BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang dikembangkan melalui rencana pembangunan. dapat dilepaskan dari kebijaksanaan pembangunan kesehatan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sebagai pelayanan rujukan medis spesialistik yang mempunyai fungsi utama

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. 1. representasi bagi data tersebut. Dalam bidang kesehatan, koding berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. 1. maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil dan pembahasan tentang pelaksanaan pengkodean

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang berkembang di Indonesia sangat. beragam macamnya, di antaranya ada rumah sakit, puskesmas, dokter

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai sebuah pelayanan yang baik bagi pasien. sesuai dengan klasifikasi yang diberlakukan di Indonesia (ICD-10) tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. isi, akurat, tepat waktu, dan pemenuhan persyaratan aspek hukum. berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam KEPMENKES RI No. 377/MENKES/SK/ III/2007 tentang. Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Nasional) yang diselenggarakan oleh BPJS (Badan Pelaksanan Jaminan

BAB I PENDAHULUAN. satu faktor pendukung terpenting. Di dalam Permenkes RI Nomor

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS SAMBUNGMACAN II. No.../.../.../SK/... TENTANG STANDARISASI KODE KLASIFIKASI DIAGNOSA DAN TERMINOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan upaya bangsa Indonesia untuk

BAB I PENDAHULUAN. medis lainnya. Sedangkan menurut American Hospital Assosiation rumah sakit

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi. Sarana pelayanan

TINJAUAN HUBUNGAN ANTARA SPESIFISITAS DIAGNOSIS UTAMA DENGAN AKURASI KODE KASUS PENYAKIT BEDAH PERIODE TRIWULAN I TAHUN 2014

Analisis Pengetahuan dan Sikap Tenaga Rekam Medis tentang Kode Neoplasma sesuai Kaidah ICD-10 di RSUD Tugurejo Semarang, Tahun 2016

TINJAUAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENETAPAN KODE ANATOMI NEOPLASMA PADA TRIWULAN I DI RSUD RAA SOEWONDO PATI TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Djojosoegito dalam Hatta (2008) rumah sakit merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peran sangat strategis dalam upaya mempercepat. peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia (Hatta, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. medis maupun non medis. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan. Republik Indonesia No. 269/Menkes/PER/III/2008 tentang Rekam Medis

Dwi Setyorini, Sri Sugiarsi, Bambang Widjokongko APIKES Mitra Husada Karanganyar

PERAN PENTING PENULISAN DIAGNOSIS UTAMA DAN KETEPATAN KODE ICD-10 SEBAGAI DATA BASE SURVEILANS MORBIDITAS STUDI KASUS DI RS KOTA SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA CODER (DOKTER DAN PERAWAT) DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS BERDASARKAN ICD-10 DI PUSKESMAS GONDOKUSUMAN II KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. Klasifikasi dan kodefikasi penyakit, Aspek hukum dan etika profesi, Manajemen rekam medis & informasi kesehatan, Menjaga mutu rekam

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan adalah sesuai dengan standar pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan institusi yang memiliki fungsi utama memberikan

BAB I PENDAHULUAN. medis. Sistem pelayanan rekam medis adalah suatu sistem yang. pengendalian terhadap pengisian dokumen rekam medis.

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Permenkes No : 269/Menkes/PER/III/2008 yang dimaksud rekam

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. 1. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penduduk sebesar 1,49 persen yang siap dilayani oleh 2000 rumah sakit dan

BAB I PENDAHULUAN. rangka pemberian pelayanan kesehatan. Dokumen berisi catatan dokter,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Catatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, TINDAKAN DAN KOMITMEN PIMPINAN TERHADAP KELENGKAPAN PENGISIAN DOKUMEN REKAM MEDISDI RUMAH SAKIT UMUM M

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pemberian pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Dalam

ANALISIS PENGETAHUAN DAN SIKAP TENAGA REKAM MEDIS TENTANG KODE NEOPLASMA SESUAI KAIDAH ICD-10 DI RSUD TUGUREJO SEMARANG, TAHUN 2016 KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN KETEPATAN PENULISAN DIAGNOSIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS KASUS OBSTETRI GYNECOLOGY PASIEN RAWAT INAP DI RSUD. Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam Undang-undang No.40 Tahun 2004 pasal 19 ayat1. 1

ANALISA KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS UTAMA NEOPLASMA YANG SESUAI DENGAN KAIDAH KODE ICD-10 PADA DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT INAP DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. paripurna yang menyediakan pelayanan rawat jalan, rawat inap dan. rawat darurat. Rustiyanto (2010), mengatakan bahwa pelayanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang. kompleks, padat pakar, dan padat modal. Kompleksitas ini muncul

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai pusat rujukan dan merupakan pusat alih pengetahuan dan

ANALISIS KODEFIKASI DIAGNOSIS UTAMA PASIEN RAWAT INAP KASUS CARCINOMA CERVIX UTERI UNSPECIFIED BERDASARKAN ICD-O

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kepmenkes RI Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 Puskesmas. adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang

BAB I PENDAHULUAN. Sistem kesehatan (health system) adalah tatanan yang bertujuan

TINJAUAN PELAKSANAAN PENGISIAN FORMULIR VERIFIKASI (INA-CBG S) PADA REKAM MEDIS RAWAT JALAN DI RSUP Dr. M. DJAMIL

BAB I PENDAHULUAN. intervensi pemerintah dalam pembayaran. Dokter, klinik, dan rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada

BAB I PENDAHULUAN. Setiap rumah sakit diwajibkan menyelenggarakan rekaman atau. rekam medis. Menurut Huffman (1994), rekam medis adalah rekaman atau

dalam pelayanan kesehatan yang lebih bermutu. Adapun salah satu upaya dilakukan melalui suatu sistem jaminan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. kepada pasien termasuk kualitas pendokumentasian rekam medis. memelihara rekam medis pasiennya. Menurut Hatta (2012), rekam medis

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sebuah pelayanan yang baik bagi pasien. 1. standar profesi rekam medis dan informasi kesehatan. Standar profesi rekam

BAB I PENDAHULUAN. tentang Kebijakan Dasar Puskesmas, puskesmas adalah unit pelaksana. teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung-jawab

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 1 Januari Jaminan Kesehatan Nasional ialah asuransi

Dyah Ernawati 1, Eni Mahawati Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang 50131

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang bermutu dan memperoleh penghasilan yang cukup untuk dapat

LATAR BELAKANG. 72 Jurnal Kesehatan, ISSN , VOL. V. NO.1, MARET 2011, Hal 72-78

BAB I PENDAHULUAN. No.983/Menkes/SK/XI/1992 menyebutkan bahwa rumah sakit umum adalah

TINJAUAN ANALISIS KUANTITATIF TERHADAP PENGISIAN BERKAS REKAM MEDIS DI RUANGAN BEDAH INSTALASI RAWAT INAP RSUD TOTO KABILA TRIWULAN I TAHUN 2017

JURNAL VISIKES - Vol. 10 / No. 1 / April 2011

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1

BAB I PENDAHULUAN. Sarana pelayanan kesehatan menurut Peraturan Menteri Kesehatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian Pada penelitian ini digunakan desain cross sectional. Cross

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tinjauan Prosedur Penentuan Kode Tindakan Berbasis ICD-9-CM untuk INA CBG di RSUD Dr. Soeroto Ngawi

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Djoyosoegito dalam Hatta (2010), rumah sakit merupakan satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan. dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS. Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional, klaim

BAB I PENDAHULUAN. mengutamakan kepentingan pasien. Rumah sakit sebagai institusi. pelayanan kesehatan harus memberikan pelayanan yang bermutu kepada

TINJAUAN PENGETAHUAN PETUGAS REKAM MEDIS TENTANG TERMINOLOGI MEDIS DAN PENENTUAN KODE PENYAKIT DI RSUD KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah Sakit menjadi

Lampiran I. Panduan Wawancara. NO Uraian Jawaban /Penjelasan

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Setiap rumah sakit mempunyai

Ketepatan Penentuan Kode Penyebab Dasar Kematian Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga Triwulan IV Tahun 2010

ANALISIS TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS PARAMEDIS DAN NON PARAMEDIS TENTANG PENGKODEAN PENYAKIT DI PUSKESMAS MIJEN KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No.269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis bab III pasal 5 yang

ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA KERJA KODING/INDEKSING BPJS DENGAN METODE WISN DI RS. PANTI WILASA Dr.CIPTO SEMARANG TAHUN 2015

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Jamkesmas ( Jaminan Kesehatan Masyarakat ) kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.

HUBUNGAN PENGETAHUAN CODER DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS PASIEN RAWAT INAP JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT BERDASARKAN ICD-10 DI RSUD SIMO BOYOLALI

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian deskriptif analitik. Pengambilan data dilakukan secara

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), sistem INA CBG s (Indonesia Case Base

BAB I PENDAHULUAN. Medis, pengertian sarana pelayanan kesehatan adalah tempat. untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi. Rumah sakit merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

pendidikan dan penelitian yang erat hubungannya dengan kehidupan menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah bagian yang integral dari keseluruhan sistem pelayanan kesehatan yang dikembangkan melalui rencana pembangunan kesehatan. Sehingga pengembangan rumah sakit pada saat ini tentu tidak dapat dilepaskan dari kebijaksanaan pembangunan kesehatan. [1] Setiap rumah sakit mempunyai kewajiban menyelenggarakan rekam medis. [2] Rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan. [3] Rekam medis merupakan mata rantai terdepan dalam sistem informasi kesehatan yang mana sangat menentukan kualitas dari informasi yang dihasilkan, meliputi kebenaran, ketepatan dan konsistensi maupun kecepatan. Selain itu rekam medis sebagai sumber data pada penelitian-penelitian pengembangan teknologi kedokteran maupun pengobatan, untuk kemajuan layanan kesehatan. Mengingat demikian besarnya kegunaan rekam medis bagi pembangunan kesehatan, peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, maupun perlindungan hukum bagi pelayanan kesehatan, maka kebutuhan tenaga yang profesional dan handal sangat diperlukan. [4] Dalam rangka mencapai profesionalisme tenaga rekam medis pemerintah menetapkan standar profesi perekam medis dan informasi kesehatan yang didalamnya berisi kompetensi - kompetensi yang harus 1

2 dipenuhi seorang perekam medis dan informasi kesehatan. Disebutkan bahwa administrator informasi kesehatan (perekam medis) merupakan profesi yang memfokuskan kegiatannya pada data pelayanan kesehatan dan pengelolaan sumber informasi pelayanan kesehatan dengan menjabarkan sifat alami data, struktur dan menterjemahkannya ke berbagai bentuk informasi demi kemajuan kesehatan dan pelayanan kesehatan perorangan, pasien, dan masyarakat. Salah satu kompetensi utama seorang tenaga rekam medis yaitu tenaga rekam medis mampu menetapkan kode penyakit dan tindakan dengan tepat sesuai klasifikasi yang diberlakukan di Indonesia (ICD-10) tentang penyakit dan tindakan medis dalam pelayanan dan manajemen kesehatan. [5] Klasifikasi penyakit terbitan WHO yang dikenal dan resmi digunakan di Indonesia adalah International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problem yang saat ini sudah mencapai revisi ke 10 edisi 2010. Terdiri dari 3 volume yaitu, volume 1 berupa daftar tabular sebagai cross check, volume 2 berisi intruksi manual, dan volume 3 merupakan indeks alfabetik yang dilihat pertama kali ketika hendak menetapkan kode. Khusus kode neoplasma disediakan klasifikasi ICD-Oncologi (ICD-O) yang menyandi diagnosis kanker berdasarkan topografi atau letak dan morfologinya. Tidak jauh berbeda dengan ICD-O kaidah klasifikasi dan kodefikasi kasus neoplasma juga dimuat dalam ICD-10. Tiga aspek yang harus dipertimbangkan ketika menentukan kode neoplasma adalah lokasi tumor, sifat tumor (dikenal sebagai tipe morfologi dan histologi), dan perilaku atau perangai tumor. Lokasi tumor menunjukkan dimana lokasi sel tumor berada, pada ICD-10 terklasifikasi pada bab II kode C00-D48. Morfologi

3 menggambarkan struktur dan tipe sel atau jaringan seperti yang dilihat di bawah mikroskop. Jaringan asal dan tipe sel neoplasma ganas seringkali menentukan perkiraan kecepatan pertumbuhan, keganasan dan jenis pengobatan yang diberikan. Sedangkan perilaku atau perangai mengidentifikasi bagaimana tumor akan berkembang, yaitu ganas (primer atau sekunder), in situ, atau tidak jelas atau jinak. Perilaku terdapat pada digit terakhir dari kode morfologi (/0, /1, /2, /3, /6, /9). [6] Dari tiga aspek tersebut akan dihasilkan dua kode yaitu kode lokasi yang memuat apek lokasi tumor dan kode morfologi yang memuat aspek sifat dan perilaku tumor. Kode morfologi panjangnya 5 digit diawali M, empat digit pertama mengidentifikasikan sifat neoplasma (struktur dan jenis jaringan dibawah mikroskop) dan digit ke lima menunjukkan perilaku neoplasma tersebut (ganas, in situ, jinak, dll). Untuk mendukung akurasi kodefikasi neoplasma perlu ditunjang hasil pemeriksaan Patologi Anatomi (PA), yaitu suatu pemeriksaan yang dapat menggambarkan keadaan penyakit itu sendiri dan letak tumbuh sel abnormal. Menimbang penjelasan diatas bahwasannya pemberian kode penyakit oleh koder haruslah akurat, lengkap, dan konsisten sesuai kaidah yang berlaku agar mencapai penyajian data dan informasi yang lengkap, pelaporan yang baik dan memudahkan dalam pengendalian manajemen. Hal ini dijelaskan lagi pada standar etika dalam mengkode yaitu meningkatkan akurasi, kelengkapan, dan konsistensi dalam mengkode. [7] Seperti halnya pada kasus neoplasma maka pelaporan yang baik dan lengkap dari kode penyakit kasus neoplasma adalah perlu dilakukan pengkodingan letak dan morfologi.

4 RSUD Tugurejo adalah Rumah Sakit Umum Daerah yang merupakan rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah tipe B pendidikan yang dalam prakteknya telah melaksanakan standar pengkodean menggunakan ICD-10. Berdasarkan penelitian terdahulu oleh Hanan Asmaratih Purbandari yang berjudul Analisa Keakuratan Kode Diagnosis Utama Neoplasma yang Sesuai dengan Kaidah Kode ICD-10 pada Dokumen Rekam Medis Rawat Inap di RSUD Tugurejo Semarang periode Triwulan I Tahun 2014 diketahui RSUD Tugurejo tidak menerapkan kode morfologi untuk menetapkan sifat dan perangai tumor. Padahal melalui kode M yang terdapat di ICD-O maupun ICD-10 dapat ditentukan kode letak yang tepat dan akurat berdasarkan angka yang tertera pada digit ke lima yang menunjukkan perilaku tumor. Hasil penelitian tersebut menunjukkan prosentase kode akurat sebesar 45,59 % dan 54,41 % kodenya tidak akurat. Hal ini dikarenakan penulisan diagnosis yang tidak spesifik dan tidak digunakannya hasil PA sebagai petunjuk pemberian kode karena hasil PA yang terlambat keluar. [8] Sedangkan berdasarkan survei awal yang dilaksanakan bulan Maret 2016 di RSUD Tugurejo, observasi terhadap 10 dokumen rekam medis rawat inap kasus neoplasma, hasilnya 100% tidak terdapat kode morfologi. Hal ini menunjukkan dari tahun 2014 hingga 2016 kode morfologi tidak pula ditetapkan di rumah sakit ini. Padahal RSUD Tugurejo telah memiliki sarana prasarana dan sumber daya spesialis bedah oncologi juga laboratorium PA. Menurut hasil wawancara dengan salah satu koder, hal ini disebabkan karena kode morfologi tidak berpengaruh terhadap tarif sehingga kebijakan dari rumah sakit tidak dilakukan penetapan kode morfologi. Ketiadaan

5 pemberian kode morfologi ini akan berdampak pada data registrasi pasien khusus neoplasma dan indeks penyakit. Ditinjau dari kapasitas tenaga rekam medis, sebagian besar (62 %) tenaga rekam medis berpendidikan D- III Rekam Medis dan Informasi Kesehatan. Oleh karena itulah dilakukan penelitian ini dengan maksud mengetahui aspek pengetahuan dan sikap tenaga rekam medis tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas peneliti merumuskan masalah yaitu, bagaimana pengetahuan dan sikap tenaga rekam medis tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10 di RSUD Tugurejo Semarang, tahun 2016? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menganalisis pengetahuan dan sikap tenaga rekam medis tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan karakteristik tenaga rekam medis yaitu ; umur, jenis kelamin, lama kerja, pendidikan terakhir, dan pelatihan. b. Mendeskripsikan pengetahuan tenaga rekam medis tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10. c. Mendeskripsikan sikap tenaga rekam medis tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10.

6 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Rumah Sakit Sebagai masukan dan saran kepada tenaga rekam medis khusunya tenaga koder di RSUD Tugurejo Semarang tentang kode neoplasma yang sesuai kaidah ICD-10. Selain itu sebagai pertimbangan manajemen rumah sakit mengenai kebijakan pengkodingan kasus neoplasma. 2. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai tambahan referensi tentang pemberian kode penyakit kasus neoplasma di program studi D-III Rekam Medis dan Informasi Kesehatan. 3. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan di bidang kodefikasi penyakit, khususnya tentang standar pengkodingan, tata cara dan sikap yang tepat terkait penetapan kode kasus neoplasma sesuai kaidah ICD-10. Sekaligus memperoleh pengalaman nyata dapat membandingkan penerapan ilmu yang didapat selama perkuliahan dengan yang diterapkan di lapangan. E. Ruang Lingkup 1. Lingkup Keilmuan Lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah ilmu rekam medis dan informasi kesehatan. 2. Lingkup Materi Lingkup materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi klasifikasi dan kodefikasi penyakit bab neoplasma.

7 3. Lingkup Lokasi Lokasi dalam penelitian ini adalah di RSUD Tugurejo Semarang. 4. Lingkup Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi dan wawancara dengan pendekatan cross sectional. 5. Lingkup Objek Objek dalam penelitian ini adalah tenaga rekam medis di RSUD Tugurejo Semarang. 6. Lingkup Waktu Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah bulan Mei 2016. F. Keaslian Penelitian Menurut sepengetahuan peneliti, penelitian tentang analisis pengetahuan dan sikap tenaga rekam medis tentang kode neoplasma sesuai kaidah ICD-10 di RSUD Tugurejo Semarang ini belum pernah dilakukan. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Berikut adalah penelitian yang sejenis dengan penelitian ini. Tabel 1.1 : Keaslian Penelitian No. Nama Judul Penelitian Metode Hasil 1 Hanan Asmaratih Purbandari 2 Febriana Herliawati Analisa Keakuratan Kode Diagnosis Utama Neoplasma yang Sesuai dengan kaidah Kode ICD-10 pada Dokumen Rekam Medis Rawat Inap di RSUD Tugurejo Semarang Periode Triwulan 1 Tahun 2014 Analisis Pengetahuan dan Sikap Petugas Deskriptif, metode observasi dan pendekatan cross sectional Deskriptif, metode observasi Tingkat prosentase akurasi kode diagnose utama yang sesuai dengan kaidah kode ICD- 10 pada dokumen rekam medis rawat inap yaitu 45,59% akurat dan 54,41% tidak akurat. Pengetahuan tentang kode penyakit petugas rekam medis 100% baik.

8 No. Nama Judul Penelitian Metode Hasil Rekam Medis tentang Penentuan Kode Penyakit dan INA CBG s di RSUD Dr.H.Soewondo Kendal Tahun 2015 dan pendekatan cross sectional Pengetahuan tentang INA CBG s petugas rekam medis 99% baik. Sikap dalam melakukan kode penyakit dengan ICD-10 tidak selalu dilakukan oleh petugas, namun langkahlangkah dalam menentukan kode penyakit berdasarkan ICD-10 sudah cukup baik sebanyak 80% dapat 3 Eka Hesti Nugraheni 4 Ayuk Dwi Lestari 5 Yella Olia Fitri Tinjauan Pengetahuan Petugas Rekam Medis tentang Istilah Medis dan Penentuan Kode Penyakit di RSUD Kota Semarang Tahun 2015 Analisis Tingkat Pengetahuan Petugas Paramedis dan Non Paramedis Tentang Pengkodean Penyakit di Puskesmas Mijen Kota Semarang Tahun 2014 Hubungan Pengetahuan, Sikap, Tindakan dan Komitmen Pimpinan terhadap Pengisian DRM di RSUP Dr. M Djamil Paang Tahun 2011 Deskriptif, metode observasi dan kuisioner Deskriptif, pendekatan cross sectional, metode observasi dan interview Deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional study melakukan kode penyakit Karakteristik petugas rekam medis menunjukan perempuan lebih teliti dan konsisten. Pengetahuan petugas tentang terminologi medis terdapat 94% petugas rekam medis yang mengetahui cara penulisan istilah medis pada diagnosis medis pasien. Penentuan kode penyakit terdapat 5 responden yang mengetahui langkah awal dalam proses pemberian kode penyakit dan hanya 11 responden yang mengetahui tujuan penggunaan ICD-10 dalam menentukan kode penyakit. Tingkat akurasi kode dikarenakan petugas di puskesmas adalah perempuan dengan pengalaman yang minim sehingga perlu adanya pengkajian terhadap petugas di puskesmas terkait pengkodean. Pengetahuan, sikap, dan tindakan petugas kurang tentang pengisian DRM

9 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Hanan Asmaratih P adalah pada topik penelitian dan lingkup waktu. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Febriana Herliawati adalah pada lingkup materi, lingkup lokasi dan lingkup waktu. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Eka Hesti Nugraheni adalah pada topik penelitian, lingkup objek, lingkup lokasi, lingkup waktu, dan lingkup metode. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Ayuk Dwi L adalah pada topik penelitian, lingkup objek, lingkup lokasi, dan lingkup waktu. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Yella Olia Fitri adalah pada topik penelitian, lingkup lokasi dan lingkup waktu.