BAB I PENDAHULUAN. 2001, h Muhamad Syafi i Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. dengan mengambil judul Analisis Kelayakan Pembiayaan Mikro pada Bank

BAB I PENDAHULUAN. pinggiran, atau biasa dikenal dengan rural banking. Di Indonesia, rural banking

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah pertama yang berdiri `di Indonesia adalah Bank Muamalat

BAB I PENDAHULUAN. 2015, h Gita Danupranata, Buku Ajar Manajemen Perbankan Syariah, Jakarta: Salemba. Empat, 2013, h. 103.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

2017, No khusus terhadap kredit atau pembiayaan bank bagi daerah tertentu di Indonesia yang terkena bencana alam; e. bahwa berdasarkan pertimba

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, ada

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan perdagangan. Bila ditelusuri asal mula timbulnya

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

2017, No penyusunan dan pelaksanaan kebijakan perkreditan atau pembiayaan bank bagi bank umum; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana di

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya. Pertumbuhan ini dapat dilihat dari semakin banyaknya bankbank

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

BAB I PENDAHULUAN. disetujuinya Undang-undang No.10 Tahun Dalam Undang-undang

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH.

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perbankan syariah berawal pada tahun 1950an.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk menjalankan bisnis dengan izin operasional sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm.3

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. tidak menawarkan sesuatu yang merugikan hanya demi sebuah keuntungan sepihak.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling

BAB I PENDAHULUAN. perbankan nasional yang terbagi menjadi dua macam yaitu perbankan

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan pesat. Bahkan keberadaan bank syari ah saat ini menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. pada keuntungan riil yang dikehendaki (margin) ataupun bagi hasil (profit

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai financial

PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

ANALISIS KOMPARASI UKURAN BANK PEMBIAYAAN SYARIAH TERHADAP KINERJA BPRS DI INDONESIA Oleh : Ridwansyah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dengan dilahirkannya Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan saran pemenuhan kebutuhan yang berpedoman pada nilai-nilai Islam. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bank pembiayaan rakyat syari ah atau yang lebih dikenal dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

REGULASI ENTITAS SYARIAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang berkelebihan untuk kemudian di salurkan kepada pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia terus menunjukkan perkembangan yang begitu cepat. Hal

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis jenis usaha yang dapat

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. keperluan-keperluan lain, tidak bisa diabaikan. Kenyataan menunjukkan bahwa di

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan syariah pada tahun Salah satu uji coba yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pinjaman kepada orang-orang yang membutuhkan dana. Bank

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah menjelaskan, praktik perbankan syari ah di masa sekarang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keimanan dan ketakwaan melahirkan krisis politik sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syari ah dalam peristilahan internasional dikenal sebagai Islamic

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang bergerak dalam dunia bisnis terdiri dari beragam

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu urat nadi perekonomian sebuah negara,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam. memajukan perekonomian suatu negara sangatlah besar. Hampir semua sektor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Bank Syariah. Dana Jasa. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4896)

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Syafi I Antonio, Bank Syari ah Dari Teori ke Praktek, Jakarta: GEMA INSANI, 2001, hlm 26

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang No.20 Tahun 2008.

BAB I PENDAHULUAN. 1 M. Aziz A, Pedoman Pendirian BMT. Jakarta: Pinbuk Press, 2004, h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan seperti perbankan merupakan instrumen penting. syariah telah memasuki persaingan berskala global,

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Pada Jurusan Akuntansi OLEH :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari ah, Depok : Rajagrafindo Persada, 2014, h. 24

BAB III METODE PENELITIAN

akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bank tersebut, baik dilihat dari sudut pandang operasional bank dan dampak psikologis yang terjadi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti perbankan, reksadana, dan takaful. 1. Banking System, atau sistem perbankan ganda, di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. prinsip syariah sebagai dasar hukumnya berupa fatwa yang dikeluarkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang berbasis syari ah sumber-sumber ekonomi. yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dengan sebaik-baiknya dari perencanaan jumlah kredit, pengorganisasian,

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

ISTILAH-ISTILAH DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARI AH

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

Fungsi, Peran dan Perkembangan Daya saing BPR/BPRS

BAB I PENDAHULUAN. Sistem bank mana yang dimaksud adalah perbankan yang terbebas dari praktik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lembaga intermediasi keuangan yang umumnya didirikan dengan kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. instrumen penting dalam sistem ekonomi telah berkembang pesat dalam dua

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 14 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan-kegiatannya dibidang keuangan, menarik uang dari dan. menyalurkannya kedalam masyarakat. 1

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR,

BAB II LANDASAN TEORI. diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Bank percaya kepada

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORITIS. secara dini indeksi-indeksi penyimpangan (deviation) dari kesepakatan

ANALISIS PRINSIP 5C DALAM PEMBIAYAAN MULTIJASA PADA AKAD IJARAH DI BPRS SURIYAH KANTOR CABANG SLAWI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan disetujuinya Undang-Undang No.10 Tahun 1998. Dalam Undang-Undang tersebut diatur dengan rincian dasar hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah. Undang-Undang tersebut juga memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang syariah atau bahkan mengkonversi diri secara total menjadi bank syariah. Peluang tersebut ternyata disambut antusias oleh masyarakat perbankan. Sejumlah bank mulai memberikan pelatihan dalam bidang perbankan syariah bagi para stafnya. Sebagian bank tersebut ingin menjajaki untuk membuka devisi atau cabang dalam institusinya. Sebagian lainnya bahkan berencana mengkonvermasi diri sepenuhnya menjadi bank syariah. 1 Sejarah perbankan syariah di Indonesia bermula dengan berdirinya Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Dana Mardhatillah, BPRS Berkah Amal Sejahtera, dan BPRS Amanah Rabbaniah di Kabupaten Bandung pada 10 Agustus 1990. Kemudian MUI mengadakan lokakarya Alim Ulama mengenai bunga bank dan perbankan di Cisarua-Bogor pada tanggal 19-22 Agustus 1990. Lokakarya tersebut merekomendasikan berdirinya lembaga perbankan berdasarkan prinsip syariah. Selanjutnya, Departemen Keuangan RI pada tanggal 10 Oktober 1990 menerbitkan izin prinsip untuk ketiga BPRS tersebut. Sedangkan izin usaha untuk kedua BPRS tersebut diterbitkan oleh Departemen Keuangan RI pada tanggal 25 Juli 1991 yaitu izin usaha: KEP No. 201/KM-13/1991 tanggal 25 Juli 1991 untuk BPRS Berkah Amal Sejahtera dan izin usaha No. 2001/tahun 1991 untuk BPRS 2001, h. 26. 1 Muhamad Syafi i Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani, 1

2 Dana Mardhatillah, dan mulai tanggal 19 Agustus 1991 kedua BPPRS tersebut beroperasi secara resmi. 2 Undang-Undang PBI No. 21 Tahun 2008 menyebutkan bahwa Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) yaitu bank syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Adapun kegiatan usaha dari BPRS intinya hampir sama dengan kegiatan dari Bank Umum Syariah (BUS), yang membedakannya adalah bahwa BPRS tidak diperkenankan memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran misalnya ikut dalam kegiatan kliring, inkaso dan menerbitkan giro. 3 Bank berfungsi sebagai tempat menyimpan uang dan menyalurkan dana dalam bentuk kredit atau pembiayaan. Bank sebagai organisasi bisnis telah menjadi alat dan sarana penunjang likuiditas usaha, dan sebagai konsekuensinya bank dituntut untuk menjadi organisasi bisnis yang proper dan prudent di dalam penyaluran dananya dalam bentuk pembiayaan. Pembiayaan didalam fungsi usaha sebuah bank telah disadari oleh para profesional bank sebagai jantung dan urat nadi darah dari kesehatan bank itu sendiri. Pemilihan nasabah yang benar-benar qualified di dalam penyaluran pembiayaan dan dana masyarakat akan sangat menunjang kelancaran fungsi usaha kedua belah pihak. 4 Sebelum memberikan pembiayaan kepada nasabah, bank syariah melakukan upaya pencegahan dengan melakukan analisis 5c agar dalam pemberian pembiayaan kepada calon nasabah tidak terjadi pembiayaan macet atau bermasalah. Prinsip tersebut diatur dalam Undang-Undang Bank Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah Pasal 23 ayat 2 yang mewajibkan bank syariah melakukan penilaian terhadap watak (character), kemampuan (capacity), modal (capital), agunan (collateral), dan prospek usaha (condition) dari calon nasabah penerima fasilitas. 2 Rahmat Hidayat, Efisiensi Perbankan Syariah: Teori dan Praktik, Bekasi: Gramata Publishing, 2014, h. 22. 3 Khotibul Umam, Trend Pembentukan Bank Umum Syariah Pasca UU No. 21 Tahun 2008 (Konsep, Regulasi dan Implementasi), Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2009, h. 41. 4 Ruddy Tri Santoso, Kredit Usaha Perbankan, Yogyakarta: Andi Offset, 1996, h. 2.

3 Adapun penjelasan untuk analisis dengan prinsip 5C pembiayaan adalah sebagai berikut: 1. Character Suatu keyakinan bahwa, sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit atau pembiayaan benar-benar dapat dipercaya. 2. Capacity Untuk melihat nasabah dalam kemampuannya dalam bidang bisnis yang dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur dengan kemampuannya dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan pemerintah. 3. Capital Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dilihat laporan keuangan (neraca dan laporan laba rugi) dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan ukuran lainnya. 4. Collateral Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. 5. Condition Dalam menilai pembiayaan hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi dan politik sekarang dan di masa yang akan datang sesuai sektor masing-masing, serta prospek usaha dari sektor yang ia jalankan. 5 Kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh BPRS versi Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah diatur dalam Pasal 21, yaitu bahwa kegiatan usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) meliputi: menghimpun dana dari masyarakat, menyalurkan dana kepada masyarakat, menempatkan dana pada bank syariah lain, memindahkan uang, dan menyediakan produk sesuai dengan prinsip syariah berdasarkan persetujuan BI. Diantara produk tersebut khususnya menyalurkan dana kepada masyarakat terdapat beberapa macam, yakni 5 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005, h. 104-105.

4 pembiayaan berdasarkan akad mudharabah, musyarakah, murabahah, salam, istishna, qardh, ijarah, ijarah muntahiya bittamlik, dan hawalah. 6 Di BPRS PNM Binama Semarang produk pembiayaan yang paling banyak diminati nasabah adalah produk pembiayaan murabahah, sedangkan produk multijasa berada diurutan nomor dua, mudharabah nomor tiga, dan ijarah yang terakhir. Data tersebut dapat dikolomkan berupa Tabel 1.1 di bawah ini 7 : Tabel 1.1 Produk Pembiayaan BPRS PNM Binama Semarang Pembiayaan 2013 2014 2015 nominal nominal nominal Murabahah 16,887,391,899 640 14,770,080,848 638 17,541,034,019 641 Mudharabah 5,870,000 2 5,870,000 2 - - Ijarah 1,793,894 1 - - - - Multijasa 805,195,704 113 584,836,323 98 927,129,655 118 Sumber: Kabag Lending, bapak Suranto Dwi Atmoko. Pada Tabel 1.1 di atas dijelaskan bahwa pada kolom pembiayaan disebutkan produk pembiayaan BPRS PNM Binama semarang, kemudian pada kolom kedua, ketiga, dan keempat dijelaskan masing-masing tahun terjadinya transaksi pembiayaan yang terjadi di BPRS PNM Binama Semarang yang terdiri dari kolom nominal dan kolom, kolom nominal dijelaskan untuk mengetahui jumlah total angka keseluruhan transaksi pembiayaan dalam bentuk rupiah pada tahun tersebut dan pada kolom dijelaskan untuk mengetahui jumlah total nasabah yang melakukan transaksi pembiayaan pada tahun tersebut. Maka dari Tabel 1.1 tersebut dapat dilihat bahwa produk pembiayaan ijarah dapat dikatakan sebagai produk yang paling kurang diminati nasabah. Produk ijarah kurang diminati karena pihak pemohon pembiayaan adalah pihak-pihak tertentu dan biasanya adalah perusahaan/lembaga, yaitu seperti PT. Suara Merdeka Press, 6 Khotibul Umam, Trend, h. 54. 7 Microsoft Excel PT. PNM Binama dari Kabag Lending, Suranto Dwi Atmoko, pada tanggal 1 April 2016.

5 PT. Delta Median, PT. Pharpos, PT. Kompas Media Nusantara dan perusahaanperusahaan besar lainnya. Meskipun di Semarang banyak perusahaan, akan tetapi hanya sedikit perusahaan yang mengajukan permohonan pembiayaan di BPRS khususnya BPRS PNM Binama Semarang dikarenakan segmen BPRS kalangan menengah ke bawah, dari segi financial dan skala BPRS tidak sebesar Bank Umum Syariah (BUS). Maka dari itu perusahaan lebih banyak yang memilih mengajukan permohonan pembiayaan di Bank Umum Syariah (BUS), dan bukan mengajukan permohonan pembiayaan di BPRS. Selain itu, perusahaan apabila mengajukan permohonan pembiayaan pasti dengan nominal yang besar dan tidak tanggung-tanggung, agar tidak terjadi kesalahan dalam pemberian pembiayaan. Berdasarkan wawancara dengan support pembiayaan dan customer service Kantor Pusat BPRS PNM Binama Semarang mengatakan bahwa produk pembiayaan ijarah lebih sedikit diminati nasabah dibandingkan produk pembiayaan lainnya dikarenakan memang kebetulan kebanyakan nasabah butuhnya bukan produk pembiayaan ijarah (sewa) seperti sewa ruko atau sewa barang, akan tetapi produk pembiayaan lainnya seperti murabahah (jual beli motor, laptop, dan lain-lain), produk pembiayaan multijasa (biaya pernikahan, pendidikan, dan rumah sakit). 8 Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengangkat judul tugas akhir sebagai berikut: PENERAPAN PRINSIP 5C PADA PRODUK PEMBIAYAAN IJARAH DI BPRS PNM BINAMA SEMARANG. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang sudah dideskripsikan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan prinsip 5C pada produk pembiayaan ijarah di BPRS PNM Binama Semarang? 2. Bagaimana kesesuaian prinsip 5C pada produk pembiayaan ijarah di BPRS PNM Binama Semarang dengan peraturan Bank Indonesia? 8 Wawancara dengan support pembiayaan dan customer service Kantor Pusat BPRS PNM Binama, Ida dan Dwi, pada tanggal 26 April 2016 di Kantor Pusat BPRS PNM Binama Semarang.

6 C. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang sudah disebutkan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut ini: 1. Mengkaji penerapan prinsip 5C pada produk pembiayaan ijarah di BPRS PNM Binama Semarang. 2. Mengetahui kesesuaian penerapan prinsip 5C pada produk pembiayaan ijarah di BPRS PNM Binama Semarang dengan peraturan Bank Indonesia. Manfaat Hasil Penelitian adalah sebagai berikut ini: 1. Bagi Perguruan Tinggi Ikut serta dalam mengimplimentasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi. 2. Bagi Program Studi Menjadi bahan rujukan dan informasi penelitian tugas akhir bagi peneliti selanjutnya. 3. Bagi BPRS PNM Binama Semarang. Dapat menjadi bahan rujukan atau pertimbangan mengenai prinsip 5C pada produk pembiayaan ijarah. 4. Bagi Penulis Memberikan pemahaman teknis tentang penerapan prinsip 5C pada produk pembiayaan ijarah di lembaga keuangan syariah secara umum, dan BPRS PNM Binama Semarang secara khusus. D. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka sering juga disebut kajian atau telaah pustaka (literature review). Tinjauan pustaka adalah kegiatan mendalami, mencermati, menelaah, dan mengidentifikasi pengetahuan. Tinjauan pustaka berisi uraian tentang penelitianpenelitian sebelumnya, tentang permasalahan yang sama atau serupa. 9 9 Tammim Syafi i, Kerangka Teori dan Tinjauan Pustaka, http://tammimsyafii.blogspot.com/2014/04/kerangka-teori-dan-tinjauan-pustaka, diakses 19 Maret 2016

7 Nasabah yang akan mengajukan pembiayaan di lembaga keuangan syariah, harus melalui proses analisis pembiayaan terlebih dahulu sebelum pembiayaan tersebut dicairkan. Hal tersebut juga diterapkan di KJKS BMT Pemalang, dalam penelitian skripsi oleh Zumrotun Nasikhah yang berjudul Penerapan Prinsip Kehati-Hatian (Prudential Principle) Dalam Meminimalkan Risiko Pembiayaan di KJKS BMT Muhammadiyah Pemalang menerapkan prinsip kehati-hatian dalam pemberian pembiayaan untuk mencegah terjadinya pembiayaan bermasalah atau untuk meminimalkan risiko pembiayaan. Penerapan prinsip kehati-hatian dalam pemberian pembiayaan yang diaplikasikan yaitu antara lain dari aspek character (penilaian perilaku/kepribadian) dan aspek capital (modal), aspek capacity (penilaian kemampuan), aspek collateral (penilaian jaminan), analisis condition of economy (keadaan ekonomi lingkungan maupun kegiatan usaha calon anggota). 10 Sedangkan Alawiyyatuts Tsaniyyah dalam penelitian tugas akhirnya yang berjudul Implementasi 5C Dalam Proses Analisis Pembiayaan Murabahah Pada KJKS Bina Niaga Utama menerapkan prinsip penilaian pembiayaan dengan analisis 5c, yaitu character (watak/kepribadian), capacity (kemampuan/kapasitas), capital (modal), condition of economy (kondisi perekonomian), collateral (jaminan) dan menjelaskan kendala yang terjadi pada implementasi 5C dalam proses analisis pembiayaan murabahah. 11 Sementara itu, penelitian tugas akhir Azum Muallifah dalam penilitiannya yang berjudul Analisis Penerapan Prinsip Kehati-Hatian Dari Aspek 5C Dalam Pembiayaan Multi Guna IB di Bank Mega Syariah Cabang Semarang menjelaskan bahwa analisa penerapan prinsip kehati-hatian yang dilihat dari aspek 5C telah dijalankan secara optimal dan tepat. Hal ini dibuktikan dengan penerapan 10 Zumrotun Nasikhah, Penerapan Prinsip Kehati-Hatian (Prudential Principle) Dalam Meminimalkan Risiko Pembiayaan di KJKS BMT Muhammadiyah Pemalang, Semarang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Walisongo, 2015, h. 69 11 Alawiyyatuts Tsaniyyah, Implementasi 5C Dalam Proses Analisis Pembiayaan Murabahah Pada KJKS Bina Niaga Utama, Semarang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Walisongo, 2014, h. 51

8 masing-masing aspek 5C dalam setiap pengajuan pembiayaan oleh calon nasabah, dan apabila calon nasabah salah satu analisanya tidak sesuai dari analisa 5C tersebut maka pihak bank tidak bisa mencairkan dana yang dibutuhkan oleh calon nasabah. 12 Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa meskipun lembaga keuangan yang memberikan pembiayaan serta jenis pembiayaan yang dilakukan berbeda, namun semua lembaga keuangan syariah tersebut menggunakan standar kelayakan pembiayaan yang sama guna memvalidasi pengajuan pembiayaan nasabahnya. E. Kerangka Teori Kerangka teori merupakan penjabaran singkat mengenai teori yang digunakan sebagai landasan dalam tugas akhir ini. Dalam penelitian ini, teori yang dijadikan acuan adalah Undang-Undang Bank Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah. Dalam Bab I Pasal 1 Ayat 25, pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa : 1. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah, 2. Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik, 3. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna, 4. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh, dan 5. Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa. Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah (BS) dan atau Unit Usaha Syariah (UUS) dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil. Adapun landasan teori mengenai prinsip kelayakan pembiayaan berdasarkan pada Undang-Undang Bank Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang 12 Azum Muallifah, Analisis Penerapan Prinsip Kehati-Hatian Dari Aspek 5C Dalam Pembiayaan Multi Guna IB di Bank Mega Syariah Cabang Semarang, Semarang: Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Walisongo, 2013, h. 52

9 perbankan syariah Bab IV bagian kedua mengenai kelayakan penyaluran dana. Dalam Pasal 23 ayat 2, untuk memperoleh keyakinan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Bank Syariah (BS) dan atau Unit Usaha Syariah (UUS) wajib melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari calon nasabah penerima fasilitas. Berdasarkan undang-undang tersebut, sebelum pihak Bank Syariah memberikan pembiayaan kepada nasabah, pihak Bank Syariah diwajibkan melakukan penilaian terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari nasabah. Kelima aspek tersebut lebih dikenal dengan istilah Character, Capacity, Capital, Collateral, dan Condition (5C). mengacu pada penjelasan tersebut, penilaian menggunakan prinsip kelayakan pembiayaan 5C merupakan suatu keharusan bagi Bank Syariah karena merupakan perintah undang-undang (legal mendatory) yang wajib ditaati. F. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian ini juga termasuk jenis penelitian lapangan (field research) yakni dengan jalan membaca, menelaah buku-buku dan artikel yang berkaitan dengan analisis penerapan prinsip 5C pada produk pembiayaan ijarah. Di samping menelaah dari buku-buku yang berkaitan dengan hal tersebut, peneliti juga melakukan wawancara dengan pihak BPRS PNM Binama Semarang. 2. Sumber Data a. Data Primer Data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukur atau alat pengambil data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari. Dalam hal ini penulis memperoleh data secara langsung mengenai gambaran umum tentang BPRS PNM Binama Semarang dan

10 penjeleasan mengenai implementasi 5C dalam proses analisis pembiayaan ijarah. b. Data Sekunder Data yang diperoleh dari literatur, jurnal atau data-data yang berhubungan dengan penelitian. Dalam hal ini penulis mengambil dari literatur-literatur berupa jurnal, internet, dan buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini. 13 3. Metode Pengumpulan Data Agar data yang dikumpulkan akurat, komperenhensif dan relevan, peneliti menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut: a. Observasi Metode pengumpulan data dengan cara mengamati langsung terhadap objek tertentu di lapangan yang menjadi fokus penelitian dan mengetahui sistem kerja tentang penerapan prinsip kelayakan pembiayaan ijarah di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah PNM Binama Semarang. b. Dokumentasi Metode pengumpulan data dengan cara mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, agenda, dan sebagainya. 14 Dengan metode ini peneliti mendapatkan data mengenai penerapan prinsip kelayakan pembiayaan ijarah di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah PNM Binama Semarang. c. Wawancara Metode wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan tersebut dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. 15 Wawancara tersebut dilakukan dengan cara tanya jawab kepada kepala cabang dan analyst pembiayaan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah PNM Binama 13 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2012, h. 145. 14 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Yogyakarta: Rineka Cipta, 1993, h. 202. 2009, h. 186. 15 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,

11 Semarang. Hal tersebut dilakukan agar tidak terjadi penyimpangan mengenai permasalahan yang diangkat. d. Analisis Data Dari data-data yang terkumpul, peneliti berusaha menganalisis data tersebut. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan teknik analisis deskriptif yaitu data-data yang diperoleh kemudian dituangkan dalam bentuk kata-kata maupun gambar, kemudian dideskripsikan sehingga dapat memberikan kejelasan yang realistis. Metode ini bertujuan menjawab pertanyaan yang menyangkut sesuatu pada saat berlangsungnya proses penelitian. 16 G. Sistematika Penulisan Untuk memberi kemudahan dalam memahami gambaran secara umum isi dari tugas akhir ini, maka penulis menguraikan susunan penulisan secara sistematis, adalah sebagai berikut: BAB I: PENDAHULUAN Dalam bab ini, peneliti berupaya menguraikan Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian, Tinjauan Pustaka, Kerangka Teori, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan tugas akhir yang mengangkat judul PENERAPAN RINSIP 5C PADA PRODUK PEMBIAYAAN IJARAH DI BPRS PNM BINAMA SEMARANG. BAB II: LANDASAN TEORI Dalam bab ini, peneliti memberikan pembahasan umum mengenai definisi pembiayaan, dasar hukum pembiayaan, tujuan pembiayaan, jenis-jenis pembiayaan, klasifikasi pembiayaan, penjelasan tentang prinsip 5C di bank syariah, dan akad ijarah di bank syariah. BAB III: GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN Dalam bab ini peneliti memberikan penjelasan tentang gambaran umum Bank Pembiayaan Rakyat Syariah PNM Binama Semarang, hal tersebut terdiri 16 Ibid, h. 47

12 atas: Sejarah Berdirinya, Visi dan Misi, Manfaat dan Sasaran yang Hendak Dicapai, Strategi, Struktur Organisasi, Bagian dan Tugas, Pemasaran, Produk- Produk, serta Kantor Pelayanan BPRS PNM Binama Semarang. BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab hasil penelitian dan pembahasan ini, peneliti menganalisis objek penelitian dengan menggunakan metodelogi penulisan dan sumber referensi yang relevan dan kredibel. Sehingga tugas akhir ini diharapkan mampu memberikan hasil penulisan yang maksimal dan ilmiah. BAB V: PENUTUP Bab terakhir merupakan simpulan hasil penelitian, saran atau rekomendasi, dan penutup yang sifatnya ilmiah dan sistematis. Diharapkan saran tersebut memberikan hasil dan manfaat yang positif bagi semua pihak.