BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi merupakan sistem informasi yang mengidentifikasi, merekam dan mengkomunikasikan kejadian ekonomik dari suatu entitas pada pengguna yang berkepentingan (Weygandt et al., 2008). Keseluruhan proses akuntansi pada akhirnya akan menghasilkan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan. Informasi akuntansi suatu entitas tertuang dalam bentuk laporan keuangan, sementara itu pelaporan selalu berkembang mengikuti kebutuhan pemangku kepentingan. Pada abad ke-21 ini, isu mengenai pengelolaan lingkungan, tanggungjawab sosial, dan tata kelola perusahaan (environmental, social, and governance ESG) sebagai bagian dari tanggungjawab entitas semakin banyak didiskusikan. Pemangku kepentingan juga dihadapkan pada kenyataan seperti krisis keuangan global, perubahan iklim dan ekologi secara global, hingga ledakan populasi dunia. Muncul kesadaran bahwa jumlah populasi global meningkat, sementara ketersediaan sumber daya alam terbatas, dan semakin berkurang (Prickett, 2014). Permasalahan di atas mengarahkan perhatian pemangku kepentingan pada upaya pembangunan berkelanjutan. World Commission on Environment and Development, United Nations (1987) mendefinisikan pembangunan berkelanjutan sebagai pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan saat ini tanpa membahayakan kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhan mereka (James, 2014). Entitas dalam berbagai bentuk dan ukuran melakukan tindakan untuk memaksimalkan nilai perusahaan dan meminimalkan dampak negatif perusahaan dalam konteks ESG, sebagai upaya mendukung pembangunan berkelanjutan. 1
Kemajuan selanjutnya, investasi global pada energi baru meningkat dari $50 milyar pada tahun 2004 menjadi $260 milyar pada tahun 2011 (James, 2014). Forum of Sustainable and Responsible Investment (2012) melaporkan bahwa saat ini lebih dari $3 triliun diinvestasikan untuk corporate social responsibility dan pembangunan berkelanjutan (James, 2014). Pemangku kepentingan berekspektasi bahwa entitas mampu memberikan kontribusi positif dalam konteks ESG. Pada entitas ekonomik, pemangku kepentingan tidak hanya mengutamakan tercapainya kinerja keuangan yang memuaskan dalam jangka pendek, tetapi juga perspektif nilai jangka panjang dan berkelanjutan. Pemangku kepentingan semakin banyak berekspektasi pada perusahaan atas pelaporan berkelanjutan yang formal dan komprehensif sebagai sarana pengungkapan informasi. Pada tahun 2011, terdapat peningkatan signifikan sebesar 30% atas permintaan pelaporan isu ESG, dibandingkan dengan tahun 2010 (Roth, 2014). Pelaporan entitas mengarah pada kebutuhan akan standar yang komprehensif, memuat konteks ESG, menunjukkan penciptaan nilai jangka panjang serta berterima global, namun ringkas dan terintegrasi sesuai dengan kebutuhan pemangku kepentingan. Maka pemangku kepentingan secara global sepakat untuk membuat rerangka internasional untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Terbentuklah badan internasional atas pelaporan terintegrasi (integrated reporting) yang disebut International Integrated Reporting Council (IIRC). IIRC didirikan secara formal pada tahun 2010 oleh The Prince of Wales Accounting for Sustainability Project, Global Reporting Initiative (GRI), International Federation of Accountants, Mervyn E. King (Ketua IIRC), Sir Michael Peat, International Accounting Standards Board, U.S. Financial Accounting Standards Board, pimpinan kantor akuntan publik Big Four, International Organization of Securities Commissions, World Bank, dan World Business Council for Sustainable Development (Prickett, 2014). IIRC membagikan wawasan 2
bahwa komunikasi atas penciptaan nilai dan pemikiran terintegrasi seharusnya menjadi langkah penting dalam evolusi pelaporan, pada segala praktik bisnis baik sektor publik maupun swasta. Pada Desember 2013 IIRC merilis International Framework Integrated Reporting <IR> diikuti dengan konsultasi selama tiga bulan, kemudian menghasilkan lebih dari 350 respon secara global, yang kebanyakan mendukung pelaporan terintegrasi. American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) menyatakan dukungan terhadap usaha IIRC dalam mengembangkan rerangka global ini. IIRC berhasil mendapatkan perhatian entitas di seluruh dunia, seperti Amerika Serikat, Spanyol, Austria, Inggris, Belanda, Australia, India dan Afrika Selatan untuk mengimplementasikan <IR> dengan mempertimbangkan manfaat yang akan diraih setelahnya (Prickett, 2014). <IR> telah digunakan pada beberapa contoh perusahaan seperti Novo Nordisk, Sony, Hyundai Engineering, Siemens, dan Mercedes Benz. Sementara itu, sejauh ini Indonesia belum mewajibkan implementasi <IR> bagi pelaporan entitas. Perhatian terhadap implementasi <IR> merupakan salah satu bentuk kepedulian pemangku kepentingan terhadap isu ESG, terutama sebagai bagian dari proses penciptaan nilai yang dilakukan oleh perusahaan. Melihat fenomena global di atas, penelitian ini bertujuan untuk menilai sejauh mana tingkat keselarasan antara <IR> dan pelaporan entitas di Indonesia. Tingkat keselarasan akan diukur dengan melihat penggunaan Guiding Principles serta ketersediaan Content Elements <IR> dalam laporan tahunan perusahaan. Pelaporan yang semakin maju dapat berkontribusi secara signifikan dalam mengembalikan kepercayaan publik pada entitas, meningkatkan keyakinan investor dan pemangku kepentingan lainnya, serta memastikan alokasi modal secara efisien dalam perekonomian global. Kontribusi <IR> dalam pelaporan terutama dengan meningkatkan kualitas informasi yang ada untuk penyedia modal, sehingga memungkinkan alokasi modal yang lebih 3
efisien dan produktif. Ian Ball, CEO International Federation of Accountants, menyatakan bahwa pelaporan terintegrasi adalah mekanisme yang kuat untuk membantu pemangku kepentingan dalam membuat keputusan yang lebih baik terkait sumber daya yang dikonsumsi dan kehidupan masa mendatang (Business and The Environment, 2010). 1.2 Batasan Penelitian Rerangka internasional Integrated Reporting <IR> baru saja dirilis pada Desember 2013 oleh IIRC. Negara-negara secara global mulai mengacu <IR> pada pelaporan tahun 2014. Karena Indonesia belum mewajibkan entitas mengacu <IR> untuk kepentingan pelaporan, maka penelitian ini dilakukan untuk menganalisis sejauh mana tingkat keselarasan antara <IR> dan laporan tahunan perusahaan di Indonesia. Dalam konteks penelitian ini, yang dimaksud dengan tingkat keselarasan merupakan kesesuaian antara kedua hal tersebut (<IR> dan laporan tahunan) yang diketahui dengan membandingkan keduanya. Laporan tahunan yang dianalisis dalam penelitian ini dibatasi hanya pada laporan tahun 2014. Pertama, karena tahun 2014 adalah tahun pelaporan pertama setelah rilisnya <IR>. Kedua, pada saat penelitian ini dilakukan, perusahaan belum menerbitkan laporan tahun 2015. <IR> dapat diimplementasikan pada segala jenis entitas, termasuk entitas non profit dan sektor publik. Namun demikian, penelitian ini dilakukan terbatas pada entitas ekonomik, yakni entitas yang bertujuan untuk mencari laba. Entitas yang diteliti adalah perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). 1.3 Pertanyaan Penelitian Bagaimanakah tingkat keselarasan antara rerangka Integrated Reporting <IR> dan laporan tahunan perusahaan di Indonesia, dengan mempertimbangkan Guiding Principles dan Content Elements yang dirumuskan dalam rerangka? 4
1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sejauh mana tingkat keselarasan pelaporan di Indonesia dengan Guiding Principles dan Content Elements <IR>. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat untuk menyajikan perbandingan antara rerangka Integrated Reporting <IR> yang dikembangkan oleh International Integrated Reporting Council (IIRC), dengan praktik pelaporan pada perusahaan publik di Indonesia. 1.6 Sistematika Penulisan Bab I adalah Pendahuluan yang berisi informasi yang mendasari mengapa penelitian ini dilakukan. Pada bab II yaitu Landasan Teori, dijelaskan teori yang meliputi konsep pelaporan terintegrasi, Guiding Principles dan Content Elements <IR>. Bab selanjutnya adalah Metoda Penelitian, berisi bagaimana metoda yang dilakukan dalam penelitian. Bab IV yaitu Analisis Data dan Pembahasan, membahas hasil analisis data yang telah dilakukan. Terakhir adalah Bab V yakni Penutup yang berisi kesimpulan penelitian serta keterbatasan atas penelitian ini dan saran untuk penelitian selanjutnya. 5