangatlah penting. Bagi benih bersertifikat ditetapkan kelas kelas benih sesuai dengan urutan keturunan dan mutunya, penetapannya sebagi berikut: (a) Benih penjenis (Breeder Seed) adalah benih yang diproduksi oleh dan dibawah pengawasan Pemulia Tanaman yang bersangkutan atau Instansinya. Benih ini merupakan Sumber perbanyakan Benih Dasar. Benih ini masih murni dan berlabel kuning. (b) Benih Dasar (Foundation sseed = SS) adalah keturunan pertama dari Benih Penjenis. Benih Dasar diproduksi di bawah bimbingan yang intensif dan pengawasan yang ketat sehingga kemurnian varietas dapat terpelihara. Benih dasar diproduksi oleh Instansi/Badan yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan produksinya disertifikasi oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi benih. (c) Benih Pokok (Stock Seed = SS) adalah keturunan dari Benih Dasar yang diproduksi dan dipelihara sedemikian rupa sehingga indetitas dan tingkat kemurnian varietas yang ditetapkan dapat dipelihara dan memenuhi standart mutu yang di tetapkan dan harus disertifikasi sebagai Benih Pokok oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih. (d). Benih Sebar (Extention Seed = ES) merupakan keturunan dari Benih Pokok yang diproduksi dan dipelihara sedemikian rupa sehingga identitas dan tingkat kemurnian varietas dapat dipelihara, memenuhi standart mutu benih yang ditetapkan serta harus disertifikasi sebagai Benih Sebar oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih. Hal yang membedakan benih bersertifikat dengan benih biasa adalah bahwa benih bersertifikat merupakan benih yang dihasilkan dengan cara dan tujuan khusus yang memang akan dijadikan semaian pertanaman yang kemudian disertifikasi oleh BPSP, sedangkan benih biasa merupak benih yang dihasilkan petani dari hasil panen sendiri dan tidak mendapat sertifikasi dari BPSP, sehingga hasilnya kurang maksimal. Dengan 22 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 2 September 2017

Analisis Produktifitas Petani Padi Penangkar Benih menggunakan benih padi unggul diharapkan petani dapt meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil produksi pertanian khususnya di tanaman padi. Menurut Soetopo (1993) keunggulan benih bersertifikasi disbanding dengan benih biasa diantaranya adalah : 1. Penghematan penggunaan benih, misal untuk padi dari rata rata 30-50 kg/ha menjadi 20-25 kg/ha 2. Keseragaman pertumbuhan, pembungaan dan pemasakn buah, sehingga dapat dipanen sekaligus. 3. Rendemen beras tinggi dan mutunya seragam. 4. Penggunaan benih padi bersertifikat mampu meningkatkan hasil panen 5% - 15% perhektar Meningkatkan mutu produksi beras yang dihasilkan Dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia akan berbagai komoditas pertanian pertanian tersebut, pengadaan atau produksi benih sebagai bahan komoditas pertanian tersebut, pengadaan atau produksi benih sebagi bahan pertanaman harus dilakukan. Lini pengadaan bertugas memproduksi benih dengan orientasi dan target menghasilkan benih bermutu. Mutu benih yang dimaksud mencakup tiga yang tidak terpisahkan yaitu fisik, mutu fisiologi dan mutu genetik (Sadjad, 1993). Sebagian besar lahan sawah di Kecamatan Geger ditanami padi. Pada tahun 2014 jumlah luas lahan panen tanaman padi adalah 4583 ha, dengan hasil produksinya sebesar 30.706,10 ton dengan rata-rata produktivitas 6,70 ton/ha. Namun tidak semua benihnya berasal dari pemerintah, begitu pula pada Desa Slambur yang mayoritas petaninya menanam padi, benih padi yang mereka gunakan berasal dari beberapa sumber diantara penangkar langsung dan toko. Penangkaran benih padi merupakan suatu usaha yang mempunyai tujuan untuk menyediakan benih sumber bermutu yang memenuhi standar perbenihan. Sebagai suatu usaha, penangkaran benih pada umumnya didirikan untuk untuk meningkatkan usaha dibidang ekonomi pertanian, menghasilkan benih pertanian berkualitas yang dapat menunjang usaha tani, mendapat keuntungan yang berkesinambungan serta meningkatkan peran swasta dalam industri perbenihan. Ketersediaan dan kebutuhan akan benih yang diperlukan petani tidak sepenuhnya berasal dari pemerintah. Petani juga mendapatkan benih padi yang berasal dari penangkar langsung dan benih padi yang dijual ditoko maupun benih hasil buatan sendiri. Hal tersebut dikarenakan stok benih padi yang terbatas dari pemerintah dan hanya sementara. Dari keadaan tersebut diatas maka perlunya diketahui tentang analisis produktifitas petani padi penangkar benih dengan petani konsumsi. Tujuan Penelitian Untuk menganalisis perbedaan hasil produktifitas, pendapatan dan penerimaan usahatani petani penangkar benih padi dengan usahatani petani padi konsumsi. METODE PENELITIAN Penentuan Lokasi Penelitian Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive sampling) yakni di desa Segulung kecamatan dagangan kabupaten madiun dengan pertimbangan berdasarkan hasil data dari badan pusat staistik (BPS) tahun 2010 produksi kakao terbesar di kabupaten Madiun terletak di kecamatn Dagangan dan desa Segulung merupakan desa dengan jumlah populasi tanaman kakao terbesar. Volume 17 Nomor 2 September 2017, AGRI-TEK 23

Ratna Mustika Wardhani & Riza Ardi Ansyah Metode Pengambilan Sampel Dalam pengambilan sampel ini menggunakan metode survei, dimana dalam hal ini peneliti menggunakan random sampling untuk menentukan jumlah petani yang akan diwawancarai. Dalam penelitian ini, pemilihan responden dilakukan dengan menggunakan rumus slovin (Umar,2005). N n = 1 + Ne 2 Dimana: n = ukuran sampel N = ukuran populasi e = kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang ditololerir, misalnya 12% Dalam penalitian ini terdapat dua jenis petani yaitu petani penangkar padi dan petani padi konsumsi. Masing masing jenis petani memiliki jumlah 100 orang, dari jumlah populasi tersebut dengan tingkat kelonggaran 12%, maka dengan menggunakan rumus slovin akan diperoleh sampel sebesar : n = 100 1 + (100)(0.12) = 40,9 jumlah responden yang dipilih dalam penelitian ini dari petani yang penangkar padi dan petani padi konsumsi sebanyak 40 orang dengan asumsi jumlah tersebut dapat mewakili seluruh populasi di daerah penelitian dan luas lahan berkisar 0,14 ha sampai 0,42 ha. Jumlah ini dipilih karena petani didaerah penelitian paling banyak petani memiliki luas lahan dengan kisaran luas tersebut. Cara Pengumpulan Data a. Teknik Wawancara Wawancara adalah tanya jawab antara peneliti dengan petani untuk memperoleh data-data yang diperlukan berdasarkan jawaban jawaban langsung dari petani. b. Teknik Pencatatan Pencatatan adalah cara memperoleh data dengan mencatat data dari berbagai instansi atau dinas atau lembaga dari tingkat kabupaten ataupun provinsi sampai tingkat desa yang didasarkan atas laporan serta catatan yang ada, dan hasilnya merupakan data sekunder. c. Teknik Observasi Observasi adalah cara pengumpulan data tanpa mengajukan pertanyaanpertanyaan tetapi dengan jalan mengamati obyek yang diteliti. Observasi di sini bertujuan mencocokkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan keadaan sebenarnya dan dapat dipergunakan untuk melengkapi data yang ada. Sumber data a. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden atau petani. Alat bantu yang digunakan adalah kuisioner atau pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. b. Data sekunder yaitu data terdokumentasi yang relevan yang dapat diperoleh dari berbagai sumber yang dipercaya dan dapat dipertanggung jawabkan mulai dari tingkat kabupaten sampai tingkat desa. Metode Analisis Data Untuk menghitung hipotesis digunakan analisis regresi linier berganda (Gujarati dan Porter,2011). Dengan rumus sebagai berikut: Y = a + b 1 x 1 + b 2 x 2 + μ Y = Penerimaan petani padi penangkar (Rp) x 1 = biaya saprodipetani padi penangkar (Rp) x 2 = biaya tenaga kerja petani padi penangkar (Rp) 24 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 2 September 2017

Analisis Produktifitas Petani Padi Penangkar Benih b 1, b 2 = koefisiensi regresi untuk masang - masing variable μ = Kesalahan penggganggu Y = a + b 1 x 11 + b 2 x 22 + μ Y = Penerimaan petani padi konsumsi (Rp) x 1 = biaya saprodi petani padi konsumsi (Rp) x 2 = biaya tenaga kerja petani padi konsumsi (Rp) b 11, b 22 = koefisiensi regresi untuk masang - masing variable μ = Kesalahan penggganggu Uji Kesesuaian Agar memperoleh hasil regresi BLUE (Best Linier Unbiased Estimator )menurut Gujarati dan Porter (2011) terdapat kriteria yang harus dipenuhi: 1. Analisis Koefisien Determinasi (R 2 ) Dalam uji linier berganda, koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui presentase sumbangan pengaruh serentak variable variable terhadap variable terikat. Semakin banyak variable bebas digunakan maka semakin tinggui pula koefisien determinasinya. 2. Uji Serempak (uji F) Uji F pada dasarnya menunjukan apakah semua variable bebas yang di masukan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama sama terhadap variable terikat. Atau untuk mengetahui apakah model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variable dependen atau tidak dengan menggunakan rumus : R 2 = Koefisien determinasi K = Jumlah variable bebas atau independen n = Jumlah sampel Kesimpulan Statistik : Berdasarkan nilai F hitung dan F tabel : Jika nilai F hitung >F tabel maka variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat. Jika nilai F hitung < F tabel maka variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat. Berdasarkan nilai signifikansi hasil output SPSS : Jika nilai Sig.< 0,05 maka variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Jika nilai Sig.> 0,05 maka variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. 3. Uji Parsial (Uji t) Uji parsial atau Uji t pada dasarnya menunjukan bagaimana pengaruh masingmasing variabel bebas atau indenpenden secara sendiri-sendiri terhadap variabel terikat atau dependen. Rumus uji t adalaha : bi = Koefisien Regresi se = Simpangan Baku Kesimpulan Bila nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak, artinya variable bebas secara nyata berpengaruh terhadap variable terikat. Bila nilai signifikansi > 0,05 maka H0 diterima, artinya variable bebas secara nyata tidak berpengaruh terhadap variable terikat. 4. Metode Uji Beda Rata - rata (T test) Dengan menggunakan rumus sebagai berikut : H 0 : μ 1 < μ 2 terdapat perbedaan produksi dan pendapatan antara petani penangkar pada dengan petani padi konsumsi. Volume 17 Nomor 2 September 2017, AGRI-TEK 25

Ratna Mustika Wardhani & Riza Ardi Ansyah H 1 : μ 1 = μ 2 tidak terdapat perbedaan produksi dan pendapatan antara antara petani penangkar pada dengan petani padi konsumsi. μ 1 = variable 1 (petani penangkar padi) μ 2 = variable 2 (petani padi konsumsi) t 1 : Produksi x 1 : Rata-rata produktifitas petani penangkar padi x 2 : Rata-rata produktifitas petani padi konsumsi S 1 : Standart devisiasi petani penangkar padi S 2 : Standart devisiasi petani padi konsumsi n 1 : Jumlah sampel petani penangkar padi n 2 : Jumlah sampel petani padi konsumsi Kriteria uji : t-hitung t-tabel atau nilai signifikansi 0,05 maka hipotesis H 0 diterima t-hitung > t-tabel atau nilai signifikansi < 0,05 maka hipotesis H 1 diterima Hipotesis : H 0 : Tidak ada perbedaan produksi antara petani penangkara pada dengan petani padi konsumsi. H 1 : Adanya perbedaan produksi antara produksi antara petani penangkara pada dengan petani padi konsumsi. t 2 : Pendapatan x 1 : Rata-rata pendapatan petani penangkar padi x 2 : Rata-rata pendapatan petani padi konsumsi S 1 : Standart devisiasi petani penangkar padi S 2 : Standart devisiasi petani padi konsumsi n 1 : Jumlah sampel petani penangkar padi n 2 : Jumlah sampel petani padi konsumsi Kriteria uji : t-hitung t-tabel atau nilai signifikansi 0,05 maka hipotesis H 0 diterima. t-hitung > t-tabel atau nilai signifikansi < 0,05 maka hipotesis H 1 diterima. Hipotesis : H 0 : Tidak ada perbedaan pendapatan antara petani penangkara pada dengan petani padi konsumsi. H 1 : Adanya perbedaan pendapatan antara produksi antara petani penangkara pada dengan petani padi konsumsi. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Tingkat Usia Berdasarkan usia responden pada usaha tani padi penangkar dan padi konsumsi rata-rata usia petani adalah 53,9 tahun. Data mengenai usia petani responden dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Tingkat Usia Petani Responden Usia (tahun) Jumlah petani konsumsi Presentase (%) Jumlah petani Penangkar Presentase (%) 30-40 1 5-0 26 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 2 September 2017

Analisis Produktifitas Petani Padi Penangkar Benih 41-50 51-60 >60 9 6 4 45 30 20 Jumlah 20 100 20 100 5 10 5 25 50 25 Dari tabel 1. dapat dilihat bahwa paling banyak petani sample adalah petani yang masuk pada usia 51-60 tahun. Untuk petani konsumsi kisaraan umur responden terbanyak adalah petani dengan kisaran usia 41-50 tahun dengan presentase 45%, sementara untuk petani penangkar kisaran responden terbanyak adalah usia 51-60 dengan presentase 50%. Lahan Usahatani Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis dengan jumlah total petani responden sebanyak 40 orang diketahui bahwa luas ratarata lahan sawah petani adalah 0,2975 ha. Data mengenai luas lahan yang dimiliki petani responden dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Luas Lahan Yang Dimiliki Oleh Petani Responden Luas Lahan (ha) 0,10-0,20 0,21-0,40 0,41-0,50 Jumlah (orang) 8 12 20 Presentase (%) 20 30 50 Jumlah 40 100 Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa petani dengan luas lahan sebanyak 0,41-0,50 ha sebanyak 20 orang dengan presentase 50% sedangkan petani yang memiliki luas lahan lebih dari 0,10-0,20 ha hanya 8 orang atau 20%. Analisis Produktifitas Petani Penangkar Benih Padi dan Petani Padi Konsumsi Tabel 3.Hasil Koefisinsi Determinasi Petani Penangkar Benih Padi dan Petani Padi Konsumsi. Variabel R R Square Penerimaan Petani Penangkar benih padi Biaya Tenaga Kerja, Biaya Saprodi.999.997 Penerimaan Petani Konsumsi Biaya Tenaga Kerja, Biaya Saprodi.995.991 Berdasarkan tabel diatas diperoleh R 2 (R square) penerimaan petani penangkar benih padi sebesar 0,997 atau 99,7 %. Hal ini menunjukan bahwa variable bebas (biaya saprodi dan biaya tenaga kerja) secara bersama sama mempunyai pengaruh sebesar 99,7% terhadap variable terikat (penerimaan petani penangkar benih padi) dan sisanya sebesar 0,3% dipengaruhi oleh variable lain. Sementara (R square) untuk petani padi konsumsi sebesar 0,991 atau 99,1 %. artinya ini menunjukan bahwa variable bebas (biaya saprodi dan biaya tenaga kerja) secara bersama sama mempunyai pengaruh sebesar 99,1% terhadap variable terikat (penerimaan petani konsumsi) dan sisanya sebesar 0,9% dipengaruhi oleh variable lain. Tabel 4. Hasil Uji Signifikansi Secara Serempak (Uji F) Petani Penangkar Benih Padi dan Petani Padi Konsumsi. Volume 17 Nomor 2 September 2017, AGRI-TEK 27

Ratna Mustika Wardhani & Riza Ardi Ansyah Variabel dependent Variabel independent F Sig. Penerimaan Petani Penangkar benih padi Biaya Tenaga Kerja, Biaya Saprodi 3210.438.000 b Penerimaan Petani Konsumsi Biaya Tenaga Kerja, Biaya Saprodi 924.576.000 b Berdasarkan uji F tersebut maka diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,005 Maka H0 ditolak artinya bahwa semua variable independent (biaya saprodi dan biaya tenaga kerja) yang dimasukkan dalam model secara bersama sama mempengaruhi variable dependent(penerimaanpetani Penangkar benih padi). Sedangkan untuk petani padi konsumsi Berdasarkan uji F tersebut maka diperoleh nilai signifikansi yang sama yaitu sebesar 0,000 < 0,005 Maka H0 ditolak artinya bahwa semua variable independent (biaya tenaga kerja dan biaya saprodi) yang dimasukkan dalam model secara bersama sama mempengaruhi variable dependent (penerimaan petani konsumsi). Tabel 5. Hasil Uji Signifikansi Individu (Uji t) Petani Penangkar Benih Padi dan Petani Padi Konsumsi. Penerimaan Petani Penangkar benih padi Penerimaan Petani Konsumsi variabel B t Sig. (Constant) -287779.933-1.985.063 Biaya Saprodi 1.309 2.185.043 Biaya Tenaga Kerja 3.753 15.702.000 (Constant) -189744.245 -.740.470 Biaya Saprodi.133.263.796 Biaya Tenaga Kerja 3.971 21.843.000 Dari hasil uji t pada tabel 5 diatas dapat dilihat variable biaya saprodi nilai signifikannya 0,043 < 0,05 maka H0 ditolak artinya variabel biaya saprodi berpengaruh signifikan terhadap variable terikat (penerimaan). Untuk variable biaya tenaga kerja nilai signifikannya 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak, artinya variable biaya tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap variable terikat (penerimaan). Sementar untuk petani padi konsumsi Dari hasil uji t pada tabel diatas dapat dilihat variable biaya saprodi nilai signifikannya 0,796 > 0,05 maka H0 diterima artinya variabel biaya saprodi tidak berpengaruh signifikan terhadap variable terikat (penerimaan petani konsumsi). Untuk variable biaya tenaga kerja nilai signifikannya 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak, artinya variable biaya tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap variable terikat (penerimaan petani konsumsi). Hasil Persamaan Regresi Usaha Tani Petani Penangkar Benih Padi Dari data yang diolah menggunakan SPSS, maka akan didapat hasil pada Persamaan regresi yang didapat adalah : Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 Y = -287779.933 + 1.309X 1 + 3.753X 2 Keterangan: Y = Penerimaan petani penangkar benih padi (Rp) X1 = Biaya saprodi petani penangkar benih padi (Rp) X2 = Biaya tenaga kerja petani penangkar benih padi (Rp) Dari persamaan diatas didapat kesimpulan sebagai berikut: Koefisien regresi variabel biaya saprodi (X 1 ) sebesar 1.309; artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan biaya saprodi (X 1 ) mengalami kenaikan 1 satuan, maka Penerimaan petani penangkar benih padi (Y) akan mengalami peningkatan 28 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 2 September 2017

Analisis Produktifitas Petani Padi Penangkar Benih sebesar Rp 1.309,00. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara biaya saprodi dengan penerimaan petani penangkar benih padi, semakin naik biaya saprodi maka semakin meningkat penerimaan petani penangkar benih padi. Koefisien regresi variabel biaya tenaga kerja (X 2 ) sebesar 3.753; artinya jika variable independen lain nilainya tetap dan biaya tenaga kerja (X 2 ) mengalami kenaikan 1 satuan, maka Penerimaan petani penangkar benih padi (Y) akan mengalami peningkatan sebesar Rp 3.753,00. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara biaya tenaga kerja dengan penerimaan petani penangkar benih padi, semakin naik biaya tenaga kerja maka semakin meningkat penerimaan petani penangkar benih padi. Hasil Persamaan Regresi Usaha Tani Petani Padi Konsumsi Dari data yang diolah menggunakan SPSS, maka akan didapat hasil pada Persamaan regresi yang didapat adalah : Y = a + b 1 X 11 + b 2 X 22 Y = -189744245 + 133X 11 + 3.971X 22 Keterangan: Y = Penerimaan petani padi konsumsi (Rp) X 11 = Biaya saprodi petani padi konsumsi (Rp) X 22 = Biaya tenaga kerja petani padi konsumsi (Rp) Dari persamaan diatas didapat kesimpulan sebagai berikut: Koefisien regresi variabel biaya saprodi (X 11 ) sebesar 133; artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan biaya saprodi (X 11 ) mengalami kenaikan 1 satuan, maka Penerimaan petani padi konsumsi padi (Y) akan mengalami peningkatan sebesar Rp 133,00. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara biaya saprodi dengan penerimaan petani padi konsumsi, semakin naik biaya saprodi maka semakin meningkat penerimaan petani penangkar benih padi. Koefisien regresi variabel biaya tenaga kerja (X 22 ) sebesar 3.971; artinya jika variable independen lain nilainya tetap dan biaya tenaga kerja (X 22 ) mengalami kenaikan 1 satuan, maka Penerimaan petani padi konsumsi (Y) akan mengalami peningkatan sebesar Rp 3.971,00. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara biaya tenaga kerja dengan penerimaan petani padi konsumsi, semakin naik biaya tenaga kaerja maka semakin meningkat penerimaan petani padi konsumsi. Analisis komparasi Usahatani Padi Penangakar Benih Padi Dan Usahatani Petani Padi Konsumsi Dari hasil data yang didapat selama penelitian, maka rata rata luas lahan, produksi, penerimaan dan pendapatan petani penangkar benih padi dan petani padi konsumsi dapat dilihat pada tabel 6 berikut. Tabel 6. Rata rata Luas Lahan, Produksi, Penerimaan dan Pendapat Petani Responden Satuan Petani Penangkar Benih Padi Petani Padi Konsumsi Luas Lahan Ha 0,32 0.32 Produksi Kg 2378.25 2327.5 Penerimaan Rp 10.702.125 9.801.000 Pendapatan Rp 7.125.700 6.809.075 diolah Volume 17 Nomor 2 September 2017, AGRI-TEK 29

Ratna Mustika Wardhani & Riza Ardi Ansyah Berdasarkan tabel 6 tersebut dapat diketahui bahwa Produksi, penerimaan dan pendapatan petani penangkar benih padi lebih tinggi dibanding petani padi konsumsi. Uji Beda Rata Rata Produksi dan Pendapatan Petani Penangkar Benih dan Petani Padi Konsumsi Sebelum melakukan uji beda rata rata nilai dari kedua variable harus di urutkan dari nilai terkecil ke terbesar. Tabel 7. Hasil Rata Rata T test Paired Sample Statistics Variabel Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Produksi Petani penangkar 2378.25 20 843.480 188.608 Produksi Petani Konsumsi 2327.50 20 829.419 185.464 Pendapatan Petani Penangkar 7125700.0000 20 2561992.83248 572879.01313 Pendapatan Petani Konsumsi 6809075.0000 20 2476033.48053 553657.91770 Pada tabel 7 Menunjukkan bahwa rata-rata produksi petani penangkar dari 20 responden adalah 2378.25 dan petani konsumsi dengan 20 responden adalah 2327.50. untuk ratarata pendapatan petani penangkar dari 20 responden adalah 7125700 dan petani konsumsi juga dengan 20 responden adalah 6809075. Tabel 8. Hasil T test Paired Samples Correlations Variabel N Correlation Sig. Produksi Petani Penangkar & Produksi 20.999.000 Petani Konsumsi Pendapatan petani penangkar & pendapatan 20.996.000 petani konsumsi Dari tabel 8 menunjukkan bahwa korelasi antara dua variabel Produksi Petani Pe nangkar dan Produksi Petani Konsumsi adalah sebesar 0.999 atau 99,9% dengan sig sebesar 0.000 < 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa korelasi antara dua rata-rata produksi petani penangkar dan petani konsumsi adalah kuat dan signifikan. Sementara untuk pendapatan menunjukkan bahwa variabel pendapatanpetanipenangkar dan pendapatanpetanikonsumsi adalah sebesar 0.996 atau 99,6% dengan sig sebesar 0.000 < 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa korelasi antara dua rata-rata pendapatan petani penangkar dan pendapatan petani konsumsi adalah kuat dan signifikan. Tabel 9. Hasil T test Paired Samples Test Variabel Mean Std. Deviation Produksi petani penangkar produksi petani konsumsi Pendapatan petani penangkar pendapatan petani konsumsi Sumber : Uji Statistik Std. Error Mean t df Sig. (2-tailed) 50.750 44.906 10.041 5.054 19.000 316625.00 234520.21 52440.31538 6.038 19.000 30 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 2 September 2017

Analisis Produktifitas Petani Padi Penangkar Benih Berdasarkan data dari tabel 9 tersebut di dapat nilai signifikansinya untuk produksi petani penangkar dan produksi petani konsumsi adalah 0.00, yang lebih kecil dari 0,05 atau 0.00 < 0,05 maka hipotesis diterima, artinya terdapat perbedaan rata rata produksi antara petani penangkar benih padi dan produksi petani padi konsumsi. Sementara nilai signifikansinya untuk pendapatan petani penangkar dan pendapatan petani konsumsi adalah 0.00, yang lebih kecil dari 0,05 atau 0.00 < 0,05 maka hipotesis diterima, artinya terdapat perbedaan rata rata produksi antara petani penangkar. KESIMPULAN Kesimpulan 1. Biaya saprodi dan biaya tenaga kerja berpengaruh segnifikan terhadap produksi petani penangkar benih padi 99,7% dan petani padi konsumsi 99,1%. 2. Terdapat perbedaan rata rata produksi, penerimaan dan pendapatan antara petani penangkar benih padi dengan petani padi kosumsi dengan luas lahan yang sama 0,32 ha, dengan hasil produksi petani penangkar benih padi sebesar 2378,25 kg dan petani padi konsumsi sebesar 2327,5 kg, sementara untuk penerimaan untuk petani penangkar benih padi Rp. 10.702.125, petani padi konsumsi sebesar Rp. 9.801.000 dan untuk pendapatan petani penangkar benih padi sebesar Rp. 7.125.700, petani padi konsumsi Rp. 6.809.075 dengan demikian usahatani petani penangkar benih padi lebih menguntungkan daripada usahatani petani padi konsumsi. Saran 1. Kepada petani padi konsumsi sebaiknya lebih memperhatikan dan memperbaiki cara budidaya tanaman padi. 2. Perlu adanya penyuluhan lebih lanjut agar hasil panen petani bisa terus meningkat. 3. Gunakan sumber benih yang baik dan terjamin. DAFTAR PUSTAKA AAK. 2006. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius. Jogjakarta Arsanti, I. 1995. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta Badan Pusat Statistik Online. 2014. https:// madiunkab.bps.go.id diakses pada tanggal 13 Desember 2015 Departemen Pertanian. 2010. Analisa Produksi dan Penggunaan Benih Varietas Unggul Bermutu Padi. Jakarta. Qadir. 2013. Dasar Ilmu dan Teknologi Benih. PT. Penerbit IPB Pers. Bogor. Gujarati, D.N dan Porter, D.C. 2011. Dasar Dasar Ekonometrika buku 1 jilid 5. Salemba Empat. Jakarta. Hanafi, Muhammad. 1998. Analisis Pemasaran di PT. Sang Hyang Seri Cabang Khusus Jawa Barat untuk Produk Benih Padi Bersertifikat. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Sadjad, Syamsul. 1993. Dari Benih Kepada Benih.PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Soetopo, Lita. 1993. Teknologi Benih Rajawali Pers. Jakarta Umar, Husein. 2005. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Volume 17 Nomor 2 September 2017, AGRI-TEK 31