PUBLIC HEARING PERUBAHAN PERMENTAN NO. 16 TAHUN 2017 TENTANG RIPH DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA KEMENTERIAN PERTANIAN 2017

dokumen-dokumen yang mirip
2017, No Nomor 728) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 43/M-DAG/PER/6/2017 (Berita Negara Republik Indon

642, No MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, SUSWONO

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86/Permentan/OT.140/8/2013. Ditanda Tangani oleh. No Kode Tentang

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 86/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2012, No

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMENTAN/HR.060/5/2017 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA

Ditanda tangani oleh Direktur Jenderal a.n Menteri Pertanian. No Kode Tentang

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/M-DAG/PER/5/2017 TENTANG KETENTUAN IMPOR PRODUK HORTIKULTURA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 60/PERMENTAN/OT.140/9/2012 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

SOSIALISASI PERMENTAN NO. 16/PERMENTAN/HR.060/5/2017 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 60/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 47/Permentan/OT.140/4/2013 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG BARANG KEBUTUHAN POKOK YANG TIDAK DIKENAKAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4377); 3. Undang-Un

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/Permentan/PD.200/6/2014 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA BUDIDAYA HORTIKULTURA

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 56, Tamb

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 76/Permentan/OT.140/7/2013 TENTANG

2015, No Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan tentang Tata Cara Pelaksanaan Bea Masuk Ditanggung Pemerintah atas Impor Barang dan Bahan Terte

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/M-DAG/PER/4/2013 TAHUN 2013 TENTANG KETENTUAN IMPOR PRODUK HORTIKULTURA

SELAMAT DATANG. Di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Soekarno Hatta. Banten, 17 Oktober 2012

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Obat Ikan. Peredaran. Mekanisme. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 51/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG

2017, No Pengeluaran Benih Hortikultura sudah tidak sesuai lagi; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf

--Tidak dipotong menjadi bagian-bagian, segar atau dingin : Dari bebek Dari angsa atau ayam guinea

Riati Anggriani, SH, MARS., M.Hum Kepala Biro Hukum dan Humas Badan Pengawas Obat dan Makanan 6 Februari 2017

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97/Permentan/PD.410/9/ /9/2013 TENTANG

KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA


PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 45/M-DAG/PER/9/2009 TENTANG ANGKA PENGENAL IMPORTIR (API)

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 26/M-DAG/PER/12/2005 TENTANG KETENTUAN EKSPOR KOPI MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN DISTRIBUSI PRODUK IMPOR DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG OTORITAS KOMPETEN KEAMANAN PANGAN DAERAH PROVINSI BALI GUBERNUR BALI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1948 tentang Mencabut Peraturan Dewan Pertahanan Negara Nomor 14 dan Menetapkan Peraturan T

2017, No Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 T

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 248/PMK.011/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 52/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG

Republik Indonesia. SURVEI HARGA PEDESAAN Subsektor Tanaman Hortikultura (Metode NP)

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERDAGANGAN. Angka Pengenal Importir.

2 bidang pertanian secara transparan, terukur, perlu menetapkan syarat, tata cara, dan standar operasional prosedur dalam pemberian rekomendasi teknis

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional Tahun (Lembaran Negara Repub

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 348/Kpts/TP.240/6/2003 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA HORTIKULTURA MENTERI PERTANIAN,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64/Permentan/OT.140/5/2014 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA KAMBING PERAH YANG BAIK

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 26/Permentan/HK.140/4/2015 TENTANG

2015, No terakhir dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 84/M-DAG/PER/12/2012 dan mengatur kembali ketentuan Angka Pengenal Importir; d. b

PETA POTENSI DAN PROGRAM PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNGGULAN JAWA TIMUR DALAM MENINGKATKAN KETERSEDIAAN PRODUK NASIONAL DAN PASAR EKSPOR

2 Peraturan Menteri Pertanian Nomor 97/Permentan/PD.410/9/2013, dengan Peraturan Menteri Pertanian; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 t

Ironi Perdagangan Bebas: Dilema Pemerintah Terkait Isu Produk Holtikultura 1. Oleh: Ferdiansyah R

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc.

2016, No Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Neg

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51/Permentan/HK.310/4/2014 TENTANG REKOMENDASI EKSPOR DAN IMPOR BERAS TERTENTU

2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu ditetapkan Peraturan Menteri tentang Tata Car

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN Nomor 78/M-DAG/PER/10/2014 TENTANG KETENTUAN IMPOR PRODUK KEHUTANAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN LUAR NEGERI NOMOR : 05/DAGLU/PER/6/2008 TENTANG

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc.

2018, No Perdagangan Dunia) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2.

2016, No Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2018 TENTANG KETENTUAN IMPOR JAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073);

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49/Permentan/PK.440/10/2016 TENTANG

2016, No diberlakukan Standar Nasional Indonesia dan/atau Persyaratan Teknis secara wajib; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaks

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Importir (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1516); 3. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 85/M-DAG/PER/10/2015 tenta

2 diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

2 Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lem

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB VI SASARAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA

2016, No /Permentan/PP.340/2/2015 tentang Pengawasan Keamanan Pangan terhadap Pemasukan dan Pengeluaran Pangan Segar Asal Tumbuhan; Mengingat

2 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik I

ALTERNATIF 2 PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 39/M-DAG/PER/10/2010 TENTANG KETENTUAN IMPOR BARANG JADI OLEH PRODUSEN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Budidaya. Izin Usaha.

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 27/M-DAG/PER/7/2008

Transkripsi:

PUBLIC HEARING PERUBAHAN PERMENTAN NO. 16 TAHUN 2017 TENTANG RIPH DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA KEMENTERIAN PERTANIAN 2017

LATAR BELAKANG o Paket Kebijakan Ekonomi XV tanggal 15 Juni 2017 untuk penyederhanaan peraturan Tata Niaga Ekspor Impor o Deregulasi pemberian rekomendasi impor produk hortikultura olahan oleh BPOM (Surat Direktur Inspeksi dan Sertifikasi Pangan BPOM No. ST.06.533.10.17.09702 Tanggal 18 Oktober 2017) o Kebijakan jenis produk hortikultura yang dapat diimpor. o Evaluasi penerbitan RIPH 2017

PEMBAHASAN PERUBAHAN PERMENTAN TENTANG RIPH No. Tanggal Tempat Peserta 1 31 Agustus 1 September 2017 Depok Ditjen Hortikultura dan Biro Hukum 2 4 Agustus 2017 Biro Hukum Ditjen Hortikultura, Barantan, PPVTPP, Biro Hukum, Inspektorat Jenderal 3 8-10 Agustus 2017 Depok Ditjen Hortikultura dan Biro Hukum 4 18-19 September 2017 Depok Biro Hukum dan Ditjen Hortikultura 5 17 Oktober 2017 Biro Hukum Biro Hukum dan Ditjen Hortikultura 6 3 Oktober 2017 Ditjen Hortikultura 7 10 Oktober 2017 Ditjen Hortikultura 8 27 Oktober 2017 Ditjen Hortikultura Ditjen Horti, Barantan, Pusat PVTPP, Ditjen Bea dan Cukai, Ditjen PKTN - Kemendag, Ditjen Daglu Kemendag. Ditjen Horti, Ditjen Daglu, Ditjen Bea dan Cukai, BPOM. Ditjen Hortikultura

PERUBAHAN PERMENTAN NO 16 TAHUN 2017 NO SEBELUM NO SESUDAH 1 Pasal 5 (1) RIPH harus mempertimbangkan produksi hortikultura Pasal 5 (1) RIPH harus mempertimbangkan produksi Hortikultura di dalam negeri. di dalama negeri (2) Selain mempertimbangkan produksi Hortikultura di dalam negeri (2) Selain memepertimbangkan produksi dalam negeri sebagaimana dimaksud pada ayat 91) RIPH harus mendorong produksi dalam negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1), RIPH harus mendorong produksi dalam negeri dan mempertimbangkan kepentingan nasional seperti neraca perdagangan dan dampak iklim. 2 Pasal 10 (1) RIPH diterbitkan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun takwim untuk 1 (satu) Pelaku Usaha. (2) Pelaku Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mengajukan permohonan RIPH sewaktuwaktu. (3) Permohonan RIPH untuk tahun berjalan dapat diajukan pada bulan November tahun sebelumnya. 1 Pasal 10 (1) RIPH diterbitkan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun takwim untuk 1 (satu) Pelaku Usaha. (2) RIPH dapat diterbitkan paling banyak 2 kali dalam 1 (satu) tahun takwim untuk RIPH Segar untuk bahan baku industri. (3) RIPH dapat diterbitkan paling banyak 2 kali dalam 1 (satu) tahun takwin untuk RIPH Segar untuk konsumsi jika terjadi kondisi yang dapat mempengaruhi kepentingan nasional. (4) Penerbitan RIPH sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3) dapat dilakukan setelah pelaku usaha merealisasikan impor dan menyampaikan laporannya. (5) Pelaku Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2) dan (3) dapat mengajukan permohonan RIPH sewaktu-waktu. (6) Permohonan RIPH untuk tahun berjalan dapat diajukan pada bulan November tahun sebelumnya.

PERUBAHAN PERMENTAN NO 16 TAHUN 2017 NO SEBELUM NO SESUDAH 3 Pasal 16 Persyaratan administrasi untuk Pelaku Usaha dan BUMN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 meliputi: a. akte pendirian perusahaan, dan perubahannya yang terakhir; b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); c. Kartu Tanda Penduduk (KTP) pimpinan perusahaan; d. keterangan domisili perusahaan; e. API-U untuk umum; f. API-P untuk industri; g. surat pernyataan tidak memasukkan Produk Hortikultura yang melebihi waktu 6 (enam) bulan sejak panen untuk Produk Hortikultura segar; h. surat rekomendasi pemasukan Produk Hortikultura olahan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan; i. surat pernyataan menguasai sarana penyimpanan dan alat transportasi Produk Hortikultura yang sesuai dengan karakter dan jenis produk. j. surat pernyataan kesesuaian daya tampung gudang penyimpanan; k. surat pernyataan tidak akan menjual Produk Hortikultura yang diimpor ke pasar umum bagi Pelaku Usaha pemilik API-P; l. surat pernyataan kesanggupan untuk pengembangan penanaman bawang putih di dalam negeri untuk permohonan RIPH bawang putih; m.laporan rekapitulasi realisasi Impor Produk Hortikultura waktu impor sebelumnya bagi yang pernah melakukan impor Produk Hortikultura; dan n. surat pernyataan bermaterai yang menyatakan dokumen yang disampaikan benar dan sah. 3 Pasal 16 Persyaratan administrasi untuk Pelaku Usaha dan BUMN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 meliputi: a. akte pendirian perusahaan, dan perubahannya yang terakhir; b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); c. Kartu Tanda Penduduk (KTP) pimpinan perusahaan; d. keterangan domisili perusahaan; e. API-U untuk umum; f. API-P untuk industri; g. surat pernyataan tidak memasukkan Produk Hortikultura yang melebihi waktu 6 (enam) bulan sejak panen untuk Produk Hortikultura segar; k. surat pernyataan tidak akan menjual Produk Hortikultura yang diimpor ke pasar umum bagi Pelaku Usaha pemilik API-P; l. surat pernyataan kesanggupan untuk pengembangan penanaman bawang putih di dalam negeri untuk permohonan RIPH bawang putih; m. surat rencana penanaman bawang putih yang diketahui dinas daerah kabupaten/ kota yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang pertanian untuk permohonan RIPH bawang putih; n. surat pernyataan bertanggung jawab penuh terhadap komitmen penanaman bawang putih di dalam negeri yang tertuang di dalam Nota Kerjasama kemitraan dengan kelompok tani; o. laporan realisasi penananaman bawang putih di dalam negeri bagi yang telah merealisasikannya; p. laporan rekapitulasi realisasi Impor Produk Hortikultura waktu impor

PERUBAHAN PERMENTAN NO 16 TAHUN 2017 NO SEBELUM NO SESUDAH 4 Pasal 20 (1) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 meliputi: a. Produk Hortikultura segar untuk konsumsi dan untuk bahan baku industri, harus memenuhi ketentuan keamanan Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; b. Produk Hortikultura segar untuk konsumsi dan untuk bahan baku industri, yang pertama kali dimasukkan dari negara asal harus dilengkapi hasil analisa risiko organisme pengganggu tumbuhan karantina dari Badan Karantina Pertanian; c. Produk Hortikultura olahan, harus memenuhi keamanan pangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; d. keterangan kebun/lahan usaha yang telah diregistrasi atau sertifikat penerapan budi daya yang baik (Good Agriculture Practices/GAP) yang masih berlaku sampai akhir tahun impor dilakukan; e. registrasi bangsal pascapanen (packing house) yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang dari negara asal yang masih berlaku sampai akhir tahun impor dilakukan; dan f. surat keterangan dari eksportir negara asal mengenai kapasitas produksi dari kebun/lahan usaha yang telah diregistrasi atau disertifikasi penerapan budi daya yang baik (Good Agriculture Practices/GAP). g. Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, huruf e, dan huruf f, diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. 4 Pasal 20 (1) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 meliputi: a. Produk Hortikultura segar untuk konsumsi dan untuk bahan baku industri, harus memenuhi ketentuan keamanan Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; b. Produk Hortikultura segar untuk konsumsi dan untuk bahan baku industri, yang pertama kali dimasukkan dari negara asal harus dilengkapi hasil analisa risiko organisme pengganggu tumbuhan karantina dari Badan Karantina Pertanian; d. sertifikat penerapan budi daya yang baik (Good Agriculture Practices/GAP) atau sertifikat setara yang masih berlaku sampai akhir tahun impor dilakukan; e. registrasi bangsal pascapanen (packing house) yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang darinegara asal yang masih berlaku sampai akhir tahun impor dilakukan; f. surat keterangan dari eksportir negara asal mengenai kapasitas produksi dari kebun/lahan usaha yang telah diregistrasi atau disertifikasi penerapan budi daya yang baik (Good Agriculture Practices/GAP) g. Produk Hortikultura yang dapat diimpor memenuhi karakteristik yang ditentukan. (2) Produk hortikultura sebagaimana tercantum dalam Lampiran IIA yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini, harus dilengkapi dengan sertifikat keamanan pangan dari negara asal sesuai dengan ketentuan yang berlaku sampai akhir tahun impor dilakukan. (3) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, huruf e, f dan ayat (2) diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. (4) Ketentuan mengenai karakteristik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g ditetapkan lebih lanjut oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri.

PERUBAHAN PERMENTAN NO 16 TAHUN 2017 NO SEBELUM NO SESUDAH 5 Pasal 30 (1) Pelaku Usaha yang melakukan Impor Produk Hortikultura bawang putih segar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 wajib melakukan pengembangan penanaman bawang putih di dalam negeri. (2) Pengembangan penanaman bawang putih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan sendiri atau bermitra dengan kelompok tani. (3) Penanaman bawang putih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diutamakan pada lahan baru. (4) Penanaman bawang putih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lambat 1 (satu) tahun sejak RIPH diterbitkan. (5) Penanaman bawang putih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilaporkan kepada Direktur Jenderal, dan diketahui oleh dinas daerah kabupaten/kota yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang pertanian di lokasi penanaman. (6) Kewajiban melakukan pengembangan penanaman bawang putih di dalam negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai surat pernyataan kesanggupan untuk melakukan pengembangan penanaman bawang putih di dalam negeri, sesuai dengan Format-8. (7) Format-8 sebagaimana dimaksud pada ayat (6) tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. 5 Pasal 30 (1) Pelaku Usaha yang melakukan Impor Produk Hortikultura bawang putih segar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 wajib melakukan pengembangan penanaman bawang putih di dalam negeri. (2) Pengembangan penanaman bawang putih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan sendiri atau bermitra dengan kelompok tani. (3) Penanaman bawang putih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diutamakan pada lahan baru. (4) Penanaman bawang putih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lambat 1 (satu) tahun sejak RIPH diterbitkan (5) Penanaman bawang putih sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib dilaporkan kepada Direktur Jenderal, diketahui oleh dinas daerah kabupaten/kota yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang pertanian di lokasi penanaman. (6) Kewajiban melakukan pengembangan penanaman bawang putih di dalam negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai surat pernyataan kesanggupan untuk melakukan pengembangan penanaman bawang putih di dalam negeri, Nota Kesepakatan dengan kelompok tani dan surat rencana penanaman bawang putih yang diketahui dinas daerah kabupaten/ kota yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang pertanian, sesuai dengan format-8 dan format-9. (7) Format-8 dan format-9 sebagaimana dimaksud pada ayat (6) tercantum dalam lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. (8) Pelaku usaha yang telah melakukan penanaman bawang putih di dalam negeri, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan diprioritaskan dalam penerbitan RIPH. (9) Pelaku usaha yang sudah melaksanakan kerjasama dengan kelompok tani dapat dipertimbangkan untuk mendapatkan RIPH bawang putih dengan menyampaikan nota kerjasama dengan kelompok tani dan rencana tanamnya dengan diketahui oleh dinas daerah kabupaten/kota yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang pertanian di lokasi penanaman. (10) Pelaku usaha yang sudah merealisasikan tanam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tapi belum sesuai dengan komitmen kesanggupan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) wajib menyampaikan pernyataan akan merealisasikan penanaman di dalam negeri secara penuh.

PERUBAHAN PERMENTAN NO 16 TAHUN 2017 NO SEBELUM NO SESUDAH 6 Pasal 33 (3) Pelaku Usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf l, Pasal 30 ayat (1), ayat (4), dan/atau Pasal 32 ayat (3), dikenakan sanksi: a. pengurangan volume impor bawang putih oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang perdagangan berdasarkan usul Menteri; dan/atau b. tidak diberikan RIPH untuk bawang putih selama 2 (dua) tahun dalam hal melanggar 2 (dua) kali berturut-turut. (3) Pelaku Usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf m, huruf n, dan/atau Pasal 29 dikenakan sanksi tidak diberikan RIPH untuk 1 (satu) tahun. 6 Pasal 33 (3) Pelaku Usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf l, m, n, dan atau o, Pasal 30 ayat (1), ayat (4), dan/atau Pasal 32 ayat (3), dikenakan sanksi: a. pengurangan volume impor bawang putih oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang perdagangan berdasarkan usul Menteri; dan/atau b. tidak diberikan RIPH untuk bawang putih selama 2 (dua) tahun dalam hal melanggar 2 (dua) kali berturut-turut. (4) Pelaku Usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf n, huruf o, dan/atau Pasal 29 dikenakan sanksi tidak diberikan RIPH untuk 1 (satu) tahun. 7-7 Pasal 34A Pelaku Usaha dan lembaga sosial yang melanggar ketentuan Pasal 20 ayat (1) huruf g, dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan bidang karantina tumbuhan.

PRODUK DIATUR IMPORTASINYA DALAM RIPH PERUBAHAN No Kode HS Uraian Barang Keterangan 07.01 Kentang, segar atau dingin 0701.90 - Lain-lain: 1 0701.90.10 - - Kentang untuk membuat potato chips 2 0701.90.90 - - Lain-lain 07.03 Bawang bombay, bawang merah, bawang putih, bawang bakung/ perai dan sayuran sejenis lainnya, segar atau dingin. 0703.10 - Bawang bombay dan bawang merah: - - Bawang bombay: 3 0703.10.19 - - - Lain-lain - - Bawang merah: 4 0703.10.29 - - - Lain-lain 0703.20 - Bawang Putih: 5 0703.20.90 - - Lain-lain 07.06 Wortel, lobak cina, akar bit untuk salad, salsify, celeriac, lobak dan akar sejenis yang dapat dimakan, segar atau dingin. 0706.10 - Wortel dan Lobak Cina: 6 0706.10.10 - - Wortel

PRODUK DIATUR IMPORTASINYA DALAM RIPH PERUBAHAN No Kode HS Uraian Barang Keterangan 07.09 Sayuran lainnya, segar atau dingin. 0709.60 - Buah dari genus Capsicum atau dari genus Pimenta : 7 0709.60.10 - - Cabe (buah dari genus Capsicum) 07.10 Sayuran (tidak dimasak atau dimasak dengan dikukus atau direbus), beku 8 0710.10.00 - Kentang Sayuran dikeringkan, utuh, potongan, diiris, patahan atau dalam bentuk bubuk, tetapi tidak diolah lebih lanjut - Sayuran lainnya; campuran sayuran : 9 0712.90.10 - - Bawang putih 08.03 Pisang, termasuk pisang yang tidak cocok dikonsumsi langsung sebagai buah, segar atau dikeringkan. 10 0803.10.00 - Pisang yang tidak cocok dikonsumsi langsung sebagai buah 0803.90 - Lain-lain: 11 0803.90.10 - - Lady s finger banana 12 0803.90.90 - - Lain-lain 08.04 Korma, buah ara, nanas, alpokat, jambu, mangga dan manggis, segar atau dikeringkan.

PRODUK DIATUR IMPORTASINYA DALAM RIPH PERUBAHAN No Kode HS Uraian Barang Keterangan 0804.50 - Jambu, mangga dan manggis: 14 0804.50.20 - - Mangga 15 0804.50.30 - - Manggis 08.05 Buah jeruk, segar atau dikeringkan 0805.10 - Orange: 16 0805.10.10 - - Segar - Mandarin (termasuk tangerin dan satsuma); clementine, wilking dan buah jeruk hibrida semacamnya: 17 0805.21.00 - - Mandarin (termasuk tangerin dan satsuma) 18 0805.22.00 - - Clementine 19 0805.29.00 - - Lain-lain 20 0805.40.00 - Grapefruit, termasuk pomelo 0805.50 - Lemon (Citrus lemon, Citrus limonum) dan limau (Citrus aurantifolia, Citrus latifolia): 21 0805.50.10 - - Lemon (Citrus limon, Citrus limonum) 22 0805.50.20 - - Limau (Citrus aurantifolia, Citrus latifolia) 23 0805.90.00 - Lain-lain

PRODUK DIATUR IMPORTASINYA DALAM RIPH PERUBAHAN No Kode HS Uraian Barang Keterangan 08.06 Anggur, segar atau dikeringkan. 24 0806.10.00 - Segar 08.07 Melon (termasuk semangka) dan pepaya (papayas), segar. - Melon (termasuk semangka): 25 0807.19.00 - - Lain-lain 26 0807.20.00 - Pepaya 08.08 Apel, pir dan quince, segar. 27 0808.10.00 - Apel 08.10 Buah lainnya, segar. 28 0810.60.00 - Durian 0810.90 - Lain-lain: 29 0810.90.10 - - Lengkeng; termasuk mata kucing - - Lain-lain: 30 0810.90.92 - - - Buah naga

PRODUK DIATUR IMPORTASINYA DALAM RIPH PERUBAHAN No Kode HS Uraian Barang Keterangan 08.13 Buah, kering, selain yang disebut dalam pos 08.01 sampai dengan 08.06; campuran dari buah bertempurung atau buah kering dari Bab ini. 0813.40 - Buah lainnya: 31 0813.40.10 - - Lengkeng 09.04 Lada dari genus Piper; buah dari genus Capsicum atau dari genus Pimenta yang dikeringkan atau dihancurkan atau ditumbuk. - Buah dari genus Capsicum atau dari genus Pimenta : 0904.21 - - Dikeringkan, tidak dihancurkan atau ditumbuk: 32 0904.21.10 - - - Cabe (buah dari genus Capsicum) 0904.22 - - Dihancurkan atau ditumbuk: 33 0904.22.10 - - - Cabe (buah dari genus Capsicum)

Terima Kasih