BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan TK Aisyiyah Bustanul Atfal Godegan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tempat, yaitu PAUD Amonglare, TK Aisyiyah Bustanul Athfal Godegan,

BAB I PENDAHULUAN. hampir seluruh masyarakat di dunia (Kemenkes RI, 2011). Penyakit pada

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik, yaitu. deskripsi tentang keadaan secara obyektif.

BAB I PENDAHULUAN. Mulut merupakan pintu gerbang utama di dalam sistem pencernaan. Makanan

BAB I PENDAHULUAN. orangtua sangat menentukan dalam pertumbuhan dan perkembangan pada. (Notoatmodjo, 2003). Kesehatan gigi dan mulut pada anak apabila

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga terjadi pada anak-anak. Karies dengan bentuk yang khas dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kementerian Kesehatan Tahun 2010 prevalensi karies di Indonesia mencapai 60

Lampiran 1. Lembar Persetujuan Komisi Etik Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor penting dalam perkembangan normal anak. 1 Penyakit gigi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

KARYA TULIS ILMIAH. HUBUNGAN ANTARA INDEKS KARIES (dmf-t) PADA PERIODE GIGI DESIDUI DENGAN RIWAYAT PENYAKIT GIGI IBU (DMF-T)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi estetik yang menunjang kecantikan. Menjaga kebersihan gigi dan

BAB V HASIL PENELITIAN. Selatan dengan luas wilayah kerja seluas 14,87 Km 2, terdiri dari 3 wilayah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. turut berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. 2015). Salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang banyak dikeluhkan oleh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. penyakit sistemik. Faktor penyebab dari penyakit gigi dan mulut dipengaruhi oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia. Kesehatan gigi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan

Kata kunci: Body Mass Index (BMI), Underweight, Overweight, Obesitas, Indeks DMF-T, Karies.

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keparahan karies gigi pada anak usia 4-6 tahun merupakan penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kepada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan

INFORMASI KEPADA ORANG TUA/ WALI SUBJEK PENELITIAN. Bapak/ Ibu/ Sdr... Orang Tua/ Wali Ananda... Alamat...

Anneke A. Tahulending 1), Christy Velia Kosegeran 2) 1)3) Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Manado, Jl. R. W. Mongisidi Malalayang

BAB I PENDAHULUAN. kotoran lain yang berada di atas permukaan gigi seperti debris, karang gigi, atau

*coret yang tidak perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu permasalahan kesehatan gigi yang paling

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PENDAHULUAN. mulut adalah penyakit jaringan keries gigi (caries dentis) disamping penyakit gusi.

BAB I PENDAHULUAN. pengunyah makanan. Dengan diketahuinya fungsi-fungsi gigi tersebut

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN ANAK USIA 7 SAMPAI DENGAN 12 TAHUN TENTANG ORAL HYGIENE BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI SDN JALAN ANYAR KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. oleh Pemerintah (UU RI No. 36 Tahun 2009 Pasal 93). (Rahmawati dkk., 2011). Anak-anak yang berusia 6-12 tahun diseluruh

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini menggunakan sampel berjumlah 83 yaitu mahasiswa

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rasa sakit fisik, ketidaknyamanan psikis, disabilitas fisik, psikis dan sosial.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Penelitian untuk mengetahui perbedaan status kebersihan gigi dan mulut

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah observational analitik dengan desain

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang memiliki peran penting dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. setiap proses kehidupan manusia agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai

BAB 4 Hasil Penelitian dan Interpretasi

BAB I PENDAHULUAN. baik. Penelitian yang di lakukan Nugroho bahwa dari 27,1% responden yang

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula seperti sukrosa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies gigi merupakan masalah utama dalam kesehatan gigi dan mulut

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian survey analitik yang bertujuan untuk

INDEKS DEF-T PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK SEKOTA BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Community Dental Oral Epidemiologi menyatakan bahwa anakanak. disebabkan pada umumnya orang beranggapan gigi sulung tidak perlu

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

HUBUNGAN TINGKAT KEJADIAN KARIES GIGI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-7 TAHUN DI SD INPRES KANITI KECAMATAN KUPANG TENGAH KABUPATEN KUPANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut memiliki peranan yang besar dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai gizi, berdasarkan data terbaru pada tahun , masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelum tidur malam, hal itu dikarenakan agar sisa-sisa makanan tidak menempel di

BAB I PENDAHULUAN. perhatian orang tua terhadap kesehatan gigi anak, kurangnya mengenalkan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun prevalensi masalah kesehatan gigi dan mulut penduduk

BAB I PENDAHULUAN. 2004, didapatkan bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 85%-99%.3

Determinan Karies Gigi Pada Anak Sekolah Dasar Di Pulau Nusa Penida, Klungkung, Bali

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang masih perlu mendapat perhatian. Menurut Pintauli dan Hamada (2008),

Gambaran Status Karies Gigi Pada Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jakarta 1,2008

BAB IV METODE PENELITIAN

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan.

BAB 5 HASIL PENELITIAN

Lampiran 1 BESAR SAMPEL. d2 (N-1) + Z 2 1-α/2. P (1-P) Keterangan: n : Jumlah sampel yang dibutuhkan

PENELITIAN TINGKAT KEPARAHAN KARIES DAN STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH USIA 7 8 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. secara jasmani dan rohani. Tidak terkecuali anak-anak, setiap orang tua

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. Penelitian tentang perbedaan status karies pada anak Sekolah Dasar yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS V SD TENTANG PERAWATAN GIGI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada 54 responden

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK DI TK AISYIYAH BUSTANUL ATFAL DESA LEBAKSIU LOR

Gambaran status karies dan status gizi pada murid TK Kartika XX-16 Manado

BAB I PENDAHULUAN. suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah demineralisasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. jika gigi mengalami sakit akan mengganggu aktivitas sehari-hari. Kesehatan gigi

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. (SKRT, 2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%. 1 Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan ini dapat mempengaruhi kesehatan gigi anak (Ramadhan, 2010). Contoh

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan umum seseorang banyak dipengaruhi oleh kesehatan gigi.

KEPATUHAN MENGGOSOK GIGI DENGAN TERJADINYA KARIES GIGI DI SDN KEBUN DADAP BARAT KECAMATAN SARONGGI

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS KARIES GIGI PADA SISWA SMP KRISTEN 67 MANADO

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data WHO (World Health Organization) (2013), terjadi peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang unik pada bayi, balita, dan anak prasekolah. Dahulu Early Childhood Caries (ECC) dikenal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan. Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya. menunjang kesehatan seseorang (Riyanti, 2005).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. didasarkan pada penyimpangan kondisi sehat. Pengukuran sebenarnya

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk meningkatkan kesehatannya, tetapi masih banyak orang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan kepada 32 pasangan ibu dan anak usia 3 sampai 5 tahun yang memenuhi kriteria inklusi dan bersedia mengikuti penelitian di TPA As Sakinah Malangan, Godean, PAUD Among Lare, dan TK Aisyiyah Bustanul Atfal Godegan. Tabel 1. Distribusi Responden Anak Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%) Laki-laki 13 40.6 Perempuan 19 59.4 Total 32 100 Berdasarkan Tabel 6. Distribusi Responden Anak Berdasarkan Jenis Kelamin didapatkan jumlah responden tertinggi yaitu jenis kelamin perempuan dengan jumlah 19 responden (59.4%) dan sisanya adalah jenis kelamin laki-laki dengan jumlah 13 responden (40.6%). Tabel 2. Distribusi Responden Anak Berdasarkan Usia Usia Jumlah Persentase (%) 3 6 18.8 4 12 37.5 5 14 43.8 Total 32 100 Berdasarkan Tabel 7. Distribusi Responden Anak Berdasarkan Usia didapatkan jumlah responden tertinggi yaitu usia 5 tahun dengan jumlah 33

34 14 responden (43.8%) dan jumlah responden terendah yaitu usia 3 tahun dengan jumlah 6 responden (18.8%). Tabel 3. Distribusi Indeks Karies (dmf-t) Anak Kriteria dmf-t Jumlah Persentase (%) Rendah 6 18.8 Sedang 4 12.5 Tinggi 22 68.8 Total 32 100 Berdasarkan Tabel 8. Distribusi Responden Anak Indeks Karies (dmf-t) didapatkan jumlah responden tertinggi yaitu pada kriteria tinggi dengan jumlah 22 responden (68.8%) dan jumlah terendah yaitu pada kriteria sedang sebanyak 4 responden (12.5%). Tabel 4. Distribusi Indeks Karies (DMF-T) Ibu Kriteria DMF-T Jumlah Persentase (%) Rendah 1 3.1 Sedang 1 3.1 Tinggi 1 3.1 Sangat tinggi 29 90.6 Total 32 100 Berdasarkan Tabel 9. Distribusi Responden Ibu Indeks Karies DMF-T didapatkan jumlah responden tertinggi yaitu pada kriteria sangat tinggi dengan jumlah 29 responden (90.6%) dan jumlah terendah yaitu pada kriteria rendah, sedang, dan tinggi masing-masing sebanyak 1 responden (3.1%). Tabel berikut ini untuk mengetahui distribusi kategori karies anak berdasarkan jenis kelamin dan usia anak.

35 Tabel 5. Distribusi Kategori Karies Anak Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Kategori Karies Anak Total Rendah Sedang Tinggi n % n % n % n % Laki-laki 2 33.3 1 25 10 45.5 13 40.6 Perempuan 4 66.7 3 75 12 54.5 19 59.4 Total 6 100 4 100 22 100 32 100 Berdasarkan Tabel 10. Distribusi Kategori Karies Anak Berdasarkan Jenis Kelamin, pada kategori karies rendah dapat diketahui jumlah responden terbanyak adalah 4 responden (66.7%) dengan jenis kelamin perempuan, pada kategori karies sedang dapat diketahui jumlah responden terbanyak adalah 3 responden (75%) dengan jenis kelamin perempuan, dan pada kategori karies tinggi dapat diketahui jumlah responden terbanyak adalah 12 responden (54.4%) dengan jenis kelamin perempuan. Tabel 6. Distribusi Kategori Karies Anak Berdasarkan Usia Kategori Karies Anak Usia Total Rendah Sedang Tinggi Anak n % n % n % n % 3 2 33.3 2 50 2 9.1 6 18.8 4 3 50 2 50 7 31.8 12 37.5 5 1 16.7 0 0 13 59.1 14 43.8 Total 6 100 4 100 22 100 32 100 Berdasarkan Tabel 11. Distribusi Kategori Karies Anak Berdasarkan Usia, pada kategori karies rendah dapat diketahui jumlah responden terbanyak adalah pada usia 4 tahun dengan jumlah 3 responden (50%) dan paling sedikit adalah pada usia 5 tahun dengan jumlah 1 responden (16,7%), pada kategori karies sedang dapat diketahui jumlah responden terbanyak adalah pada usia 3 dan 4 tahun dengan masing-

36 masing 2 responden (50%) dan paling sedikit adalah usia 5 tahun dengan jumlah 0 responden (0%), sedangkan pada kategori karies tinggi, dapat diketahui jumlah responden terbanyak adalah pada usia 5 tahun dengan jumlah 13 responden (59.1%) dan paling sedikit adalah pada usia 3 tahun dengan 2 responden (9.1%). Tabel 7. Uji Normalitas Data Uji Normalitas Shapiro-Wilk dmf-t Anak DMF-T Ibu 0.11 0.711 Berdasarkan Tabel 12. Uji Normalitas Data dengan Shapiro-Wilk didapatkan hasil 0.11 untuk dmf-t anak dan 0.711 untuk DMF-T ibu, yang berarti distribusi kedua kelompok data adalah normal karena hasil yang didapatkan > 0.05. Analisis data yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara indeks karies (dmf-t) pada periode gigi desidui dengan riwayat penyakit gigi ibu (DMF-T) dilakukan uji statistik pearson correlation dengan hasil sebagai berikut : Tabel 8. Hasil Analisis Uji Korelasi Pearson Indeks Karies (dmf-t) Variabel Koefisien Sig. (2-tailed) N Korelasi Riwayat Penyakit 0.153 0.405 32 Gigi Ibu (DMF-T) Berdasarkan Tabel 13. Hasil analisis uji korelasi pearson mengenai hubungan antara indeks karies (dmf-t) dengan riwayat penyakit gigi ibu (DMF-T), dapat diketahui nilai r = 0.153 dan p = 0.405 yang berarti p >

37 0.05. Hal ini menandakan bahwa tidak terdapat korelasi yang bermakna secara statistik antara indeks karies (dmf-t) pada periode gigi desidui dengan riwayat penyakit gigi ibu (DMF-T). B. Pembahasan Penelitian ini dilakukan kepada 32 pasangan ibu dan anak usia 3 sampai 5 tahun di TPA As Sakinah Godean, PAUD Among Lare, dan TK Aisyiyah Bustanul Atfal Godegan. Hasil dari penelitian menunjukkan sebanyak 19 responden anak atau 59.4% adalah berjenis kelamin perempuan dan 13 responden anak atau 40.6% adalah berjenis kelamin laki-laki. Hal ini menunjukkan jumlah responden yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dari pada jumlah responden yang berjenis kelamin laki-laki. Tabel 10 dapat diketahui prevalensi dari masing-masing kategori karies gigi (ringan, sedang, tinggi) pada anak perempuan lebih tinggi dari pada anak laki-laki oleh karena jumlah responden anak perempuan lebih banyak dari pada anak laki-laki. Hal ini juga dapat disebabkan karena gigi desidui pada anak perempuan lebih dulu erupsi dibanding gigi anak lakilaki, sehingga gigi anak perempuan lebih lama di dalam rongga mulut dan lebih lama berhubungan dengan faktor-faktor langsung terjadinya karies, yang antara lain gigi dan saliva, mikroorganisme, makanan, dan waktu. (Susi, dkk., 2012 ; Suwelo, 1992).

38 Kiswaluyo (2010) menjelaskan bahwa pada anak laki-laki biasanya jarang memperhatikan kebersihan mulutnya dan malas menggosok gigi dibandingkan siswa perempuan, dan mungkin untuk siswa perempuan yang terkadang lebih menghindari makanan yang manis-manis dibandingkan siswa laki-laki. Penelitian ini terlihat sedikit hasil yang lebih tinggi prevalensi karies gigi pada anak perempuan daripada anak laki-laki, sehingga masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui tentang jenis konsumsi makanan anak berhubungan dengan karies gigi. Penelitian ini juga menunjukkan sebanyak 14 anak atau sekitar 43.8% berusia 5 tahun, sebanyak 12 anak atau sekitar 37.5% berusia 4 tahun, dan 6 anak atau sekitar 18.8% berusia 3 tahun. Dilihat dari hasil penelitian ini, distribusi anak yang mengalami karies gigi dengan kategori karies tinggi paling banyak adalah usia 5 tahun dengan jumlah 13 responden (59.1%). Hal ini disebabkan karena pada usia 5 tahun ke atas anak mulai memakan makanan yang dilarang dan pada masa tersebut anak paling banyak menderita karies dentin yang mungkin disebabkan karena anak memiliki pola makan yang kurang teratur dan ketidaktahuan dalam menjaga kesehatan gigi sehingga dapat menyebabkan terjadinya karies gigi (Winda, dkk., 2015). Penelitian yang telah dilakukan kepada anak dengan metode dmf-t (decayed, missing, filling teeth), didapatkan hasil sebanyak 22 anak atau sekitar 68.8% termasuk dalam kategori tinggi, 6 anak atau sekitar 18.8%

39 termasuk dalam kategori rendah, dan 4 anak atau sekitar 12.5% termasuk dalam kategori sedang. Penelitian dengan indeks DMF-T yang dilakukan kepada ibu didapatkan hasil sebanyak 29 responden atau sekitar 90.6% termasuk dalam kategori sangat tinggi, dan masing-masing sebanyak 1 responden atau 3.1% termasuk dalam kategori rendah, sedang, dan tinggi. Hasil penelitian dengan uji statistik korelasi pearson didapatkan nilai r = 0.153 dan nilai p = 0.405 atau p > 0.05, yang berarti bahwa tidak terdapat korelasi yang bermakna secara statistik antara indeks karies (dmft) pada periode gigi desidui dengan riwayat penyakit gigi ibu (DMF-T). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Anri, dkk. (2012), bahwa pengalaman karies ibu yang diukur dengan skor DMF-T dan ECC pada anak yang diukur dengan def-t yaitu tidak terdapat korelasi yang bermakna secara statistik dan memiliki korelasi yang positif dengan kekuatan korelasi yang lemah (r = 0.254 dan p = 0.075 atau p > 0.05). Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian oleh Huang, dkk. (2014) yang mengatakan bahwa terdapat korelasi positif antara skor DMF-T pada ibu dengan skor def-t pada anak dan penelitian Widyagarini, dkk. (2016) bahwa skor karies pada ibu dan anak memiliki korelasi positif yang signifikan. Mengenai hasil hubungan yang tidak bermakna ini menurut peneliti adalah karena riwayat atau pengalaman ibu tentang karies gigi yang diukur dengan indeks DMF-T tidak berhubungan secara langsung dengan

40 terjadinya karies pada anak. Hal ini memberikan gambaran bahwa pengalaman atau riwayat ibu tentang karies gigi bukan merupakan satusatunya faktor yang mempengaruhi ada atau tidaknya karies gigi pada anak. Pengalaman merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari manusia. Pengalaman bisa menjadi sangat berharga bagi manusia dan dapat diberikan kepada siapa saja untuk digunakan dan dijadikan pedoman serta pembelajaran bagi manusia. Pengalaman ibu mengenai karies gigi juga tak dapat terlupakan karena ibu sering merasakan sakit saat mengalami karies gigi sehingga ibu yang pernah merasakan karies gigi mengharapkan anaknya tidak akan mengalami karies. Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar ibu yang berjumlah 29 orang atau 90.6% mengalami karies dengan kategori sangat tinggi, dan sebagian besar anak yang berjumlah 22 orang atau 68.8% mengalami karies dengan kategori tinggi. Hal ini berarti bahwa sebagian besar ibu yang telah mengalami karies gigi tidak belajar dari pengalaman sehingga karies yang tinggi dapat terjadi pada anaknya. Karies gigi merupakan penyakit yang multifaktorial karena disebabkan oleh beberapa faktor penyebab seperti gigi dan saliva, mikroorganisme, makanan, serta waktu yang saling mempengaruhi satu sama lainnya (Kiswaluyo, 2010). Skor karies ibu merupakan salah satu faktor risiko karies pada anak. Seorang ibu yang mempunyai skor DMF-T sangat tinggi juga mempunyai level S. mutans yang tinggi, jadi hal itu

41 dapat meningkatkan transmisi S. mutans dari ibu ke anak (Widyagarini, dkk., 2016). Anak dapat tertular S. mutans dari ibu melalui kontak saliva yaitu pada saat ibu memberi makan anaknya dengan menggunakan sendok yang sama, ketika membasahi kempeng anaknya, dan menggunakan sikat gigi yang sama antar anggota keluarga (Asfria, 2009). Faktor lain yang dapat mempengaruhi tingginya kejadian karies gigi pada anak adalah pengetahuan ibu tentang karies gigi. Pengetahuan ibu memberikan pengaruh terhadap perilaku dalam memelihara kebersihan gigi anak (Sariningrum dan Irdawati, 2009). Orang tua yang memiliki pengetahuan yang rendah mengenai kesehatan gigi dan mulut biasanya kurang peduli terhadap kesehatan gigi dan mulut anaknya (Kumar, dkk., 2013). Penelitian oleh Purwaka (2014), didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan status karies pada anak. Sebagian besar responden pada penelitian tersebut memiliki tingkat pengetahuan rata-rata, dimana pengetahuan yang dimaksud pada penelitian tersebut adalah pengetahuan dan pemahaman ibu mengenai penyebab terjadinya karies, pencegahan terjadinya karies, dan dampak terjadinya karies. Faktor sosial ekonomi orang tua juga turut mempengaruhi dalam terjadinya karies pada anak. Yulianti dan Muhlisin (2011) menyatakan bahwa pendapatan ekonomi yang diperoleh dalam sebuah keluarga akan lebih banyak jika kedua orang tua bekerja dibandingkan jika hanya satu orang yang bekerja. Hal ini akan mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut

42 anak dalam menyediakan peralatan untuk menunjang kesehatan gigi dan mulut, asupan makanan yang baik dan pemeriksaan ke dokter dengan rutin guna mencegah terjadinya karies gigi serta untuk melakukan pengobatan lebih dini jika sudah terjadi karies gigi agar tidak berkelanjutan. Asfria (2009) menjelaskan bahwa status sosial ekonomi sebagai faktor resiko penting terhadap terjadinya karies terutama pada masyarakat yang berpenghasilan rendah, hal ini disebabkan karena mahalnya perawatan gigi. Pola makan anak dan waktu menyikat gigi anak turut mempengaruhi terjadinya karies gigi pada anak. Anak-anak lebih menyukai makanan yang banyak mengandung gula, manis dan lengket daripada makanan yang berserat. Penelitian oleh Budisuari, dkk., (2010) dapat diketahui bahwa pola makan manis mempengaruhi berat ringannya karies, yaitu semakin sering makan manis, ada kecenderungan semakin banyak yang memiliki karies di atas rata-rata (>2) dan dari uji Chi-Square ada hubungan yang signifikan. Banyak anak menyikat gigi di waktu yang tidak tepat, seperti pada saat mandi pagi dan sore, dan banyak yang tidak menyikat gigi saat malam hari karena kemungkinan mereka malas, mengantuk, dan ketiduran sehingga lupa menyikat gigi (Sari, 2014). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Budisuari, dkk., (2010) dapat diketahui bahwa anak yang tidak menyikat gigi pada pagi hari setelah makan dan sebelum tidur malam

43 ada kecenderungan semakin banyak yang memiliki karies di atas rata-rata (>2) dan dari uji Chi-Square ada hubungan yang signifikan. Faktor lain yang dapat mempengaruhi karies gigi pada anak adalah status gizi anak. Penelitian oleh Hidayatullah, dkk. (2016), didapatkan hasil bahwa siswa siswi dengan status gizi kurang memiliki rata-rata tingkat karies gigi lebih tinggi daripada siswa siswi status gizi baik. Karies pada anak dengan malnutrisi tinggi terjadi karena perkembangan kelenjar saliva mengalami atropi sehingga menyebabkan aliran saliva menurun dan mengurangi buffer saliva yang akhirnya dapat meningkatkan resiko terjadinya karies.