1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dalam mendirikan suatu usaha telah terjadi di berbagai bidang saat ini sudah semakin banyak, semakin banyaknya usaha yang berdiri maka semakin besar daya saing yang akan ditimbulkan. Berdirinya suatu usaha memiliki tujuan yang beragam. Tujuan perusahaan merupakan hal yang penting karena menjadi petunjuk atau arahan bagi pengembangan jangka pendek, menengah, dan panjang sebuah perusahaan. Tujuan jangka pendek umumnya dapat dicapai dalam waktu kurang dari satu tahun. Tujuan jangka menengah biasanya berjalan dalam periode satu hingga lima tahun, dan tujuan jangka panjang diraih dalam waktu yang lama, biasanya lebih dari lima tahun. Tujuan jangka pendek umumnya berfokus pada sistem akuntansi perusahaan. Perusahan harus melakukan usaha dalam aktivitas spesifik yang bermanfaat secara ekonomis. Manfaat ekonomis berkaitan dengan keuntungan yang didapat baik oleh perusahaan dan konsumen. Manfaat ekonomis bagi perusahaan dapat berupa perolehan profit yang terus meningkat setiap periode, mengelola hutang jangka pendek dengan baik, dan menjaga kelancaran likuiditas perusahaan. Lain halnya manfaat ekonomis bagi konsumen, manfaat ekonomis yang dapat diterima konsumen dapat berupa penyesuaian harga yang ditawarkan terhadap suatu produk tertentu. Tujuan jangka menengah sebuah perusahaan disusun berdasarkan tujuan jangka pendek yang selanjutnya dijabarkan lagi menjadi tujuan jangka panjang 1
2 sebuah perusahaan, atau dengan kata lain tujuan jangka menengah dapat disebut sebagai penghubung antara tujuan jangka pendek dengan tujuan jangka panjang. Perusahaan harus mampu menerapkan strategi-strategi yang dapat mengembangkan organisasi untuk terus melanjutkan usahanya. Jika tujuan jangka pendek berupa memperoleh profit yang terus meningkat setiap periodenya, maka tujuan jangka menengahnya adalah mengolah dan mempertahankan profit perusahaan dengan baik. Namun, dalam persaingan yang semain ketat, tidak jarang pula timbul persaingan yang tidak sehat dan juga saling menjatuhkan. Persaingan yang tidak sehat tersebut tentu saja akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan-perusahaan yang bersangkutan, dan untuk mengatasinya diperlukan suatu kerjasama yang saling menguntungkan. Oleh karena itu, perusahan harus menerapkan tujuan perusahaan dalam jangka panjang yaitu perusahaan harus mampu memaksimalkan keuntungan dan kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini membuat setiap perusahaan melakukan strategi-strategi untuk bisa memenangkan persaingan yang ada, guna menjalankan terus usahanya atau mampu untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Salah satu strategi perusahaan untuk berkembang lebih besar tumbuh besar dan kuat dalam persaingan yaitu melalui perluasan usaha atau yang biasa disebut ekspansi usaha. Strategi akuisisi merupakan alternatif ekspansi usaha yang banyak dilakukan perusahaan-perusahaan pada era saat ini. Akusisi merupakan strategi pertumbuhan eksternal dan merupakan jalur ekspansi yang cepat untuk mengakses pasar baru tanpa harus mulai membangun dari awal. Tindakan akuisisi bertujuan untuk meningkatkan efisiensi operasi dan
3 memanfaatkan bersama dua atau lebih keahlian. Manfaat dalam melakukan akuisisi yaitu untuk memperkuat kinerja perusahaan (Husnan, 2012:395). Alasan umum perusahaan melakukan akuisisi adalah proses yang lebih cepat daripada harus membangun unit usaha sendiri dari awal. Meskipun alasan tersebut benar, alasan yang paling mendasari sebenarnya adalah motif ekonomi. Suatu perusahaan melakukan akuisisi bertujuan untuk mendapatkan sinergi atau nilai tambah. Keputusan Akuisisi bukan sekedar menjadikan dua ditambah dua menjadi empat tetapi akuisisi harus menjadikan dua ditambah dua menjadi lima (Setiawan 2004:266). Sinergi atau nilai tambah maksudnya bahwa yaitu gabungan nilai antara perusahaan yang mengakuisisi dan yang diakuisisi harus lebih besar dari jumlah nilai kedua perusahaan tersebut. Namun dalam penggabungan usaha ini, ada beberapa alasan yang mendasari perusahaan untuk memilih penggabungan usaha sebagai alat perluasan. Alasan yang pertama adalah untuk meningkatkan dana. Banyak perusahaan tidak memperoleh dana untuk melakukan ekspansi internal tetapi dapat memperoleh dana untuk melakukan ekspansi eksternal. Salah satu caranya yaitu perusahaan tersebut menggabungkan diri dengan perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi sehingga menyebabkan peningkatan daya pinjam perusahaan dan penurunan kewajiban perusahaan. Hal ini memungkinkan meningkatkan dana dengan biaya yang rendah. Selain itu, seringkali pula lebih murah bagi perusahaan untuk memperoleh fasilitas yang dibutuhkan melalui penggabungan dibandingkan melalui pengembangan.
4 Alasan lainnya ialah untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan. Perusahaan yang menginginkan pertumbuhan yang cepat, baik ukuran, pasar saham maupun diversifikasi usaha dapat melakukan penggabungan usaha melalui merger ataupun akuisisi. Dengan penggabungan usaha ini, perusahaan dapat memperkecil resiko adanya produk baru, sebab membeli lini produk dan pasar yang telah didirikan biasanya memiliki resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan mengembangkan produk baru dan pasarnya. Selain itu, dengan melakukan penggabungan usaha maka perusahaan dapat mengurangi perusahaan pesaing atau mengurangi persaingan. Kondisi perusahaan yang tidak dapat berkembang dengan baik juga menjadi salah satu alasan mengapa perusahaan tersebut harus melakukan penggabungan usaha. Biasanya beberapa perusahaan tidak dapat berkembang dengan baik karena tidak adanya efesiensi pada manajemennya atau kurangnya teknologi. Perusahaan yang tidak dapat mengefisiensikan manajemennya dan tidak dapat membayar untuk mengembangkan teknologinya akan mengalami kebuntuan ditengah jalan sehingga tidak bisa berkembang lebih jauh lagi. Oleh karena itu, penggabungan usaha dimana perusahaan tersebut menggabungkan diri dengan perusahaan lain yang memiliki manajemen lebih baik serta teknologi yang lebih canggih merupakan sebuah solusi yang paling tepat. Melalui penggabungan usaha tersebut, perusahaan dapat menambah keterampilan manajemen dan meningkatkan teknologi yang dimilikinya. Adapun alasan lainnya yang menyebabkan perusahaan memilih untuk melakukan penggabungan usaha adalah untuk mengakuisisi harta tidak berwujud. Penggabungan usaha juga dapat
5 melibatkan penggabungan sumber daya tidak berwujud maupun berwujud. Maka, akuisisi atas hak paten, hak atas mineral, database pelanggan, atau keahlian manajemen mungkin menjadi faktor utama yang memotivasi suatu penggabungan usaha. Alasan terakhir yang mungkin dijadikan dasar oleh suatu perusahaan untuk melakukan penggabungan usaha adalah pertimbangan pajak. Perusahaan dapat membawa kerugian pajak sampai lebih 20 tahun ke depan atau sampai kerugian pajak dapat tertutupi. Perusahaan yang memiliki kerugian pajak dapat melakukan akuisisi dengan perusahaan yang menghasilkan laba untuk memanfaatkan kerugian pajak. Pada kasus ini perusahaan yang mengakuisisi akan menaikkan kombinasi pendapatan setelah pajak dengan mengurangkan pendapatan sebelum pajak dari perusahaan yang diakuisisi. Bagaimanapun akuisisi tidak hanya dikarenakan keuntungan dari pajak, tetapi berdasarkan dari tujuan memaksimisasi kesejahteraan pemilik. Salah satu ukuran untuk menilai keberhasilan akuisisi adalah dengan melihat kinerja keuangan perusahaan setelah melakukan akuisisi terutama pada perusahaan yang mengakuisisi. Kinerja keuangan dapat diukur dengan rasio keuangan suatu perusahaan yang semakin baik akan menjadikan perusahan tersebut mempunyai daya saing yang tinggi sekaligus mampu untuk meningkatkan nilai perusahaan. Seperti akuisisi yang dilakukan oleh PT. Agung Podomoro Land, Tbk Jakarta.
6 PT. Agung Podomoro Land, Tbk. (APLN) beroperasi dalam pengembangan, pengelolaan dan penyewaan properti terpadu yang meliputi apartemen, perkantoran, pusat perbelanjaan dan pusat rekreasi beserta fasilitasnya. Agung Podomoro Land, Tbk didirikan pada 30 Juli 2004 dengan nama PT. Tiara Metropolitan Jaya, dan pada tahun 2010 berganti nama Agung Podomoro Land, Tbk karena perubahan manajemen perusahaan. Dari tahun 1973 sampai sekarang, anggota Agung Podomoro Grup (APG) ini telah menyelesaikan lebih dari 70 proyek properti, dengan mayoritas ditujukan kepada kelas menengah segmen masyarakat, dengan proyek mulai dari biaya rendah apartemen untuk apartemen high end di Jakarta Selatan, high end dan mall lingkungan, rumah toko, hotel dan gedung perkantoran. Pada tahun 2012, PT. Agung Podomoro Land, Tbk yang mengakuisisi saham perusahaan PT. Buana Surya Makmur sebesar 99,9 persen saham atau sebesar Rp7,877 triliun. Akuisisi ini merupakan strategi PT. Agung Podomoro Land, Tbk dalam mengembangkan usaha dengan cara mengambil alih perusahaanperusahaan yang dinilai memiliki prospek baik untuk dikembangkan yang berbalatar belakang bisnis perhotelan. Ada dua cara untuk mengetahi pengaruh akuisisi pada kinerja perusahaan, yaitu membandingkan kinerja perusahaan yang melakukan akuisisi dengan kinerja perusahaan yang tidak melakukan akuisisi yang berada dalam satu sektor bisnis real estate. Kedua adalah dengan membandingkan kinerja keuangan suatu perusahaan sebelum dan sesudah melakukan akuisisi. Perubahan-perubahan yang terjadi setelah perusahaan melakukan akuisisi biasanya akan tampak pada kinerja
7 perusahaan perubahan yang praktis posisi keuangan perusahaan mengalami perubahan dan hal ini tercermin dalam laporan keuangan perusahaan yang melakukan akuisisi. Maka peneliti memilih cara yang kedua untuk melakukan penelitian terhadap kinerja keuangan sebelum dan sesudah akuisisi. Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk mengukur kinerja keuangan sebelum dan sesudah akuisisi suatu perusahaan. Diantaranya adalah Setiawan (2013) menyatakan ada sepuluh faktor yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan sebelum dan sesudah akuisisi yaitu assets turnover ratio, debt to assets ratio, debt to equity ratio, inventory turnover ratio, return on assets, return on equity, return on asset, current ratio, quick ratio dan net working capital to ratio. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa asset turnover ratio 2, current ratio, inventory turnover ratio, net working capital to ratio, quick ratio, return on asset, dan return on equity lebih baik setelah perusahaan melakukan akuisisi. Sedangkan assets turnover ratio 1, debt to asset ratio dan debt to equity ratio justru tidak lebih baik setelah perusahaan melakukan akuisis. Sehingga dapat disimpulkan bahwa akuisisi perusahaan pada penelitian ini dikatakan bahwa akuisisi pada PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk tidak berhasil membuat kinerja keuangan menjadi lebih baik setelah akuisisi. Hal ini dikarenakan menurunnya rasio aktivitas perusahan serta meningkatnya rasio likuiditas yang melebihi batas likuidnya sehingga menimbulkan ketidakefisiensinya rasio likuiditas perusahaan. Menurut Novaliza dan A. Djajanti (2013) menyatakan ada sepuluh faktor yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja keuangan sebelum dan sesudah akuisisi
8 yaitu debt to asset ratio, debt to equity ratio, inventory turnover ratio, return saham, return on asset, return on equity ratio, current ratio, quick ratio, total assets turn over, net profit margin, dan operating profit margin. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa debt to asset ratio, debt to equity ratio, inventory turnover ratio, return on asset dan total assets turn over menjadi lebih baik setelah perusahaan melakukan akuisisi. Sedangkan current ratio, quick ratio, return on equity, net profit margin justru tidak lebih baik setelah perusahaan melakukan akuisis. Sehingga dapat disimpulkan bahwa akuisisi perusahaan pada penelitian ini juga dikatakan tidak sukses membuat kinerja keuangan perusahaan menjadi lebih baik setelah merger dan akuisisi. Hal ini dikarenakan seluruh rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah akuisisi tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan begitu juga dengan return sahamnya. Sedangkan untuk return on asset menjadi lebih baik setelah akuisisi, namun hal tersebut tidak memberikan cukup bukti bahwa akuisisi menjadikan kinerja keuangan perusahaan lebih baik. Fakta tersebut menyimpulkan bahwa investor beranggapan bahwa merger dan akuisisi yang dilakukan tidak memberikan manfaat ekonomis bagi perusahaan. Hal yang sama dikemukakan oleh Gunawan dan I Made (2013) bahwa ada empat faktor yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja keuangan sebelum dan sesudah akuisisi yaitu return on equity, current ratio, harga saham, dan total assets to total debt. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa current ratio dan total assets to total debt tidak lebih baik perusahaan melakukan akuisisi. Sedangkan return on equity dan harga saham menjadi lebih baik setelah
9 perusahaan melakukan akuisisi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa akuisisi perusahaan pada penelitian ini dikatakan sukses karena berdasarkan perusahaan target, kinerja pasar perusahaan sesudah merger dan akuisisi dengan perusahaan target publik lebih baik daripada kinerja pasar perusahaan dengan perusahaan target private dan kombinasi sedangkan kinerja keuangan perusahaan (kecuali rasio profitabilitas) sesudah merger dan akuisisi dengan perusahaan target kombinasi lebih baik daripada kinerja keuangan perusahaan dengan perusahaan target private dan perusahaan target publik. Menurut Alfian (2015) ada tujuh faktor yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja keuangan sebelum dan sesudah akuisisi yaitu debt to asset ratio, debt to equity ratio, return on equity, current ratio, return on asset, net profit margin dan total assets turnover. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa total asset turn over menjadi lebih baik setelah perusahaan melakukan akuisisi. Sedangkan debt to asset ratio, debt to equity ratio, return on equity, current ratio, return on asset, dan net profit margin justru tidak lebih baik setelah perusahaan melakukan akuisis. Sehingga dapat disimpulkan bahwa akuisisi perusahaan pada penelitian ini dikatakan sukses karena kegiatan akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan PT.Jasa Marga, Tbk menghasilkan sinergi yang positif. Dalam uraian di atas dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan hasil penelitian tentang akuisisi. Menurut Setiawan (2013) dan Novaliza dan Djajanti (2013) bahwa akuisisi tidak sukses membuat kinerja keuangan menjadi lebih baik dari sebelum akuisisi. Hasil yang berbeda dikemukakan oleh Gunawan dan Made (2013) dan Alfian (2015) yang mengatakan bahwa akuisisi sukses membuat
10 kinerja keuangan menjad lebih baik jika dibandingkan dengan sebelum melakukan akuisisi. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan kajian kembali terhadap pengukuran rasio keuangan sebelum dan sesudah melakukan akuisisi dengan menggunakan rasio keuangan current ratio, quick ratio, debt to asset ratio, debt to equity ratio, return on asset, dan return on equity. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis memilih judul penelitian Analisis Rasio Keuangan Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Pada PT. Agung Podomoro Land Tbk Jakarta. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan diteliti oleh peneliti adalah: Apakah kineja keuangan pada PT. Agung Podomoro Land, Tbk setelah akuisisi lebih baik dari pada sebelum akuisisi apabila diukur dengan menggunakan rasio likuiditas, rasio solvablitas, dan rasio profitabilitas? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan pelitian ini adalah Untuk mengetahui apakah kineja keuangan pada PT. Agung Podomoro Land, Tbk setelah akuisisi lebih baik dari pada sebelum akuisisi apabila diukur dengan menggunakan rasio likuiditas, rasio solvablitas, dan rasio profitabilitas.
11 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian menjelaskan kontribusi atau manfaat yang diharapkan dari penelitian, dengan mengkategorikan menjadi 3 bagian, yaitu : 1. Kontribusi Praktis Hasil penelitan ini dapat digunakan sebagai informasi kepada pembaca mengenai kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah melakukan akuisisi, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi para calon investor dalam berinvestasi di perusahaan bersangkutan. 2. Kontribusi Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi pihak lain yang akan melakukan penelitian dengan pokok pembahasan yang sama, atau sebagai bahan informasi bagi penelitian yang lebih lanjut. 3. Kontribusi Kebijakan Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan masukan sebagai unit analisis bagi perusahaan dalam melakukan pengambilan keputusan untuk menyusun kebijakan kinerja keuangan perusahaan yang lebih baik setelah melakukan akuisisi. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah suatu permasalahan meliputi kinerja keuangan pada PT. Agung Podomoro Land, Tbk sebelum dan sesudah mengakuisisi PT. Buana Surya Makmur dengan menggunakan analisis rasio keuangan selama 3 tahun sebelum mengakuisisi, yaitu dari tahun 2009 sampai
12 dengan tahun 2011. Dan juga dengan menggunakan analisis rasio keuangan selama 3 tahun sesudah mengakuisisi, yaitu dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015. Analisis rasio keuangan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio profitabilitas.