Undang-undang untuk mengatur pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan tinggalan purbakala. Oleh Junus Satrio Atmodjo

dokumen-dokumen yang mirip
P E L E S T A R I A N CAGAR BUDAYA OLEH KEPALA BPCB GORONTALO ZAKARIA KASIMIN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1. UNDANG UNDANG NO.11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA 2. PENDAFTARAN CAGAR BUDAYA

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG CAGAR BUDAYA KOTA KENDARI

TENTANG CAGAR BUDAYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG CAGAR BUDAYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG CAGAR BUDAYA DI KOTA MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MEMUTUSKAN: : PERATURAN BUPATI TENTANG PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA.

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN WARISAN BUDAYA DAN CAGAR BUDAYA

BUPATI GOWA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 09 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN CAGAR BUDAYA

PEMERINTAH PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR : 15 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 2 TAHUN 2015 PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 2 TAHUN 2015

BUPATI LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA

WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN DAN PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA

BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 5 TAHUN 2016

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DAN PELESTARIAN CAGAR BUDAYA

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN DAN PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TENGAH

PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA DAERAH

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA

PENDAFTARAN DAN PENETAPAN CAGAR BUDAYA

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PELESTARIAN DAN PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA [LN 2010/130, TLN 5168]

Perizinan dalam Pelestarian Cagar Budaya

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Museum adalah lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan,

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

Kita membuat pedoman perizinan, format perizinan, ataukah sistem perizinan?

BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANYUMAS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG CAGAR BUDAYA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PELESTARIAN DAN PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MODUL III PENDAFTARAN CAGAR BUDAYA

NOMOR 5 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR : 5 TAHUN 2013 TENTANG

SYARAT: KETENTUAN YG HARUS DIINDAHKAN DAN DILAKUKAN PEMBERI IZIN: LEGAL> JABATAN BUKTI LEGAL: SURAT KEPUTUSAN ; SURAT PENETAPAN

Pelestarian Cagar Budaya

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR...TAHUN... TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR...TAHUN... TENTANG MUSEUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Direktorat Jenderal Kebudayaan 2014

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG MUSEUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEBIJAKAN PELESTARIAN CAGAR BUDAYA DAN PERMUSEUMAN DI INDONESIA. Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman 2013

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG MUSEUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Museum adalah lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan,

Yosua Adrian Pasaribu Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 19 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG

2017, No Pemajuan Kebudayaan Nasional Indonesia secara menyeluruh dan terpadu; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hur

PETUNJUK TEKNIS PEMBENTUKAN TIM PENDAFTARAN CAGAR BUDAYA BAGI PEMERINTAH PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 07 TAHUN 2005 TENTANG

PENGERTIAN DAN KRITERIA CAGARBUDAYA Muhammad Ramli

Undang-undang No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB IV ANALISIS MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI BANGUNAN BERSEJARAH

REGISTRASI NASIONAL CAGAR BUDAYA SECARA ON-LINE

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PELESTARIAN BANGUNAN DAN/ATAU LINGKUNGAN CAGAR BUDAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAHAN KABUPATEN LINGGA

PEDOMAN WAWANCARA. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo. 2. Bagaimana tugas masing-masing bagian dari Dinas Pendidikan dan

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01/PRT/M/2015 TENTANG BANGUNAN GEDUNG CAGAR BUDAYA YANG DILESTARIKAN

b. bahwa untuk menjaga kelestarian benda cagar budaya diperlukan langkah pengaturan bagi penguasaan, pemilikan,

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 43 TAHUN 2017 TENTANG

{ib. : Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 32 Undang-Undang Dasar

NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENGERTIAN Hak Milik Hak Guna Usaha Hak Guna Bangunan Hak Pakai Hak Milik adalah hak turuntemurun,

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2007 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PELESTARIAN WARISAN BUDAYA BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 74 TAHUN 2008

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN MASYARAKAT ADAT

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN PENINGGALAN SEJARAH DAN PURBAKALA KABUPATEN SIAK

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN TENTANG STANDAR KOMPETENSI KHUSUS AHLI CAGAR BUDAYA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN PENINGGALAN SEJARAH DAN PURBAKALA KABUPATEN SIAK

BAB I PENDAHULUAN. yang saling mempengaruhi tanpa dapat dipisahkan. 1. dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.

Undang Undang No. 5 Tahun 1992 Tentang : Benda Cagar Budaya

BAB I PENDAHULUAN. menerus meningkat, memerlukan modal yang besar jumlahnya. Pengembangan kepariwisataan merupakan salah satu alternatif yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pelosok tanah air termasuk daerah Bali, sesungguhnya sudah sejak lama

hakikatnya adalah bagian integral dari pembangunan nasional yang berkelanjutan sebagai pengamalan Pancasila;

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

file://\\ \web\prokum\uu\2003\uu panas bumi.htm

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Garis Sempadan Jalan.

UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG [LN 2010/122, TLN 5164]

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG KAWASAN PARIWISATA PANTAI WIDURI

BERITA NEGARA. No.1486, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Indonesia. Warisan Budaya Takbenda. Pelaksanaan.

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 58 Tahun : 2016

Transkripsi:

Undang-Undang No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya Undang-undang untuk mengatur pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan tinggalan purbakala Oleh Junus Satrio Atmodjo

Mengapa Kita Harus Mempertahankan Cagar Budaya?

= Barang antik Apa Itu Cagar Budaya? = Barang kuno = Barang purbakala = Rumah kuno = Buatan orang dulu

Budaya Bendawi + Non Bendawi = Kebudayaan Arkeologi adalah ilmu di bidang budaya bendawi Benda Informasi Keutuhan dan eksistensi TANGIBLE (Bendawi) INTANGIBLE (Non Bendawi) Nilai-nilai

Arkeologi menjelaskan peradaban manusia Kunci: konteks Hubungan yang mengandung informasi untuk mendukung interpretasi menghasilkan penjelasan menghasilkan pengetahuan penulisan sejarah

Budaya Dayak Membaca kebudayaan dari tekstil, senjata, tatto, perhiasan, dan gaya pakaian.

Pasal 91 Pemanfaatan koleksi berupa Cagar Budaya di museum dilakukan untuk sebesar-besarnya pengembangan pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan, sosial, dan/atau pariwisata. Interpretasi Edukasi Publikasi Pengembangan Iptek Kesenangan

Konsep, Maksud, dan Tujuan Dibuatnya Undang-Undang

Perubahan Orientasi Substansi Undang-Undang MO 1931 AKADEMIK MO = Monumenten Ordonnatie 1931 Stbl. 238 UU-BCB = Undang-Undang Benda Cagar Budaya 1992 UU-CB = Undang-undang Cagar Budaya 2010 UU-BCB 1992 AKADEMIK IDEOLOGIK EKONOMIK UU-CB 2010 AKADEMIK IDEOLOGIK EKONOMIK Keseimbangan antara kepentingan akademik, ideologik dan Ekonomik Menuju Kemakmuran Rakyat

Arsitektur Undang-Undang Pendaftaran dan Penetapan Hak dan Kewajiban Hak dan Kewajiban Pelestarian 2 Pemilikan/ Penguasan Pelindungan Penemuan Pencarian Pengembangan Pendaftaran SK Cagar BUdaya Surat Pemilikan Pemanfaatan Pengelolaan Kewenangan 3 Tim Ahli Penghapusan Penetapan Cagar Budaya Register Nasonal Pendanaan Pengawasan dan Penyidikan Larangan dan Pidana 4 Pemeringkatan Larangan 1 Pidana 5

Tujuan Dikeluarkannya Undang-Undang Menjaga warisan budaya masa lalu dari kerusakan, kehancuran, dan kemusnahan dengan Dilakukan dengan cara melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkannya

Difinisi Cagar Budaya? Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan. Kata Kunci: Cagar budaya Jenisnya Lokasi Kriteria Penetapan : warisan budaya bersifat kebendaan (tangible) : berupa benda, bangunan, struktur, situs, dan kawasan : di darat maupun di air : memiliki nilai-nilai penting bagi umat manusia : melalui sebuah proses

Mana yang Cagar Budaya? Membaca kebudayaan orang Maros (Sulawesi Selatan) dari tekstil, senjata, perhiasan, dan gaya pakaian mereka di awal abad ke-20

Sejarah Manusia Menggunakan temuan tengkorak, wajah dan ekspresi manusia purba bisa direkonstruksi

Susunan Undang-Undang Cagar Budaya Total 13 Bab terdiri dari 120 pasal A. Konsideran B. Batang Tubuh Bab I Ketentuan Umum Bab II Azaz, Tujuan, dan Lingkup Bab III Kriteria Cagar Budaya Bab IV Pemilikan dan Penguasaan Bab V Penemuan dan Pencarian Bab VI Register Nasional Cagar Budaya Bab VII Pelestarian Bab VIII Tugas dan Wewenang Bab IX Pendanaan Bab X Pengawasan dan Penyidikan Bab XI Ketentuan Pidana Bab XII Ketentuan Peralihan Bab XIII Ketentuan Penutup C. Penjelasan

Konsep Dasar Pengaturan Dalam Undang-Undang Pendaftaran Penatapan Keaslian Pelestarian Pidana Pelindungan, Pengembangan, dan Pemanfaatan

Pembagian Cagar Budaya (Di Darat dan Bawah Air) Cagar Budaya (5) Ruang (4) Objek (1) Situs Kawasan Benda (2) Struktur Banguna n (3) (3) Artefak Ekofak (1) Monumen hidup dan mati (2) Bergerak dan tidak bergerak (3) Monolit dan multi unsur (4) Berupa lanskap budaya atau lapisan budaya (5) Secara fisik dapat dalam keadaan utuh, rusak, dan hancur

Pasal 5 KRITERIA Undang-undang juga membolehkan penetapan objek atau ruang yang belum berusia 50 tahun sebagai cagar budaya, asalkan memiliki arti khusus bagi bangsa Indonesia Benda, bangunan, atau struktur dapat diusulkan sebagai Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, atau Struktur Cagar Budaya apabila memenuhi kriteria: a. berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih; b. mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun; c. memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan; dan d. memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa. Lama / Past Culture 50 thn Baru / Present Culture +50-50 Pasal 5 Usia objek Masa gaya Memiliki arti khusus Memiliki nilai budaya Pasal 11 dan 36 Arti khusus bagi bangsa Indonesia Pasal 11 Benda, bangunan, struktur, lokasi, atau satuan ruang geografis yang atas dasar penelitian memiliki arti khusus bagi masyarakat atau bangsa Indonesia, tetapi tidak memenuhi kriteria Cagar Budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 sampai dengan Pasal 10 dapat diusulkan sebagai Cagar Budaya. Penjelasan Pasal Kajian Penelitian Yang dimaksud dengan arti khusus bagi masyarakat adalah memiliki nilai penting bagi masyarakat kebudayaan tertentu. Yang dimaksud dengan arti khusus bagi bangsa adalah memiliki nilai penting bagi negara dan rakyat Indonesia yang menjadi simbol pemersatu, kebanggaan jati diri bangsa, atau yang merupakan peristiwa luar biasa berskala nasional atau dunia.

PELESTARIAN PERLINDUNGAN (Pl) Pendaftaran PENGEMBANGAN (Pb) Penelitian PEMANFAATAN (Pf) Ideologis Penetapan Revitalisasi Akademis Surat Keterangan Objek Adaptasi Ekologis Surat Keterangan Pemilikan Ekonomis Penyelamatan Pengamanan Berawal dan berakhir di sini Pemeliharaan Pemugaran Zonasi

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010, status objek sebagai Cagar Budaya ditetapkan oleh negara. Negara juga diberi kewenangan untuk mencabut dan memperingkatnya.

Permasalahan Terdapat banyak tinggalan purbakala di Indonesia Bagaimana kita mempertahankan dan memanfaatkannya?

Pasal 35 Pemerintah kabupaten/kota menyampaikan hasil penetapan kepada pemerintah provinsi dan selanjutnya diteruskan kepada Pemerintah. Register Nasional Data tingkat nasional Bisa diakses Pusat Database + dokumen Pusat Data Nasional Provinsi A Provinsi B Provinsi C Pusat Data Provinsi Data tingkat Provinsi Kab/ Kot A Kab/ Kot B Kab/ Kot C Pusat Data Kab/ Kot Data tingkat Kab/Kot

Buat Siklus Produksi Hingga Buang = Data Arkeologi Pakai Buang Penyiapan Setiap tahap memiliki karakter khas sesuai perilaku manusia yang erhubungan dengannya, secara keseluruhan mencerminkan proses berkebudayaan yang harus disatukan melalui interpretasi. Hubungan antara situs dengan benda-benda yang ada di permukaan tanah maupun di dalam tanah menjadi alasan dilakukannya pelestarian karena sifat hubungannya

JENIS BANGUNAN Bangunan beratap Bangunan umumnya memiliki atap, dinding, tiang, dan lantai yang secara keseluruhan membentuk ruangan untuk melakukan aktivitas atau berlindung dari cuaca. Bangunan tanpa beratap Bangunan menyatu dengan formasi alam

Pasal 8 JENIS STRUKTUR Struktur Cagar Budaya dapat: a. berunsur tunggal atau banyak; dan/atau b. sebagian atau seluruhnya menyatu dengan formasi alam. Struktur umumnya tidak memiliki atap dan tidak digunakan sbagai tempat tinggal.

Pasal 9 OBJEK Struktur Benda Lokasi dapat ditetapkan sebagai Situs Cagar Budaya apabila: a. mengandung Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan/atau Struktur Cagar Budaya; dan b. menyimpan informasi kegiatan manusia pada masa lalu. Yang dimaksud dengan masyarakat hukum adat adalah kelompok masyarakat yang bermukim di wilayah geografis tertentu yang memiliki perasaan kelompok (in-group feeling), pranata pemerintahan adat, harta kekayaan/benda adat, dan perangkat norma hukum adat. Bangunan Situs RUANG Kawasan

1 Pendaftaran dan Penetapan Pendaftaran Populasi Penemuan Pemilikan/ Penguasan Pencarian Tanda Bukti SK Cagar BUdaya Rekomendasi Surat Kepemilikan Kajian Penetapan Penetapan Tim Ahli Penghapusan Kepala Daerah Cagar Budaya Peringkat Tingkat Peringkat Register Nasonal

Makro Meso Mikro Space Level Reflects Individual Artifact Individual behaviour Micro House Group behavior Meso Community Social activities Macro Setlement Cultural setting

Memperhatikan kepentingan umum untuk kepentingan ilmu pengetahuan, teknologi, pendidikan, pariwisata, agama, sejarah, dan kebudayaan Wajib memenuhi fungsi sosial Negara Pasal 12 (1) Setiap orang dapat memiliki dan/atau menguasai Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, dan/atau Situs Cagar Budaya dengan tetap memperhatikan fungsi sosialnya sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan Undang-Undang ini. (2) Setiap orang dapat memiliki dan/atau menguasai Cagar Budaya apabila jumlah dan jenis Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, dan/atau Situs Cagar Budaya tersebut telah memenuhi kebutuhan negara. Warisan, hibah, tukar menukar, hadiah, pembelian, keputusan atau penetapan pengadilan PEMILIKAN CAGAR BUDAYA Jumlah dan jenisnya memenuhi kebutuhan negara Tidak ada pewaris atau diserahkan orang lain (3) Kepemilikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat diperoleh melalui pewarisan, hibah, tukar-menukar, hadiah, pembelian, dan/atau putusan atau penetapan pengadilan, kecuali yang dikuasai oleh Negara. (4) Pemilik Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, dan/atau Situs Cagar Budaya yang tidak ada ahli warisnya atau tidak menyerahkannya kepada orang lain berdasarkan wasiat, hibah, atau hadiah setelah pemiliknya meninggal, kepemilikannya diambil alih oleh negara sesuai dengan ketentuan peraturan Negara sudah cukup memiliki cagar budaya di museum atau di situs tempat ditemukannya.

Pasal 24 [Kekhususan] CAGAR BUDAYA YANG DIKUASAI NEGARA KARENA KEKHUSUSANNYA (2) Apabila temuan yang telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sangat langka jenisnya, unik rancangannya, dan sedikit jumlahnya di Indonesia, dikuasai oleh Negara. Dilakukan melalui perbandingan sesuai populasi di tingkat kabupaten, kota, provinsi, dan nasional Unik rancangannya: cagar budaya dengan bentuk, gaya, tata letak, bahan, dan teknologi pengerjaannya lain dari yang lain Sedikit jumlahnya: hanya satu atau beberapa diantara sekian banyak dalam wilayah yang sama Langka jenisnya: mewakili objek dari jenis cagar budaya yang sama tetapi memperlihatkan perbedaan yang mencolok

23 LANGKAH DALAM PROSES PENDAFTARAN, PENETAPAN, REGISTRASI, DAN PENGHAPUSAN CAGAR BUDAYA Petugas Penerima Objek TIM PENGOLAH DATA Petugas Pemeriksa Data Petugas Pengolah Data 1 2 3 Pemilik atau Penerima Kuasa Daftar Pemeriksaan Dokumen Pendaftar Objek Pemeriksaan Objek Verifikasi Data Pemasukan Data Petugas Pemberkasan 4 Pemberkasan PENGHAPUSAN 17-20 21-2222 23 Menteri Gubernur Bupati / Wali Kota Tim Ahli 13-1616 9-12 5-8 PENETAPAN

Unik rancangannya: Bentuk, gaya, tata letak, bahan teknologi pengerjaannya Langka jenisnya: mewakili jenis yang sama tetapi memperlihatkan perbedaan yang mencolok PEMERINGKATAN Pasal 41 [Pemeringkatan] (2) Apabila temuan yang telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sangat langka jenisnya, unik rancangannya, dan sedikit jumlahnya di Indonesia, dikuasai oleh Negara. Dilakukan melalui perbandingan sesuai populasi di tingkat kabupaten, kota, provinsi, dan nasional Penurunan kualitas Penting Kurang penting Tinggal fondasi Rusak Relatif utuh Tua ± 5 M Lebih muda ± 10 M Relatif muda ± 13 M Hanya satu-satunya Tidak banyak Cukup banyak Sangat unik Cukup unik Relatif unik Keutuhan Usia Jumlah / Kelangkaan Keunikan

Semakin penting Tinggi Peringkat Nasional Provinsi Kabupaten/ Kota Pasal 41 Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat melakukan pemeringkatan Cagar Budaya berdasarkan kepentingannya menjadi peringkat nasional, peringkat provinsi, dan peringkat kabupaten/kota berdasarkan rekomendasi Tim Ahli Cagar Budaya. Pasal 45 Pemeringkatan Cagar Budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 untuk tingkat nasional ditetapkan dengan Keputusan Menteri, tingkat provinsi dengan Keputusan Gubernur, atau tingkat kabupaten/kota dengan Keputusan Bupati/Wali Kota. Objek Peringkat a 1 b 2 q 3 k 4 f 5 dst. Rendah Merupakan yang terbaik diantara populasi cagar budaya dalam wilayah. Dapat ditetapkan sebagai Cagar Budaya Tingkat Kabupaten / Provinsi / Nasional. Sifatnya tindak tetap, dapat berubah sesuai kondisi yang mempengaruhi cagar budaya melalui proses perbandingan Pasal 47 Cagar Budaya yang tidak lagi memenuhi syarat untuk ditetapkan sebagai peringkat nasional, peringkat provinsi, atau peringkat kabupaten/kota dapat dikoreksi peringkatnya berdasarkan rekomendasi Tim Ahli Cagar Budaya di setiap tingkatan.

Bagian Kedua: Wewenang Pasal 96 Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan tingkatannya mempunyai wewenang: 1. menetapkan etika Pelestarian Cagar Budaya; 2. mengoordinasikan Pelestarian Cagar Budaya secara lintas sektor dan wilayah; 3. menghimpun data Cagar Budaya; 4. menetapkan peringkat Cagar Budaya; 5. menetapkan dan mencabut status Cagar Budaya; 6. membuat peraturan Pengelolaan Cagar Budaya; 7. menyelenggarakan kerja sama Pelestarian Cagar Budaya; 8. melakukan penyidikan kasus pelanggaran hukum; 9. mengelola Kawasan Cagar Budaya; 10. mendirikan dan membubarkan unit pelaksana teknis bidang pelestarian, penelitian, dan museum; 11. mengembangkan kebijakan sumber daya manusia di bidang kepurbakalaan; 12. memberikan penghargaan kepada setiap orang yang telah melakukan Pelestarian Cagar Budaya; 13. memindahkan dan/atau menyimpan Cagar Budaya untuk kepentingan pengamanan; 14. melakukan pengelompokan Cagar Budaya berdasarkan kepentingannya menjadi peringkat nasional, peringkat provinsi, dan peringkat kabupaten/kota; 15. menetapkan batas situs dan kawasan; dan 16. menghentikan proses pemanfaatan ruang atau proses pembangunan yang dapat menyebabkan rusak, hilang, atau musnahnya Cagar Budaya, baik seluruh maupun bagianbagiannya.

MATRIKS PERUMUSAN TINDAK PIDANA DALAM UNDANG-UNDANG CAGAR BUDAYA Sifat: extra ordinary UNSUR TINDAK PIDANA PASAL PIDANA PENJARA/KURUNGAN PALING SINGKAT PALING TINGGI PIDANA DENDA PALING SEDIKIT PALING BANYAK PEMBERATAN PIDANA (+ ⅓ dari pidana biasa) PIDANA TAMBAHAN PERMUFAKATAN KORPORASI PEJABAT JAHAT MERUSAK CB 105 1 tahun 15 tahun 500 juta 5 Miliar MENADAH HASIL CURIAN CB 106 (2) 3 tahun 15 tahun 1 Miliar 10 Miliar MENCURI CB 106 (1) 6 bulan 10 tahun 250 Juta 2.5 Miliar MEMINDAHKAN CB TANPA IZIN 107 3 bulan 2 tahun 100 juta 1 Miliar MENGUBAH FUNGSI CB TANPA IZIN 110 5 tahun 100 juta 1 Miliar MENGALIHKAN KEPEMILIKAN CB TANPA IZIN MEMBAWA CB TANPA IZIN KE LUAR NEGERI MEMBAWA CB TANPA IZIN DARI SATU DAERAH KE LUAR DAERAH LAINNYA MEMISAHKAN CB TANPA IZIN SESUAI TINGKATANNYA 101 3 bulan 5 tahun 400 juta 1.5 Miliar 109 (1) 6 bulan 10 tahun 200 juta 1.5 Miliar 109 (2) 5 tahun 1 juta 100 juta 108 10 tahun 100 juta 2.5 Miliar PENCARIAN CB TANPA IZIN 108 3 bulan 10 tahun 150 juta 1 Miliar

UNSUR TINDAK PIDANA MEMANFAATKAN CB DENGAN CARA PERBANYAKAN TANPA IZIN MENGHALANG-HALANGI/ MENGGAGALKAN PELESTARIAN MENDOKUMENTASIKAN TANPA IZIN UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL TIDAK MELAPORKAN PENEMUAN CB TIDAK MELAPORKAN RUSAK, HILANG, MUSNAH CB YANG DIMILIKI DAN/ATAU YANG DIKUASAINYA MENGALIHKAN KEPEMILIKAN TANPA IZIN PASAL PIDANA PENJARA/KURUNGAN PALING SINGKAT PALING TINGGI PIDANA DENDA PALING SEDIKIT PALING BANYAK 112 5 tahun 500 juta 104 5 tahun 10 juta 500 juta 111 5 tahun 500 juta Diterapkan sanksi administratif berupa pengambil alihan CB untuk kepentingan negara. Diterapkan sanksi administratif berupa pengambil alihan CB untuk kepentingan negara. Diterapkan sanksi administratif berupa pengambil alihan CB untuk kepentingan negara. PERMUFAKATAN JAHAT PEMBERATAN PIDANA KORPORASI PEJABAT PIDANA TAMBAHAN