BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan

S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Perihal : Jadwal Penyelenggaraan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu jenis jasa bank (service) yang ada di Indonesia adalah jasa kliring

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang diharapkan secara efektif dan efisien, selain itu prosedur juga dapat

S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Perihal : Jadwal Penyelenggaraan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/18/PBI/2005 TENTANG SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA GUBERNUR BANK INDONESIA,

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Perihal : Biaya dalam Penyelenggaraan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA PESERTA SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA DI INDONESIA. Perihal : Penyelenggaraan Kliring Antar Wilayah

SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperoleh dari

No. 3/ 4 /DASP Jakarta, 23 Januari 2001 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 1/ 3 /PBI/1999 TENTANG

BAB V PENUTUP. 3. Pihak-pihak yang terkait dalam transaksi kliring ada dua, yaitu: bank penerima, nasabah penerima.

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

No. 17/ 14 /DPSP Jakarta, 5 Juni S U R A T E D A R A N Kepada PESERTA SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA DI INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk menjamin adanya pelaku yang seragam terhadap transaksi-transaksi. 1) Tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktivitas.

BAB III PEMBAHASAN. clearing (bahasa Inggris) berasal dari kata clear yang berarti jelas dan terang.

BAB II LANDASAN TEORI. menerbitkan promes atau yang dikenal dengan nama Banknote (uang kertas). Kata

2 1. Perluasan akses kepesertaan yang tidak terbatas pada Bank Umum Saat ini kepesertaan SKNBI terbatas pada Bank Umum sehingga transfer dana melalui

KLIPPING BANK OLEH : NUR. FRATIWI KELAS : X IPS 4

BAB II KONDISI PERUSAHAAN. 2.1 Pengertian, Fungsi, Jenis, Peran dan Usaha Bank

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian negara. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian negara. Oleh karena itu

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/9/PBI/2015 TENTANG PENYELENGGARAAN TRANSFER DANA DAN KLIRING BERJADWAL OLEH BANK INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI. dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangkah meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bank lainnya. Menurut Manurung dan Manurung (2009: 7) mendefinisikan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. mungkin bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Lembaga-lembaga. menggerakkan roda perekonomian suatu bangsa.

No. 4/12/DASP Jakarta, 24 September 2002 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI tentang perbankan, adalah sebagai berikut :

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. transaksi. Untuk itu, perbankan dituntut untuk menyediakan berbagai. yang disediakan oleh jasa perbankan adalah Kliring.

SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dukungan kecepatan dalam pembayaran atau bertransaksi. Lembaga-lembaga

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/ 8 /PBI/2004 TENTANG SISTEM BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI. demokrasi ekonomi dan menggunakan prinsip kehati-hatian. Fungsi utama

Lampiran 7 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

No.17/13/DPSP Jakarta, 5 Juni 2015 SURAT EDARAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB II URAIAN TEORITIS

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA

Lampiran 1. Contoh Format Surat Kesepakatan untuk Penyelenggaraan SKNBI SURAT KESEPAKATAN

S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA PESERTA SISTEM BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT DAN SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA DI INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI. sebagai lembaga keuangan yang kegiatan nya tidak terlepas dari transaksi

BAB IV IMPLEMENTASI AKAD WAKALAH PADA PROSES KLIRING DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. bank lainnya. Beberapa jenis jasa lain yang ditawarkan oleh bank menurut

BAB I PENDAHULUAN. Bank dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian negara. Oleh karena

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Suatu himpunan bagian atau unsur yang saling berhubungan secara teratur dan

BAB II LANDASAN TEORI

AKUNTANSI KLIRING M 5 KARTIKA SARI. Universitas Gunadarma. PENGERTIAN KLIRING 28/10/2015

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/24/PBI/2015 TENTANG REKENING GIRO DI BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. campur tangan pemerintah atau pihak lain. Salah satu tugas Bank Indonesia adalah

No. 2/ 7 /DASP Jakarta, 24 Februari 2000 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA. Perihal : Penyelenggaraan Kliring Lokal Secara Manual.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/12/PBI/2006 TENTANG LAPORAN BERKALA BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat, menyalurkan dana kepada masyarakat, dan juga

Pertemuan ke V : Produk Dana

S U R A T E D A R A N

No. 1/ 4 /DASP Jakarta, 29 November 1999 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menekankan pada komponen atau suatu elemen (Jogiyanto 2005: 1).

8/34/DASP Jakarta,22 Desember 2006 S U R A T E D A R A N

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

No. 6/7/DPM Jakarta, 16 Februari 2004 November 2003 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA. Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum

No. 2/ 24 /DASP Jakarta, 17 November 2000 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA. Perihal : Bank Indonesia Real Time Gross Settlement

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA. wawancara langsung dan dokumenter, penulis mendapatkan data-data yang

3. Syarat sah warkat dapat dikliringkan, kecuali a. Warkat dinyatakan dalam Rupiah dan Valas b. Masih berlaku dalam tempo yang ditentukan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PROSEDUR PELAKSANAAN KLIRING PADA BANK JATIM SYARIAH CABANG DARMO SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR

BAB II LANDASAN TEORI. dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

BAB II BAHAN RUJUKAN

MANAJEMEN PERBANKAN. By : Angga Hapsila, SE.MM

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Non Bank. Hubungan Rekening Giro antara Bank Indonesia dengan Pihak Ekstern

No.18/ 7 /DPSP Jakarta, 2 Mei 2016 SURAT EDARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. jalan mengedarkan alat-alat pembayaran berupa uang giral.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISA Bank dan Lembaga Keuangan II

Sumber-sumber Dana Bank

Kata Kunci : Kliring, Operasional dan Perbankan

No.7/37/DPM Jakarta, 8 Agustus S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

Sistem Informasi Debitur. Peraturan Bank Indonesia No. 7/8/PBI/ Januari 2005 MDC

ekonomi Kelas X BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Tujuan Pembelajaran

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA

PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan diperbaharui dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998.

No.11/21/DKBU Jakarta, 10 Agustus 2009 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/20/PADG/2017 TENTANG REKENING GIRO DI BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

No. 10/ 25 /DPM Jakarta, 14 Juli SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA. Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/24/PBI/2000 TENTANG HUBUNGAN REKENING GIRO ANTARA BANK INDONESIA DENGAN PIHAK EKSTERN GUBERNUR BANK INDONESIA,

SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM. Perihal : Tata Cara Pemberian Fasilitas Likuiditas Intrahari Bagi Bank Umum

BAB I PENDAHULUAN. Di Negara berkembang, seperti Indonesia pemahaman masyarakat mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari dan menyalurkan ke dalam masyarakat.

No.10/ 33 /DPNP Jakarta, 15 Oktober Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN KONVENSIONAL DI INDONESIA

IMPLEMENTASI PERATURAN KLIRING DALAM PERHITUNGAN UTANG PIUTANG WARKAT BILYET GIRO DI BANK MANDIRI CABANG SURAKARTA

OPERASIONAL KLIRING. Officer Development Program. Learning Center Division

No. 9/ 25 /DASP Jakarta, 9 November 2007 S U R A T E D A R A N

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian, Tujuan dan Fungsi Bank 2.1.1 Pengertian Bank Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai banknote. Kata bank berasal dari bahasa Italia banca berarti tempat penukaran uang. Sedangkan menurut undang-undang perbankan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (tercantum pada UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan Indonesia pasal 1 (1)). Pengertian bank dan definisi bank yang dikemukakan para ahli ekonomi pada dasarnya sama, namun dalam arti atau bahasa yang berbeda. Definisi atau pengertian bank menurut buku Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya" (Kasmir:2014) : Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya. Disamping itu, bank juga dikenal sebagai tempat 10

11 untuk menukar uang, memindahkan uang atau menerima segala macam bentuk pembayaran dan setoran seperti pembayaran listrik, telepon, air, pajak, uang kuliah, dan pembayaran lainnya. Menurut Kasmir (Manajemen Perbankan:2012) : Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya. 2.1.2 Tujuan Bank Menurut UU No. 10 Tahun 1998 tentang peribahan Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan (bab II pasal 4) tujuan perbankan adalah untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kea rah peningkatan kesejahteraan hidup rakyat banyak. 2.1.3 Fungsi Bank Fungsi bank secara umum adalah menghimpun dana dari masyrakat luas(funding) dan menyalurkan dalam bentuk pinjaman atau kredit(lending) untuk berbagai tujuan. Tetapi sebenarnya fungsi bank dapat dijelaskan dengan lebih spesifik seperti yang diungkapkan oleh Y. Sri Susilo, Sigit Triandaru, dan A. Totok Budi Santoso (2006 ), yaitu sebagai berikut :

12 1. Agent of Trust Dasar utama kegiatan perbankan adalah trust atau kepercayaan, baik dalam hal menghimpun dana maupun penyaluran dana. 2. Agent of Development Kelancaran kegiatan investasi, distribusi, konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian masyarakat. 3. Agent of Service Selain menghimpun dan menyalurkan dana, bank juga memberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada masyarakat seperti jasa pengiriman uang, jasa penitipa n barang berharga, dll. 2.2 Jenis Bank Jenis bank dapat digolongkan menjadi beberapa golongan, tidak hanya berdasarkan jenis kegiatan usahanya, melainkan juga mencakup bentuk badan hukumnya, pendirian dan kepemilikannya, dan target pasarnya. Sebelum diberlakukannya undang- undang Nomor 7 Tahun 1992, bank dapat digolongkan berdasarkan jenis kegiatan usahanya, seperti bank tabungan, bank pembangunan, dan bank ekspor impor. Setelah undang- undang tersebut berlaku, jenis bank yang diakui secara resmi hanya terdiri atas dua jenis, yaitu Bank Umun dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

13 A. Jenis Bank Berdasarkan Fungsinya 1. Bank Sentral Bank sentral adalah bank yang didirikan berdasarkan undang-undang nomor 13 tahun 1968 yang memiliki tugas untuk mengatur peredaran uang, mengatur pengarahan dana-dana, mengatur perbankan, mengatur perkreditan, menjaga stabilitas mata uang, mengajukan percetakan / penambahan mata uang rupiah dan lain sebagainya. Bank sentral hanya ada satu sebagai pusat dari seluruh bank yang ada di Indonesia. Contohnya adalah Bank Indonesia. 2. Bank Umum Bank umum adalah lembaga keuangan yang menawarkan berbagai layanan produk dan jasa kepada masyarakat dengan fungsi seperti menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam berbagai bentuk, memberi kredit pinjaman kepada masyarakat yang membutuhkan, jual beli valuta asing atau valas, menjual jasa asuransi, jasa giro, jasa cek, menerima penitipan barang berharga,dan lain sebagainya. 3. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bank perkreditan rakyat adalah bank penunjang yang memiliki keterbatasan wilayah operasional dan dana yang dimiliki dengan layanan yang terbatas pula seperti memberikan kredit pinjaman dengan jumlah yang terbatas, menerima simpanan masyarakat umum,

14 menyediakan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, penempatan dalam sertifikat bank Indonesia, deposito berjangka, sertifikat, tabungan, dan lain sebagainya. B. Jenis Bank Berdasarkan Kepemilikan 1. Bank Milik Pemerintah Bank pemerintah adalah bank di mana baik akta pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank dimiliki oleh pemerintah pula. Contohnya Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri. 2. Bank Milik Swasta Nasional Bank jenis ini, seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta nasional. Akte pendiriannya menunjukkan kepemilikan swasta, begitu pula pembagian keuntungannya untuk pihak swasta. Contoh bank milik swasta nasional antara lain: Bank Muamalat, Bank Central Asia, Bank Bumi Putra, Bank Danamon, Bank Duta, Bank Nusa Internasional, Bank Niaga, Bank Universal, Bank Internasional Indonesia. 3. Bank Milik Koperasi Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh badan hukum koperasi, contohnya adalah Bank Umum Koperasi Indonesia.

15 4. Bank Milik Campuran Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Saham bank campuran secara mayoritas dimiliki oleh warga negara Indonesia. Contoh bank campuran antara lain : Sumitono Niaga Bank, Bank Merincop, Bank Sakura Swadarma, Bank Finconesia, Mitsubishi Buana Bank, Inter Pacifik Bank, Paribas BBD Indonesia, Ing Bank, Sanwa Indonesia Bank, dan Bank PDFCI. 5. Bank Milik Asing Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing atau pemerintah asing. Kepemilikannya dimiliki oleh pihak luar negeri. Contohnya ABN AMRO bank, City Bank, dan lain-lain. 2.3 Kliring 2.3.1 Pengertian Kliring Menurut Kasmir dalam buku Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya edisi revisi 2014 kliring merupakan jasa penyelesaian utang piutang antarbank dengan cara saling menyerahkan warkat-warkat yang akan di kliringkan di lembaga kliring (Penagihan warkat seperti cek atau BG yang berasal dari dalam kota). Lembaga kliring ini dibentuk dan dikoordinasi oleh Bank Indonesia setiap hari kerja.

16 Kliring sangat dibutuhkan sebab kecepatan dalam dunia perdagangan jauh lebih cepat daripada waktu yang dibutuhkan guna melengkapi pelaksanaan aset transaksi. Kliring melibatkan manajemen dari pascaperdagangan, pra penyelesaian eksposur kredit, guna memastikan bahwa transaksi dagang terselesaikan sesuai dengan aturan pasar, walaupun pembeli maupun penjual menjadi tidak mampu melaksanakan penyelesaian kesepakatannya. 2.3.2 Warkat-Warkat Yang Dapat Dikliringkan Menurut Jopie Jusuf (2012) warkat antar bank/warkat kliring yang dapat diperhitungkan dalam transaksi kliring antara lain adalah: 1. Cek dan bilyet giro. 2. Wesel Bank untuk transfer. 3. Surat Bukti Penerimaan Transfer. 4. Warkat lain yang ditentukan oleh Bank Indonesia. Warkat tersebut dapat diperhitungkan dalam kliring apabila dinyatakan dalam mata uang rupiah dan bernilai nominal penuh (100 % Face Value) serta telah jatuh tempo pada saat dikliringkan. 2.3.3 Beberapa Istilah Dalam Kliring 1. Kliring Keluar Yaitu tagihan yang dilakukan oleh suatu bank kepada bank lain. Kliring keluar lebih kurang sama dengan piutang. Bila tidak ada

17 tolakan, kliring keluar ini mengakibatkan penambahan saldo rekening bank penagih di Bank Indonesia. 2. Kliring Masuk Yaitu tagihan dari bank lain yang masuk ke bank yang bersangkutan. Kliring masuk ini lebih kurang merupakan utang dari bank yang bersangkutan. Bila tidak ada penolakan maka akan mengakibatkan pengurangan saldo rekening bank yang bersangkutan. 3. Tolakan Kliring Yaitu ketidaksediaan bank tertagih untuk membayar tagihan masuk oleh sebab-sebab tertentu. Misal penulisan tidak sesuai dengan ketentuan, saldo tidak cukup dan lain-lain. Beberapa alasan penolakan kliring : a. Asal Cek atau BG salah b. Tanggal Cek atau BG belum jatuh tempo c. Materai tidak ada atau tidak cukup d. Jumlah yang tertulis dalam angka dan huruf berbeda e. Tanda tangan dan atau cap perusahaan tidak sama dengan spicemen, atau juga bisa tidak lengkap f. Coretan atau perubahan tidak ditandatangani g. Cek atau BG telah kedaluarsa (lewat dari 70 hari)

18 2.3.4 Pihak-Pihak Yang Terkait Dalam Kliring Berikut adalah pihak-pihak yang terkait dalam proses kliring : a. Remitter Yaitu pihak yang mengajukan permohonan pengiriman uang. b. Beneficiary Yaitu pihak yang menerima pengiriman uang dari remitter. c. Remitting Bank Yaitu bank yang melakukan pengiriman uang berdasarkan permintaan remitter. d. Paying Bank Yaitu bank yang melakukan pembayaran uang kepada beneficiary. e. Bank Sentral (BI) Yaitu bank penyelenggara kliring.

19 2.3.5 Proses Kliring Gambar 2.1 Proses Kliring Sumber : https://hanggaryudha.wordpress.com/2012/11/06/kliring-2/ Keterangan : Proses kliring ketika seseorang transfer antara bank 1. Nasabah mengisi form pengiriman dana dengan metode kliring pada bank dimana ia memiliki rekening misalnya bank A. Dalam form tersebut, dicantumkan pula bank lain yang dituju termasuk nomor rekening dan nama pemiliknya, misalnya bank B.

20 2. Bank A kemudian memproses data administratif tersebut, mengurangi saldo rekening pengirim dan mengajukan permintaan kliring ke bank B pada Bank Indonesia sebagai bank sentral pengatur kliring. 3. Bank Indonesia kemudian memproses data tersebut dan memerintahkan bank B menambahkan saldo kepada nomer rekening yang dituju. 4. Saldo rekening nasabah yang dituju di bank B akan bertambah. Proses Pelaksanaan Setoran Kliring di Bank Prosesnya adalah sebagai berikut: 1. Nasabah membawa cek dan mengisi formulir pencairan cek di Bank A, sedangkan cek diterbitkan Bank B. 2. Bank akan memproses dan melakukan kliring terhadap cek tersebut. Cek dan bukti administratif lainnya akan diajukan ke Bank Indonesia. 3. Bank Indonesia akan memeriksa dokumen dan meneruskan kliring tersebut kepada bank penerbit cek (bank B). 4. Bank penerbit cek memberikan persetujuan dan validasi bahwa cek tersebut sah dan dananya ada. 5. Bank Indonesia akan meneruskan hal diatas kepada bank A yang dapat segera mencairkan dana nasabah dalam bentuk tunai atau saldo rekening sesuai keinginan nasabah.

21 2.3.6 Tujuan Kliring Dalam pelaksanaan kliring tentu saja Bank Indonesia memiliki tujuantujuan tertentu. Tujuan Bank Indonesia melakukan kliring adalah sebagai berikut : a. Untuk memajukan dan memperlancar lalu lintas pembayaran giral. b. Agar perhitungan penyelesaian utang piutang dapat dilakukan lebih mudah, aman dan efisien. 2.3.7 Jenis-Jenis Sistem Kliring Menurut Latumaerissa (2011:99) saat ini penyelenggaraan kliring di Indonesia dilakukan dengan menggunakan 4 (empat) macam sistem kliring, yaitu : 1. Sistem Kliring Manual Sistem manual adalah sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam pelaksanaan perhitungan, pembuatan bilyet saldo kliring serta pemilahan warkat dilakukan secara manual oleh setiap peserta. Pada proses sistem manual, perhitungan kliring akan didasarkan pada warkat yang dikliringkan oleh peserta kliring. 2. Sistem Semi Otomasi Sistem semi otomasi, yaitu sistem penyelenggaraan kliring yang dalam pelaksanaan perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring dilakukan secara otomasi, sedangkan pemilahan warkat dilakukan secara manual oleh setiap peserta. Pada proses sistem semi otomasi,

22 perhitungan kliring akan didasarkan pada DKE (Data Kliring Elektronik) yang dibuat oleh peserta kliring sesuai dengan warkat yang dikliringkan. 3. Sistem Otomasi Sistem otomasi, yaitu sistem penyelenggaraan kliring yang dalam pelaksanaan perhitungan, pebuatan bilyet saldo kliring dan pemilahan warkat dilakukan oleh penyelenggara secara otomasi. Pada proses sistem otomasi, perhitungan kliring akan didasarkan pada warkat yang dibuat oleh peserta kliring sesuai dengan warkat yang dikliringkan oleh peserta kliring. 4. Sistem Kliring Elektronik Sistem otomasi, yaitu sistem penyelenggaraan kliring yang dalam pelaksanaan perhitungan, pebuatan bilyet saldo kliring dan pemilahan warkat dilakukan oleh penyelenggara secara otomasi. Pada proses sistem otomasi, perhitungan kliring akan didasarkan pada warkat yang dibuat oleh peserta kliring sesuai dengan warkat yang dikliringkan oleh peserta kliring. 2.3.8 Persyaratan Menjadi Peserta Kliring Bank yang termasuk peserta kliring adalah bank umum yang berada dalam wilayah kliring tertentu dan tidak dihentikan kepesertaannya dalam kliring oleh Bank Indonesia. Sebuah bank dapat dilarang untuk mengikuti kliring karna berbagai alasan. Pada dasarnya alasan tersebut berkenaan

23 dengan pelanggaran pelanggaran terhadap Bank Indonesia atau ketidak mampuannya untuk menyelesaikannya kewajiban giral. Syarat syarat yang harus dipenuhi oleh suatu bank umum agar dapat menjadi peserta kliring yaitu: 1. Suatu kantor bank umum diwajibkan ikut serta dalam kliring, setelah mendapat persetujuan Bank Indonesia. 2. Mempunyai izin usaha yang sah. 3. Keadaan administrasi dan keuangan memungkinkan. 4. Simpanan masyarakat dalam bentuk giro dan kelonggaran tarik kredit yang diberikan oleh kantor tersebut telah mencapai sekurangkurangnya 20 % dari syarat modal disetor minimum bagi bank pendirian baru di wilayahnya. 5. Menyetor jaminan kliring sebesar 50 % rata-rata kewajiban 20 hari terakhir dikurangi 40 % rata-rata tagihan 20 hari terakhir. Kewajiban ini hanya berlaku bagi kantor bank yang baru direhabilitasi. Jaminan kiring ini berlaku selama 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal penyetoran. Kewajiban menyetor jaminan kliring ini tidak berlaku bagi peserta tidak langsung atau peserta pindahan wilayah kliring. 6. Bank peserta menunjukkan minimal orang wakil tetap pada lembaga kliring. Pembritahuan mengenai wakil tetap ini disampaikan secara tertulis kepada Bank Indonesia dengan dilampirkan contoh tanda tangan dan paraf wakil-wakil tersebut.

24 2.4 Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia 2.4.1 Pengertian SKNBI Menurut Bagian Penyelenggaraan Setelmen-DASP Di Indonesia ada 107 penyelenggara kliring lokal yang dilaksanakan BI maupun bank yang ditunjuk oleh BI. Untuk menyelenggarakan kegiatan kliring digunakan 4 jenis sistem yang berbeda : 1. Sistem Kliring Elektronik, digunakan di Jakarta. 2. Sistem Kliring Otomatis, digunakan di Medan, Bandung dan Surabaya. 3. Sistem Semi Otomatis Kliring Lokal (SOKL), dipakai di 33 wilayah kliring yang diselenggarakan bank yang ditunjuk BI. 4. Sistem Manual, diterapkan pada 31 penyelenggara kliring non-bi SKNBI dibuat untuk meminimalkan berbagai resiko, seperti risiko likuiditas, resiko operasional dan risiko fraud (kecurangan). Hal yang terpenting, dengan diimplementasikannya SKNBI ini dapat mendorong perputaran dana yang semakin tinggi dan mengurangi floating dana yang terjadi karena penundaan settlement pada sistem kliring lokal. Manfaat bagi bank peserta kliring terkait dengan optimalisasi pengelolaan likuiditas bank dimana sebelumnya, bank harus mengelola likuiditas di seluruh wilayah kliring. Jika suatu bank menjadi anggota di seluruh wilayah kliring, maka setiap hari mereka harus memonitori dan menyelesaikan posisi kliring di 107 wilayah di Indonesia.

25 Melalui SKNBI, proses kliring sudah tersentralisasi. Para penyelenggara kliring hanya melaporkan hasil Sentral Sistem Kliring (SSK). Semuanya digabung, lalu menyelesaikan pembebanannya ke bank, sehingga bank hanya memantau likuiditasnya dan pembebanan kepada rekening dilakukan sekali saja ke SSK di Jakarta. Kemudian peserta hanya akan memiliki satu posisi kliring setiap hari. Hal ini memberikan manfaat yaitu proses kliring menjadi lebih cepat, monitoring transaksi lebih mudah, dan seattlement lebih terkontrol. SKNBI adalah sistem transfer dana elektronik yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian setiap transaksinya dilakukan secara nasional. Sejak dioperasikan oleh Bank Indonesia pada tahun 2005, SKNBI berperan penting dalam pemrosesan aktivitas transaksi pembayaran, khususnya untuk memproses transaksi pembayaran yang termasuk Retail Value Payment System (RVPS) atau transaksi bernilai kecil (retail) yaitu transaksi di bawah Rp.100 juta. Berikut merupakan cakupan SKNBI (Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia) Kliring Kredit : 1. Digunakan untuk transfer kredit antar bank tanpa disertai penyampaian fisik warkat (paperless). 2. Penyelenggaraan kliring kredit dilakukan secara nasional oleh Penyelenggara Kliring Nasional (PKN).

26 3. Perhitungan kliring kredit dilakukan oleh PKN atas dasar DKE kredit yang dikirim peserta. Kliring Debit : 1. Meliputi kegiatan kliring penyerahan dan kliring pengembalian,yang digunakan untuk transfer debit antarbank yang disertai dengan penyampaian fisik warkat debit (cek,biyet giro,nota debit,dan lainlain). 2. Penyelenggaraan kliring debet dilakukan secara lokal di setiap wilayah kliring oleh Penyelenggara Kliring Lokal (PKL). 3. PKL akan melakukan perhitungan kliring debit berdasarkan DKE debit yang dikirim peserta. 4. Hasil perhitungan klliring debit secara lokal tersebut selanjutnya dikirim ke Sistem Sentral Kliring (SSK) untuk diperhitungkan secara nasional oleh PKN. Cara kerja SKNBI (Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia) Seluruh Komputer Penyelenggara Kliring (KPK) wajib terhubung dengan Sentral Sistem Kliring (SSK) melalui Jaringan Komunikasi Data (JKD) yang dapat berupa leased line atau dial up. Adapun untuk Terminal Peserta Kliring (TPK) yang tidak berhubungan dengan SSK (TPK offline), pengiriman DKE dilakukan dengan menggunakan media rekam data elektronis (disket, flashdisk, atau CD) yang disampaikan kepada PKL.

27 Gambar 2.2 Mekanisme Kerja Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) Sumber : www.bi.go.id Keterangan : 1. Nasabah X mengisi form aplikasi transfer dana melalui kliring (SKNBI) ke nasabah Y melalui loket, internet banking atau sarana lainnya di Bank A. 2. Petugas bank A membuat data keuangan elektronik dan dikirimkan ke bank B melalui SKNBI. 3. Bank Indonesia sebagai penyelenggara SKNBI melakukan perhitungan dan meneruskan data keuangan elektronik dari bank A ke bank B setiap 2 jam sekali pada pukul 10.00 WIB, pukul 12.00 WIB, pukul 14.00 WIB dan pukul 16.00 WIB. 4. Bank B membukukan transfer dana dari nasabah X ke rekening nasabah Y. 5. Nasabah Y menerima dana dari Nasabah X.

28 2.4.2 Komponen SKNBI Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 12/08/DASP tanggal 24/03/2010 penyelenggaraan kliring terdiri dari dua sub sistem kliring sebagai berikut : 1. Kliring Debet Meliputi kegiatan kliring penyerahan dan kliring pengembalian, untuk transfer debet antar bank yang disertai dengan penyampaian Warkat Debet (cek, bilyet giro, nota debet dan lain-lain). 2. Kliring Kredit Transfer kredit antar bank tanpa disertai penyampaian fisik warkat (paperless). Sedangkan secara teknis, SKNBI terdiri dari 3 (tiga) komponen utama sebagai berikut : 1. Sistem Sentral Kliring (SSK) merupakan komponen perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan oleh PKN. 2. Komputer Penyelenggara Kliring (KPK) merupakan komponen perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan oleh PKL. 3. Terminal Peserta Kliring (TPK) merupakan komponen perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan oleh peserta.

29 2.4.3 Penyelenggaraan SKNBI SKNBI diselenggarakan oleh: 1. Penyelenggara Kliring Nasional (PKN), yaitu Unit Kerja di Kantor Pusat Bank Indonesia yang bertugas mengelola dan menyelenggarakan SKNBI secara nasional. 2. Penyelenggara Kliring Lokal (PKL), yaitu unit kerja di Bank Indonesia dan Bank yang memperoleh persetujuan Bank Indonesia untuk mengelola dan menyelenggarakan SKNBI di suatu wilayah kliring tertentu. Penyelenggaraan SKNBI di wilayah kliring yang tidak terdapat kantor Bank Indonesia pada prinsipnya didasarkan pada kebutuhan dan kesepakatan tertulis dari bank-bank setempat. Persyaratan minimal agar di suatu wilayah dapat diselenggarakan SKNBI adalah sebagai berikut : a. Jumlah Kantor Bank Jumlah kantor bank yang mendukung dan akan menjadi peserta penyelenggaraan SKNBI paling kurang 4 (empat) bank yang berbeda. b. Jumlah Transaksi Jumlah warkat debet antar bank setempat yang potensial untuk dikliringkan melalui kliring debet rata-rata paling kurang 30 (tiga puluh) warkat per hari dalam periode 6 (enam) bulan terakhir.

30 2.4.4 Penyediaan Pendanaan Awal Sejumlah dana yang harus disediakan oleh bank peserta kliring untuk mengantisipasi pemenuhan potensi kewajiban dari seluruh kantor bank yang menjadi Peserta pada penyelenggaraan Kliring Debet dan Kliring Kredit. Pendanaan awal (prefund) untuk Kliring Debet dan Kliring Kredit diatur sebagai berikut : 1. Kliring Debet a. Minimum nominal pendanaan awal (prefund) untuk kliring debet yang harus disediakan oleh bank ditetapkan oleh Bank Indonesia setiap bulan. b. Minimum nominal pendanaan awal (prefund) untuk kliring debet adalah sebesar total tagihan harian terbesar bank dalam kliring debet dari seluruh wilayah kliring selama penyelenggaraan kliring debet dalam kurun waktu 12 (dua belas) bulan sebelumnya dengan mengecualikan data transaksi yang nilai nominalnya di luar kebiasaan (outliar). 2. Kliring Kredit a. Penyediaan pendanaan awal (prefund) untuk kliring kredit hanya dilakukan pada penyelenggaraan kliring kredit siklus pertama. b. Nominal pendanaan awal (prefund) untuk kliring kredit siklus pertama yang harus disediakan oleh bank setiap harinya paling sedikit adalah sebesar Rp 1.00 (satu rupiah).

31 2.4.5 Jurnal Prefund Awal & Pengembalian Kliring Debet Dan Kredit 1). Jurnal Prefund Awal Kliring Debet Dan Kredit A. Prefund Kliring Debet Nominal : 100.000.000,- Jurnal Slip : D : RAAPKND Rp 100.000.000 K : Giro Bank Indonesia Rp 100.000.000 B. Prefund Kliring Kredit Nominal : 10.000.000,- Jurnal Slip : D : RAAPKNK Rp 10.000.000 K : Giro Bank Indonesia Rp 10.000.000 2). Jurnal Pengembalian Prefund Kliring Debet Dan Kredit A. Proses Pengembalian Prefund Kliring Debet Nominal : 100.000.000,- Jurnal Slip : D : Giro Bank Indonesia Rp 100.000.000 K : RAAPKND Rp 100.000.000 B. Proses Pengembalian Prefund Kliring Kredit Nominal : 10.000.000,- Jurnal Slip : D : Giro Bank Indonesia Rp 10.000.000 K : RAAPKNK Rp 10.000.000

32 2.5 Surat Edaran Bank Indonesia Menurut Tim Informasi Hukum, Direktorat Hukum Surat Edaran Bank Indonesia No.12/8/DASP - Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia tentang penyelenggaraan kliring lokal adalah sebagai berikut : No.12/8/DASP Jakarta, 24 Maret 2010 S U R A T E D A R A N Perihal: Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia Sehubungan dengan diberlakukannya Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/18/PBI/2005 tanggal 22 Juli 2005 tentang Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4516) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/5/PBI/2010 tanggal 12 Maret 2010 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5119) dan untuk mendukung peningkatan efisiensi dan kelancaran penyelenggaraan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), perlu diatur kembali ketentuan pelaksanaan mengenai SKNBI sebagaimana tercantum dalam Lampiran Surat Edaran ini, yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini. Untuk penyelenggaraan kliring lokal atas Cek dan Bilyet Giro yang berasal dari luar wilayah tetap mengacu pada Surat Edaran Bank Indonesia

33 Nomor 4/16/DASP tanggal 21 Oktober 2002 perihal Penyelenggaraan Kliring Lokal atas Cek dan Bilyet Giro yang berasal dari Luar Wilayah. Pada saat Surat Edaran Bank Indonesia ini mulai berlaku maka: 1. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 1/8/DASP tanggal 24 Desember 1999 perihal Rencana Penanggulangan Segera atas Penyelenggaraan Kliring dalam Keadaan Darurat; 2. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 2/7/DASP tanggal 24 Februari 2000 perihal Penyelenggaraan Kliring Lokal Secara Manual; 3. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 2/8/DASP tanggal 4 Mei 2000 perihal Penyelenggaraan Kliring Lokal Secara Semi Otomasi; 4. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 4/7/DASP tanggal 7 Mei 2002 perihal Penyelenggaraan Kliring Lokal Secara Otomasi; 5. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 4/21/DASP tanggal 2 Desember 2002 perihal Sistem Informasi Kliring Jarak Jauh; 6. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/38/DASP tanggal 16 September 2004 perihal Penggunaan Jasa Kurir dan Tanda Pengenal dalam Penyelenggaraan Kliring Lokal; 7. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/26/DASP tanggal 22 Juli 2005 perihal Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia sebagaimana diubah terakhir dengan SE No.10/15/DASP tanggal 27 Maret 2008, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Ketentuan dalam Surat Edaran ini mulai berlaku pada tanggal 30 April 2010.

34 Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Surat Edaran ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Demikian agar Saudara maklum. BANK INDONESIA, RONALD WAAS DIREKTUR AKUNTING DAN SISTEM PEMBAYARAN DASP