BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional untuk tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dalam tujuan nasional. Selaras dengan tujuan pembangunan kesehatan tersebut adalah terdapatnya kemampuan masyarakat untuk hidup sehat bagi setiap penduduk. Untuk itu, perlu ditingkatkan upaya untuk semakin meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang memiliki mutu yang baik serta biaya yang terjangkau oleh masyarakat (Depkes, 2009). Masyarakat saat ini juga telah menyadari bahwa kesehatan merupakan salah satu kebutuhan mereka, bukan lagi barang mewah seperti yang diperlakukan selama ini. Masyarakat menginginkan agar ketika mereka membutuhkan pelayanan kesehatan, mereka mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhannya tersebut serta tidak tergantung kepada kemampuannya untuk membayar. Namun, hingga saat ini masih terjadi ketimpangan dalam akses pelayanan kesehatan ditengah masyarakat (Thabrany, 2002). Salah satu hambatan utama bagi masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan adalah ketidakmampuan masyarakat dalam mengakses pelayanan kesehatan terutama keterbatasan biaya. Hal tersebut dikarenakan masih rendahnya pendapatan masyarakat dan diperparah dengan kenaikan biaya pelayanan kesehatan
terutama alat-alat kesehatan dan obat-obatan. Apabila tidak dilakukan pengendalian biaya akan semakin mempersulit masyarakat untuk mengakses pelayanan kesehatan (Info Askes, 2010). Di sisi lain, sebagian besar biaya kesehatan masih ditanggung sendiri oleh masyarakat yakni sekitar 70%, dimana 85% dibayar secara langsung dari kantong sendiri (out of pocket) dan hanya 15% dibayar melalui asuransi. Hal ini mengakibatkan masyarakat harus menyediakan dana tunai apabila mereka memerlukan pemeliharaan kesehatan dan bagi yang tidak mampu menyediakan dana tunai mereka tidak akan mendapatkan pelayanan kesehatan. Akibat yang terjadi adalah semakin meningkatnya angka morbiditas dan angka mortalitas yang berarti juga semakin rendahnya derajat kesehatan masyarakat (Thabrany, 2005). Menurut Riskesdas 2007, persentase penduduk yang membayar pelayanan kesehatan secara out of pocket di pelayanan rawat jalan sebesar 74,5% dan di pelayanan rawat inap sebesar 71,0% Upaya yang tepat untuk mengatasi permasalahan di atas adalah dengan asuransi/jaminan kesehatan (Info Askes, 2010). Asuransi/jaminan kesehatan adalah suatu sistem pembiayaan yang memberikan perlindungan atau jaminan dalam mengatasi risiko dan ketidakpastian gangguan kesehatan serta implikasi biaya yang diakibatkan. Manfaat yang diperoleh adalah kompensasi untuk mengatasi kerugian akibat peristiwa sakit tersebut baik kerugian akibat perawatan dan pengobatan di pelayanan kesehatan maupun kerugian akibat hilangnya waktu kerja (Murti, 2004). Pada tahun 2010 diperkirakan dari sekitar 230 juta jiwa penduduk Indonesia, yang telah memiliki jaminan kesehatan hanya sekitar 98,2 juta jiwa (42,6%), yang
terdiri dari 16,3 juta jiwa melalui program Askes Sosial (PNS/TNI/Polri/Veteran dan Perintis Kemerdekaan), 2,5 juta jiwa pekerja sektor formal melalui asuransi komersial, 76,4 juta jiwa (melalui Jamkesmas) dan 3 juta jiwa sektor informal yang ditanggung oleh pemerintah daerah melalui Jamkesda (1,6 juta dikelola oleh PT. Askes dan 1,4 juta dikelola secara swadaya oleh Pemda). Hal ini berarti masih ada 131 juta jiwa atau 57,4% penduduk yang belum memiliki jaminan kesehatan yang sangat rentan untuk sakit berat karena kesehatannya belum terlindungi (Info Askes, 2010). Sementara itu, menurut Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2011, persentase penduduk yang memiliki jaminan kesehatan di Sumatera Utara pada tahun 2010 hanya sekitar 43,69% dan yang tidak memiliki jaminan kesehatan sebesar 56,31%. Dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 pasal 28 H ayat (3) dinyatakan bahwa setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya sebagai manusia yang bermartabat. Pasal 34 ayat (2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. Ayat (3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Untuk melaksanakan amanat UUD tersebut, pemerintah telah menetapkan Undang-Undang (UU) No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). SJSN adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial dimana jaminan sosial merupakan suatu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Jaminan
kesehatan merupakan salah satu jaminan sosial yang harus dilaksanakan agar masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak. Namun, implementasinya sampai saat ini masih dalam tahap persiapan menuju terwujudnya universal coverage seperti yang diamanatkan tersebut. Kementerian Kesehatan sendiri sejak tahun 2005 telah melaksanakan program jaminan kesehatan terutama bagi masyarakat miskin, dimulai dengan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin (PJKMM) atau lebih dikenal dengan program Askeskin (2005-2007) yang kemudian berubah nama menjadi program Jaminan Kesehatan Masyarakat/Jamkesmas (2008-sekarang). Kesemuanya memiliki tujuan yang sama yaitu sebagai upaya untuk menjaga kesinambungan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu yang merupakan masa transisi sampai dengan terlaksananya jaminan sosial sesuai UU SJSN. Sejak diselenggarakannya desentralisasi (otonomi daerah) melalui UU No.22/1999 tentang Pemerintahan Daerah dan direvisi dengan UU No.32/2004 tentang Pemerintahan Daerah membawa perubahan di berbagai bidang pembangunan tidak terkecuali kesehatan. Pemerintah daerah harus menyediakan sendiri pelayanan kesehatan di daerahnya dan mengelola segala sumber daya yang dimiliki daerah secara efektif dan efisien untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat (Trisnantoro, 2006). Kota Tanjungbalai merupakan salah satu daerah yang mengembangkan jaminan kesehatan bagi masyarakat yakni Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Umum (PJKMU) Madani. Program ini dilaksanakan sejak tahun 2008 dan
diselenggarakan akibat masih banyaknya keluarga miskin yang belum terjamin dalam Askeskin/Jamkesmas. Kota Tanjungbalai sendiri masih memiliki beberapa permasalahan kesehatan. Menurut Riskesdas 2007, prevalensi gizi buruk di kota Tanjungbalai sebesar 6,2%, gizi kurang 20,0%, cakupan imunisasi pada balita masih sebesar 53,0%. Sedangkan untuk pembiayaan kesehatan, persentase penduduk yang membayar pelayanan kesehatan secara out of pocket di pelayanan rawat jalan sebesar 88,8% dan di pelayanan rawat inap sebesar 73,6%. Penelitian Widya (2008) tentang pelaksanaan Jaminan Kesehatan Jembrana (JKJ) masih ditemukan kendala dan permasalahan yakni keterbatasan sumber daya manusia di bapel JKJ sehingga tidak dapat melakukan sosialisasi secara maksimal, masih ditemukannya perilaku moral hazard di kalangan PPK serta kepesertaan JKJ masih belum mencapai target yang ditetapkan sebelumnya. Penelitian Vionalita (2008), tentang pelaksanaan jaminan kesehatan di propinsi Sumatera Barat, juga masih ditemukan permasalahan yakni keterbatasan sumber daya manusia di seksi JPKM dinkes propinsi sehingga memengaruhi pelaksanaan program terutama sosialisasi program, rendahnya pengawasan terhadap program yakni terlambatnya dan bahkan tidak dikirimnya laporan pelaksanaan program oleh pemda kabupaten/kota, belum tercapainya cakupan kepesertaan yakni hanya sekitar 20,3% dibandingkan dengan yang ditetapkan sebelumnya yaitu 50% dari seluruh jumlah penduduk. PJKMU Madani dilaksanakan dengan harapan masyarakat miskin yang sebelumnya tidak memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan pada akhirnya mendapatkan pelayanan kesehatan seperti masyarakat yang lain. Namun, dalam
pelaksanaannya masih banyak permasalahan yang terjadi seperti masalah pendataan peserta. Untuk itu, peneliti mempertimbangkan perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis mengenai pelaksanaan PJKMU Madani Kota Tanjungbalai. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan PJKMU Madani Kota Tanjungbalai Tahun 2011 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan pelaksanaan PJKMU Madani Kota Tanjungbalai Tahun 2011. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan bagi Pemda Tanjungbalai, PT. Askes (Persero) Tanjungbalai, Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai dan pihak lainnya yang terkait dengan pelaksanaan PJKMU Madani. 2. Sebagai informasi tambahan yang akan memperkaya kajian dalam ilmu Adminstrasi dan Kebijakan Kesehatan. 3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi penelitian selanjutnya. 4. Sebagai bahan bacaan bagi pembaca.