BAB I. PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dengue adalah salah satu penyakit infeksi yang. dalam beberapa tahun terakhir ini menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. yaitu Den-1, Den-2, Den-3, Den-4 dan yang terbaru adalah Den-5.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan

I. PENDAHULUAN. Salah satu penyakit yang ditularkan oleh nyamuk sebagai vektornya adalah Demam

I. PENDAHULUAN. vektor penyakit infeksi antar manusia dan hewan (WHO, 2014). Menurut CDC

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan yang ditemukan di

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang sering ditemukan di daerah tropis dan. subtropics. Di Asia Tenggara, Indonesia memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. dengue (DEN) dari kelompok Arbovirus B, yaitu termasuk arthtropod-borne virus

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan ditularkan oleh gigitan nyamuk Ae. aegypti ini menjadi penyakit tular virus

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dan ditularkan melalui perantara nyamuk Aedes aegypti dan Aedes

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah. kesehatan utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN.. HALAMAN PERNYATAAN. KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes spp.

BAB I PENDAHULUAN. Aedes aegypti adalah jenis nyamuk yang tidak. asing di kalangan masyarakat Indonesia, karena

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demam Chikungunya merupakan salah satu re-emerging disease di

BAB 1 PENDAHULUAN. hampir di seluruh belahan dunia terutama negara tropik dan subtropik sebagai

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I LATAR BELAKANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih me rupakan salah satu masalah

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi di daerah tropis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I Infeksi dengue adalah suatu infeksi arbovirus yang ditularkan melalui

Deteksi Virus Dengue pada Telur Nyamuk Dewasa Aedes spesies di Daerah Endemis DBD (Studi Kasus di Kota Semarang)

BAB I PENDAHULUAN. yaitu dengue shock syndrome (DSS). Kewaspadaan dini terhadap. tanda-tanda syok pada penderita demam berdarah dengue (DBD)

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia yang cenderung jumlah pasien serta semakin luas. epidemik. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan

Al Ulum Vol.54 No.4 Oktober 2012 halaman

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) atau Dengue. hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit virus yang

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar, 2008). Berdasarkan catatan World

BAB I PENDAHULUAN. penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. beberapa negara-negara tropis, terutama Yogyakarta. Tingginya prevalensi DBD

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah. satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes, dengan ciri

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit yang masih menjadi fokus utama masyarakat Internasional serta

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara berkembang yang berada pada periode triple

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh virus dengue. DBD merupakan penyakit dengan jumlah kasus yang tinggi di

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue, ditularkan

I. PENDAHULUAN. yang ditularkan ke manusia dengan gigitan nyamuk Aedes Aegypty.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes

I. PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di negara negara

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh virus dengue dengan gambaran klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. Pendahuluan UKDW. data dari World Health Organization (WHO) bahwa dalam 50 tahun terakhir ini

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit menular cukup tinggi dan prevalensinya meningkat karena

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dan dalam waktu yang relatif singkat. Penyakit jenis ini masih

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang. disebabkan oleh virus dengue yang disebarkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengue adalah penyakit infeksi virus pada manusia yang ditransmisikan

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang berada di daerah tropis, sehingga. merupakan daerah endemik bagi penyakit-penyakit yang penyebarannya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak adalah individu yang berusia 0-18 tahun dipandang sebagai n

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

BAB I PENDAHULUAN. utama di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Pada tahun 2010, Indonesia UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia Tenggara termasuk di Indonesia terutama pada penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Demam Berdarah Dengue (DBD) pertama kali ditemukan. tahun 1953 di Fillipina. Selama tiga dekade berikutnya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lain lain masih cukup tinggi angka kesakitan dan kematian yang menimbulkan

TERHADAP MALATION DAN AKTIVITAS ENZIM ESTERASE NON SPESIFIK DI WILAYAH KERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN BANDAR UDARA SAM RATULANGI MANADO

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami 2 musim, salah

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. Menurut UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dalam pasal 152

Transkripsi:

1 BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan bahwa Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara terhitung sejak tahun 1968-2009 (WHO, 2009). Penyakit DBD masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang belum dapat ditanggulangi sampai saat ini. Penyakit ini sering kali menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) di beberapa kabupaten/kota di Indonesia. Pada tahun 2012, kasus DBD di Indonesia dilaporkan sebanyak 90.245 orang dengan kematian 816 orang. Pada tahun 2013, Incident Rate (IR) DBD adalah 45,85/100.000 penduduk (Kemenkes RI, 2013). Pada tahun 2013, Lampung merupakan salah satu dari 6 Provinsi yang di laporkan terjadi KLB DBD di Indonesia. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, pada akhir tahun 2011 sampai awal tahun 2015 terjadi wabah DBD hampir di seluruh Kabupaten. Laporan penderita DBD di Kota Bandar Lampung 5 tahun berturut-turut dari tahun 2011-2015 sebanyak 413, 1608, 576, 343, dan 335 kasus sampai bulan Mei ini sehingga Kota Bandar Lampung dikategorikan sebagai daerah endemis DBD. Kasus DBD menyebar ke beberapa kelurahan di berbagai kecamatan. Pada tahun 2010 ada 86 kelurahan yang tergolong endemis, kemudian pada tahun 2011 dan 2012 terdapat 77 kelurahan

2 endemis. Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung melaporkan bahwa terdapat 186 kasus sampai bulan Mei pada tahun 2015 yang terdistribusi di Kecamatan Way Halim, Rajabasa, dan Sukabumi (Dinkes Bandar Lampung, 2015). Kecamatan Way Halim merupakan salah satu daerah di Kota Bandar Lampung yang endemis dan memiliki angka kejadian tinggi DBD. Setiap tahunnya selalu terdapat kasus yang menyebar di beberapa kelurahan. Pada tahun 2013, Way Halim menduduki peringkat 2 daerah rawan DBD di Kota Bandar Lampung dengan jumlah 60 kasus (Dinkes Kota Bandar Lampung, 2013). Berdasarkan data dari Puskesmas Way Halim tahun 2012-2015, jumlah kasus tinggi terdapat di 3 Kelurahan, yaitu Kelurahan Perumnas Way Halim dengan jumlah 115, Gunung Sulah dengan jumlah 97, dan Way Halim Permai dengan jumlah 78 (Puskesmas Way Halim, 2015). Pada pengendalian suatu penyakit harus dipahami epidemiologinya, yaitu adanya faktor penyebab (agent), inang (host), dan lingkungan (environment). Penyakit dengue disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan nyamuk Aedes albopictus. Nyamuk tersebut mempunyai sifat anthropophilic dan multiple feeding dan kedua sifat tersebut dapat meningkatkan risiko penularan DBD di wilayah permukiman penduduk (Sukowati, 2010). Virus dengue diketahui ada 4 serotipe yaitu: DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Nyamuk yang mengandung virus dengue dengan kepadatan populasi yang tinggi akan menyebabkan nyamuk kontak dengan manusia semakin banyak dan kemungkinan manusia terserang virus semakin tinggi juga. Virus dengue dapat ditularkan secara horizontal dari manusia pembawa virus ke nyamuk

3 vektornya maupun secara vertikal dari induk ke keturunannya (transovarial) (Anggraini, 1998). Penularan ini berpotensi meningkatkan wabah demam berdarah atau setidaknya memberikan kontribusi sering timbulnya kasus DBD di daerah endemis (Thavara et al., 2006). Penelitian tentang deteksi keberadaan virus dengue dan serotipenya sering dilakukan pada serum penderita DBD sedangkan penelitian pada nyamuk Ae. aegypti sebagai vektornya belum banyak dilakukan. Serotipe virus berkaitan dengan penyakit DBD yang akan ditimbulkan di wilayah tersebut. Virus DEN-3 merupakan serotipe yang paling dominan di Indonesia yang tersebar di berbagai daerah dan berhubungan dengan tingkat keparahan suatu penyakit yang menyebabkan kasus berat (Suroso, 1999). Informasi hasil studi molekuler dari perkembangan infeksi virus dengue yang dapat menimbulkan penyakit akan sangat berguna dalam pengendalian dan penanganan virus dengue melalui deteksi adanya transmisi tansovarial dan serotipe virus. Sebagai kontrol dan pencegahan demam dengue, penting untuk mendeteksi secara cepat virus dengue dan serotipe nya melalui sampel klinis dan nyamuk. Cara diagnosis teknik molekuler yang saat ini sedang berkembang adalah dengan menggunakan teknik Imunohistikomia (IHC) dan Reverse Transcriptase Polymerase Chain reaction (RT-PCR). Hasil pemeriksaan virus dengue dengan metode IHC bersifat kualitatif, dikenal sangat senditif, spesifik, dan sahih untuk keperluan diagnostik virus dengue (Mardihusodo, 2005). Pemeriksaan dengan menggunakan RT-PCR ini juga dapat menentukan serotipe virus dengue dengan cepat, tepat, dan spesifik (Harris, 1998).

4 Pada pengendalian penyakit DBD secara menyeluruh di suatu daerah perlu juga diketahui virus dengue yang menginfeksi, adanya transmisi transovarial serta serotipe yang terdapat pada vektor. Umniyati (2004) membuktikan adanya penularan virus dengue secara transovarial pada nyamuk Ae. aegypti di alam dengan angka infeksi 27,27% di sumur. Mashoedi (2007) melaporkan bahwa distribusi serotipe virus dengue di Kota Semarang homogen pada masing-masing wilayah endemis. Serotipe virus DEN-3 mendominasi di wilayah endemis tinggi dan endemis rendah DBD yang diikuti oleh serotipe DEN-2, kemudian serotipe DEN-1 dan serotipe DEN-4. Penelitian mengenai deteksi serotipe virus yang di lakukan oleh Ludmel et al. (2005) menunjukkan bahwa adanya serotipe dengue virus yang ditemukan yaitu DEN-1 sampai DEN-4 pada nyamuk Ae. aegypti yang dikoleksi dari lapangan di Maracay, Aragua, dan Venezuela yang terdeteksi dengan menggunakan metode RT-PCR. Sampai saat ini obat yang efektif dan vaksin yang spesifik belum ada, maka pemberantasan penyakit DBD dititikberatkan pada pengendalian vektor yaitu nyamuk Ae. aegypti. Pengendalian yang sering dilakukan yaitu secara kimiawi dengan menggunakan insektisida. Insektisida organofosfat (malation dan temefos) telah digunakan dalam program nasional pengendalian vektor DBD di Indonesia sejak tahun 1970-an, adapun penggunaan organofosfat di Lampung sudah sejak tahun 1982-an, kemudian diiringi dengan penggunaan insektisida piretroid (Dinkes Bandar Lampung, 2014). Penggunaan insektisida dalam skala luas, secara terus-menerus dalam jangka waktu yang cukup lama dan frekuensi tinggi dapat menimbulkan

5 penurunan kerentanan pada nyamuk sasaran menjadi toleran sampai resisten. Resistensi merupakan rintangan tunggal (single barrier) paling besar dalam program pengendalian nyamuk secara kimiawi. Keberhasilan dalam pengendalian tergantung status kerentanan nyamuk terhadap insektisida yang digunakan (WHO, 1995; Georghiu & Mellon, 1983). Serangga mempunyai cara yang sangat berbeda-beda untuk memperoleh ketahanan terhadap berbagai jenis insektisida, bahkan pada satu spesies serangga yang sama dapat menunjukkan mekanisme resistensi yang berbeda pada tiap stadium perkembangannya (Mulyaningsih, 2004). Uji kerentanan nyamuk Ae. aegypti terhadap insektisida golongan organofosfat dan piretroid telah dilakukan di berbagai negara, nyamuk Ae. aegypti menunjukkan telah resisten terhadap organofosfat yang sudah digunakan ± 15 tahun dalam program pengendalian di daerah endemis di New Caledonia, Malaysia, Congo, dan Thailand (WHO, 1986). Salim et al. (2009) melaporkan bahwa terdapat kecenderungan penurunan kerentanan larva Ae. aegypti terhadap temefos di Kota Palembang. Penelitian yang dilakukan Pradani et al. (2011) menunjukkan bahwa Ae. aegypti dari desa endemis di kecamatan Cimahi menunjukkan penurunan kerentanan dan resisten terhadap sipermetrin 0,2% dan 0,4%. Di Kota Bandar Lampung, penggunaan insektisida untuk pengendalian vektor DBD telah lama diaplikasikan ±30 tahun sehingga dapat diperkirakan telah terjadi peningkatan daya tahan Ae. aegypti terhadap organofosfat dan piretroid. Pemantauan secara berkala status kerentanan nyamuk terhadap insektisida yang digunakan dalam pengendalian sangat diperlukan. Data tersebut bermanfaat

6 sebagai data dasar dan bahan pertimbangan penggunaan insektisida selanjutnya serta memantau terjadinya resistensi di suatu daerah. Resistensi bersifat menurun pada generasi berikutnya maka perlu ditanggulangi supaya penyebaran dengue oleh nyamuk tidak meningkat. Suatu wilayah yang didominasi oleh nyamuk resisten terhadap insektisida yang digunakan dalam pengendalian vektor menyebabkan kepadatan populasi tinggi sehingga peluang nyamuk untuk menularkan juga akan tinggi. Berdasarkan uraian diatas peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian tentang kajian nyamuk Ae. aegypti sebagai vektor dengue (dengan mengetahui adanya transmisi transovarial dan serotipe virus) serta uji kerentanan larva dan nyamuk terhadap insektisida di Kecamatan Way Halim Kota Bandar Lampung. I.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat diajukan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah ada transmisi transovarial virus dengue pada nyamuk Ae. aegypti yang berasal dari berbagai tipe permukiman di Kecamatan Way Halim? 2. Bagaimana serotipe virus dengue nyamuk Ae. aegypti yang berasal dari berbagai tipe permukiman di Kecamatan Way Halim? 3. Bagaimana status kerentanan larva dan nyamuk Ae. aegypti terhadap insektisida organofosfat dan piretroid yang berasal dari berbagai tipe permukiman di Kecamatan Way Halim?

7 I.3. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengkaji nyamuk Ae. aegypti sebagai vektor dengue dan status kerentanannya terhadap insektisida di Kecamatan Way Halim Kota Bandar Lampung. b. Tujuan Khusus: 1. Mengetahui adanya transmisi transovarial virus dengue pada nyamuk Ae. aegypti dari berbagai tipe permukiman di Kecamatan Way Halim. 2. Mengetahui serotipe virus dengue nyamuk Ae. aegypti dari berbagai tipe permukiman di Kecamatan Way Halim. 3. Mengetahui status kerentanan larva dan nyamuk Ae. aegypti terhadap insektisida organofosfat dan piretroid dari berbagai tipe permukiman di Kecamatan Way Halim. I.4. Keaslian Penelitian Penelitian tentang kajian nyamuk Ae. aegypti sebagai vektor dengue dan uji kerentanannya terhadap insektisida organofosfat dan piretroid belum pernah dilakukan sampai saat ini di Kecamatan Way Halim Kota Bandar Lampung. Berdasarkan penelusuran yang dilakukan dengan kata kunci deteksi virus dan uji kerentanan terhadap insektisida terdapat beberapa penelitian serupa yang digunakan peneliti sebagai acuan, antara lain: 1. Ludmel et al. (2005) melakukan penelitian tentang detection of dengue viruses in field-caught Ae. aegypti (Diptera: Culicidae) in Maracay, Aragua state,

8 Venezuela by type-specific polymerase chain reaction. 2. Umniyati (2009) meneliti tentang teknik imunositokimia dengan antibodi monoklonal DSSC7 untuk kajian pathogenesis infeksi dan penularan transovarial virus dengue serta surveilansi virologis vektor dengue. 3. Saranani (2012) melakukan penelitian tentang uji kerentanan insektisida organofosfat dan deteksi transmisi transovarial virus dengue pada Ae. aegypti di Kota Kendari. 4. Thongwat et al. (2015) melakukan penelitian tentang susceptibility to temephos, permethrin, and deltamethrin of Ae. aegypti (Diptera: Culicidae) from Muang district, Phitsanulok Province, Thailand. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel, lokasi penelitian, dan antibodi yang digunakan. Pada penelitian ini meneliti tentang deteksi keberadaan virus dengue dengan metode IHC menggunakan antibodi monoklonal anti dengue (DSSE10) yang telah diproduksi di bagian Parasitologi FK UGM, deteksi serotipe virus dengue dengan metode RT-PCR, uji kerentanan nyamuk Ae. aegypti terhadap insektisida organofosfat dan piretroid serta hasilnya akan dibandingkan berdasarkan tipe permukiman yang berada di Kecamatan Way Halim. I.5. Manfaat Penelitian 1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, sebagai data dasar dan bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan dalam manajemen

9 program pengendalian vektor penular DBD dalam hal pencegahan infeksi dengue dan pemberantasan vektornya. 2. Bagi ilmu pengetahuan, sebagai tambahan referensi bagi peneliti lain dalam pengembangan lebih lanjut penelitian tentang deteksi keberadaan virus, serotipe, dan kerentanan nyamuk Ae. aegypti terhadap insektisida. 3. Bagi peneliti, sebagai tambahan ilmu tentang deteksi virus, serotipe, dan kerentanan nyamuk terhadap insektisida di Kecamatan Way Halim Kota Bandar Lampung.