JKK, tahun 2013, volume 2 (3), halaman ISSN PENGARUH KONSENTRASI KATALIS DAN WAKTU REAKSI PADA TRANSESTERIFIKSI MINYAK SAWIT MENTAH

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU

Jurnal Flywheel, Volume 3, Nomor 1, Juni 2010 ISSN :

ESTERIFICATION OF FATTY ACID FROM PALM OIL WASTE (SLUDGE OIL) BY USING ALUM CATALYST

LAMPIRAN A DATA BAHAN BAKU

4 Pembahasan Degumming

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel)

PRODUKSI BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL MELALUI REAKSI DUA TAHAP

Transesterifikasi parsial minyak kelapa sawit dengan EtOH pada pembuatan digliserida sebagai agen pengemulsi

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa dengan Katalis H 3 PO 4 secara Batch dengan Menggunakan Gelombang Mikro (Microwave)

PEMBUATAN BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL (CPO) SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF MELALUI PROSES TRANSESTERIFIKASI LANGSUNG

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU

PEMANFAATAN ABU TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI KATALIS BASA PADA REAKSI TRANSESTERIFIKASI DALAM PEMBUATAN BIODIESEL

4001 Transesterifikasi minyak jarak menjadi metil risinoleat

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

I. PENDAHULUAN. Potensi PKO di Indonesia sangat menunjang bagi perkembangan industri kelapa

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN. 1. Data Pengamatan Ekstraksi dengan Metode Maserasi. Rendemen (%) 1. Volume Pelarut n-heksana (ml)

BAB I PENDAHULUAN. ketercukupannya, dan sangat nyata mempengaruhi kelangsungan hidup suatu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Kata kunci: katalis gula, katalis gula-h 2SO 4, etil ester dari minyak sawit.

SINTESIS KATALIS BIFUNGSIONAL HETEROGEN DARI TAWAS DAN ABU TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (TKKS) UNTUK PEMBUATAN BIODIESEL

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PROSES TRANSESTERIFIKASI MINYAK BIJI KAPUK SEBAGAI BAHAN DASAR BIODIESEL YANG RAMAH LINGKUNGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU

Kata kunci: katalis gula, katalis gula-h 2SO 4, etil ester dari minyak jarak pagar.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU

BABffl METODOLOGIPENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

PROSES PEMBUATAN BIODIESEL MINYAK JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DENGAN TRANSESTERIFIKASI SATU DAN DUA TAHAP. Oleh ARIZA BUDI TUNJUNG SARI F

ABSTRAK. POTENSI BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica) SEBAGAI BAHAN BAKU ALTERNATIF BIODIESEL

: Muhibbuddin Abbas Pembimbing I: Ir. Endang Purwanti S., MT

Sunardi 1, Kholifatu Rosyidah 1 dan Toto Betty Octaviana 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oksigen. Senyawa ini terkandung dalam berbagai senyawa dan campuran, mulai

Kata kunci: katalis gula, katalis gula-h 2 SO 4, metil ester dari minyak sawit

EFFECT OF PALM EMPTY BUNCH ASH ON TRANSESTERIFICATION OF PALM OIL INTO BIODIESEL

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG MENGGUNAKAN PEMANASAN GELOMBANG MIKRO

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PERBANDINGAN PEMBUATAN BIODIESEL DENGAN VARIASI BAHAN BAKU, KATALIS DAN TEKNOLOGI PROSES

BAB IV HASIL DAN PEMBAHAN

Esterifikasi Asam Lemak Bebas Dari Minyak Goreng Bekas

PEMBUATAN BIODIESEL SECARA SIMULTAN DARI MINYAK JELANTAH DENGAN MENGUNAKAN CONTINUOUS MICROWAVE BIODISEL REACTOR

OPTIMASI PERBANDINGAN MOL METANOL/MINYAK SAWIT DAN VOLUME PELARUT PADA PEMBUATAN BIODIESEL MENGGUNAKAN PETROLEUM BENZIN

Sintesis Metil Ester dari Minyak Goreng Bekas dengan Pembeda Jumlah Tahapan Transesterifikasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Agustus 2011 di laboratorium Riset Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

TRANSESTERIFIKASI MINYAK GORENG BEKAS DENGAN MENGGUNAKAN KATALIS ZEOLIT TERMODIFIKASI ABU TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (TKKS)

HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS GLISEROL HASIL SAMPING BIODIESEL JARAK PAGAR

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH STIR WASHING, BUBBLE WASHING, DAN DRY WASHING TERHADAP KADAR METIL ESTER DALAM BIODIESEL DARI BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum)

Bab III Metodologi Penelitian

Prarancangan Pabrik Metil Ester Sulfonat dari Crude Palm Oil berkapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN A. Pembuatan pelumas..., Yasir Sulaeman Kuwier, FT UI, 2010.

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

METANOLISIS MINYAK KOPRA (COPRA OIL) PADA PEMBUATAN BIODIESEL SECARA KONTINYU MENGGUNAKAN TRICKLE BED REACTOR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab IV Hasil dan Pembahasan

: Dr. Rr. Sri Poernomo Sari ST., MT.

PENGARUH PENAMBAHAN KARBON AKTIF TERHADAP REAKSI TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN (Aleurites trisperma) YANG SUDAH DIPERLAKUKAN DENGAN KITOSAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Lingkup Penelitian Penyiapan Gliserol dari Minyak Jarak Pagar (Modifikasi Gerpen 2005 dan Syam et al.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN. Minyak sawit mentah (CPO) ditentukan kadar asam lemak bebas dan kandungan aimya

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Lampiran 1. Determinasi Tanaman Jarak Pagar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KONVERSI MINYAK JELANTAH MENJADI BIODIESEL MENGGUNAKAN KATALIS ZEOLIT TERAKTIVASI HCl

Rekayasa Proses Produksi Biodiesel

LAMPIRAN 1 DATA PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, kebutuhan masyarakat untuk mengkonsumsi bahan bakar sangat

PEMBUATAN BIODIESEL. Disusun oleh : Dhoni Fadliansyah Wahyu Tanggal : 27 Oktober 2010

Ind. J. Chem. Res, 2013, 1, COW s FAT PROCESSING TO BIODIESEL BY NaOH AS CATALYST IN METHANOL

ESTERIFIKASI ASAM LEMAK DARI LIMBAH MINYAK KELAPA SAWIT (PALM SLUDGE OIL) DENGAN KATALIS Sn/ZEOLIT

PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH ABU KULIT BUAH KELAPA SEBAGAI KATALIS DALAM PEMBUATAN METIL ESTER DENGAN BAHAN BAKU MINYAK SAWIT MENTAH (CRUDE PALM OIL)

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK JELANTAH DENGAN MENGGUNAKAN IRADIASI GELOMBANG MIKRO

Transkripsi:

PENGARUH KONSENTRASI KATALIS DAN WAKTU REAKSI PADA TRANSESTERIFIKSI MINYAK SAWIT MENTAH Sy. M. Jamal Syukran 1, Harlia 1, Nelly Wahyuni 1 1 Program Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak Email : jamalsukran@gmail.com ABSTRAK Telah dilakukan sintesis metil ester dari Crude Palm Oil (CPO) dengan metode transesterifikasi menggunakan katalis abu tandan kosong sawit. Pada proses ini dikaji variasi konsentrasi (% b/v) abu tandan kosong sawit dalam metanol dan waktu reaksi. Konsentrasi abu tandan kosong sawit divariasikan pada 3, 4, 5, 6, 7 dan 8 % sedangkan waktu reaksi divariasikan pada 1, 2, 3 dan 4 jam. Reaksi dilakukan dengan menggunakan refluks pada temperatur didih metanol, yaitu 67 o C. Hasil reaksi dianalisis dengan kromatografi lapis tipis dan GC-MS. Reaksi transesterifikasi CPO memberikan konversi produk terbaik pada konsentrasi katalis 6 % b/v dan waktu reaksi 3 jam, yaitu mencapai 96,60 % dari kandungan CPO. Sifat kimia dan fisika produk yang dihasilkan diantaranya memiliki kerapatan 0,872 g/ml (temperatur 25 o C), viskositas 6,835 cst dan indeks bias 1,4548. Analisis GC-MS menunjukkan bahwa komponen penyusun utama metil ester hasil reaksi transesterifikasi CPO dengan katalis abu tandan kosong sawit adalah metil laurat, metil miristat, metil palmitat, metil eikosadienat dan metil stearat. Kata Kunci : metil ester, transesterifikasi, minyak sawit, abu tandan kosong sawit PENDAHULUAN Kalimantan Barat merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi lahan perkebunan sawit. Industri pengolahan sawit tersebar di beberapa Kabupaten di Kalimantan Barat. Industri ini terus berkembang dalam memproduksi hasil olahan sawit. Salah satu produk pengolahan industri kelapa sawit yang diperdagangkan adalah minyak sawit mentah atau yang dikenal dengan Crude Palm Oil (CPO). Menurut Choo (1987), proses pengolahan CPO menghasilkan limbah padat yang dikenal dengan lumpur sawit atau palm sludge oil dengan kandungan asam lemak bebas sekitar 10-80 %. Minyak sawit dengan kandungan asam lemak bebas yang cukup tinggi ini dapat digunakan sebagai sumber asam lemak dalam pembentukan senyawa ester. Ester asam lemak merupakan senyawa turunan asam karboksilat yang sangat bermanfaat. Senyawa ester asam lemak banyak digunakan dalam industri kosmetik, tekstil, makanan dan lainnya. Dalam industri oleokimia, penggunaannya yang paling penting ialah sebagai bahan bakar alternatif mesin diesel (biodiesel). Biodiesel merupakan ester dari asam lemak dengan alkohol (biasanya metil atau etil) yang dapat disintesis melalui transesterifikasi minyak atau asam lemak dan alkohol dengan bantuan katalisator basa (Hadi et al., 2006; Shintawaty, 2006). Salah satu katalisator yang dapat digunakan adalah abu tandan kosong sawit (TKKS) (Usman, 2006). Pembuatan ester asam lemak biasanya dilakukan dengan proses transesterifikasi melalui beberapa tahapan (Saifuddin and Chua, 2004; Ugheoke et al., 2007; Shweta and Gupta, 2004). Pertama, trigliserida yang berasal dari buah kelapa sawit, buah kelapa, biji jarak atau lainnya terlebih diekstrak dari sumbernya. Setelah itu, dilakukan pemurnian minyak. Setelah kedua proses tersebut dilakukan, trigliserida direaksikan dengan alkohol yang telah dicampurkan dengan suatu basa (Masood et al., 2005). Sibarani dkk., (2007), telah melakukan transesterifikasi CPO menggunakan katalis abu TKKS dengan variasi rasio molar asam lemak dengan metanol. Rasio mol metanol-minyak kelapa sawit sebesar 9:1 memberikan hasil konversi biodiesel yang paling besar yaitu sebesar 84,12 %. Pada penelitian ini akan dilakukan transesterifikasi minyak sawit mentah untuk menghasilkan metil ester menggunakan katalis abu tandan kosong sawit. Parameter yang digunakan adalah variasi konsentrasi katalis dan waktu reaksi. Pemilihan abu tandan kosong sawit sebagai katalisator adalah karena tandan kosong sawit merupakan salah satu limbah padat yang berasal dari proses pengolahan industri kelapa sawit. Tandan kosong sawit yang tidak tertangani menyebabkan bau busuk dan menjadi tempat bersarangnya serangga sehingga dianggap sebagai limbah yang dapat mencemari lingkungan 133

dan menyebarkan bibit penyakit (Rug and Ruppel, 2002). Abu hasil pembakaran tandan kosong sawit memiliki kandungan kalium yang cukup tinggi (memiliki sifat basa) sehingga dapat digunakan sebagai katalisator dalam reaksi transesterifikasi. METODOLOGI Alat yang digunakan di dalam penelitian ini meliputi seperangkat alat soklet, seperangkat alat destilasi, peralatan gelas yang umum dilaboratorium, seperangkat alat evaporasi, refraktrometer merek Atago 1T, viskometer merek Schott Gerate 51323 dan seperangkat alat GC-MS merk Shimadzu. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pelarut natrium hidroksida p.a., asam hidroklorida p.a., kalium hidroksida p.a., Etanol 95%, Metanol p.a., asam oksalat, magnesium sulfat hidrat, indikator phenolphthalein, n-heksan, dikloro metan, plat silika G F 254 dan sampel minyak sawit mentah dari PTPN XIII Meliau Kabupaten Sanggau Propinsi Kalimantan Barat. Preparasi Katalis Abu Sampel abu dihaluskan dan diayak dengan ayakan 200 mesh. Abu yang lolos dari ayakan tersebut kemudian diaktivasi dalam tanur pada temperatur 600 o C selama 2 jam. Transesterifikasi minyak kelapa sawit dengan metanol dan katalis abu tandan kosong sawit Transesterifikasi minyak sawit dilakukan dengan mencampurkan minyak sawit dan metanol yang telah mengandung katalis abu tandan kosong dengan perbandingan mol minyak dan metanol 1:8 dan katalis abu tandan kosong divariasi yaitu sebesar 3, 4, 5, 6, 7 dan 8 % dari berat minyak, reaksi dilakukan pada suhu 67 o C Waktu reaksi untuk masing-masing konsentrasi katalis divariasikan pada 1, 2, 3, 4 dan 5 jam. Jalannya reaksi diikuti dengan teknik kromatografi lapis tipis menggunakan eluen yaitu n-heksan dan diklorometan dengan perbandingan 2:1. Setelah dielusi, plat KLT disemprot dengan penampak noda H 2 SO 4 encer dan dipanaskan untuk melihat letak noda. Hasil reaksi / produk dipindahkan ke dalam corong pisah dan ditambahkan 10 ml n-heksan sehingga terbentuk 2 lapisan, lapisan atas berupa campuran metil ester dan lapisan bawah berupa gliserin, kelebihan metanol dan katalis yang tidak habis bereaksi. Campuran n-heksan dan gliserol pada setiap perlakuan dipisahkan. Lapisan n- heksan kemudian dievaporasi dan produk yang diperoleh dicuci dengan larutan NaCl jenuh. Analisis produk Produk yang dihasilkan diuji sifat fisika dan kimianya. Sifat fisik meliputi viskositas, kerapatan dan indeks bias. Komposisi penyusun produk hasil transesterifikasi minyak sawit mentah diidentifikasi produk dengan menggunakan GC-MS. Persentase konversi produk dihitung dengan menggunakan rumus: % konv produk = HASIL DAN PEMBAHASAN W produk (g) x 100% W minyak dalam sampel(g) Penentuan Konsentrasi Katalis Abu Tandan Kosong Optimum Kandungan air pada sampel minyak sawit mentah adalah rata-rata sebesar 1,463 %. Penentuan bilangan asam dilakukan untuk mengetahui seberapa besar keberadaan asam lemak bebas yang terkandung di dalam limbah minyak sawit. Bilangan asam rata-rata minyak sawit mentah adalah 5,03 g/mol. Jika dianggap asam palmitat merupakan asam lemak terbanyak, maka diketahui kadar asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak sawit mentah adalah ratarata sebesar 2,29 %. Transesterifikasi yang menghasilkan ester dan alkohol dapat berlangsung dengan adanya katalis asam maupun basa. Encinar et al. (2002) menjelaskan bahwa pada jumlah katalis yang sama, transesterifikasi terjadi dengan kelajuan yang lebih cepat dengan menggunakan katalis basa daripada katalis asam, sehingga dalam penelitian ini digunakan abu tandan kosong sawit yang mengandung K 2 CO 3 yang bersifat basa. Katalis berperan untuk menurunkan energi aktivasi, sehingga untuk membuat suatu reaksi kimia dapat berlangsung, tidak diperlukan energi yang terlalu tinggi. Setelah reaksi selesai, katalis dapat diperoleh kembali tanpa mengalami perubahan kimia. Konversi produk pada berbagai variasi konsentrasi katalis disajikan pada Tabel 4. 1, transesterifikasi minyak sawit menggunakan katalis abu tandan kosong sawit pada 67 o C menunjukkan bahwa konsentrasi katalis dengan konversi metil ester tertinggi (98,73% w/w) dicapai pada konsentrasi 6% dari volume metanol. Tabel 4.1 Konversi Produk pada Berbagai Konsentrasi Katalis Konsentrasi katalis Konversi produk (%) (%) 3 96,87 4 97,06 5 97,42 6 98,73 7 97,35 8 97,12 134

Pada konsentrasi katalis yang lebih tinggi diperoleh konversi produk yang lebih rendah karena sejumlah katalis berlebih memberikan kecenderungan pada pembentukan emulsi sehingga meningkatkan viskositas dan menimbulkan terbentuknya gel sebelum waktu reaksi yang diinginkan tercapai. Hal ini menyulitkan pada pemisahan gliserol, sehingga harus dilakukan pemanasan campuran metil ester dan secara nyata konversi metil ester yang dihasilkan akan berkurang. Produk metil ester yang dihasilkan pada konsentrasi katalis optimum memiliki karakteristik sifat fisika seperti kerapatan 0,872 g/ml (temperatur 25 o C), viskositas 6,835 cst dan indeks bias 1,4548. Produk metil ester hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan baku biodiesel. Sebagai perlakuan awal, dilakukan uji sifat fisik berupa viskositas, indeks bias dan kerapatan yang termasuk parameter untuk menentukan kualitas biodiesel. Pengukuran terhadap beberapa sifat fisik tersebut memberikan hasil bahwa indeks bias dan kerapatan senyawa metil ester hasil penelitian ini telah memenuhi nilai standar ASTM untuk bahan bakar. Kerapatan metil ester diperoleh sebesar 0,872 g/m 3 sesuai dengan viskositas yang ditetapkan yaitu sebesar 0,850 0,890 g/m 3. Namun, hasil pengukuran viskositas menunjukkan nilai yang lebih tinggi dari nilai standar yaitu 6,835 cst. Sedangkan nilai viskositas standar ASTM adalah sebesar 1,9 6,0 cst. Tingginya viskositas bahan bakar akan menyebabkan pembakaran yang tidak sempurna dan menimbulkan asap yang kotor karena bahan bakar lambat mengalir. Viskositas yang tinggi ini disebabkan adanya asam lemak dan komponen minyak seperti trigliserida. Penentuan Waktu Reaksi Optimum Waktu reaksi berhubungan dengan kemampuan metanol untuk mengubah asam lemak menjadi ester. Penentuan waktu reaksi optimum bertujuan untuk mengetahui waktu reaksi yang memberikan hasil konversi produk metil ester yang paling tinggi. Waktu reaksi optimum ditentukan dengan mereaksikan minyak sawit mentah dan metanol dengan variasi waktu 1, 2, 3, dan 4 jam. Perbandingan metanol dan minyak sawit mentah adalah 1:8 dan katalis abu tandan kosong sebesar 6 % dari berat total metanol dan minyak sawit mentah. Pada waktu tertentu akan diperoleh waktu reaksi optimum dimana pada waktu yang lebih tinggi tidak lagi mempengaruhi konversi produk, untuk mengetahui kemajuan reaksi yang terjadi pada setiap jam, maka diambil cuplikan pada jam ke 1, 2, 3 dan 4. Cuplikan tersebut ditotol pada plat KLT. Pada plat KLT yang sama, ditotol pula sampel minyak kelapa dan metil ester sebagai standar. Elusi dilakukan dengan menggunakan eluen n-heksan dan diklorometan dengan perbandingan 2:1 karena perbandingan ini merupakan perbandingan optimum eluen yang diperoleh dari penelitian sebelumnya. Setelah dielusi, plat KLT disemprot dengan penampak noda H 2 SO 4 30% dan dipanaskan. Pemilihan H 2 SO 4 sebagai penampak noda karena minyak dan metil ester memiliki reaksi karakteristik dengan H 2 SO 4. Tabel 4.2 Konversi Produk pada Berbagai Variasi Waktu Waktu reaksi (jam) Konversi produk (%) 1 96,53 2 98,29 3 98,96 4 98,13 Analisis Produk dengan GC MS Analisa menggunakan GC-MS bertujuan untuk mengetahui asam lemak penyusun minyak sawit mentah dan komposisi asam lemaknya dalam bentuk ester serta mengetahui kuantitas masing-masing komponen tersebut. Komponen metil ester yang diperoleh sesuai dengan komposisi asam lemak yang terkandung dalam minyak sawit mentah. Selain itu, senyawa metil ester yang berasal dari minyak sawit mentah juga memiliki kesamaan dengan metil ester dari bahan dasar minyak sawit karena kedua bahan baku tersebut berasal dari produk olahan sawit. 135

JKK, tahun 2013, volume 2 (3), halaman 133-137 ISSN 2303-1077 Gambar 4.1 Kromatogram produk transesterifikasi minyak sawit mentah dengan metanol dan katalis abu tandan kosong sawit Komposisi metil ester dari minyak sawit mentah dianalisis menggunakan GC-MS menghasilkan 13 puncak (Gambar 4.1). Puncak-puncak tersebut menerangkan bahwa produk yang dianalisis merupakan senyawa ester. Kromatogram hasil analisis GC ditunjukkan pada Gambar 4.1, dengan waktu retensi dan persentase setiap puncak ditunjukan pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Data Luas Area Kromatogram Produk Transesterifikasi Minyak Sawit Mentah Puncak Waktu retensi (menit) Luas area (%) Berat molekul Nama senyawa 1 13,900 1,50 214 laurat 2 16,417 4,35 242 miristat 3 18,500 0,61 268 palmitoleat 4 18,933 36,49 270 palmitat 5 19,692 0,30 284 margarat 6 20,658 39,78 322 eicosadienoate 7 20,800 10,68 298 stearat 8 22,271 0,91 296 dihidromalvat 9 22,474 1,35 326 arachat 10 23,829 0,62 266 Olealdehyde 11 24,139 1,34 330 Heksadekanol gliserol 12 25,652 1,44 266 Oktadenal 13 25,786 0,29 382 lignocerate Tabel 4.3 menunjukkan data lengkap hasil interpretasi kromatogram dan spektra massa GC-MS campuran metil ester hasil transesterifikasi minyak sawit mentah dengan metanol pada temperatur 67 o C dan konsentrasi katalis abu tandan kosong sawit 6 %. Berdasarkan tabel tersebut ditunjukkan bahwa metil ester utama penyusun komposisi kimiawi produk hasil transesterifikasi antara lain adalah metil eicosadienoate, metil palmitat, metil stearat, metil miristat, metil laurat dan metil araktat. Sedangkan komponen metil ester yang dihasilkan berdasarkan penelitian Sibarani et al (2007), menunjukan komponen utama metil ester yang dihasilkan adalah metil kaprilat, metil kaprat, metil laurat, metil miristat, metil palmitat, metil oleat dan metil stearat. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapatlah diambil beberapa kesimpulan diantaranya 1. Waktu reaksi dan konsentrasi katalis optimum pada transesterifikasi minyak sawit mentah masing-masing adalah 3 jam dan 6 % menghasilkan konversi metil ester tertinggi mencapai 96,60 %. 2. Spektrum GC-MS menunjukkan adanya senyawa metil ester yaitu metil laurat (1,50%), metil miristat (4,35%), metil palmitat (36,49%), metil eikosadienat (39,78%) dan metil stearat (10,68%). 3. Sifat fisik metil ester yang dihasilkan adalah indeks bias 1,4548 (26,7 0 C), kerapatan 0,872 g/ml (25 0 C) dan viskositas 6,835 cst (25 0 C). 136

JKK, tahun 2013, volume 2 (3), halaman 133-137 ISSN 2303-1077 DAFTAR PUSTAKA Choo, Y.M., dan Basiron, Y.,1987, Production of Palm Oil Esters dan Its Use as Diesel Subtitute. Palm Oil Research Institute of Malaysia (PORIM). Hadi, P. U., Djulin, A., Zakaria, A. K., Darwis, V., and Situmorang, J., 2006, Prospek Pengembangan Sumber Energi Alternatif (Biofuel) : Fokus Pada Jarak Pagar, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan kebijakan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Masood, A., Stark, K. D., and Salem, N., 2005, A Simplied and Efficient Method for the Analysis of Fatty Acid Methyl Ester Suitable for Large Clinical Studies, journal of Lipid research, Vol : 46, 2299-2305. Rug, M and Ruppel, A., 2002, Toxic Activities of The Plant jatropha curcas Againts Intermediate Snail Hosts and Larvae of Schistosomer, Tropical Medicine and International Health, Vol ; 5, 423-436. Saifuddin, N., and Chua, K. H., 2004, Production of Ethyl Ester (Biodiesel) from used Frying Oil : Optimalization of Transesterification Process using Microwave Irradiation, Malaysian Journal of Chemistry, Vol : 6, 077-082. Shweta, S., and Gupta, M. N., 2004, Biodiesel Preparation by Lipase Catalyzed Transesterification of Jatropha Oil, Energy & Fuel, American Chemical Society, V : 18, 154-159 Shintawaty, A., 2006, Prospek Pengembangan Biodiesel dan Bioetanol sebagai Bahan Bakar Alternatif di Indonesia, Economics Review, 203. Sibarani, J., Syahrul, K., Yoeswono., Karna W., dan Iqmal, T., 2007, Pengaruh Abu Tandan Kosong Kelapa Sawit Pada Transesterifikasi Minyak Kelapa Sawit Menjadi Biodiesel, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, Indo. J. Chem., 2007, 7 (3):314-319 Ugheoke, B. I., Patrick, D. O., Kefas, H. M., and Onche, E. O., 2007, Determination of Optimal Catalysts Concentration for Maximum Biodiesel Yield from Tigernut (Cyperus Esculentus) Oil, Leonardo Journal of Sciences, ISSN 1583-0233, 131-135. Usman, T., 2006, Bioenergi dari Asam Lemak, FakultasMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura Pontianak. 137