PENDAHULUAN Latar Belakang Telur ayam merupakan jenis makanan bergizi yang popular dikalangan masyarakat yang bermanfaat sebagai sumber protein hewani. Hampir semua jenis lapisan masyarakat dapat mengkonsumsi jenis makanan ini sebagai sumber protein hewani. Hal ini disebabkan telur merupakan salah satu bentuk makanan yang mudah diperoleh dan mudah pula cara pengolahannya (Setiawan, 2009). Meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap pangan sumber hewani mendorong perusahaan-perusahaan peternak untuk meningkatkan produksinya. Peningkatan tersebut harus disertai dengan penanganan yang memadai dalam tata laksana manajemen yang baik. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem pemasaran yang efektif dan sistem managemen yang baik. Pasar adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan jual beli atau pertukaran barang maupun jasa. Pasar sebagai pusat perekonomian masyarakat baik di desa maupun perkotaan yang mencakup informasi tentang kualitas dan harga dari barang yang di perdagangkan. Permintaan menunjukkan jumlah barang atau jasa yang akan dibeli konsumen pada periode waktu dan keadaan tertentu, perioide waktu tersebut bisa satu tahun dan keadaan yang harus diperhatikan antara lain harga barang yang akan dibeli, harga barang lain, pendapatan konsumen, selera dan lain-lain (Arsyad, 2000). Hal tersebut menuntut pemasaran produk dari pedagang ke konsumen dan elastisitas permintaan dan penawaran. Dalam pemasaran telur ayam ras penetapan harga juga menjadi hal
yang perlu diperhatikan karena akan memberi dampak terhadap konsumen akhir dalam memenuhi kebutuhannya. Penetapan harga telur ayam ras merupakan faktor yang penting dalam menentukan elastisitas pemasaran. Kabupaten Langkat merupakan salah satu tempat kegiatan pemasaran telur ayam ras, pedagang mendapat pasokan telur dari kabupaten langkat. Namun peternkan telur tersebut hanya ada d Kecamatan Selesai. Mereka memperoleh telur dari luar daerah karena belum banyaknya perusahaan ternak petelur ayam ras sebagai pusat penghasil telur. Oleh sebab itu, harga telur ayam ras mengalami kenaikan dan penurunan harga yang belum stabil. Sehingga terjadinya fluktuasi terhadap harga. Perubahan harga telur ayam ras di pasar-pasar tradisional disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu meningkatnya jumlah pasokan telur yang menyebabkan menurunnya harga telur, terjadinya peningkatan permintaan terhadap telur ayam ras yang menyebabkan harga telur di peternak turun sampai jauh dibawah harga produksinya dan semakin menaiknya biaya produksi yang seharusnya menyebabkan harga telur menjadi meningkat. Namun belum diketahui pasti apa penyebab perubahan harga telur tersebut di pedagang pasar. Untuk itu perlu dilakukan penelitian pengenai analisis harga dan elastisitas pemasaran telur ayam ras di pasarpasar tradisional Kabupaten Langkat. Identifikasi Masalah Perubahan harga telur ayam ras di Kabupaten Langkat yang selalu berubah terus menerus menyebabkan fluktuasi permintaan telur ayam ras menjadi cepat dan bersifat harian meskipun fluktuasinya tidak terlalu tinggi. Ketidakstabilan permintaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, namun biasanya faktor harga dapat
mempengaruhi keputusan beli dari konsumen tersebut sehingga permintaan juga berubah-ubah jumlahnya. Pedagang telur ayam ras melakukan penawaran di pasar tradisional. Penawaran (jumlah telur ayam ras) yang dilakukan produsen/pedagang dipengaruhi oleh harga beli pedagang, biaya pemasaran, profit/keuntungan dan jumlah telur yang tersedia. Faktor-faktor inilah yang akan dilihat apakah memang berpengaruh terhadap penawaran telur ayam ras. Tujuan Penelitan Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perbedaan harga telur di pasarpasar tradisional di Kabupaten Langkat, untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi terjadinya elastisitas pemasaran dan menganalisa besarnya elastisitas permintaan dan penawaran telur ayam ras di Kabupaten Langkat. Kegunaan Penelitian Sebagai bahan dalam penulisan proposal yang merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian Sarjana Peternakan pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Sebagai bahan informasi bagi para instansi terkait khususnya dapat menjadi acuan dalam rangka pembangunan usaha peternakan ayam ras petelur di wilayah yang bersangkutan atau di daerah lain. TINJAUAN PUSTAKA Telur adalah komoditi ekonomi karena memang ada permintaannya. Tetapi permintaan konsumen terhadap telur ini dipengaruhi selera, dan selera ini dipengaruhi antara lain, oleh tingkat pendidikan konsumen itu. Konsumen cenderung
pada produk yang penggunaannya praktis, cepat, kualitas terjamin dan tahan lama, sekalipun itu harus membayar lebih (Rasyaf,1991). Ayam peliharaan (Gallus gallus domesticus) adalah unggas yang biasa dipelihara orang untuk dimanfaatkan untuk keperluan hidup pemeliharanya. Ayam memasok dua sumber protein dalam pangan yaitu daging ayam dan telur. Telur merupakan produk peternakan yang memberikan sumbangan besar bagi tercapainya kecukupan gizi masyarakat. Dari sebutir telur didapatkan gizi yang cukup sempurna karena mengandung zat-zat gizi yang lengkap dan mudah dicerna. Selain itu, bahan pangan ini juga bersifat serba guna karena dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Kandungan gizi sebutir telur ayam dengan berat 50g terdiri dari 6,3gr protein, 0,6gr karbohidrat, 5gr lemak dan vitamin dan mineral (Yuwanta, 2010). Kandungan gizi telur ayam selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan Nutrisi Telur Ayam No Komponen Putih Telur (%) Kuning Telur (%) 1 Protein 10,9 16,5 2 Lemak Sedikit 32,0 3 Hidrat Arang 1,0 1,0 4 Air 87,0 49,0 Sumber : (Yuwanta, 2010) Telur yang normal mempunyai berat 57,6 gram dengan volume berat dan bersih. Klasifikasi telur dibagi menjadi empat kualitas dimana penilaiannya berdasarkan pada kulit telur, celah udara di dalam telur, putih telur dan kuning telur. Pengklasifikasiannya yaitu : a. Kualitas AA Kulit telur untuk kualitas ini harus bersih, tidak boleh retak atau berkerut, bentuk kulit normal dan halus. Rongga udara di dalam telur sepanjang 0,23 cm. Putih telur putih dan kental dan serta kuning telurnya bersih tanpa kotoran.
b. Kualitas A Kulit telur bersih, tidak retak, tidak berkerut, mulus dan normal. Rongga udara sebesar 0,48 cm dan harus ada bagian yang tumpul dari telur. Bagian putih telurnya harus bersih dan boleh agak encer, sedangkan kuning telurnya normal dan bersih. c. Kualitas B Kulit telur bersih, tidak pecah/retak, dan boleh tidak normal, misalnya sedikit lonjong. Rongga udara sebesar 0,95 cm dan. Bagian putih telurnya harus bersih dan sudah lebih banyak yang encer, sedangkan kuning telurnya normal tetapi boleh ada bercak. d. Kualitas C Kulit telur bersih dan boleh kotor sedikit, kulit tidak pecah/retak, dan boleh tidak normal, misalnya sedikit lonjong. Rongga udara sebesar 0,95 cm dan putih telurnya sudah encer, ada telur yang tidak normal, sedangkan kuning telurnya mengandung bercak yang tidak sedap, bentuk telur tidak normal atau sudah pipih (Rasyaf, 1991). Tabel 2. Spesifikasi Ukuran Telur yang Standart Parameter Ukuran Bobot (gram) 56.70 Volume (Cm 3 ) 63,00 Gravitasi Khusus 1,09 Panjang keliling (Cm) 15,70 Lebar keliling (Cm) 13,70 Indeks bnetuk 74,00 Luas Permukaan (Cm 2 ) 68,00 Sumber : (Yuwanta, 2010). Produksi telur ayam ras petelur di Kabupaten Langkat pada tahun 2008-2012 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 3. Produksi Telur Ayam Ras Petelur di Sumatera Utara Tahun Produksi(Ton) Jumlah Rumah Tangga (Ribu) 2008 68.98 298.340 2009 69.32 302.750 2010 74.30 303.770 2011 79.20 308.180 2012 80.59 313.160 Sumber : Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2012 Tabel 3 diatas memperlihatkan perkembangan produksi telur ayam ras di Sumatera Utara 2008-2012. Dilihat dari data tersebut terjadi peningkatan setiap tahunnya terhadap poduksi telur ayam ras.