ANALISIS KAJIAN METEOROLOGIS KETERSEDIAAN DAN TINGKAT KEKRITISAN AIR DOMESTIK DESA GIRIMOYO, KECAMATAN KARANGPLOSO, KABUPATEN MALANG

dokumen-dokumen yang mirip
PERUBAHAN PENGUNAAN LAHAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERUBAHAN IKLIM KOTA MALANG

MEDIA POSTER SEBAGAI MEDIA PENYULUHAN DAN PENDIDIKAN KONSERVASI SUMBER DAYA AIR MASYARAKAT DESA GIRIMOYO

KAJIAN KETERSEDIAAN AIR METEOROLOGIS UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR DOMESTIK DI PROVINSI JAWA TENGAH DAN DIY. Suci Muliranti

Buletin Analisis Hujan Bulan April 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2013 KATA PENGANTAR

KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI

Buletin Analisis Hujan Bulan Februari 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan April, Mei dan Juni 2013 KATA PENGANTAR

KEBUTUHAN DAN KETERSEDIAAN AIR DOMESTIK PENDUDUK DESA GIRIMOYO, KECAMATAN KARANGPLOSO, KABUPATEN MALANG

Iklim / Climate BAB II IKLIM. Climate. Berau Dalam Angka 2013 Page 11

TINJAUAN PUSTAKA. Neraca Air

Buletin Analisis Hujan Bulan Januari 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Maret, April dan Mei 2013 KATA PENGANTAR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

global warming, periode iklim dapat dihitung berdasarakan perubahan setiap 30 tahun sekali.

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan Juli 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan September, Oktober dan November 2012 KATA PENGANTAR

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan Desember 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan Februari, Maret dan April 2013 KATA PENGANTAR

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan April 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2012 KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP

Kajian Curah Hujan untuk Pemutahiran Tipe Iklim Beberapa Wilayah di Kalimantan Tengah

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air

ANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN AGUSTUS, SEPTEMBER DAN OKTOBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV KONDISI UMUM TAPAK

ANALISIS HUJAN BULAN OKTOBER 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2011, JANUARI DAN FEBRUARI 2012 PROVINSI DKI JAKARTA 1.

ANALISIS POLA DAN INTENSITAS CURAH HUJAN BERDASAKAN DATA OBSERVASI DAN SATELIT TROPICAL RAINFALL MEASURING MISSIONS (TRMM) 3B42 V7 DI MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

STASIUN METEOROLOGI KLAS III NABIRE

HASIL DAN PEMBAHASAN. Neraca Kebutuhan dan Ketersediaan Air. dilakukan dengan pendekatan supply-demand, dimana supply merupakan

Propinsi Banten dan DKI Jakarta

Gambar 1.1 Siklus Hidrologi (Kurkura, 2011)

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 3. Deskripsi Daerah Penelitian

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR GAMBAR...

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

MINI RISET METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI PERHITUNGAN CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE

I. INFORMASI METEOROLOGI

Analisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu

ANALISIS HUJAN BULAN PEBRUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL, MEI DAN JUNI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

BAB I PENDAHULUAN. dan makhluk hidup lainnya, yang berperan penting di berbagai sektor kehidupan.

I. INFORMASI METEOROLOGI

BAB III LANDASAN TEORI

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG ANALISIS MUSIM KEMARAU 2013 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2013/2014

PENDAHULUAN Latar Belakang

sebagainya, termasuk dalam proses pembentukan tanah (klimat soil) yaitu tanah

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

The water balance in the distric X Koto Singkarak, distric Solok. By:

BAB III METODE PERECANAAN. 7044`55011`` sampai 8026`35045`` Lintang Selatan. 3.2 Lokasi

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim

I. INFORMASI METEOROLOGI

BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

Analisis Ketersediaan Air Embung Tambakboyo Sleman DIY

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KATA PENGANTAR. Negara, September 2015 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI. NUGA PUTRANTIJO, SP, M.Si. NIP

OPTIMASI PEMANFAATAN AIR BAKU DENGAN MENGGUNAKAN LINEAR PROGRAMMING (LP) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CIDANAU, BANTEN. OLEH : MIADAH F

TINJAUAN PUSTAKA. udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang relatif sempit pada jangka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

V. GAMBARAN UMUM. Pulau Untung Jawa berada pada posisi ,21 Lintang Selatan dan

BAB I GEOGRAFI. Kabupaten Tegal Dalam Angka

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. angin bertiup dari arah Utara Barat Laut dan membawa banyak uap air dan

INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI. Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT. Nohanamian Tambun

ANALISIS CURAH HUJAN, TIPE IKLIM DAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL UNTUK KOTA MEDAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KLIMATOLOGI HUJAN EKSTRIM BULAN JUNI DI NEGARA-BALI (Studi Khasus 26 Juni 2017)

PENERAPAN FUZZY INFERENCE SYSTEM PADA PREDIKSI CURAH HUJAN DI SURABAYA UTARA

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

Gambar 3 Sebaran curah hujan rata-rata tahunan Provinsi Jawa Barat.

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL 1 LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN ABSTRAKSI KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI,...Mi DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR TABEL

pemakaian air bersih untuk menghitung persentase pemenuhannya.

BAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kehilangan air pada suatu sistem hidrologi. panjang, untuk suatu DAS atau badan air seperti waduk atau danau.

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Data Iklim Rata-Rata Bulanan di Wilayah Penelitian Bulan Curah Hujan (mm)*) Suhu ( C)*)

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR xiii BAB I PENDAHULUAN... 1

ANALISIS KARAKTERISTIK INTENSITAS CURAH HUJAN DI KOTA BENGKULU

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS

BAB II LANDASAN TEORITIS

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di

Transkripsi:

ANALISIS KAJIAN METEOROLOGIS KETERSEDIAAN DAN TINGKAT KEKRITISAN AIR DOMESTIK DESA GIRIMOYO, KECAMATAN KARANGPLOSO, KABUPATEN MALANG Akhmad Faruq Hamdani, Nelya Eka Susanti Geografi Universitas Kanjuruhan Malang a.faruqhamdani@unikama.ac.id, nelyaeka@unikama.ac.id ABSTRAK. Wilayah desa dengan segala keberagaman aktivitas masyarakatnya membutuhkan ketersediaan air yang cukup untuk menunjang keberlanjutan aktivitas masyarakatnya. Desa Girimoyo merupakan salah satu desa di Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang yang memiliki lokasi strategis. Analisis untuk mengetahui dan menganalisis ketersediaan dan kebutuhan air domestik salah satunya adalah melalui indeks kekrtitisan air dometik. Kekritisan air domestik merupakan perbandingan kebutuhan air domestik dengan ketersediaan meteorologis di Desa Girimoyo. Ketersediaan meteorologis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah rata-rata curah hujan bulanan dalam dua puluh tahun terakhir dikalikan dengan luas wilayah terbuka hijau di Desa Girimoyo. Berdasarkan hasil analisis tingkat kekritisan air di Desa Girimoyo nilai kekritisan air tertinggi berada pada bulan Agustus yakni sebesar 125,73% (sangat kritis) dan nilai kekritisan terendah berada pada bulan Februari dengan nilai 9,12% (tidak kritis ). Kata Kunci: Kajian meteorologis, kebutuhan, ketersediaan, tingkat kekritisan, air domestik PENDAHULUAN Air bersih merupakan salah satu faktor yang dibutuhkan untuk berbagai aktivitas manusia di perkotaan maupun di perdesaan. Air sebagai sumber daya alam yang terbarukan dan dinamis akan selalu datang pada waktu dan musim penghujan, namun tergantung kepada manusianya mampu memanfaatkannya atau tidak (Kodoati dan Sjarief, 2010). Air berperan sebagai sumber daya vital bagi kehidupan masyarakat. Air sebagai kebutuhan domestik digunakan untuk mandi, mencuci, minum, dan sanitasi. Selain itu kapasitas suatu wilayah akan bergantung pada ketersediaan sumber air (Inoguchi, dkk. 2015). Jika ketersediaan air sesuai dengan kebutuhan penduduknya maka kapasitas wilayah tersebut untuk berkembang akan menjadi lebih cepat, namun sebaliknya jika ketersediaan air tidak sesuai dengan kebutuhan penduduknya maka akan muncul permasalahan atau konflik baru kedepannya (Inoguchi, dkk., 2015). Mengetahui dan melakukan analisis ketersediaan dan kebutuhan air di suatu wilayah menjadi hal yang penting untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu faktor yang mempengaruhi ketersediaan air adalah faktor curah hujan (presipitasi). Curah hujan merupakan salah satu faktor cuaca dan iklim yang utama, disamping suhu udara, kelembaban udata, tekanan udara, angin, dan durasi sinar matahari (Tjasyono, 2004). Presipitasi adalah curahan atau jatuhnya air dari atmosfer ke permukaan bumi dalam bentuk yang berbeda, yaitu curah hujan untuk wilayah tropis serta salju pada wilayah iklim sedang (Asdak, 2001). Hujan merupakan curahan air dari atmosfer dengan diameter lebih dari 0,5 mm dan intensitas lebih dari 1,25 mm/jam (Tjasyono, 2004). Perbedaan ketinggian wilayah, perbedaan tekanan udara, perbedaan suhu, serta perbedaan arah dan kecepatan angin memberikan pengaruh terhadap curah hujan di setiap wilayah. Adanya perbedaan curah hujan di setiap wilayah akan mempengaruhi ketersediaan air meteorologis suatu wilayah. Perubahan kondisi iklim dan peningkatan jumlah penduduk juga akan berpengaruh terhadap ketersediaan air. Faktor utama yang mempengaruhi ketersediaan air adalah tekanan penduduk. Jumlah penduduk terus mengalami peningkatan tetapi ketersediaan lahan yang tetap akan berpengaruh terhadap tingkat kekritisan airnya (Bohmelt, dkk., 2014). Harapanya jika ketersediaan air yang cukup untuk setiap warga desa maka keberlanjutan kehidupan masyarakat tidak akan terganggu. Sehingga kondisi kekritisan air dapat dihindari. Oleh 9

karena hal tersebut maka tujuan penelitian adalah untuk menganalisis tingkat kerkritisan air di Desa Girimoyo berdasarkan kajian meteorologis. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan pendekatan survey wilayah. Metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis tingkat kekritisan air domestik di Desa Girimoyo, Kecamatan Karangploso melalui kajian ketersediaan meteorologis. Kajian ketersediaan air meteorologis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah rata-rata curah hujan bulanan dalam dua puluh tahun terkahir dikalikan denan luas wilayah terbuka hijau di Desa Girimoyo. Data curah hujan tahun 1997-2016 didapatkan dari stasiun klimatologi karangploso, data jumlah penduduk didapatkan dari badan pusat statistik tentang kecamatan karangploso dalam angka tahun 2016, peta wilayah administratif dan peta tata guna lahan didaptkan dari data badan pertanahan nasional, serta wawancara dan kuisiner tentang kebutuhan air domestik di Desa Girimoyo. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini mencakup tiga analisis, yakni: 1. Ketersediaan Air Meteorologis Ketersediaan air meteorologis ditentukan berdasarkan jumlah rata-rata curah hujan dikali dengan luas wilayah terbuka hijau. 2. Kebutuhan Air Domestik a. Kebutuhan air domestik harian Kebutuhan air domestik harian ditentukan berdasarkan hasil wawancara dan survey wilayah kepada 96 responden penelitian di Desa Girimoyo. b. Kebutuhan air domestik bulanan Kebutuhan air domestik bulanan ditentukan dari jumlah hari dalam satu bulan dan dikalikan dengan kebutuhan air domestik (liter/hari) dikalian dengan jumlah penduduk di Desa Girimoyo. 3. Tingkat Kekrititisan Air Tingkat kekritisan air dinyatakan dalam prosentase perbandingan antara kebutuhan air dengan ketersediaan air. Tabel 1. Kelas Kritisan Air No Kelas Kritisan Keterangan < 50% Tidak Kritis 50 75% Agak Kritis 76 100% Kritis >100% Sangat Kritis Sumber: Direktorat Bina Program dalam Martopo (1991) 10

HASIL DAN PEMBAHASAN Ketersediaan Air Meteorologis Ketersediaan air secara meteorologis ditentukan berdasarkan jumlah curah hujan yang turun dikalikan dengan luas wilayah terbuka hijau. Luas wilayah Desa Girimoyo berdasarkan analisis ditampilkan pada Tabel 2. Luas Wilayah Desa Girimoyo Luas Wilayah Luas Permukiman Luas Ruang Terbuka (Sawah dan pertanian lahan kering) 198,645 ha 46,98 ha 151,665 ha Gambar 1. Peta Tata Guna Lahan Desa Girimoyo Berdasakan Gambar 1. menunjukkan luas permukiman adalah 46,98 ha dan ruang terbuka adalah 151, 665 ha. Tingkat ketersediaan air secara meteorologi ditentukan berdasarkan jumlah rata-rata hujan bulanan dalam kurung waktu 20 tahun (1997-2016) dikalikan dengan luas ruang terbuka hijau. Hal ini dikarenakan ruang terbuka hijau mempunyai kemampuan lebih baik dalam menyimpan air ke dalam tanah dibandingkan dengan ruang tertutup (permukiman). 11

Gambar 2. Tingkat Ketersediaan Air Metorologis Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan tingkat ketersediaan air meteorologis pada bulan Februari merupakan tingkat ketersediaan air tertinggi di Desa Girimoyo yakni sebesar 473.232.716 liter, sedangkan tingkat ketersediaan air terendah terjadi pada bulan Agustus 34.314.206 liter. Curah hujan tinggi dan luas wilayah yang besar maka ketersediaan meteorologisnya akan tinggi dan luas wilayah yang sempit dengan curah hujan yang sedikit maka ketersediaannya akan rendah. Kebutuhan Air Domestik Kebutuhan air merupakan jumlah yang dibutuhkan oleh setiap masyarakatnya. Secara khusus kebutuhan air domestik masyarakat Desa Girimoyo adalah jumlah air yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk mandi, mencuci, minum, dan sanitasi. Hasil penelitian untuk kebutuhan air domestik didapatkan data bahwa kebutuhan masyarakat adalah 194,44 liter/orang/hari (Susanti dan Hamdani, 2016). Sehingga didapatkan kebutuhan air domestik total masyarakat Desa Girimoyo selama satu bulan adalah sebesar 43.143.660 liter/bulan. Kebutuhan untuk masyarakat Desa Girimoyo seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk maka kebutuhan akan air domestik akan terus meningkat. Tingkat Kekritisan Air Tingkat kekritisan air domestik ditentukan berdasarkan jumlah kebutuhan air dibagi dengan jumlah ketersediaan air meteorologis di Desa Girimoyo. Gambar 3. Tingkat Kekritisan Air Domestik Desa Girimoyo 12

Tabel 2. Tingkat Kekritisan Air Domestik Desa Girimoyo Bulan Nilai Kekritisan (%) Kategori Januari 10.34 Tidak Kritis Februari 9.12 Tidak Kritis Maret 11.55 Tidak Kritis April 15.05 Tidak Kritis Mei 29.65 Tidak Kritis Juni 72.00 Agak Kritis Juli 106.28 Sangat Kritis Agustus 125.73 Sangat Kritis September 112.75 Sangat Kritis Oktober 32.83 Tidak Kritis November 12.46 Tidak Kritis Desember 9.45 Tidak Kritis Sumber: Hasil Analisis Berdasarkan Gambar 3. dan Tabel 2., menunjukkan nilai kekritisan air pada bulan Januari adalah 10,34% (tidak kritis), bulan Februari 9,12% (tidak kritis), bulan Maret 11,55% (tidak kritis), bulan April 15,05% (tidak kritis), bulan Mei 29,65% (tidak kritis), bulan Juni 72% (agak kritis), bulan Juli 106% (sangat kritis), bulan Agustus 125,73% (sangat kritis), bulan September 112,75% (sangat kritis), bulan Oktober 32,83% (tidak kritis), bulan November (12,46%), dan bulan Desember (9,45%). Berdasarkan hasil analisis menunjukkan tren kenaikan tingkat kekritisan air mulai bulan Maret sampai bulan Agustus, dan tren penurunan dimulai bulan September sampai bulan Februari. Hasil analisis menunukkan tingkat kerkritisan tertinggi berada pada bulan Agustus yakni sebesar 125,73% dan nilai kekritisan terendah berada pada bulan Februari dengan nilai 9,12%. Hal ini dikarenakan pada bulan Agustus curah hujan di Desa Girimoyo merupakan rata-rata curah hujan terendah pada 20 tahun terakhir sehingga jumlah air yang tersimpan sebagai air meteorologi sangat sedikit, sedangkan pada bulan Februari selama 20 tahun terakhir merupakan bulan dengan rata-rata curah hujan tertinggi sehingga jumlah air yang tersimpan sebagai air meteorologi sangat banyak dan mencukupi bagi masyarakat. Persebaran jumlah hujan yang tidak merata, keragaman fisiografis wilayah, serta jumlah penduduk akan memengaruhi kebutuhan air domestik. Kebutuhan air domestik merupakan kebutuhan air untuk minum, masak, mandi, mencuci, dan sanitasi. Kebutuhan dasar setiap individu akan air berbeda-beda baik tempat maupun waktu penggunannya (Muliranti, 2013) Pendorong utama permintaan air adalah tekanan populasi dan ketersediaan lahan. Kepadatan penduduk yang tinggi sedangkan ketersediaan air tetap konstan, maka akan meningkatkan permintaan air dan juga dapat memperkuat ketidaksetaraan dalam mengakses sumber air. Berdasarkan kajian meteorologis maka faktor alam yakni curah hujan menjadi faktor penting dalam ketersediaan air. Tingkat presipitasi dan suhu dari satu tahun ke tahun lainnya adalah manifestasi variabilitas iklim. Variabilitas perubahan iklim akan berpengaruh terhadap kondisi curah hujan. Jika curah hujan tinggi maka ketersediaan air akan melimpah, namun jika curah hujan rendah ketersediaan air menjadi berkurang. Ketidanseimbangan antara ketersediaan air dan kebutuhan penduduk yang terus meningkat maka akan memicu tingkat kekritisan air menjadi naik dari tahun ke tahun. Oleh karenanya kebutuhan air yang terus meningkat karena laju pertumbuhan penduduk perlu dijaga efisiensi penggunannya air. 13

KESIMPULAN Tingkat kekritisan air merupakan perbandingan dari jumlah kebutuhan masyarakat dengan jumlah ketersediaan air. Berdasarkan hasil penelitian tingkat kekritisan air di Desa Girimoyo hanya terjadi selama tiga bulan, yakni pada bulan Juli, Agustus, dan September. Hal ini dikarenakan pada bulan-bulan tersebut di Indonesia mengalami musim kemarau. Walaupun tingkat kekritisan air saat ini hanya terjadi selama tiga bulan, namun penting untuk terus menjaga ketersediaan air domestik. Dengan memanfaatkan air sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu. Dengan harapan ketersediaan air masih dapat berlanjut tidak hanya untuk generasi saat ini namun juga untuk generasi akan datang. DAFTAR PUSTAKA Asdak, C. 2001. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: UGM Press. Bohmelt., 2014. Demand, Supply, and Restraint: Determinants of Domestic Water Conflict and Cooperation. Global Environment Change. 29:337-348. Inoguchi, T., dkk. 2015. Kota dan Lingkungan. Jakarta: LP3ES. Kodoatie, R.J. dan R. Sjarief. 2010. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Yogyakarta: Penerbit Andi. Martopo, S., 1991. Keseimbangan Ketersediaan Air di Pulau Bali. Laporan Penelitian. Yogyakarta: UGM. Muliranti, S. dan Hadi M.P., 2013. Kajian Ketersediaan Air Meteorologis Untuk Pemenuhan Kebutuhan Air Domestik di Provinsi Jawa Tengah dan DIY (Internet). (cited 1 Agustus 2017). Available from http://lib.geo.ugm.ac.id/ojs/index.php/jbi/article/download/160/157 Susanti, N.E. dan Hamdani A.F., 2016. Kebutuhan dan Ketersediaan Air Domestik Desa Girimoyo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang. Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Malang, 6 Agustus. 2016. Malang: Universitas Kanjuruhan Malang. p. 20-25. Tjasyono., 2004. Klimatologi. Bandung: Penerbit ITB. 14