BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Resiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok

BAB 1 PENDAHULUAN. walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

BAB I PENDAHULUAN. dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

Pengertian Rokok dan Bahaya Merokok bagi Kesehatan Manusia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. satu hal dan pengetahuan umum yang berlaku bagi keseluruhan hal

PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP DAYA TAHAN JANTUNG PARU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung CO (Carbon monoksida) yang mengurai kadar oksigen dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bentuk-bentuk sediaan tembakau sangat bervariasi dan penggunaannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh

BAB 1 PENDAHULUAN. Volume maksimum oksigen (VO 2

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. a. Perokok aktif adalah orang yang memang sudah merokok.

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah i

Jenis Rokok Kandungan Rokok

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

berbahaya yang terkandung di dalam rokok, yaitu :

PENYULUHAN KESEHATAN BAHAYA DAMPAK ROKOK BAGI KESEHATAN ANAK-ANAK TANJUNG DALAM KECAMATAN LEMBAH MASURAI KABUPATEN MERANGIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara-negara berkembang. Direktorat Pengawasan Narkotika,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan. ada dalam diri individu yang bersangkutan ( Sunaryo, 2004 ).

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB 1 PENDAHULUAN. mengurangi kualitas dan angka harapan hidup. Menurut laporan status global

BAB I PENDAHULUAN. dewasa normal bervariasi antara 4-10 jam sehari dan rata-rata berkisar antara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. dalam masyarakat. Ada banyak penyebab dari terganggunya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi mulai dari usia remaja hingga orang tua baik laki-laki maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan. ada juga yang menyebutkan bahwa rokok adalah hasil olahan tembakau

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ASAP ROKOK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 120 mm dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. asap dan ditelan, terserap dalam darah, dan dibawa mencapai otak, penangkap pada otak akan mengeluarkan dopamine, yang menimbulkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB I PENDAHULUAN 1.2 LATAR BELAKANG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (main stream smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama

PENDETEKSI DAN PENETRALISIR POLUSI ASAP DENGAN KONTROL MELALUI APLIKASI ANDROID (RANCANG BANGUN PERANGKAT KERAS)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

[PP NO.19/2003 (PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN)] December 22, 2013

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan silent disease yang menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Dalam Peraturan Pemerintah ini diatur bahwa iklan rokok hanya dapat dilakukan dengan persyaratan tertentu yang ditetapkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya pendapatan masyarakat. Di sisi lain menimbulkan dampak

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya.

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan jumlah perokok di negara berkembang termasuk Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan 45% wanita yang merokok, dan 27% wanita hamil yang merokok,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pekerja berdasarkan ketentuan pasal 1 angka 3. UU No 13

PROPOSAL PENYULUHAN BAHAYA ROKOK FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini jumlah perokok di dunia mengalami peningkatan termasuk di

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di kota-kota besar dan juga daerah padat industri yang menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH IKLAN MEDIA LUAR RUANG TERHADAP PERILAKU MEROKOK SISWA DI SMA NEGERI 2 MEDAN TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Rokok pada dasarnya merupakan tumpukan bahan kimia berbahaya. Satu batang rokok asapnya menguraikan sekitar 4000 bahan kimia

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. asapnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana tabacum, nicotinia. nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan salah satunya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok biasanya berbentuk silinder terdiri dari kertas yang. agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujungnya yang lain.

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 1999 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KUISIONER PENELITIAN GAMBARAN KARAKTERISTIK DAN SOSIAL BUDAYA KELUARGA DALAM HAL PERILAKU MEROKOK SISWA SMK SATRIA NUSANTARA BINJAI PADA TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya

BAB 1 PENDAHULUAN. napas, batuk kronik, dahak, wheezing, atau kombinasi dari tanda tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Faktor-faktor yang Menyebabkan Merokok dan Kondisi Adiksi Perokok

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab IV ini membahas hasil penelitian yaitu analisa univariat. dan bivariat serta diakhiri dengan pembahasan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari "tahu" dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan merupakan pokok yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003). 2.1.2. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang dapat memahami suatu gejala dan memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan juga dapat diperoleh dari pengalaman orang lain yang disampaikan kepadanya, dari buku, teman, orang tua, radio, televisi, poster, majalah, dan surat kabar. Pengetahuan yang ada pada diri manusia bertujuan untuk dapat menjawab masalah kehidupan yang dialaminya sehari-hari dan digunakan untuk menawarkan berbagai kemudahan bagi manusia. Dalam hal ini pengetahuan dapat diibaratkan sebagai suatu alat yang dipakai pada manusia dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Menurut Notoatmodjo (2003), tingkat pengetahuan dapat dibagi atas enam bagian, yaitu: 1. Tahu (know): sebagai pengingat atau materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk dalam pengetahuan tingkat ini ialah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. 2. Memahami (comprehension): sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui sehingga dapat menginterpretasikan materi tersebut dengan benar. 3. Aplikasi (application): sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. 4. Analisa (analysis): suatu kemampuan untuk menjabarkan materi suatu

objek dalam komponen tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitan dengan satu sama lain. 5. Sintesis (synthesis): menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu kesembuhan baru. 6. Evaluasi (evaluation): berkaitan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek penilaian berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada. 2.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan eksternal (Notoatmodjo, 2003). Faktor internal meliputi: 1. Pendidikan - Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat. Beberapa hasil penelitian mengenai pengaruh pendidikan terhadap perkembangan pribadi, bahwa pada umumnya pendidikan itu mempertinggi taraf intelegensia individu. 2. Persepsi - Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. 3. Motivasi - Merupakan dorongan, keinginan dan tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu dengan mengenyampingkan hal-hal yang dianggap kurang bermanfaat. Dalam mencapai tujuan dan munculnya motivasi memerlukan rangsangan dari dalam diri individu (biasanya timbul dari perilaku yang dapat memenuhi kebutuhan sehingga menjadi puas) maupun dari luar (merupakan pengaruh dari orang lain/lingkungan). 4. Pengalaman - Adalah sesuatu yang dirasakan (diketahui, dikerjakan), juga merupakan kesadaran akan suatu hal yang tertangkap oleh indra manusia. Pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman berdasarkan kenyataan yang pasti dan pengalaman yang berulang-ulang dapat menyababkan terbentuknya pengetahuan. Pengalaman masa lalu dan aspirasinya untuk

masa yang akan datang menentukan perilaku masa kini. Faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan antara lain: meliputi lingkungan, sosial ekonomi, kebudayaan dan informasi. Lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh bagi pengembangan sifat dan perilaku individu. Sosial ekonomi, penghasilan sering dilihat untuk menilai hubungan antara tingkat penghasilan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Kebudayaan adalah perilaku normal, kebiasaan, nilai dan penggunaan sumber-sumber di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup. Informasi adalah penerangan, keterangan, pemberitahuan yang dapat menimbulkan kesadaran dan mempengaruhi perilaku. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas (Notoatmodjo, 2003). 2.2. Sikap 2.2.1. Defenisi Sikap Sikap merupakan suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2005). Sikap dikatakan sebagai suatu respon evaluatif. Respon hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang mengkehendaki adanya reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan dalam bentuk nilai baik-buruk, positif-negatif, menyenangkan-tidak menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap (Azwar, 2005). Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan

melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahuinya atau disikapinya. Sikap terdiri atas tiga komponen penting, yakni: kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap objek; kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek (penilaian terhadap objek); dan kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen tersebut secara bersamaan membentuk sikap yang utuh (total attitude) (Notoatmodjo, 2005). 2.2.2. Tingkatan Sikap Menurut Notoatmodjo (2003), sikap terdiri dari 4 tingkatan yaitu: menerima (receiving), merespons (responding), menghargai (valuing), bertanggungjawab (responsible). Menerima diartikan bahwa orang (objek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Merespons diartikan memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut. Menghargai berarti mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu induksi sikap tingkat tiga. Bertanggung jawab artinya bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. 2.2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Menurut Azwar (2005), ada beberapa faktor yang mempengaruhi sikap: 1. Pengalaman pribadi - Merupakan apa yang telah dan sedang dialami ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatannya terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek. Penghayatan tersebut akan membentuk sikap positif atau negatif di kemudian hari. 2. Pengaruh Orang Lain -Merupakan komponen sosial yang penting yang mempengaruhi sikap. 3. Media Massa -Berfungsi sebagai sarana komunikasi yang mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Walaupun pengaruh media massa tidaklah sebesar pengaruh interaksi

individu secara langsung, namun dalam pembentukan sikap, media massa juga berperan karena merupakan satu bentuk informasi sugestif. 4. Faktor Emosi - Berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang, akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama. 2.3. Merokok 2.3.1. Defenisi Merokok Merokok adalah perlakuan yang ditandai dengan membakar tembakau yang kemudian diisap asapnya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Temperatur pada sebatang rokok yang tengah dibakar adalah 900ºC untuk ujung rokok yang dibakar dan 30ºC untuk ujung rokok yang terselip di bibir perokok. Asap rokok yang diisap atau asap rokok yang dihirup melalui dua komponen yang lekas menguap berbentuk gas dan komponen yang bersama gas terkondensasi menjadi komponen partikulat. Dengan demikian, asap rokok yang diisap dapat berupa gas sejumlah 85% dan sisanya berupa partikel (Harrisons, 1987). Merokok adalah suatu kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat. Perilaku merokok tidak hanya menyebabkan berbagai macam penyakit tetapi juga dapat memperberat sejumlah penyakit lainnya (Hardinge et al., 2001). 2.3.2. Bahan Kimia di Dalam Tembakau dan Rokok Dalam satu batang rokok terdapat lebih kurang 4000 jenis bahan kimia, 40 persen diantaranya beracun. Bahan kimia yang paling berbahaya terutama nikotin, tar, hidrokarbon, karbon monoksida, dan logam berat dalam asap rokok (Kusmana, 2002). Bahan-bahan kimia ini berasal dari pertumbuhan daun tembakau itu sendiri, misalnya bersumber dari tanah, udara, dan bahan-bahan kimia yang digunakan baik di dalam proses pembuatan tembakau maupun sewaktu penanaman tembakau. Dengan kata lain, berbagai jenis tembakau yang ditanam di suatu daerah atau suatu negara serta cara pemprosesan tembakau akan mempengaruhi komposisi bahan kimia yang dikandung oleh tembakau. Seorang perokok yang menghisap 1-9 batang rokok perhari akan mengalami pemendekan umur sekitar 5,5 tahun (White, 1981). Pada waktu rokok dibakar (berarti tembakau, cengkeh, pembalut rokok, dan

bahan tambahan lainnya ikut dibakar) maka akan terbentuk bahan kimia hasil pembakaran dan berikut adalah hasilnya: Bahan kimia di dalam rokok yang diisap Asap rokok mainstream (mainstream smoke) terdiri dari 4000 jenis bahan kimia (Roberts,1988). Dibedakan menjadi fase partikulat dan fase gas. Fase pertikulat terdiri dari nikotin, nitrosamine dan N-nitrosonornikotin; polisiklik hidrokarbon; logam berat dan karsinogen amine. Sedangkan fase yang dapat menguap atau seperti gas adalah karbon monoksida, karbon dioksida, benzene, amonia, formaldehid, hidrosianida, dan lain-lain. Dari sifat aktivitas biologis asap rokok dibedakan menjadi asfiksant, iritant, sikiatoksin, mutagen, karsinogen, enzim inhibitor, neurotoksin dan bahan farmakologi yang aktif (Sitepoe, 2000). Asap rokok sidestream: beberapa bahan kimia dalam asap rokok sidestream emiten ke udara. Di sini dijumpai adanya bahan kimia bersifat karsinogenik berupa N- nitrosodimetilamin dan N-notrosodilamin serta beberapa jenis logam berat. Bahkan ada lebih banyak bahan karsinogenik yang dijumpai di dalam asap sidestream (Sitepoe, 2000). Penggunaan tembakau tanpa dibakar (smokeless tobacco) dan bahaya kesehatan Pada penggunaan ini, terdapat nikotin yang bisa memberikan adiksi. Selain itu, di dalam tembakau yang diisap melalui mulut terkandung N-nitrosodietilamin bersifat kanserogenik. Juga, dapat memicu Penyakit Jantung Koroner (PJK) melalui kadar nikotin di dalam darah. Nikotin yang diisap-isap melalui mulut (smokeless tobacco) juga dapat meningkatkan tekanan darah (Benowitz et al., 1988). Nanda (1988) mencatat bahawa smokeless tobacco akan meningkatkan tekanan darah dan menambah denyut nadi. Kanker mulut juga banyak dijumpai pada mereka yang mengisap-isap tembakau (Simarak et al., 1977). 2.3.3. Bahan Kimia Asap Rokok dan Pengaruhnya terhadap Tubuh 2.3.3.1. Nikotin Nikotin merupakan alkaloid dalam bentuk cairan, tidak berwarna, suatu basa yang mudah menguap (volatile base) dengan pk a = 8,5. Zat ini berubah warna

menjadi coklat dan berbau mirip tembakau setelah bersentuhan dengan udara. Kadarnya dalam tembakau antara 1-2 persen. Merokok dengan kadar nikotin tinggi dapat meningkatkan denyut jantung, peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik dalam keadaan istirahat. Peningkatan ini terjadi karena adanya zat norepinefrin yang akan merangsang katekolamin di dalam darah. Bahan kimia ini akan merangsang reseptor kimia yaitu reseptor nikotinik pada pembuluh darah yang akan mengakibatkan peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik, yang selanjutnya akan mempengaruhi kerja jantung sehingga kebutuhan oksigen jantung akan meningkat (Katzung, 2001). Nikotin adalah suatu perangsang sistem saraf pusat (SSP) yang kuat yang akan menimbulkan tremor serta konvulsi pada dosis besar. Perangsangan respirasi sangat jelas dengan nikotin; dosis besar langsung pada medula oblongata, diikuti dengan depresi; kematian akibat paralisis pusat pernapasan dan paralisis otot-otot pernapasan (perifer). Paparan kronik terhadap nikotin menyebabkan peningkatan densitas reseptor nikotinik sebagai kompensasi terhadap desensitisasi fungsi reseptor oleh nikotin (Amir Syarif et al., 2000). Keseluruhan penggunaan tembakau merupakan suatu akibat adanya nikotin sehingga seseorang menjadi perokok dan selalu ingin merokok lagi atau ketagihan terhadap rokok. Sebaliknya, merokok yang hanya sekali-sekali belum tentu akan terganggu kesehatannya. Benowitz (1994) menyatakan kadar nikotin sejumlah 5 mgr (4-6 mgr) per hari dari rokok yang diisap (diukur dengan menggunakan mesin merokok) baru dapat menimbulkan ketagihan (adiksi) terhadap rokok. Dengan bioavailabilitas nikotin 40 persen dari rokok yang diisap, Benowitz memperhitungkan ambang batas kadar nikotin yang diisap agar tidak ketagihan rokok adalah 0,4-0,5 mgr per batang rokok. 2.3.3.2. Tar Merupakan bagian partikel rokok sesudah kandungan nikotin dan uap air diasingkan, beberapa komponen zat kimianya bersifat karsinogen. Apabila satusatunya sumber nikotin adalah tembakau maka sumber tar adalah tembakau, cengkeh, pembalut rokok, dan bahan organik lain yang dibakar. Tar hanya dijumpai pada rokok yang dibakar. Kadar tar pada sebatang rokok yang diisap adalah 24-25 mg, sedangkan bagi rokok yang mempergunakan filter dapat mengalami penurunan 5-15 mg.

walaupun diberi filter, efek sebagai karsinogen pada paru-paru tidak berguna kalau waktu merokok hirupannya dalam-dalam, menghisapnya berkali-kali dan jumlah rokok yang dipergunakan bertambah banyak (Sitepoe, 2000). 2.3.3.3. Gas Karbon Monoksida (CO) Gas bersifat toksik yang bertentangan dengan gas oksigen dalam transpor haemoglobin. Dalam rokok terdapat 2-6 persen gas CO pada saat merokok, sedangkan gas CO yang diisap oleh perokok paling rendah 400 ppm (parts per million) sudah dapat meningkatkan kadar karboksi-hemoglobin dalam darah sejumlah 2-16 persen. Kadar normal karboksi-hemoglobin hanya 1 persen pada bukan perokok. Gas CO mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin (Hb) yang terdapat dalam sel darah merah (eritrosit) lebih kuat dibandingkan oksigen (O 2 ) sehingga di dalam darah seorang perokok, sel darah merah akan kekurangan oksigen, karena yang diangkut adalah CO dan bukannya O 2. Sel-sel tubuh yang menderita kekurangan oksigen akan berusaha mengikat O 2 yaitu melalui kompensasi pembuluh darah, yaitu dengan menciutkan atau spasme pembuluh darah. Bila proses ini berlangsung lama dan terusmenerus maka pembuluh darah akan rusak karena terjadinya proses penyempitan pembuluh darah (Amin, 1996). Menurut penelitian Target (1992), bahwa sekitar lima persen dari asap rokok adalah karbon monoksida, zat yang sama dengan asap yang dikeluarkan knalpot mobil, bahkan terdapat beberapa orang menggunakan zat ini untuk melakukan bunuh diri. 2.3.3.4. Timah Hitam (Pb) Timah hitam merupakan partikel asap rokok. Setiap satu batang rokok yang diisap diperhitungkan mengandung 0,5 µgr timah hitam. Bila seseorang mengisap 1 bungkus rokok per hari berarti menghasilkan 10 µgr, sedangkan batas bahaya kadar Pb dalam tubuh adalah 20 µgr per hari (Sitepoe, 2000). 2.3.3.5. Eugenol Eugenol dapat ditemukan di dalam cengkeh atau di dalam minyak cengkeh. Eugenol dapat dijumpai baik di dalam rokok yang sedang diisap, maupun di dalam

rokok yang tidak dirokok (dalam cengkeh). Eugenol serupa halnya dengan nikotin, yakni juga dapat dijumpai di dalam rokok yang dirokok (asap rokok) dan juga di dalam rokok yang tidak dirokok (tembakau) (Sitepoe, 2000). 2.3.4. Bahaya Merokok Rokok mengandung hidrokarbon aromatik polisiklik dan nitrosamine, yang merupakan zat karsinogen yang poten dan agen mutasi pada hewan. Ia dapat menyebabkan pelepasan enzim-enzim dari neutrofil granulosit dan makrofag yang dapat merusakkan elastin dan menyebabkan kerusakan paru-paru. Permeabilitas selsel epitel paru akan meningkat walaupun pada perokok yang tidak menunjukkan sebarang simptom dan berhubungan dengan konsentrasi karboksihemoglobin dalam darah. Permeabilitas yang berubah ini dapat menyebabkan zat-zat karsinogen masuk melalui epitel paru dengan lebih mudah (Kumar, 2002). Menurut Kumar (2002), antara bahaya dari merokok adalah resiko mendapat penyakit seperti kanker paru-paru, karsinoma esofagus, penyakit jantung iskemik, penyakit pembuluh darah perifer, kanker kandung kermih, peningkatan jumlah sperma yang abnormal serta dapat timbul masalah ingatan. Pada ibu hamil yang merokok, beresiko tinggi untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Pada perokok pasif, dapat terjadi sesak nafas dan batuk serta terdapat resiko mendapat asma, pneumonia serta bronkitis pada anak dengan orang tua yang merokok. Beberapa penelitian mengenai resiko yang mungkin dialami perokok menunjukkan bahawa perokok mempunyai kemungkinan sebelas kali mengidap penyakit paru-paru yang menyebabkan kematian dibanding bukan perokok. Diperkirakan pada tahun 2020 akan datang, kematian yang disebabkan oleh penyakit paru-paru atau lebih dikenali dengan penyakit paru-paru obstruksi kronik (PPOK) atau penyakit paru-paru yang tidak bisa disembuhkan ini akan menduduki peringkat keempat setelah gangguan mental, kecelakaan lalu-lintas dan penyakit jantung. Menurut data World Health Organisation (WHO), penyakit paru-paru termasuk peringkat ke-12 penyebab kesakitan dan kematian utama penyakit tidak menular di dunia (WHO, 1990).