BAB I PENDAHULUAN. 1 i

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. hanya dilakukan oleh manusia (Chaer, 2007:239). pihak pendengar atau pembaca (Chaer, 2009:189).

BAB I PENDAHULUAN. berbahasa terdapat empat keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak,

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimaksudkan mengungkapkan nilai-nilai estetis, dan diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius, kemudian dengan elegannya mencipta suatu

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pengalaman dan gambaran dalam bermasyarakat.

Skripsi Analisis Penokohan Dalam Novel Pudarnya Pesona Cleopatra Karya Habiburrahman El Shirazy Berdasarkan Teori Kepribadian Sigmund Freud - Kajian P

BAB I PENDAHULUAN. referensial (Jabrohim 2001:10-11), dalam kaitannya dengan sastra pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan suatu ungkapan diri pribadi manusia yang berupa

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai potret kehidupan masyarakat dapat dinikmati,

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena itu, bagi

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pengarang (Noor, 2007:13). Selain itu, Noor juga mengatakan bahwa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran, perasaan, ide dalam bentuk gambaran kongkrit yang menggunakan alat

BAB I PENDAHULUAN. bagi kehidupan, karena dapat memberi kesadaran kepada pembaca tentang

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

I. PENDAHULUAN Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan kreativitas seseorang terhadap ide, pikiran, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

INTISARI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, Jabrohim, dkk. (2003:4) menjelaskan yaitu, Bahasa memang media

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang. memiliki unsur-unsur seperti pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika

I. PENDAHULUAN. ekstrinsik. Unsur intrinsik novel adalah unsur-unsur yang berada di dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Sebuah karya sastra tidak lepas dari bahasa. dapat dikatakan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni (Wellek dan Warren,

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. gamblang. Sastra merupakan istilah yang mempunyai arti luas, meliputi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan kehidupan yang diwarnai oleh sikap, latar belakang dan

II. KAJIAN PUSTAKA. makhluk lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari pasti mengalami apa itu proses. dalam kehidupan sosial (Soekanto, 1996: 140).

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra di Indonesia banyak mengalami perkembangan. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra, sebagai bagian dari proses zaman, dapat mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. bukan hanya cerita khayal atau angan-angan dari pengarangnya, melainkan wujud

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran di sekolah. Pembelajaran menulis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu bentuk hasil pemikiran dan pekerjaan seni yang kreatif

BAB I PENDAHULUAN. dan segala problematikanya yang begitu beragam. Fenomena-fenomena

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB I PENDAHULUAN. dan refleksinya. Penyajiannya disusun secara menarik dan terstruktur dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy adalah sarat dengan nilai nilai religius yang tidak hanya dapat diamalkan oleh orang-orang sufi tetapi mudah diamalkan juga oleh orang-orang awam dari latar belakang apa pun. Status sosial, tingkat pendidikan, latar belakang pekerjaan, dan perbedaan agama sekali pun dapat mengamalkan nilai-nilai religius yang terkandung dalam novel ini. Teks sastra mencerminkan realitas sosial kemasyarakatan. Istilah sastra dipakai untuk menyebut gejala budaya yang dapat dijumpai pada semua masyarakat meskipun secara sosial, ekonomi dan keagamaan keberadaannya tidak merupakan keharusan. Hal ini berarti sastra merupakan gejala yang universal, (Jabrohim, ed, 2003:8). Sebagai wujud seni budaya, sastra memiliki dunia sendiri yang merupakan pengejawantahan kehidupan sebagai hasil pengamatan sastrawan terhadap kehidupan sekitarnya. Dalam kaitannya dengan sastra pada umumnya orang sepakat bahwa sastra dipahami sebagai bentuk kegiatan manusia yang tergolong pada karya seni yang menggunakan bahasa sebagai bahan. Jadi, bahan merupakan karakteristik sastra sebagai karya seni. Namun, pernyataan demikian belum akan menjawab secara memuaskan tentang apakah sastra itu. Sebagai satu sistem, sastra merupakan satu kebulatan dalam arti dapat dilihat dari berbagai sisi. Elis (dalam Jabrohim, ed, 2003:10) mengemukakan tentang konsep sastra bahwa (teks) sastra tidak ditentukan oleh bentuk strukturnya tetapi oleh bahasa yang digunakan oleh masyarakat. Ini mnunjukkan pengertian bahwa bahasa yang dipakai mengandung fungsi yang lebih umum daripada dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil dari imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya. Oleh kerena itu, kehadiran karya sastra merupakan bagian dari 1 i

2 kehidupan masyarakat. Pengarang sebagai subjek individual mencoba menghasilkan pandangan dunianya (vision du monde) kepada subjek kolektifnya. Signifikasi yang dikorelasikan subjek individual terhadap realitas sosial di sekitarnya menunjukkan sebuah karya sastra berakar pada kultur tertentu dan masyarakat tertentu. Keberadaan sastra yang demikian itu menjadikan sastra dapat diposisikan sebagai dokumen sosialnya, (Jabrohim, ed, 2003:59). Di antara genre utama karya sastra yaitu puisi, prosa, dan drama, genre prosalah, khususnya novel yang dianggap paling dominan dalam menampilkan unsur-unsur sosial. Alasan yang dapat dikemukakan di antaranya: a) novel menampilkan unsur-unsur cerita yang paling lengkap, memiliki media yang paling luas, menyajikan masalah masalah kemasyarakatan yang paling luas, b) bahasa novel cenderung merupakan bahasa sehari-hari, bahasa yang paling umum digunakan dalam masyarakat. Oleh karena itulah, dikatakan bahwa novel merupakan genre yang paling sosiologis dan responsif sebab sangat peka terhadap fluktuasi sosiohistoris ( Ratna, 2006:335 336). Dalam memahami sebuah novel, sama halnya dengan menghayati dunia fantasi yang diciptakan oleh sastrawan dan terkadang terbawa oleh cerita yang ada dalam novel tersebut. Akan tetapi, tidak cukup dengan hanya itu atau tidak cukup apabila hanya melihat teksnya saja, melainkan lebih lengkap apabila kita juga mampu mengungkapkan pengarang. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karya sastra lahir dari latar belakang dan dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya. Karya sastra dipersepsikan sebagai ungkapan realitas kehidupan dan konteks penyajiannya disusun secara terstruktur, menarik, serta menggunakan media bahasa berupa teks yang disusun melalui refleksi pengalaman dan pengetahuan secara potensial memiliki berbagai macam bentuk representasi kehidupan. Ditinjau dari segi pembacanya, karya sastra merupakan bayang-bayang realitas yang dapat menghadirkan gambaran dan refleksi berbagai permasalahan dalam kehidupan yang nyata.

3 Menurut Erik J Wielenberg, kajian novel banyak memberikan inspirasi menuju jalan hidup yang positif. (Many events in the novel can be interpreted in accordance with both possibilities). God Morality and Meaning in Cormac McCarthy. (Journal Fall 2010, diakses 25 Oktober 2011). Novel Ketika Cinta Bertasbih merupakan novel yang mengajarkan kepada pembaca untuk mencintai ilmu agama, kehidupan masyarakat yang bersahaja dan selalu terbuka kepada segala kemungkinan ketika Allah telah menghendaki (Salma, 2009:diakses 25 Oktober 2011). Dalam novel ini diceritakan bagaimana para tokohnya menjalani hidup dengan selalu berpedoman pada al-quran dan al-hadits. Selain itu para tokoh dalam cerita ini juga bisa hidup berdampingan dengan rukun dan saling menyayangi walaupun terdapat perbedaan suku, budaya dan kelas sosial. Kelebihan yang dimiliki pengarang yaitu dapat dilihat dari hasil karyanya. Habiburrahman adalah seorang penulis yang sangat produktif, sehingga karya-karyanya pun sering mendapatkan penghargaan, bahkan akhir-akhir ini hasil karyanya sering diangkat ke layar lebar dan mendapat sambutan yang sangat antusias dari masyarakat. Ciri kesusastraan Habiburrahman El Shirazy yaitu bertemakan cinta dan keagamaan yang tersusun dalam bahasa yang indah dan halus. Tema cinta dalam novel Ketika Cinta Bertasbih membawa Habiburrahman El Shirazy sarjana Al Azhar University Cairo. Founder dan pengasuh utama pesantren karya dan wirausaha Basmala Indonesia yang berkedudukan di Semarang, Jawa Tengah sebagai salah satu sastrawan terkenal. Ia dikenal secara nasional sebagai dai, novelis, dan penyair. Beberapa penghargaan bergengsi berhasil diraihnya, antara lain, Pena Award 2005, The Most Favorite Book and Writer 2005, dan IBF Award 2006. Tak jarang ia diundang untuk berbicara di forum-forum nasional maupun internasional, baik dalam kapasitasnya sebagai dai, novelis, maupun penyair. Seperti di Cairo, Kuala Lumpur, Hongkongg, dan lain-lain. Karya-karyanya selalu dinanti khalayak karena dinilai membangun jiwa dan menumbuhkan

4 semangat berprestasi. Di antara karya-karyanya yang telah beredar di pasaran adalah Ayat-Ayat Cinta (novel fenomenal yang dilayarlebarkan, tahun(2004), Pudarnya Pesona Cleopatra (novelette 2004), Di Atas Sajadah Cinta (kumpulan kisah teladan yang telah disinetronkan di Trans TV, 2004), Ketika Cinta Berbuah Surga (kumpulan kisah telaan, 2005), Ketika Cinta Bertasbih 1 (dwilogi, 2007), Dalam Mihrab Cinta (novelet, 2007). Karyanya yang siap dirampungkan adalah Langit Makkah Berwarna Merah, Bidadari Bermata Bening, dan Bulan Madu di Yerussalem. Berdasarkan paparan di atas, maka novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy dianalisis dengan tinjauan semiotik untuk mengetahui dan mendeskripsikan nilai-nilai religi yang terkandung di dalamnya. Menurut Teeuw (dalam Pradopo, 2008:128), karya sastra tidak akan ada tanpa makna dan makna tidak akan ada tanpa mempelajari, mengkaji, menilai dan menghargai. Karya sastra diciptakan dan disajikan dalam bentuk lisan maupun tulisan yang indah dan memiliki makna. Karya sastra biasanya diperoleh dari pengalaman hidup pengarangnya. Penulisan karya sastra tersebut dapat berupa gambaran kehidupan manusia, peristiwa-peristiwa, ideide cerdas, nilai-nilai yang diamanatkan oleh pengarangnya kepada manusia. Karya sastra dapat dikenal oleh masyarakat melalui media cetak dan perangkat audio visual. Karya sastra yang menggunakan media cetak seperti koran, majalah, biasanya berupa cerpen. Audio visual dalam bentuk film, sinetron, sandiwara, drama, dongeng, legenda dan sebagainya juga merupakan karya sastra yang telah dimodifikasi di layar lebar maupun layar kaca elektronik. Bahasa merupakan media ekspresi yang digunakan pengarang untuk mengungkapkan ide-ide karya sastranya. Penggunaan bahasa dalam sebuah karya sastra perlu memperhatikan aspek tata bahasa, diksi, maupun fiksi. Hal ini membuat karya sastra penuh keindahan dan keunikan. Penggunaan bahasa dalam karya sastra kadang-kadang menggunakan makna ganda yang dianggap ciri khas karya sastra. Teeuw (1991) menyatakan bahwa sastra

5 pada umumnya dan puisi khususnya adalah semacam penggunaan bahasa dan penjelmaan bahasa yang khas dan tidak mungkin kita pahami dengan sebaik-baiknya tanpa pengertian konsepsi bahasa yang tepat. Pada dasarnya kehidupan manusia sangatlah komplek dengan berbagai masalah kehidupan. Kehidupan yang komplek tersebut terdapat beberapa masalah kehidupan yang mencakup hubungan antarmasyarakat, antarmanusia, manusia dengan Tuhannya dan antar peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang. Bagi seorang pengarang yang peka terhadap permasalahan-permasalahan tersebut, dengan hasil perenungan, penghayatan, dan hasil imajinasinya, kemudian menuangkan gagasan atau idenya tersebut dalam karya sastra. Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni. Sastra merupakan segala sesuatu yang ditulis dan dicetak. Selain itu, karya sastra juga merupakan karya imajinatif yang dipandang lebih luas pengertiannya daripada karya fiksi Warren (dalam Nurgiantoro, l995:19). Novel sebagai salah satu bentuk karya sastra dapat dengan bebas berbicara tentang kehidupan yang dialami oleh manusia dengan berbagai peraturan dan normanorma dalam interaksinya dengan lingkungan sehingga dalam karya sastra (novel) terdapat makna tertentu tentang kehidupan. Selain itu, sastra dapat berfungsi sebagai karya seni yang bisa digunakan sebagai sarana menghibur diri pembaca. Hal ini sesuai dengan pendapat Warren (dalam Nurgiyantoro, 1995:3) yang menyatakan bahwa membaca sebuah karya sastra fiksi berarti menikmati cerita dan menghibur diri untuk memperoleh kepuasan batin. Membahas masalah karya sastra, ada beberapa masalah yang muncul, antara lain kurangnya kemampuan pembaca dalam memahami karya sastra yang bersifat komplek, unik dan tak langsung dalam pengungkapannya. Hal inilah antara lain yang menyebabkan sulitnya pembaca dalam menafsirkan karya sastra, yaitu dikarenakan novel merupakan sebuah struktur yang komplek, unik serta mengungkapkan sesuatu

6 secara tidak langsung. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu bukti- bukti hasil kerja analisis. Di dalam kehidupan manusia tidak pernah luput dari suatu masalah. Tidak jarang manusia mengalami kekosongan jiwa, kekacauan berpikir dan bahkan stress karena tidak mampu mengatasi masalah yang dialaminya. Dalam hal ini karya sastra dapat berperan untuk membantu sebagai katarsis/pencerahan, serta sebagai sarana pembelajaran sehingga dapat diambil manfaat dan pelajaran dalam kehidupan. Hal ini sesuai pendapat Haji Saleh (dalam Semi, 1993:20) bahwa tugas pertama sastra adalah sebagai alat penting bagi pemikir-pemikir untuk menggerakkan pembaca kepada kenyataan dan menolongnya mengambil suatu keputusan bila mengalami masalah. Selain itu, dewasa ini banyak masyarakat yang jauh dari sifat-sifat kemanusiaan, lupa terhadap kewajiban-kewajiban hidupnya, bersikap masa bodoh terhadap permasalahan yang terjadi di sekelilingnya. Dalam hal ini melalui karya sastra (novel) diharapkan dapat digunakan untuk menyadarkan masyarakat (pembaca) untuk kembali pada jalan yang benar. Adapun permasalahan lain, yaitu adanya pandangan bahwa suatu karya sastra tertentu adalah bernilai rendah daripada karya sastra tertentu lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Hadi Susanto seorang pemerhati sastra dan kandidat Doktor Twente Universiteit, Belanda (dalam Habiburrahman, 2005: x), yang menyatakan adanya anggapan dari pecinta sastra sekuler bahwa novel islami adalah buku agama sebagai dakwah tanpa mengindahkan segi keestetikaannya. Apakah benar novel islami adalah buku agama yang hanya berisi norma agama sebagai dakwah tanpa mengindahkan segi keestetikaannya? Novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy berhasil menepis harapan para pecinta sastra sekuler tersebut yang menganggap novel islami kehilangan nilai sastranya. Novel Ketika Cinta Bertasbih merupakan sebuah novel islami sekaligus novel pembangun jiwa yang di dalamnya terkandung ajaran yang terbungkus rapi tanpa meninggalkan segi keestetikaannya. Kisah cinta yang indah dibangun jauh dari kevulgaran dan

7 keerotisan. Nilai-nilai syariat agama yang terdalam sebagai alat dakwah terbungkus secara rapi, dengan ajaran ajaran moral Perkembangan novel di Indonesia dari jaman dahulu sampai jaman sekarang banyak yang bertemakan masalah-masalah yang berhubungan dengan keagamaan, karena agama merupakan hal yang sangat penting dalamkehidupan. Berkaitan dengan hal ini, dalam novel Ketika Cinta Bertasbih digambarkan terutama tentang kehidupan tokoh utama yang sangat kuat imannya, selalu taat kepada aturan agama. Mengetahui bagaimana interaksi dengan sesama manusia, baik muslim maupun nonmuslim, muhrim dan bukan muhrim. Novel ini berisi parabel kehidupan menuju yang mutlak, selain itu mengandung aspek religius. Abu Ridho (dalam Habiburrahman, 2005:iii) menyatakan bahwa novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy adalah novel yang sangat bagus dan lengkap kandungannya. Ini bukan hanya novel sastra dan novel cinta, tetapi juga novel politik, novel budaya, novel religi, novel fikih, novel etika, novel bahasa dan novel dakwah. Bahasanya yang mengalir, karakterisasi tokoh-tokohnya yang begitu kuat dan gambaran latarnya yang begitu hidup, membuat kisah dalam novel ini terasa benarbenar terjadi walaupun sebenarnya hanyalah ilustrasi. Permasalahan yang menarik untuk dikaji dalam penelitian ini adalah aspek religius yang terdapat dalam novel Ketika Cinta Bertasbih. Religius selalu berkaitan dengan hal yang berhubungan dengan transedental. Transedental diperlukan karena manusia hanya mungkin diselamatkan dengan iman. Selain itu transedental dalam arti spiritual akan membantu manusia menyelesaikan masalah-masalah modern yang rumit, unik dan problematik.

8 B. Rumusan Masalah Untuk mendapatkan hasil penelitian yang terarah, maka diperlukan suatu perumusan masalah. Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan menjadi dua: 1. Bagaimana unsur-unsur yang membangun novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy. 2. Bagaimana makna religi novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy: analisis semiotik dan aplikasinya dalam pembelajaran sastra di Madrasah Aliyah C. Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini penulis merumuskan tujuannya sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan apa unsur-unsur yang membangun novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy. 2. Mendeskripsikan apa makna religi novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy: analisis semiotik dan aplikasinya dalam pembelajaran sastra di Madrasah Aliyah. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan dapat berhasil dengan baik, yaitu dapat mencapai tujuan secara optimal, menghasilkan laporan yang sistematis dan dapat bermanfaat secara umum. Adapun manfaat yang diharapkan penulis dalam penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoretis a. Memberikan dan memperluas khasanah ilmu pengetahuan terutama bidang bahasa dan sastra Indonesia, khususnya dalam analisis semiotik dan aplikasinya dalam pembelajaran sastra. b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada mahasiswa dan guru, khususnya program bahasa dan sastra dalam mengkaji dan menelaah novel dan berbagai produk karya sastra pada umumnya.

9 c. Dengan pemahaman aspek religius akan menambah referensi penelitian karya sastra Indonesia dan membantu pembaca dalam memahami makna yang terdapat dalam karya sastra, dan insyaallah dapat juga mempengaruhi nilai-nilai kepribadiannya menuju menjadi lebih baik. 2. Manfaat Praktis a. Memberikan alternatif menuju lebih baik dalam menyeleksi karya sastra, baik dalam jenis cerpen, novel, atau roman. b. Memberikan wawasan dan cakrawala pandang lebih luas kepada guru bahasa dan sastra Indonesia maupun penikmat sastra pada umumnya. c. Memberikan kontribusi nilai-nilai aspek religi dalam mengapresiasi pembelajaran sastra. Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan secara rinci alasan dikajinya novel Ketika Cinta Bertasbih antara lain sebagai berikut : 1. Novel Ketika Cinta Bertasbih mempunyai tema yang menarik yaitu tentang perjuangan, pengorbanan, dan kerja keras seorang pemuda miskin demi kecintaannya pada keluarga. 2. Novel ini menampilkan kehidupan sosial yang komplek dan hampir meliputi berbagai aspek kehidupan. 3. Masalah yang menarik dalam novel ini sarat dengan nilai-nilai religius yang tidak hanya dapat diikuti oleh orang-orang sufi saja, tetapi juga orang-orang awam dalam latar belakang apapun. 4. Sepengetahuan penulis, novel Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy belum pernah dianalisis secara semiotik.