ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA TINGKAT SEKOLAH DASAR. Oleh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. manusia bermasyarakat. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berinteraksi atau alat

METODE PENELITIAN. alih kode dan campur kode di lingkungan sekolah khususnya di Sekolah

BAB II LANDASAN TEORI. Biau. Kabupaten Buol. Adapun penelitian sejenis yang pernah diteliti antara lain:

I. PENDAHULUAN. Bahasa sebagai perantara dan alat komunikasi masyarakat membuat pemakainya merasa terikat

CAMPUR KODE TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Kelas VII SMP Negeri 20 Padang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PERCAKAPAN STAF FKIP UNIVERSITAS AL ASYARIAH MANDAR

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif karena desain ini merupakan penelitian yang berusaha menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. dua bahasa atau lebih (multilingual), yaitu bahasa Indonesia (BI) sebagai bahasa

I. PENDAHULUAN. akan lumpuh tanpa bahasa, walaupun sebenarnya manusia juga dapat berkomunikasi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. istilah. Berikut diuraikan penjelasan yang berkaitan dengan pendahuluan.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas

I. PENDAHULUAN. Manusia sebagai masyarakat sosial dituntut untuk berkomunikasi dengan

ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA MASYARAKAT DESA PULAU BATANG KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan suatu bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas komunikasi tidak lepas dari kehidupan manusia sehari-hari.

PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat

III. METODE PENELITIAN. memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan

Alih Kode dan Campur Kode Masyarakat Kelurahan Sukajawa Bandar Lampung dan Implikasinya

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE SERTA PENGGUNAANNYA DALAM RANAH SOSIOLINGUISTIK

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA GELAR WICARA REPUBLIK SENTILAN SENTILUN. Oleh

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM PEMBELAJARAN SAINS DI SD DOREMI EXCELLENT SCHOOL. oleh: Ni Made Yethi suneli

CAMPUR KODE BAHASA INGGRIS DALAM PERCAKAPAN DI FACEBOOK

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa juga merupakan ekspresi kebudayaan,

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA GELAR WICARA HITAM PUTIH DAN IMPLIKASINYA. Oleh

PENGGUNAAN CAMPUR KODE TUTURAN GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI KELAS V SD NEGERI 19 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT ARTIKEL ILMIAH

ANALISIS CAMPUR KODE BAHASA PENYIAR PROGRAM SEMBANG SEKAMPUNG RADIO PANDAWA EDISI MARET-APRIL 2015 ARTIKEL E-JOURNAL

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dapat mendukung proses berjalannya suatu penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Sudah sewajarnya bahasa dimiliki oleh setiap manusia di dunia ini yang secara rutin

BAHASA LISAN DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI I SEKINCAU

PEMILIHAN BAHASA DALAM MASYARAKAT PEDESAAN DI KABUPATEN TEGAL DAN IMPLIKASINYA SEBAGAI ALTERATIF BAHAN AJAR MATA KULIAH SOSIOLINGUISTIK.

ALIH KODE GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA KELAS VII DI SMP NEGERI 3 PADANG

THE ANALYSIS OF CODE SWITCHING AND MIXED CODE OF LANGUAGE STUDENTS OF PBSID STKIP GETSEMPENA IN BANDA ACEH LECTURES DISCUSSION FORUM

ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE MAHASISWA PBSID ANGKATAN 2013 STKIP BINA BANGSA GETSEMPENA BANDA ACEH DALAM FORUM DISKUSI PERKULIAHAN

CAMPUR KODE GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SMAN I PANCUNG SOAL PESISIR SELATAN ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

JURNAL ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM IKLAN DI KABUPATEN TULUNGAGUNG CODE SWITCHING AND CODE MIXING ON RADIO S ADVERTISEMENT AT TULUNGAGUNG REGENCY

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. Sibarani, (2004:62)

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peneliti di Indonesia. Penelitian-penelitian itu yang dilakukan oleh: Susi Yuliawati

CAMPUR KODE DAN ALIH KODE PEMAKAIAN BAHASA BALI DALAM DHARMA WACANA IDA PEDANDA GEDE MADE GUNUNG. Ni Ketut Ayu Ratmika

ANALISIS CAMPUR KODE PADA DIALOG TOKOH DALAM FILM PUNK IN LOVE KARYA ODY C. HARAHAP ARTIKEL E-JOURNAL

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan baik antarsesama. (Keraf, 1971:1), bahasa merupakan alat

Campur Kode dalam Percakapandi LingkunganHome IndustriDesa Bugel Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi

ANALISIS CAMPUR KODE DALAM NOVEL BUMI CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY ARTIKEL E-JOURNAL

NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

CAMPUR KODE BAHASA DAERAH DAN BAHASA ASING KE DALAM PEMAKAIAN BAHASA INDONESIA DALAM PARODI INDONESIA LAWAK KLUB (ILK) NI LUH GEDE SUMARIANI ABSTRACT

ANALISIS CAMPUR KODE DALAM SURAT KABAR BATAM POS RUBRIK OPINI EDISI 11 JANUARI-11 MARET 2013 ARTIKEL E-JOURNAL

Campur Kode pada Tuturan Siswa dalam Proses Pembelajaran Bahasa Jawa Kelas XI di SMK Batik Sakti 1 Kebumen

BAB V PENUTUP. bahasa Jawa dalam bahasa Indonesia pada karangan siswa kelas VII SMPN 2

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam menyampaikan ide, gagasan, atau perasaan kepada orang lain.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi

CAMPUR KODE TUTURAN GURU PLAYGROUP BUAH HATI DESA TIRIPAN KECAMATAN BERBEK KABUPATEN NGANJUK SKRIPSI

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) Disusun oleh: ISTI JABAHTUL MAULIA

PENGGUNAAN BAHASA KATA TIDAK BAKU DAN CAMPUR KODE DALAM NASKAH DRAMA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012. Naskah Publikasi Ilmiah

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS

JURNAL CAMPUR KODE PADA STATUS FACEBOOK SISWA SMA DI KEDIRI TAHUN 2014

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

Analisis Kontaminasi Bahasa Asing terhadap Bahasa Indonesia dalam Iklan Surat Kabar Tribun BATAM Tanggal 17 Januari serta 5 Februari 2015

ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA TUTURAN MASYARAKAT DESA PANGKE KECAMATANMERAL BARAT KABUPATEN KARIMUN ARTIKEL E-JOURNAL

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini peranan bahasa sebagai alat komunikasi masih sangat penting. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. menganggapnya sebagai hal yang biasa, seperti bernafas atau berjalan. (Bloomfield,

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Akibatnya, banyak masyarakat

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang

Analisis Sapaan Dalam Novel Gumuk Sandhi Karya Poerwadhie Atmodihardjo

BAB I PENDAHULUAN. dengan dua budaya, atau disebut juga dwibahasawan tentulah tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia. Makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa memiliki peranan penting bagi manusia. (Keraf, 1971:1) bahasa

PENYEBAB INTERFERENSI GRAMATIS

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. bahasa sangatlah penting bagi masyakat penuturnya. Pemakaian bahasa menuntut

INTERERENSI FONOLOGIS DAN MORFOLOGIS BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA PROSES PEMBELAJARAN DI SD SE-KECAMATAN KRAMAT, KABUPATEN TEGAL

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa

CAMPUR KODE GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS 1 SD NEGERI 3 GEROKGAK

Alih Kode Pada Masyarakat Sosial Kelas Atas

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri

Pendidikan (S.Pd) Oleh YAMSUKINDAH NIM

KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA BALI PADA MASYARAKAT ISLAM DI BANJAR CANDIKUNING II KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN

BAB I PENDAHULUAN. bersifat produktif dan dinamis. Selain itu perkembangan bahasa juga dipengaruhi

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

PEMILIHAN KODE MASYARAKAT PESANTREN DI PESANTREN AL-AZIZ BANJARPATOMAN DAMPIT

IDENTIFIKASI KEDWIBAHASAAN SISWA: IMPLEMENTASI STUDI KEBAHASAAN DI SEKOLAH DASAR. Gio Mohamad Johan 1 ABSTRAK

CAMPUR KODE PADA WACANA IKLAN DI HARIAN SUARA MERDEKA EDISI SEPTEMBER-OKTOBER 2014 KAJIAN SOSIOLINGUISTIK NASKAH PUBLIKASI

Penguasaan Kelas Kata Bahasa Indonesia. Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 18 Padang. Sri Fajarini. Mahasiswa Universitas Andalas)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM DIALOG INTERAKTIF KICK ANDY DI METRO TV EPISODE 06 MARET 24 APRIL

I. PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang

Transkripsi:

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA TINGKAT SEKOLAH DASAR Oleh Mira Oktaria Iqbal Hilal Wini Tarmini Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung e-mail : mie_rha_yuuu77@yahoo.com Abstract This research is about codeswitching and code mixing in process of study on elementary school. The purpose of this research to describe type of codeswitching and code mixing and cause of codeswitching and code mixing. This research used descriptive qualitative design. The data source was a ten years who is in elementary school. The data was speech act of Indonesia and culture language by the subject. The result show in speech act is a type of codeswitching by teacher and student are external codeswitching and internal codeswitching. The cause of codeswitching are speaker, listener, and change about topic discussion. Type of code mixing by teacher are insert of word, insert of phrase, insert of clause. Type of code mixing by student only insert of word. The cause of code mixing by tacher and student are background of attitude speaker and language. Key words: cause, codeswitching, code mixing, type. Abstrak Masalah dalam penelitian ini adalah alih kode dan campur kode di kelas IV SDN 1 Gedungdalom, Kabupaten Pesawaran. Sehubungan dengan itu, penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bentuk-bentuk alih kode dan campur kode serta penyebabnya. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kualitatif, dengan data berupa tuturan guru dan siswa. Data dimaksud diperoleh melalui pengamatan, rekaman dan catatan lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alih kode yang sering muncul dilakukan guru dan siswa adalah alih kode ekstern, sedangkan faktor yang paling sering menyebabkan guru dan siswa melakukan alih kode adalah faktor pembicara atau penutur. Campur kode yang sering dilakukan guru dan siswa berupa penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata. Penyebab yang sering terjadinya campur kode pada guru dan siswa berupa faktor kebahasaan. Kata kunci : alih kode, bentuk-bentuk, campur kode, penyebab. Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Lampung Halaman 1

PENDAHULUAN Semua makhluk hidup di dunia saling berinteraksi maupun berkomunikasi tak terkecuali manusia. Dalam kehidupan sebagai masyarakat sosial, manusia menggunakan bahasa baik lisan maupun tulisan. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk berinteraksi dengan sesamanya. Dengan menguasai bahasa maka manusia dapat mengetahui isi dunia melalui ilmu dan pengetahuanpengetahuan yang baru dan belum pernah terbayangkan sebelumnya. Chaer dan Agustina (1995: 21) mengemukakan, bahasa adalah alat untuk membicarakan objek atau peristiwa yang ada di sekeliling penutur atau yang ada dalam budaya pada umumnya. Di Indonesia, terdapat tiga macam bahasa yaitu bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing. Ketiga bahasa tersebut memiliki kedudukan dan fungsinya masing-masing. Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Kedudukannya sebagai bahasa nasional dimulai sejak diikrarkannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, sedangkan sebagai bahasa negara tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV, pasal 36. Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1) bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan, (3) sarana perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan, dan (4) sarana pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi modern (Chaer dan Agustina, 1995: 296). Bahasa daerah juga memunyai kedudukan dan fungsi yang cukup penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Bagi sebagian besar penduduk Indonesia, bahasa daerah merupakan bahasa ibu atau bahasa pertama yang dikuasai sejak anak-anak mengenal bahasa atau mulai dapat berbicara. Mereka menggunakan bahasa daerah untuk berkomunikasi dan berinteraksi intrasuku, baik dalam situasi yang bersifat resmi maupun yang bersifat tidak resmi (kedaerahan). Secara resmi keberadaan bahasa daerah di Indonesia diakui oleh negara serta dijamin kehidupan dan kelestariannya. Hal ini tertuang dalam penjelasan pasal 36 UUD 1945, yang berbunyi bahwa bahasa-bahasa daerah yang terdapat di Indonesia terutama yang masih digunakan sebagai alat komunikasi dan dipelihara oleh pemakainya, seperti bahasa Jawa, Sunda, Madura, dan lain-lain akan dihargai dan dipelihara oleh negara karena bahasa-bahasa tersebut merupakan bagian dari kebudayaan Indonesia yang masih hidup. Di daerahdaerah tertentu, bahasa daerah merupakan bahasa pertama atau bahasa ibu, sedangkan bahasa Indonesia adalah bahasa kedua. Kedua bahasa tersebut digunakan secara bergantian sesuai dengan situasi dan kondisi bahasa itu dipakai. Berdasarkan penjelasan di atas, bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar dalam semua jenis kegiatan dan tingkat lembaga pendidikan di seluruh wilayah Indonesia. Bahasa pengantar digunakan oleh guru dalam menyampaikan pembelajaran dalam proses belajar mengajar berlangsung kepada murid di lembaga-lembaga pendidikan. Sesuai penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam proses belajar mengajar, seorang guru menggunakan bahasa Indonesia sebagai proses penyampaian materi pembelajaran. Namun, jika penggunaan bahasa Indonesia dalam proses kegiatan Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Lampung Halaman 2

belajar mengajar kurang efisien (contohnya di daerah-daerah tertentu) guru dapat menggunakan bahasa daerah sebagai pengantar pembelajaran di sekolah dasar. Lampung merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia dan memiliki penduduk yang cukup banyak. Sebagian besar penduduk di Provinsi Lampung masih banyak yang menetap di provinsi tersebut sehingga tepatnya masyarakat di desa Gedung Dalom masih menggunakan bahasa daerah asalnya sebagai alat komunikasi seharihari. Masyarakat di sana masih menggunakan bahasa ibu untuk berkomunikasi dengan masyarakat sekitarnya yang juga memiliki bahasa ibu yang sama. Sementara itu, bahasa Indonesia merupakan bahasa kedua yang mereka gunakan untuk berkomunikasi antarsuku. Desa Gedungdalom merupakan salah satu desa di Provinsi Lampung yang sebagian besar penduduknya bersuku Lampung. Penduduk di desa tersebut pada umumnya masih menggunakan bahasa daerah (bahasa Lampung) sebagai alat komunikasi sehari-hari. Anak-anak di desa tersebut sejak kecil sudah diajarkan bahasa ibu atau bahasa Lampung untuk berkomunikasi dalam pergaulan seharihari dan mereka baru mengenal bahasa Indonesia ketika masuk sekolah. Mereka menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Lampung secara bergantian, jadi mereka berada pada situasi kedwibahasaan. Penguasaan terhadap lebih dari satu bahasa akan mengakibatkan kedwibahasaan dalam berkomunikasi. Kedwibahasaan atau bilingualisme ialah kebiasaan menggunakan dua bahasa dalam berinteraksi dengan orang lain. Dalam situasi kedwibahasaan, akibat yang ditimbulkan adalah terjadi alih kode dan campur kode. Alih kode adalah peristiwa penggantian bahasa atau ragam bahasa oleh seorang penutur karena adanya sebab-sebab tertentu dan dilakukan dengan sadar (Chaer dan Agustina, 1995: 158). Campur kode adalah penggunaan satuan bahasa dari satu bahasa ke bahasa lain untuk memperluas gaya bahasa atau ragam bahasa; termasuk di dalamnya pemakaian kata, klausa, idiom, sapaan, dan sebagainya (Kridalaksana, 2001: 35). Dalam proses belajar mengajar di SD Negeri 1 Gedungdalom juga dapat terjadi alih kode dan campur kode. Hal tersebut tidak hanya terjadi pada siswa, tetapi juga dapat terjadi pada guru yang memunyai latar belakang kebahasaan (bahasa ibu) yang sama dengan siswa. Seorang guru di SD Negeri 1 Gedungdalom menggunakan bahasa daerah atau bahasa ibu agar siswa-siswa yang sedang diajarkannya mengerti dengan pembelajaran tersebut. Berikut ini adalah contoh alih kode dan campur kode yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar di SD Negeri 1 Gedungdalom. Sesuai dengan penjelasan pasal 36, Bab XV, UUD 1945 dapat diketahui bahwa bahasa pengantar yang digunakan dalam proses belajar mengajar di kelas adalah bahasa Indonesia. Seorang guru diharuskan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru di SD Negeri 1 Gedung Dalom masih menggunakan alih kode dan campur kode. Hal tersebut juga di dukung oleh keterangan guru yang menyatakan bahwa guru masih menggunakan bahasa daerah dalam kegiatan belajar mengajar dengan tujuan agar siswa lebih mudah memahami penjelasan guru. Peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai alih kode dan campur kode saat Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Lampung Halaman 3

kegiatan belajar mengajar di SD Negeri 1 Gedung Dalom, Kabupaten Pesawaran tahun pelajaran 2012/2013. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yaitu mendeskripsikan alih kode dan campur kode dalam proses belajar mengajar di sekolah. Analisis data di dalam penelitian ini bersifat kualitatif yang dilakukan secara bersamaan dengan proses pengumpulan data. Kemudian, penelitian bersifat lentur dan terbuka sehingga peneliti dapat saja menyusun perencanaan pemandu sebelum perencanaan yang sebenarnya dengan tetap menyediakan keterbukaan akan perubahan dan penyesuaian. Selain itu, penelitian ini menekankan kepada kepercayaan terhadap apa adanya yang dilihat, dan didengar sehingga bersifat netral (Margono, 2009: 40). Dalam metode penelitian ini metode deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan wujud alih kode dan campur kode serta sebab-sebab terjadinya alih kode dan campur kode yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar di SD Negeri 1 Gedung Dalom Kabupaten Pesawaran tahun pelajaran 2012/2013. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik pengamatan/observasi nonpartisipasi. Pada penelitian ini partisipasi pasif hanya melakukan satu fungsi yaitu mengadakan pengamatan. Jadi, partisipasi pasif berfungsi sebagai anggota atau bagian dari kelas tersebut, namun tidak melebur dalam arti yang sesungguhnya. Selain itu, dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan alat bantu berupa rekaman dan catatan lapangan. Dengan teknik ini penulis ingin mengetahui penyebab alih kode dan campur kode dalam proses belajar mengajar di Kelas IV SD Negeri 1 Gedung Dalom Kabupaten Pesawaran tahun pelajaran 2012/2013. Teknik analisis data dilakukan dengan cara (1) mencatat data alamiah tuturan guru dan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung, (2) data yang diperoleh di lapangan langsung dianalisis dengan menggunakan catatan deskriptif kualitatif (3) menganalisis percakapan guru dan siswa pada saat pelajaran berlangsung (4) mencari sebab-sebab guru dan siswa melakukan alih kode dan campur kode (5) menandai alih kode dan campur kode. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan di kelas IV SD Negeri 1 Gedungdalom Kabupaten Pesawaran tahun pelajaran 2012/2013 menunjukan adanya alih kode dan campur kode yang dilakukan oleh guru dan siswa saat proses mengajar di kelas berlangsung. Alih kode adalah gejala peralihan bahasa yang bukan hanya terjadi antarbahasa, tetapi dapat juga terjadi antara ragam-ragam atau gaya-gaya yang terdapat dalam satu bahasa. Campur kode merupakan pemakaian dua bahasa atau lebih dengan saling memasukkan unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain secara konsisten. Peristiwa alih kode yang dilakukan oleh guru dan siswa terjadi dalam bentuk alih kode ekstern yaitu alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa lampung atau sebaliknya dan alih kode intern yaitu alih kode dari bahasa Indonesia resmi ke bahasa Indonesia tidak resmi atau sebaliknya. Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Lampung Halaman 4

Penyebab terjadinya peristiwa alih kode yang dilakukan oleh guru dan siswa dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu (1) pembicara atau penutur yaitu seorang pembicara atau penutur sering kali melakukan alih kode untuk memperoleh keuntungan atau manfaat dari tindakannya tersebut. Alih kode yang dilakukan biasanya dilakukan penutur dalam keadaan sadar, (2) pendengar atau lawan tutur yaitu pendengar atau lawan tutur dapat menyebabkan terjadinya alih kode, misalnya karena si penutur ingin mengimbangi kemampuan berbahasa lawan tutur tersebut. Biasanya hal ini terjadi karena kemampuan berbahasa mitra tutur kurang atau karena memang mungkin bukan bahasa pertamanya. Jika lawan tutur itu berlatar belakang bahasa yang sama dengan penutur, maka alih kode yang terjadi hanya berupa peralihan varian (baik regional maupun sosial), ragam, gaya, atau, register. Alih kode ini juga dapat dipengaruhi sikap atau tingkah laku lawan tutur, (3) perubahan topik pembicaraan yaitu peristiwa alih kode dipengaruhi juga oleh pokok pembicaraan. Pokok pembicaraan ini biasanya bersifat formal dan informal. Misalnya seorang pegawai sedang berbincang-bincang dengan atasannya mengenai surat, bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia resmi. Namun, ketika topiknya berubah pada pribadi orang yang dikirimi surat, maka terjadilah alih kode ke dalam bahasa Indonesia ragam santai. Alih kode ini terjadi karena topik pembicaraan telah berbeda, yaitu dari hal-hal yang bersifat formal ke informal. Campur kode yang dilakukan oleh guru terjadi dalam bentuk campur kode dengan penyisipan unsur yang berupa kata, frase, klausa, dan perulangan kata bahasa Lampung. 1. Penyisipan Unsur yang Berbentuk Kata Kata yaitu satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal atau gabungan morfem (KBBI, 2003: 513). Seorang penutur bilingual sering melakukan campur kode dengan menyisipkan unsur-unsur dari bahasa lain yang berupa penyisipan kata. 2. Penyisipan Unsur yang Berupa Frasa Frase adalah satuan gramatikal yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa (Ramlan dalam Putrayasa, 2007: 2). 3. Penyisipan Unsur-unsur yang Berwujud Perulangan Kata Perulangan adalah proses pembentukan kata dengan mengulang keseluruhan atau sebagian bentuk dasar (Wedhawati, dkk, 2001: 12). 4. Penyisipan Unsur-unsur yang Berwujud Klausa Klausa adalah satuan gramatikal berupa gabungan kata, sekurangkurangnya terdiri atas subjek dan predikat. Berikut adalah contoh campur kode dengan penyisipan yang berupa klausa. Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Lampung Halaman 5

Sedangkan bentuk campur kode yang dilakukan oleh siswa hanya penyisipan unsur yang berupa kata. Penyebab campur kode yang dilakukan oleh guru dan siswa dipengaruhi oleh faktor latar belakang sikap penutur dan faktor kebahasaan. 1. Latar Belakang Sikap Penutur Latar belakang penutur ini berhubungan dengan karakteristik penutur, seperti latar belakang sosial, tingkat pendidikan, atau rasa keagamaan. Misalnya, penutur yang memiliki latar belakang sosial yang sama dengan mitra tuturnya dapat melakukan campur kode ketika berkomunikasi. Hal ini dapat dilakukan agar suasana pembicaraan menjadi lebih akrab. 2. Kebahasaan Latar belakang kebahasaan atau kemampuan berbahasa juga dapat menjadi penyebab seseorang melakukan campur kode, baik penutur maupun orang yang menjadi pendengar atau mitra tuturnya. Selain itu, keinginan untuk menjelaskan maksud atau menafsirkan sesuatu juga dapat menjadi salah satu factor yang ikut melatarbelakangi penutur melakukan campur kode. Dalam penelitian ini, alih kode yang paling sering muncul adalah alih kode ekstern, sedangkan faktor yang paling sering menyebabkan guru dan siswa melakukan alih kode adalah faktor pembicara atau penutur. Alih kode ekstern yaitu alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Lampung atau sebaliknya. Berikut adalah contoh mengenai hal tersebut. : PRnya buat pantun baik itu pantun bahasa Indonesia dan bahasa Lampung. Dua bait saja. Langsung artinya. : Iya, bu. : Aldi, ghadu ngerti api sai ibu cawako tadi? Aldi, sudah mengerti apa yang ibu katakan tadi? Aldi: Ghadu, bu. Sudah, bu. : Apa sih PRnya? : (diam) Peristiwa tutur di atas terjadi ketika pelajaran bahasa Indonesia materi tentang pantun. Awalnya guru memberi tugas pekerjaan rumah kepada siswa dan guru menjelaskan tugas tersebut. Lalu guru bertanya kepada Aldi sudah mengerti atau belum PR yang disampaikan guru. Guru beralih kode menggunakan bahasa Lampung agar siswa tersebut mengerti akan penjelasan yang disampaikan oleh guru. Seorang pembicara atau penutur sering kali beralih kode untuk memperoleh keuntungan, manfaat atau maksud dari tindakannya tersebut. Begitu juga dengan seorang guru dan siswa. Seorang guru melakukan alih kode saat proses belajar mengajar berlangsung dengan maksud dan tujuan tertentu terhadap siswa sebagai mitra tuturnya atau sebaliknya. Berikut adalah contoh mengenai hal tersebut. : Kalau sudah beres, ada yang ingin bertanya? Mana kalimat yang harus didahulukan mana yang harus dibelakangkan? : Iya, bu. (masih mengerjakan) : Disusun pai kalimat ni. Disusun dulu kalimatnya. : Bu, nomor dua jadi induk kalimat? : Nomor dua dijadikan awal kalimat, cocok mawat? Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Lampung Halaman 6

Nomor dua dijadikan awal kalimat, cocok tidak? Peristiwa tutur di atas terjadi ketika sedang pelajaran bahasa Indonesia tentang materi menyusun kalimat. Guru memberikan penjelasan tentang materi tersebut kepada siswa atau mitra tuturnya. Lalu guru bertanya kepada siswa apakah siswa tersebut ada yang ingin bertanya mengenai tugas tersebut dengan menggunakan bahasa Indonesia. Si penutur atau guru beralih kode menggunakan bahasa Lampung atau bahasa Ibunya dengan berkata Disusun pai kalimat ni agar siswa atau mitra tuturnya paham apa yang dijelaskan. Guru melakukan alih kode ekstern menggunakan bahasa Lampung karena latar belakang mitra tuturnya adalah suku Lampung. Guru melakukan alih kode ke bahasa Lampung agar memperoleh keuntungan agar siswanya mengerti dengan materi tersebut. Campur kode yang sering dilakukan oleh guru dan siswa yaitu campur kode dengan penyisipan unsur berupa kata, sedangkan faktor yang paling sering menyebabkan guru dan siswa melakukan campur kode adalah faktor kebahasaan. Hal ini terjadi karena guru memilih kosakata yang dekat dengan kehidupan siswa sehari-hari, yaitu kosakata bahasa Lampung sehingga siswa dapat lebih cepat memahami apa yang disampaikan guru. Penutur banyak melakukan campur kode dengan penyisipan unsur yang berupa kata. Penyisipan unsur yang berupa kata terdiri atas verba, adjektiva, nomina, adverbial dan pronomina serta kata tugas yaitu preposisi. Berikut adalah contoh mengenai hal tersebut. : Jadi kalau kita malas sekolah, mak pandai-pandai. Jadi kalau kita malas sekolah, tidak pintar-pintar. : Ibu ngeni pelajaran tentang satuan berat. Ibu memberi pelajaran tentang satuan berat. : Minggu kemarin ibu ngasih pelajaran satuan panjang. Nyambung gak dia? Dia mengerti tidak? : Gak. Tidak Peristiwa tutur di atas terjadi ketika pelajaran bahasa Indonesia. Bentuk campur kode yang terjadi dalam peristiwa tutur di atas merupakan contoh campur kode dengan penyisipan kata yang berupa verba, yakni kata ngeni memberi. Pembentukan kata dengan afiks N- me akan terjadi proses morfofonemik. Jika ditambahkan pada kata yang diawali oleh fonem /k/, N- berubah menjadi ng- dan fonem /k/ luluh. Kata ngeni terbentuk dari bentuk dasar keni yang dilekati afiks N-. Faktor yang menyebabkan guru melakukan campur kode adalah faktor sikap penutur. Hal tersebut dapat disebabkan juga keinginan penutur untuk menjelaskan maksud kepada mitra tutur. Campur kode yang terdapat dalam pembelajaran ini juga ada yang disebabkan karena faktor kebahasaan. Campur kode karena faktor kebahasaan adalah campur kode yang terjadi karena latar belakang kebahasaan atau kemampuan berbahasa mitra tutur dan penutur, juga karena bermaksud menjelaskan maksud, menafsirkan sesuatu juga menunjukan identitas penutur maupun kelompok. Campur kode yang disebabkan faktor kebahasaan dapat dilihat di bawah ini. : Artinya udah belum? artinya sudah belum? : Arti apa bu? Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Lampung Halaman 7

: Arti isi pantun itu apa. : Gini bu? Begini, bu? (memeperlihatkan bukunya) : Tulis artinya dibah dija, masa di atas buku. Tulis artinya dibawah ini : Iya, bu. Peristiwa tutur di atas terjadi ketika pelajaran bahasa Indonesia mengenai pantun. Awalnya guru memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan arti sebuah pantun. Guru bertanya kepada siswa apakah artinya sudah dikerjakan atau belum, lalu seorang siswa datang menghampiri gurunya dan bertanya sambil membawa bukunya. Lalu guru beralih kode untuk menjelaskan maksud dengan menggunakan bahasa Lampung agar siswa tersebut paham. Guru melakukan campur kode dengan menyisipkan unsur yang berupa frase yaitu dibah dija dibawah ini. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data, ditemukan alih kode dan campur kode yang dilakukan oleh guru dan siswa saat kegiatan belajar mengajar berlangsung di kelas IV SD Negeri 1 Gedung Dalom, Kabupaten Pesawaran tahun pelajaran 2012/2013. Peristiwa alih kode yang dilakukan oleh guru dan siswa terjadi dalam bentuk alih kode ekstern yaitu alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa lampung atau sebaliknya dan alih kode intern yaitu alih kode dari bahasa Indonesia resmi ke bahasa Indonesia tidak resmi atau sebaliknya. Penyebab terjadinya peristiwa alih kode yang dilakukan oleh guru dan siswa dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu (1) pembicara atau penutur, (2) pendengar atau lawan tutur, dan (3) perubahan topik pembicaraan. Dalam penelitian ini, alih kode yang paling sering muncul adalah alih kode ekstern, sedangkan faktor yang paling sering menyebabkan guru dan siswa melakukan alih kode adalah faktor pembicara atau penutur. Berdasarkan hasil analisis data, selain alih kode guru dan siswa melakukan campur kode ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung. Campur kode yang dilakukan oleh guru dan siswa terjadi dalam bentuk campur kode dengan penyisipan unsur yang berupa kata, frase, klausa, dan perulangan kata bahasa Lampung. Penyebab campur kode yang dilakukan oleh guru dan siswa dipengaruhi oleh faktor latar belakang sikap penutur dan faktor kebahasaan. Campur kode yang sering dilakukan oleh guru dan siswa yaitu campur kode dengan penyisipan unsur berupa kata, sedangkan faktor yang paling sering menyebabkan guru dan siswa melakukan campur kode adalah faktor kebahasaan. Hal ini terjadi karena guru memilih kosakata yang dekat dengan kehidupan siswa sehari-hari, yaitu kosakata bahasa Lampung sehingga siswa dapat lebih cepat memahami apa yang disampaikan guru. SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disajikan pada bagian sebelumnya, penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut. 1. Untuk Guru Berdasarkan simpulan di atas, penulis menyarankan kepada guru agar dapat menggunakan bahasa Indonesia ketika proses belajar mengajar di kelas. Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Lampung Halaman 8

Apabila hal tersebut belum memungkinkan, guru dapat menggunakan bahasa daerah (bahasa ibu siswa). 2. Untuk Peneliti Penelitian yang dilakukan penulis terbatas pada bentukbentuk dan sebab-sebab alih kode dan campur kode yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam proses belajar mengajar di kelas IV sekolah dasar. Untuk itu, penulis menyarankan kepada peneliti lain yang berminat terhadap masalah alih kode dan campur kode untuk meneliti alih kode dan campur kode yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah lain yang mayoritas siswanya berbahasa ibu bahasa daerah. DAFTAR RUJUKAN Abdullah, Dkk. 2011. Kamus Bahasa Lampung-Indonesia, Indonesia- Lampung. Lampung: Perc. Dita Kurnia Chaer, Abdul dan Leoni Agustina. 1995. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta. Lumintaintang, Yayah B. Mugnisjah. Tuntutan Hadirnya Produk Alih Kode (code switching) sebagai Stategi Verbal Antarpenutur Bilingual di Indonesia dalam Bahan Ajar BIPA. Ialf_edu. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Jakarta. 1 Januari 2006. http://www.ialf.edu/kipbipa/abstra cts/yayahblumintaintang.htm Pateda, Mansoer. 1992. Sosiolinguistik. Bandung: Angkasa. Prasetyawati, Widi. 2009. Alih Kode dan Campur Kode dalam Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas III SD Negeri 3 Bandar Sribawono Lampung Timur Tahun Pelajaran 2008/2009. Bandarlampung. Putrayasa, Ida Bagus. 2007. Analisis Kalimat (Fungsi, Kategori, dan Peran). Bandung: PT. Refika Aditama. Safitri, Nurdewi. 2011. Alih Kode dan Campur Kode dalam Novel Kembang Jepun Karya Remy Sylado dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA. Bandarlampung. Sanusi, A. Effendi. 2006. Tata Bahasa Lampung. Bandarlampung: _ Sudaryanto. 1990. Fungsi Hakikat Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press Sugiyarti. 2012. Alih Kode dan Campur Kode dalam Proses Belajar Mengajar di Kelas 1 SD Negeri 1 Argomulyo Kecamatan Sumberejo Tanggamus tahun Pelajaran 2011/2012. Bandarlampung. Suwito. 1983. Pengantar Awal Sosiolinguistik (Teori dan problema). Surakarta: Henary Offset. Tarigan, Henry Guntur. 1988. Pengajaran Kedwibahasaan. Bandung: Angkasa. Tim Penyusun Pusat Bahasa. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Lampung Halaman 9