PERTEMUAN VIII SISTEM PER UNIT DAN DIAGRAM SEGARIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

Bahan Ajar Ke 1 Mata Kuliah Analisa Sistem Tenaga Listrik. Diagram Satu Garis

MODEL SISTEM.

TEGANGAN DAN ARUS DALAM RANGKAIAN TIGA- FASA YANG SEIMBANG

KOMPONEN SIMETRIS DAN IMPEDANSI URUTAN.

atau pengaman pada pelanggan.

KOMPONEN-KOMPONEN SIMETRIS. A. Sintesis Fasor Tak Simetris dari Komponen-Komponen Simetrisnya

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN

Rangkaian seri paralel

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

BAB II. PROTEKSI TRAFO 60 MVA 150/20 kv. DAN PENYULANG 20 kv

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama : pusat-pusat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH

BAB III SISTEM PROTEKSI DAN ANALISA HUBUNG SINGKAT

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penentuan Nilai Arus Pemutusan Pemutus Tenaga Sisi 20 KV pada Gardu Induk 30 MVA Pangururan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Penelitian Terdahulu Tentang Pentanahan Netral

No Fasa/Line Tegangan(Volt) 1 Vrs Vst Vtr Vrn Vsn Vtn

RANGKAIAN ARUS SEARAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PERHITUNGAN ARUS HUBUNGAN SINGKAT

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2)

BAB III SISTEM KELISTRIKAN DAN PROTEKSI

BAB III. Transformator

BAB II TRANSFORMATOR. magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik.

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

JOB SHEET MESIN LISTRIK 2. Percobaan Paralel Trafo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibangkitkan oleh pembangkit harus dinaikkan dengan trafo step up. Hal ini

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV 4.1. UMUM. a. Unit 1 = 100 MW, mulai beroperasi pada tanggal 20 januari 1979.

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS KINERJA GENERATOR DENGAN MENGGUNAKAN AVR. Analisis kinerja generator dengan menggunakan Automatic

Pemasangan Kapasitor Bank untuk Perbaikan Faktor Daya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

MODUL FISIKA. TEGANGAN DAN ARUS BOLAK-BALIK (AC) DISUSUN OLEH : NENIH, S.Pd SMA ISLAM PB. SOEDIRMAN

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti

BAB II TRANSFORMATOR. elektromagnet. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti yang terbuat

SIMULASI DAN ANALISIS ALIRAN DAYA PADA SISTEM TENAGA LISTRIK MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK ELECTRICAL TRANSIENT ANALYSER PROGRAM (ETAP) VERSI 4.

BAB II TRANSFORMATOR

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. Universitas Sumatera Utara

STUDI PENGGUNAAN SISTEM PENDINGIN UDARA TEKAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI TRANSFORMATOR PADA BEBAN LEBIH

Materi dan Evaluasi. Materi: Evaluasi

RANGKAIAN SERI-PARALEL

Berikut proses transformasi dari rangkaian delta ke rangkaian star.

BAB II TRANSFORMATOR. dan mengubah tegangan dan arus bolak-balik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC)

ANALISIS KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI UNTUK IDENTIFIKASI BEBAN LEBIH DAN ESTIMASI RUGI-RUGI PADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH

BAB II TRANSFORMATOR

Perkuliahan PLPG Fisika tahun D.E Tarigan Drs MSi Jurusan Fisika FPMIPA UPI 1

ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TIGA PHASA PADA SISTEM TENAGA LISTRIK DENGAN METODE THEVENIN

BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

BAB IV PENGGUNAAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN TERHADAP PERBAIKAN TEGANGAN JARINGAN 20 KV. 4.1 Perhitungan Jatuh Tegangan di Jaringan 20 kv

III. METODE PENELITIAN

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik

BAB III PROTEKSI TRANSFORMATOR DAYA MENGGUNAKAN TRANSFORMASI HILBERT

Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel

BAB III PERANCANGAN ALAT

PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT PADA JARINGAN DISTRIBUSI DI KOTA PONTIANAK

Politeknik Negeri Sriwijaya

BAB III KONSEP PERHITUNGAN JATUH TEGANGAN

TEKNIK TENAGA LISTRIK DASAR


PENGUJIAN TAPPING TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 20

A. Kompetensi Mengukur beban R, L, C pada sumber tegangan DC dan AC

BAB III KEBUTUHAN GENSET

BAB II TRANSFORMATOR. sistem ketenagalistrikan. Transformator adalah suatu peralatan listrik. dan berbanding terbalik dengan perbandingan arusnya.

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pada suatu jaringan distribusi arus bolak-balik dengan tegangan (V), daya

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

Studi Hubung Singkat pada Beban Pemakaian Sendiri Sistem Pembangkitan di PT Indonesia Power UBP Kamojang

LANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk

TEORI LISTRIK TERAPAN

BAB II TRANSFORMATOR

JADWAL KEGIATAN PER TATAP MUKA (TM) Tatap Muka

Outline. Generator models Line models Transformer models Load models Single line diagram Per unit system. Electric Power Systems L3 - Olof Samuelsson

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TRANSFORMATOR. maupun untuk menyalurkan energi listrik arus bolak-balik dari satu atau lebih

Rangkaian Tiga Fasa 1

BAB II LANDASAN TEORI

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu

TRAFO. Induksi Timbal Balik

SIMULASI DAN ANALISIS ALIRAN DAYA PADA SISTEM TENAGA LISTRIK MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK ELECTRICAL TRANSIENT ANALYSER PROGRAM (ETAP) VERSI 4.

BAB III GANGGUAN SIMPATETIK TRIP PADA GARDU INDUK PUNCAK ARDI MULIA. Simpatetik Trip adalah sebuah kejadian yang sering terjadi pada sebuah gardu

BAB III PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT

BAB II ELEMEN RANGKAIAN LISTRIK

PERENCANAAN PEMASANGAN GARDU SISIP P117

Kemampuan yang dibangun dalam laboratorium inquiry : Mampu menyusun rangkaian jembatan Wheatstone Menjelaskan sifat rangkaian jembatan Wheatstone Mamp

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TIGA FASE PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 13 BUS

ANALISIS SISTEM TENAGA. Analisis Gangguan

SOAL DAN PEMBAHASAN ARUS BOLAK BALIK

BAB II DASAR TEORI. melalui gandengan magnet dan prinsip induksi elektromagnetik [1].

Transkripsi:

PERTEMUAN VIII SISTEM PER UNIT DAN DIAGRAM SEGARIS 8.1 UMUM Saluran transmisi tenaga dioperasikan pada tingkat tegangan di mana kilovolt (kv) merupakan unit yang sangat memudahkan untuk menyatakan tegangan. Karena besarnya daya yang harus disalurkan, kilowatt atau megawatt dan kilovolt-ampere atau megavoltampere adalah istilah-istilah yang sudah biasa dipakai. Tetapi, kuantitas-kuantitas tersebut di atas bersama-sama dengan ampere dan ohm sering juga dinyatakan sebagai suatu persentase atau per unit dari suatu nilai dasar atau referensi yang ditentukan (specified) untuk masingmasing. Misalnya, jika sebagai tegangan dasar dipilih 1 kv, maka tegangan-tegangan sebesar 18, 1, dan 16 kv berturut-turut menjadi,9; 1,; dan 1,5 per unit, atau 9, 1, dan 15%. Definisi nilai per unit untuk suatu kuantitas ialah perbandingan kuantitas tersebut terhadap nilai dasarnya yang dinyatakan dalam desimal. Perbandingan (ratio) dalam persentase adalah 1 kali nilai dalam per unit. Kedua metode perhitungan tersebut, baik dengan persentase maupun dengan per unit, lebih sederhana bila menggunakan langsung nilai-nilai ampere, ohm, dan volt yang sebenarnya. Metode per unit mempunyai sedikit kelebihan dari metode persentase, karena hasil perkalian dari dua kuantitas yang dinyatakan dalam per unit sudah langsung diperoleh dalam per unit juga, sedangkan hasil perkalian dari dua kuantitas yang dinyatakan dalam persentase masih harus dibagi dengan 1 untuk mendapatkan hasil dalam persentase. Tegangan, arus, kilovolt-amper dan impedansi mempunyai hubungan sedemikian rupa sehingga pemilihan nilai dasar untuk dua saja dari kuantitas-kuantitas tersebut sudah dengan sendirinya menentukan nilai dasar untuk kedua kuantitas yang lainnya. Jika nilai dasar dari arus dan tegangan sudah dipilih, maka nilai dasar dari impedansi dan kilovoltamper dapat ditentukan. adalah impedansi yang akan menimbulkan jatuhtegangan (voltage drop) padanya sendiri sebesar tegangan dasar jika arus yang mengalirinya sama dengan arus dasar. Kilovolt-amper dasar pada sistem fasa-tunggal adalah hasil perkalian dari tegangan dasar dalam kilovolt dan arus dasar dalam amper. Biasanya megavolt-amper dasar dan tegangan dasar dalam kilovolt adalah kuantitas yang dipilih untuk menentukan dasar atau referensi. Jadi untuk sistem fasa tunggal atau sistem fasa tiga di mana istilah arus berarti arus saluran, istilah tegangan berarti tegangan ke netral, dan istilah kilovolt-amper berarti kilovolt-amper per fasa, berlaku rumus-rumus berikut ini untuk hubungan bermacam-macam kuantitas: Arus dasar, A dasar kva = (8.1) tegangan dasar, 1φ kv LN PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Ir. Hamzah Hillal M.Sc ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK I 63

tegangan dasar, VLN = (8.) arus dasar, A (tegangan dasar, kvln ) x1 = (8.3) dasar, kva 1φ (tegangan dasar, kvln ) = (8.4) dasar, MVA 1φ Daya Dasar, kw 1φ = Dasar, kva 1φ (8.5) Daya Dasar, MW 1φ = Dasar, MVA 1φ (8.6) (8.7) Dalam persamaan-persamaan di atas, subkrip 1φ dan LN berturut-turut menunjukkan "per fasa" dan "saluran-ke-netral", untuk persamaan-persamaan yang berlaku bagi rangkaian fasa tiga. Jika persamaan-persamaan tersebut dipakai untuk rangkaian berfasa-tunggal, kv LN berarti tegangan pada saluran berfasa-tunggal, atau tegangan saluran-ke-tanah jika salah satu salurannya diketanahkan. Suatu contoh dengan angka-angka akan memperjelas hubungan-hubungan yang baru raja dibicarakan. Misalnya, jika kva 3φ dasar = 3.kVA; dan kv LL dasar = 1 kv di mana subskrip 3 dan LL berturut-turut berarti "fasa tiga" dan "antar-saluran," maka 3. kva 1φ dasar = 3 1 =1. kva; dan kv LN dasar = = 69, kv 3 Untuk tegangan antar-saluran yang sebenarnya sebesar 18 kv, tegangan salurankenetral adalah 18/ 3 = 6,3 kv, dan 18 6,3 Tegangan per-unit = = =, 9 1 69, Untuk daya fasa tiga total sebesar 18. kw, daya per fasa adalah 6 kw, dan 18. 6. Daya per-unit = = =, 6 3. 1. Sudah tentu, nilai megawatt dan megavolt-amper dapat saja menggantikan nilai kilowatt dan kilovolt-amper untuk seluruh pembahasan di atas. Jika tidak dinyatakan lain, suatu nilai dasar tegangan dalam suatu sistem fasa tiga adalah tegangan antar-saluran, dan suatu nilai dasar kilovolt-amper atau megavolt-amper adalah nilai dasar untuk total fasa tiga. PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Ir. Hamzah Hillal M.Sc ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK I 64

dan arus dasar dapat langsung dihitung dari nilai nilai fasa tiga untuk kilovolt dasar dan kilovolt amper dasar. Jika diartikan bahwa kilovolt-amper dasar dan tegangan dasar dalam kilovolt secara berturut-turut sama dengan kilovolt-ampere dasar untuk total tiga-fasa dan tegangan dasar antar-saluran, maka diperoleh: Arus dasar, A kvaφ3 dasar = (8.8) 3 x tegangan dasar, kv LL dan dari persamaan (8.3) (tegangan dasar, kvll / 3) x1 = (8.9) kva /3 dasar φ 3 (tegangan dasar, kvll ) x1 = (8.1) kva dasar φ 3 (tegangan dasar, kvll ) x1 = (8.11) MVA dasar Contoh 8.1: Tegangan terminal dari sebuah beban terhubung Y yang terdiri atas tiga impedansi yang sama sebesar 3 Ω adalah 4,4 kv antar-saluran. Impedansi pada masing-masing saluran dari ketiga saluran yang menghubungkan beban ke rel dan sebuah substantion adalah Z L = 1,4 75 Ω. Tentukanlah tegangan antar-saluran pada rel substation dengan cara kerja per unit dan dengan dasar 4,4 kv, 17 A sehingga baik besarnya tegangan maupun besarnya arus menjadi 1, per unit. Dalam contoh ini ditentukan arus, dan bukannya kilovolt-amper, karena kuantitas yang disebut belakangan ini tidak masuk ke dalam permasalahan. Gambar 8.1 memperlihatkan rangkaian dan kuantitas-kuantitas yang dibicarakan. φ 3 Gambar 8.1 Diagram rangkaian dengan nilai-nilai untuk contoh 8.1. Solusi: adalah: dan karena itu besarnya impedansi beban adalah juga 1, per unit. Impedansi kawat adalah: Z 1,4 75 = =,7 pu PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Ir. Hamzah Hillal M.Sc ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK I 65

V an = 1, + 1-3 x,7 75 = 1 +,7 45 = 1,495 + j,495 = 1,51,7 pu 44 V LN = 1,51x = 67 V, atau,67 kv 3 Jika soal yang harus dipecahkan menjadi lebih kompleks dan terutama jika menyangkut transformator, keuntungan dari perhitungan dalam per unit akan menjadi lebih jelas. 8. MENGUBAH DASAR KUANTITAS PER-UNIT Kadang-kadang impedansi per-unit untuk suatu komponen dari suatu sistem dinyatakan menurut dasar yang berbeda dengan dasar yang dipilih untuk bagian dari sistem di mana komponen tersebut berada. Karena semua impedansi dalam bagian mana pun dari suatu sistem harus dinyatakan dengan dasar impedansi yang sama, maka dalam melakukan perhitungan mengubah impedansi per-unit dari suatu dasar ke dasar yang lain. Dengan mensubstitusikan impedansi dasar yang diberikan dalam persamaan (8.3) atau (8.1) ke dalam persamaan (8.7), maka akan diperoleh impedansi per-unit dari suatu elemen rangkaian: (impedansi sebenarnya, Ω) x (kva dasar) = (8.1) (tegangan dasar, kv) x 1 Rumus (8.1) memperlihatkan bahwa impedansi per-unit berbanding lurus dengan kilovolt-amper dasar dan berbanding terbalik dengan kuadrat tegangan dasar. Karena itu, untuk mengubah dari impedansi per-unit menurut suatu dasar yang diberikan menjadi impedansi per-unit menurut suatu dasar yang baru, dapat dipakai persamaan berikut: kv diberikan dasar kvabaru dasar Z = baru pu Z diberikan pu x (8.13) kvbaru dasar kva diberikan dasar Persamaan ini tidak ada sangkut pautnya dengan transfer nilai-ohm suatu impedansi dari satu sisi ke sisi yang lain pada sebuah transformator. Persamaan ini sangat berguna untuk mengubah suatu impedansi per-unit yang diberikan menurut suatu dasar tertentu ke suatu dasar yang baru. Tetapi, selain dengan menggunakan persamaan (8.13), perubahan dasar dapat juga diperoleh dengan mengubah nilai per-unit menurut suatu dasar menjadi nilai-ohm dan membaginya dengan impedansi dasar yang baru. Contoh 8.: X adalah reaktansi sebuah generator yang diketahui sama dengan,5 per unit didasarkan atas peringkat (rating) yang tertera pada pelat-nama generator tersebut, yaitu 18 kv, 5 MVA. Dasar untuk perhitungannya adalah kv, 1 MVA. Hitungan X " dengan dasar yang baru. PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Ir. Hamzah Hillal M.Sc ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK I 66

18 Solusi: Dari persamaan (8.13) diperoleh: X" =,5 8.3 DIAGRAM SEGARIS 1 x = 5,45 pu Selanjutnya akan dilihat bagaimana melukiskan suatu rakitan komponen-komponen untuk membuat model suatu sistem yang lengkap. Karena sistem fasa tiga yang seimbang selalu diselesaikan sebagai suatu rangkaian fasa-tunggal yang terdiri atas salah satu dari ketiga salurannya dan suatu jalur kembali netral, jarang diperlukan untuk menunjukkan lebih dari satu fasa dan sebuah jalur kembali bila melukiskan diagram rangkaian itu. Bahkan diagram semacam ini masih sering disederhanakan lebih lanjut dengan menghilangkan rangkaian pelengkap melalui netralnya dan dengan menunjukkan bagian-bagian komponen dengan lambang standar yang menggantikan rangkaian ekivalennya. Parameter rangkaian tidak ditunjukkan, dan sebuah saluran transmisi dilukiskan sebagai satu garis saja di antara kedua ujung-ujungnya. Diagram sistem listrik yang disederhanakan semacam ini disebut diagram segaris (one-line diagram). Dengan suatu garis tunggal dan lambang standar, diagram ini menunjukkan saluran transmisi dan peralatan-peralatan yang berhubungan dari suatu sistem listrik. Kegunaan diagram segaris ini ialah untuk memberikan keterangan-keterangan yang penting tentang sistem dalam bentuk yang ringkas. Pentingnya berbagai ciri suatu sistem berbeda menurut masalah yang ditinjau, dan banyaknya keterangan yang dimasukkan dalam diagram tergantung pada maksud diagram tersebut dibuat. Misalnya, letak pemutusrangkaian dan relai adalah tidak penting dalam mengerjakan suatu studi beban. Pemutus dan Rilei tidak diperlihatkan jika fungsi utama diagram itu adalah untuk memberikan keterangan untuk studi semacam itu. Sebaliknya, penentuan kestabilan suatu sistem dalam keadaan peralihan yang disebabkan oleh suatu gangguan tergantung pada kecepatan relairelai dan pemutus rangkaian itu bekerja untuk memisahkan bagian sistem yang mengalami gangguan. Karena itu keterangan mengenai pemutus-rangkaian menjadi sangat penting. Kadang-kadang diagram segaris memberikan keterangan mengenai transformator arus dan transformator potensial yang menghubungkan relai-relai ke sistem atau yang dipasang untuk keperluan pengukuran. Keterangan yang didapat dari suatu diagram segaris dapat diharapkan berubah-ubah menurut masalah yang sedang ditangai dan sesuai dengan praktek atau kebiasaan perusahaan tertentu yang menyediakan diagram itu. Adalah penting untuk mengetahui letak titik-titik di mana suatu sistem dihubungkan ke tanah supaya banyaknya arus yang mengalir dapat dihitung jika terjadi suatu gangguan tidak simetris yang melibatkan tanah. Jika suatu tahanan (resistor) atau reaktor diselipkan di antara netral Y dan tanah untuk membatasi aliran arus ke tanah pada waktu ada gangguan, lambang-lambang yang PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Ir. Hamzah Hillal M.Sc ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK I 67

sesuai untuk resistansi atau induktansi dapat ditambahkan pada lambang standar untuk Y yang ditanahkan. Kebanyakan netral transformator dalam sistem transmisi selalu ditanahkan dengan langsung. Netral generator biasanya ditanahkan melalui resistansi yang cukup tinggi dan kadang-kadang melalui kumparan induktansi. Gambar 8.3 adalah diagram segaris suatu sistem daya yang sangat sederhana. Dua generator, yang satu ditanahkan melalui sebuah reaktor dan yang satu lagi melalui sebuah resistor, dihubungkan ke sebuah rel dan melalui sebuah transformator peningkat tegangan (step-up transformasi) ke saluran transmisi. Sebuah generator yang lain, yang ditanahkan melalui sebuah reaktor, dihubungkan ke sebuah rel dan melalui sebuah transformator pada ujung yang lain dari saluran transmisi itu. Sebuah beban dihubungkan ke masing-masing rel. Pada diagram itu keterangan mengenai beban, rating generator, transformator, dan reaktansi bermacam-macam komponen rangkaian sering juga diberikan. Gambar 8.3 Diagram segaris suatu sistem listrik 8.4 DIAGRAM IMPEDANSI DAN DIAGRAM REAKTANSI Untuk dapat menghitung prestasi suatu sistem dalam keadaan berbeban atau terjadinya suatu gangguan, diagram segaris digunakan untuk menggambar rangkaian ekivalen fasatunggal dari sistem tersebut. Gambar 8.4 menggabungkan rangkaian-rangkaian ekivalen dari berbagai komponen yang diperlihatkan pada gambar 8.3 untuk membentuk diagram impedansi sistem. Jika diinginkan untuk melakukan studi beban, beban tertinggal A dan B dilukiskan dengan resistansi dan reaktansi induktif dalam hubungan seri. Diagram impedansi tidak memasukkan impedansi pembatas arus yang ditunjukkan pada diagram segaris di antara netral generator dan tanah karena dalam keadaan seimbang tidak ada arus yang mengalir dalam tanah dan netral generator berada pada potensial yang sama dengan netral sistem. Gambar 8.4 Diagram impedansi yang berhubungan dengan diagram segaris dari gambar 8.3. Hal-hal berikut ini perlu selalu diperhatikan: a. Suatu kilovolt dasar dan kilovolta-mper dasar dipilih pada bagian sistem. Nilai-nilai PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Ir. Hamzah Hillal M.Sc ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK I 68

dasar untuk suatu sistem fasa tiga diartikan sebagai kilovolt antar-saluran dan kilovoltamper atau megavolt-amper fasa tiga. b. Pada bagian-bagian lain dari sistem, yaitu pada sisi lain dari transformator, kilovolt dasar untuk masing-masing bagian ditentukan menurut perbandingan tegangan antarsaluran transformator. Kilovolt-amper dasar adalah sama di semua bagian sistem. Akan sangat memudahkan jika kilovolt dasar masing-masing bagian sistem ditunjukkan pula pada diagram segaris. c. Keterangan yang tersedia tentang impedansi transformator fasa tiga biasanya adalah dalam per satuan atau persen atas dasar yang ditentukan menurut rating transformator. d. Untuk tiga buah transformator fasa-tunggal yang dihubungkan sebagai suatu satuan fasa tiga, rating fasa tiganya ditentukan dari rating fasa-tunggal masing-masing transformator. Impedansi dalam persen untuk satuan fasa tiga adalah sama dengan impedansi dalam persen untuk masing-masing transformator itu sendiri. e. Impedansi per satuan yang diberikan atas dasar yang lain daripada yang ditentukan untuk bagian dari sistem di mana elemen itu berada harus diubah ke dasar yang semestinya. Contoh 8.3: Sebuah generator fasa tiga kv, 3 MVA mempunyai reaktansi sub-peralihan sebesar %. Generator itu mencatu beberapa motor serempak melalui saluran transmisi sepanjang 64 km (4 mil) yang mempunyai transformator pada kedua ujungnya, seperti diperlihatkan pada diagram segaris dari Gambar 8.5. Motor yang semuanya mempunyai rating 13, kv, dilukiskan sebagai dua buah motor ekivalen saja. Netral dari salah satu motor tersebut, M1, dihubungkan ke tanah melalui reaktansi. Netral dari motor kedua, M, tidak dihubungkan ke tanah (suatu keadaan yang tidak biasa). Masukan nominal untuk M1 dan M berturut-turut adalah MVA dan 1 MVA. Untuk kedua motor itu X" = %. Transformator fasa tiga T1 mempunyai rating 35 MVA, 3/ kv dengan reaktansi bocor sebesar 1%. Transformator T terdiri atas tiga buah transformator fasa tunggal masingmasing dengan rating 17/13, kv, 1 MVA dengan reaktansi bocor sebesar 1%. Reaktansi seri saluran transmisi adalah,5 Ω/km. Gambarlah diagram reaktansi dengan memilih rating generator sebagai dasar pada rangkaian generator. Solusi: Gambar 8.5 Diagram segaris untuk contoh 8.3 PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Ir. Hamzah Hillal M.Sc ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK I 69

Rating transformator (3 buah fasa tunggal) T adalah 3 x 1 = 3 kva, dan perbandingan tegangan antar-salurannya adalah: x 17/13, = /13, kv Suatu dasar dari 3 MVA, kv pada rangkaian generator memerlukan dasar 3 MVA di semua bagian sistem, dan dasar-dasar tegangan sebagai berikut: a. Pada saluran transmisi: 3 kv (karena T 1 mempunyai rating 3/ kv) b. = 13,8 kv Dasar-dasar ini diperlihatkan di antara tanda kurung pada diagram-segaris gambar 8.5. Reaktansi transformator yang diubah ke dasar yang semestinya adalah: Transformator T 1 : X =,1 x =,857 per satuan Transformator T : X = =,915 per satuan saluran transmisi adalah: = 176, Ω Reaktansi motor M 1 = =,745 per satuan Reaktansi motor M = =,549 per satuan Gambar 8.6 adalah diagram reaktansi yang diminta. Gambar 8.6 Diagram reaktansi untuk contoh 8.3 (Reaktansi dinyatakan dalam per satuan dengan dasar yang ditentukan) PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Ir. Hamzah Hillal M.Sc ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK I 7