BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP HUKUMAN BAGI RESIDIVIS PENCURIAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI ABORSI YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DIBAWAH UMUR

BAB III ANALISIS PERBANDINGAN PENGANIYAAN TERHADAP IBU HAMIL YANG MENGAKIBATKAN KEGUGURAN JANIN ANTARA HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA POSITIF

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA

BAB IV ANALISIS TERHADAP BATAS USIA DAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ANAK DIBAWAH UMUR DALAM KASUS PIDANA PENCURIAN

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA. dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009.

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMENJARAAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PUTUSAN NO.203/PID.SUS/2011/PN.

A. Analisis Putusan Hakim No.193/PID.B/2013/PN.Sda tentang Tindak Pidana

P U T U S A N. Nomor : 33/PID.SUS.Anak/2014/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DALAM PUTUSAN NOMOR 1/PID.SUS-ANAK/2016/PN.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 31/PUU-XV/2017 Pidana bagi Pemakai/Pengguna Narkotika

BAB IV ANALISIS FIQH JINAYAH TERHADAP PIDANA CABUL KEPADA ANAK DI BAWAH UMUR

BAB II. kejahatan adalah mencakup kegiatan mencegah sebelum. Perbuatannya yang anak-anak itu lakukan sering tidak disertai pertimbangan akan

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TERHADAP TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN YANG DILAKUKAN ANAK DIBAWAH UMUR

BAB IV. A. Analisis Pertimbangan Hakim pada Putusan Pengadilan Negeri Jombang No.23/Pid.B/2016/PN.JBG tentang Penggelapan dalam Jabatan

Bab IX : Sumpah Palsu Dan Keterangan Palsu

BAB IV. A. Pandangan Hukum Pidana Islam Terhadap Sanksi Hukuman Kumulatif. Dari Seluruh Putusan yang dijatuhkan oleh Hakim, menunjukkan bahwa

UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK [LN 1997/3, TLN 3668]

BAB IV ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SEMARANG NO. 469 / PID.B / 2010 / PN. SMG. TENTANG PEMERKOSAAN TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR

Bab XXI : Menyebabkan Mati Atau Luka-Luka Karena Kealpaan

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya

BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan pembahasan penelitian pada bab sebelumnya, diperoleh. kesimpulan penting sebagai berikut:

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SANKSI PIDANA PELANGGARAN HAK PEMEGANG PATEN MENURUT UU NO. 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN

BAB II PIDANA TAMBAHAN DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI YANG BERUPA UANG PENGGANTI. A. Pidana Tambahan Dalam Tindak Pidana Korupsi Yang Berupa Uang

A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Kekerasan seksual pada anak, yaitu dalam bentuk pencabulan

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN NO. 488/PID.B/2015/PN.SDA TENTANG PERCOBAAN PENCURIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

kearah yang tidak baik atau buruk. Apabila arah perubahan bukan ke arah yang tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Pidana. hukum yang berlaku disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturanaturan

P U T U S A N No K / Pid / DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara pidana pada

crime dalam bentuk phising yang pernah terjadi di Indonesia ini cukup

I. PENDAHULUAN. dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan sosial

BAB V PENUTUP. putusan hakim yang telah berkekuatan hukum tetap (inkracht van

Dalam memeriksa putusan pengadilan paling tidak harus berisikan. tentang isi dan sistematika putusan yang meliputi 4 (empat) hal, yaitu:

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id P U T U S A N NO. 129/PID.B/2014/PN.SBG

BAB IV. A. Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Meulaboh dalam Putusan No. 131/Pid.B/2013/PN.MBO tentang Tindak Pidana Pembakaran Lahan.

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILA N NEGERI MEDAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PENGEDARAN MATA UANG PALSU

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV. Pasal 46 UU No.23 tahun 1997 dinyatakan bila badan hukum terbukti melakukan tindak

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PUTUSAN PENGADILAN MENGENAI BESARNYA UANG PENGGANTI DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI SUPRIYADI / D

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meningkatnya kasus kejahatan pencurian kendaraan bermotor memang

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI LAMONGAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PEMERASAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ATMAJAYA YOGYAKARTA

P U T U S A N. Nomor : 669/PID/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ]

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA MEMBUKA RAHASIA NEGARA SOAL UJIAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan

ANALISIS TERHADAP SISTEM PEMIDANAAN DALAM UU NO. 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK 1 Oleh : Merril Constantia Lomban 2

BAB III PIDANA DAN PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Korupsi yang Dimuat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasal 1 angka 11 Bab 1 tentang Ketentuan Umum Kitab Undang-Undang Hukum

P U T U S A N Nomor : 328/PID/2015/PT.MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN UMUM. Perumusan tentang pengertian anak sangat beragam dalam berbagai

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP ANGGOTA MILITER YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA. dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009.

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM DALAM PASAL 55 KUHP TERHADAP MENYURUH LAKUKAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN

BAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA

BAB IV. Hakim adalah organ pengadilan yang memegang kekuasaan kehakiman, yaitu kekuasaan Negara yang merdeka untuk meyelenggarakan peradilan guna

PENGADILAN TINGGI MEDAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI [LN 1999/140, TLN 3874]

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat tidak pernah lepas dengan. berbagai macam permasalahan. Kehidupan bermasyarakat akhirnya

P U T U S A N. Nomor : 625/PID/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem pertanggungjawaban pidana dalam hukum pidana positif saat ini

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN DELIK PEMBUNUHAN TIDAK DISENGAJA OLEH ANAK DI BAWAH UMUR MENURUT HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUMAN DAN MACAM- MACAM HUKUMAN MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM SERTA CUTI BERSYARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB IV. A. Analisis Pertimbangan Hakim Terhadap Tindak Pidana Penipuan yang. Berkedok Lowongan Pekerjaan (Studi Direktori Putusan Pengadilan Negeri

BAB IV ANALISIS KOMPARATIF SANKSI TINDAK PIDANA PENCURIAN RINGAN DALAM FIFIH JINAYAH DENGAN PASAL 364 KUHP DAN PERMA NOMOR 2 TAHUN 2012

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA [LN 2009/140, TLN 5059]

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor 36/Pid.B/2016/PN Bnj

BAB V PENUTUP. pembahasan, maka telah didapat pokok-pokok kesimpulan dalam penulisan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis formal, tindak kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa,

NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis)

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 003/PUU-IV/2006 Perbaikan 3 April 2006

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR : 8TAHUN 2010 TANGGAL : 6 SEPTEMBER 2010 TENTANG : TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

Bab XXVIII : Kejahatan Jabatan

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun yang menjadi tujuan upaya diversi adalah : 6. a. untuk menghindari anak dari penahanan;

BAB I PENDAHULUAN. hukuman yang maksimal, bahkan perlu adanya hukuman tambahan bagi

I. PENDAHULUAN. usahanya ia tidak mampu, maka orang cenderung melakukanya dengan jalan

PENGADILAN ANAK Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Tanggal 3 Januari 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

P U T U S A N Nomor : 359/Pid.B/2013/PN.BJ. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PERAMPASAN PAKSA SEPEDA MOTOR

BAB III DESKRIPSI PERKARA TENTANG PENGGELAPAN DALAM JABATAN PERKARA NOMOR 23/PID.B/2016/PN.JBG PUTUSAN PENGADILAN NEGERI JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. pencurian tersebut tidak segan-segan untuk melakukan kekerasan atau. aksinya dinilai semakin brutal dan tidak berperikemanusiaan.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

P U T U S A N Nomor 322/Pid.B/2015/ PN BJ. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. : Stabat; : ELIEZER SIREGAR Als.

Makalah Daluwarsa Penuntutan (Hukum Pidana) BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya merupakan hal yang sangat di perhatikan oleh pemerintah (Negara) sebagai

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

P U T U S A N. Nomor : 394/PID.SUS/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI PROBOLINGGO NO. 179/PID.B/PN.PBL TENTANG TINDAK PIDANA ILLEGAL LOGGING

NOMOR : 89 / PID / 2011 / PT-MDN.

BAB IV ANALISIS STUDI KOMPARATIF ANTARA HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEDOFILIA

Dalam Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009, sanksi bagi pelaku kejahatan narkoba adalah sebagai berikut :

MANTAN BOS ADHI KARYA KEMBALI DAPAT POTONGAN HUKUMAN.

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP HUKUMAN BAGI RESIDIVIS PENCURIAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK A. Analisis Hakim dalam Direktori Putusan Pengadilan Negeri Koto Baru Nomor 139/Pid.B/2013/PN.KBR terhadap Hukuman bagi Residivis Pencurian Yang Dilakukan oleh Anak Berdasarkan penelitian putusan hakim yang telah dilakukan oleh penulis, maka dijelaskan bahwa tindak pidana pencurian yang dilakukan oleh seorang anak berumur 17 tahun pada perkara ini terbilang sangat memberatkan. Karena pelaku tersebut untuk dilakukan dengan cara memanjat melalui jendela rumah korban. Sedangkan dalam KUHP pun tindakan tersebut merupakan pencurian dengan pemberatan atau disebut juga pencurian dengan kualifikasi. Adapun barang yang diambil oleh pelaku pencurian tersebut diantaranya uang sebanyak Rp 2.700.00,-(dua juta tujuh ratus ribu rupiah) dan satu buah kalung emas seberat 10 gram. Unsur-unsur pencurian dengan ini telah terpenuhi melalui pembuktian yang diuraikan oleh Hakim di muka persidangan, yang diantaranya: 1 1. Barang siapa; 2. Mengambil barang; 3. Yang seluruhnya atau sebagian termasuk kepunyaan orang lain; 4. Dengan maksud akan memiliki barang itu dengan melawan hukum; 1 Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 139/Pid.B/2013/PN.KBR. 63

64 Unsur pidana yang memberatkan dalam hal ini diatur dalam pasal 363 ayat (1) ke-5 KUHP Jo Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak. Dalam pasal 363 ayat (1) ke-5 menjelaskan bahwa: Pencurian yang dilakukan oleh tersalah dengan masuk ketempat kejahatan itu atau dapat mencapai barang untuk diambilnya, dengan jalan membongkar, memecah atau memanjat atau dengan jalan memakai kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu. 2 Sedangkan yang disebut anak dijelaskan dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak bahwa yang dimaksud dengan anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah mencapai umur 8 (delapan) tahun, tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin. 3 Anak yang menjadi pelaku tindak pidana setelah dilakukan pemeriksaan berdasarkan bukti serta fakta-fakta yang terungkap di persidangan, maka anak tersebut adalah residivis. Karena dalam pemeriksaan itu anak telah melakukan tindak pidana pencurian yang tidak hanya dilakukan untuk pertama kali, tetapi anak tersebut pernah melakukannya 2 (dua) kali dan pada tahun yang berbeda, yaitu tindak pidana pencurian yang dilakukan pada tahun 2010 yang dihukum dengan pidana penjara selama 4 bulan. Sedangkan pada tahun 2011 anak tersebut melakukannya lagi dan Hakim memutuskan untuk diberikan hukuman berupa tindakan dengan menjadi Anak Negara sampai umur 18 tahun dengan perkara yang sama. 2 R. Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, (Bogor: Politeia,1991), 251. 3 Redaksi Fokus media, Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak..., 3.

65 Pada pemeriksaan ini, terungkap pula di persidangan bahwa anak yang menjadi pelaku tindak pidana (anak nakal) telah berstatus pembebasan bersyarat. Pembebasan bersyarat tersebut diberikan berdasarkan Surat Salinan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor; Pas- 296.AP.PK.01.05.06, Tahun 2013. Anak yang diberikan hukuman dalam pembebasan bersyarat, apabila dikemudian hari anak tersebut melakukan tindak pidana, maka hukuman kurungan penjara dapat dijatuhkan berdasarkan tindak pidana yang telah dilakukannya. Dalam persidangan ini, hakim memutuskan bahwa anak yang melakukan tindak pidana pencurian tersebut hanya dikenakan hukuman berupa tindakan. Karena hakim berpendapat bahwa usia terdakwa yang tergolong anak dalam Undang-undang. Sedangkan faktor utama anak tersebut melakukan tindak pidana pencurian adalah untuk membayar hutang kepada temannya, sehingga hukuman berupa tindakan tersebut diserahkan kepada negara (menjadi anak negara) untuk dapat mengikuti pendidikan, pembinaan dan latihan kerja yang akan membuat anak tersebut menjadi lebih baik untuk masa yang akan datang. Adapun landasan hukum hakim tercantum dalam pasal 24 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Perlindungan Anak yang berbunyi: 4 (1) Tindakan yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal ialah: a. Mengembalikan kepada orang tua, wali, orang tua asuh. 4 Ibid.

66 b. Menyerahkan kepada negara untuk mengikuti pendidikan, pembinaa, dan latihan kerja. c. Menyerahkan kepada Kementrian Sosial, atau organisasi sosial kemasyarakatan yang bergerak di bidang pendidikan, pembinaan, dan latihan kerja. (2) Tindakan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat disertai dengan teguran dan syarat tambahan yang ditetapkan oleh hakim. Pada dasarnya anak yang berumur 12 tahun secara relatif sudah memiliki kecenderungan emosional, mental, dan intelektual yang stabil sesuai dengan psikologi anak. Dengan ini, Mahkamah Konstitusi pun telah menyatakan bahwa batas umur minimal 12 tahun bagi anak untuk melindungi hak terhadap perlindungan dan hak untuk tumbuh dan berkembang. Dan pada umur 12 tahun tersebut dapat menjadi tolak ukur batas umur anak yang dapat dimintai pertanggungjawaban hukum atas apa yang telah diperbuat. Oleh karena itu, anak yang sudah dianggap dewasa berumur 17 tahun dapat dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan yang dilakukannya. Pada umur tersebut anak sudah dapat membedakan antara baik dan buruknya suatu perbuatan yang akan dilakukan. Merujuk pada putusan Pengadilan Negeri Koto Baru bahwa hakim yang mengadili perkara ini yang pada pokoknya tidak menjatuhkan hukuman penjara. Sedangkan pada pasal 363 ayat (1) sanksi yang diberikan kepada pelaku tindak pidana pencurian adalah dengan hukuman penjara selamalamanya tujuh tahun.

67 Mengenai pengulangan tindak pidana KUHP pun tidak mengenal aturan secara umum tentang pengulangan, tetapi hanya menyebutkan tentang perbuatan yang dapat menimbulkan pengulangan tindak pidana yang terdapat pada buku kedua pada pasal 486, 487, dan 488. Dan dalam pasal tersebut menjelaskan bahwa apabila seorang melakukan tindak pidana pengulangan, maka dapat dijatuhkan hukuman tambahan dengan sepertiga dari hukuman pokok yang telah dijatuhkan. 5 Berdasarkan Undang-undang nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak yang menjelaskan tentang penjatuhan hukuman bagi anak nakal diatur dalam pasal 26 ayat (1) yang berbunyi: 6 Pidana penjara yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 angka 2 huruf a, paling lama ½ (satu per dua) dari maksimum ancaman pidana penjara bagi orang dewasa. Dengan demikian, anak sebagai pelaku tindak pidana (anak nakal) dapat dikenakan hukuman pokok pidana penjara yang telah dijelaskan pada pasal 26 ayat (1) diatas. Sedangkan untuk hukuman bagi pengulangan tindak pidana dapat ditambah sepertiga dari hukuman pokok yang telah dijatuhkan, karena dalam KUHP telah dijelaskan adanya penambahan hukuman dari setiap pengulangan tindak pidana. Dengan ini, hanya satu hukuman saja yang paling berat pokoknya dari hukuman yang telah dijatuhkan. Dengan ini, Hakim dapat memberikan sanksi pidana penjara kepada anak sebagai pelaku pengulangan tindak pidana pencurian tersebut. Hukuman yang diberikan bertujuan untuk memberikan efek jera terhadap perbuatan yang 5 R. Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana..., 318. 6 Redaksi Fokus media, Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak..., 12.

68 dilakukannya, karena pada hukuman sebelumnya dianggap masih belum efektif dalam perkembangan perilaku anak tersebut. B. Analisis Hukum Pidana Islam terhadap Hukuman bagi Residivis Pencurian Yang Dilakukan oleh Anak dalam Direktori Putusan Pengadilan Negeri Koto Baru Nomor 139/Pid.B/2013/PN.KBR Menurut hukum pidana Islam yang dimaksud dengan anak adalah apabila seseorang telah memasuki masa balig atau anak yang pada umumnya untuk laki-laki ditandai dengan bermimpi (ih}tila>m) dan perempuan yang telah mengalami masa haid (menstruasi) dan hamil. Masa itu merupakan masa dimana anak sudah dapat dikatakan balig menurut agama. Dalam masa ini tidak ada batasan umur secara pasti, karena keadaan horman antara orang yang satu dengan yang lainnya berbeda. Namun, dapat dilihat dari kemampuan berpikir, emosional dan perkembangan biologisnya dapat disimpulkan bahwa minimal anak yang dianggap mencapai umur balig menurut hukum Islam adalah 15 tahun. Sedangkan penulis lebih sependapat dengan Mazhab Imam Syafi I yang menetapkan bahwa anak yang telah berumur 15 tahun dapat dikatakan telah dewasa (balig). Karena pada umur tersebut dianggap telah mampu untuk bertindak secara hukum. Dalam hukum pidana Islam umur balig seseorang dapat menjadi batas dilaksanakannya hukuman, karena pada umur tersebut anak yang menjadi pelaku tindak pidana dapat dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan yang dilakukannya.

69 Dengan perkara ini anak yang menjadi pelaku tindak pidana telah berumur 17 tahun dan sudah dianggap dewasa (balig). Sedangkan hukuman bagi pelaku tindak pidana pencurian dapat dijatuhkan dengan hukuman had (potong tangan). Hukuman had merupakan suatu hukuman yang dasar hukumnya telah diatur dalam syarah, baik itu dalam al-quran dan al-hadis. Adapun hukuman bagi pelaku pencurian dapat dilakukan dengan potong tangan, karena tangan merupakan salah satu organ tubuh yang digunakan untuk melakukannya tindak pidana pencurian. Dengan dijatuhkannya hukuman potong tangan, maka ada pula aturan batasan mengenai pemotongan tangan yaitu dengan batas mulai dari pergelangan tangan. Dalam hukum pidana Islam pengulangan tindak pidana hukumannya dapat dijatuhkan bersamaan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Dengan ini, pengulangan tindak pidana pencurian yang dilakukan secara berulang-ulang hukumannya dapat digabungkan atau saling melengkapi, sehingga pada hukuman ini hanya satu hukuman saja yang dijatuhkan. Hukuman ini menganut teori at-tada>khul, yang mana apabila terjadi suatu gabungan tindak pidana, maka hukumannya saling melengkapi seperti melakukan satu tindak pidana saja. Adapun teori at-tada>khul (saling melengkapi) ini menjelaskan bahwa gabungan hukuman yang dijatuhkan kepada pelaku pengulangan tindak pidana pencurian dapat diancam dengan satu hukuman saja atas pencurian yang dilakukan secara berulang-ulang, akan tetapi penjatuhan hukuman tersebut dilihat dari pelaksanaan hukuman yang sebelumnya. Artinya,

70 apabila pengulangan yang dilakukan tersebut belum ada keputusan akhir dari Hakim atas semua tindak pidana, maka hukuman dari semua perbuatan yang dilakukan dapat digabungkan dan hanya satu saja yang dijatuhkan. Berbeda jika pelaku pengulangan itu belum mendapat keputusan akhir dari hakim atas tindak pidana yang dilakukan sebelumnya, dan pada saat ini pelaku melakukannya lagi dengan perbuatan yang sama. Dengan ini, pelaku harus tetap dijatuhkan hukuman yang lain. Dalam hal ini, bukan penjatuhan hukumannya yang dipertimbangkan, tetapi pelaksanaan hukumannya. Karena setiap tindak pidana yang terjadi sebelum adanya pelaksanaan hukuman, maka hukuman-hukumannya dapat saling melengkapi pada tindak pidana yang hukumannya belum dilaksanakan. 7 Alasan dijatuhkannya satu hukuman saja ialah untuk memberikan pengajaran dan pencegahan. Karena apabila hukuman tersebut dapat menimbulkan perubahan bagi pelaku, maka tidak perlu adanya gabungan hukuman dari tindak pidana yang dilakukannya. Akan tetapi, jika pada penjatuhan satu hukuman tersebut tidak membuat pelaku merasa jera dan melakukan kembali pengulangan tindak pidana, maka barulah pelaku tersebut dapat dijatuhi hukuman yang lain. 8 Dengan melihat beberapa penjelasan diatas, maka dalam hukum pidana Islam orang yang melakukan tindak pidana harus tetap dijatuhkan hukuman yang telah ditetapkan atas semua perbuatan yang dilakukannya. Namun, 7 Abdul Qadir Al Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, (Ahsin Sakho Muhammad dkk), Jilid III, (Jakarta: PT. Kharisma Ilmu, 2008), 143. 8 Ibid.

71 apabila dikemudian hari pelaku mengulangi tindak pidana yang pernah dilakukannya, hukuman yang dijatuhkan kepada pelaku tersebut akan diperberat. Hukuman yang dapat dijatuhkan adalah berupa hukuman penjara seumur hidup (sampai mati) atau sampai pelaku bertaubat dan tidak akan mengulangi perbuatan tersebut. Kewenangan dalam penjatuhan hukuman ini diserahkan secara penuh kepada ulil amri (penguasa), dengan memandang situasi dan kondisi terhadap pelaku tindak pidana serta pengaruhnya bagi kehidupan masyarakat. Dalam hal ini, penulis berpendapat bahwa setiap pelaku pengulangan tindak pidana menurut hukum pidana Islam dapat dikenakan hukuman potong tangan. Yang mana di dalam al-hadis pun telah dijelaskan bahwa bagi pelaku pengulangan tindak pidana pencurian untuk hukuman pemotongan tangan memiliki urutan dalam pemotongannya, yang diantaranya; 9 Untuk pencurian yang pertama, maka pelaku dapat dikenakan hukuman pemotongan tangan pada bagian tangan kanan mulai dari pergelangan tangan sampai kebawah. Pencurian yang kalinya, maka kaki bagian kiri yang akan dipotong mulai dari pergelangan kaki sampai dengan mata kaki. Pencurian yang ketiga kalinya dapat dikenakan hukuman potongan tangan pada bagian tangan kiri. Pencurian yang keempat dikenakan hukuman potong pada kaki bagian kanan. Sedangkan untuk pencurian yang kelima, maka pelaku pengulangan tindak pidana tersebut dapat dikenakan hukuman mati (dibunuh). 9 Ahmad Muhammad Yusuf, Ensiklopedi Tematis ayat al-quran dan Hadits, Jilid VII.., 402.

72 Dengan ini, hukuman yang diberikan kepada pelaku pengulangan tindak pidana dianggap telah sesuai dengan apa yang dilakukannya. Karena dengan penjatuhan hukuman yang pertama dan kedua pelaku belum merasa menyesal dengan perbuatannya. Sedangkan untuk penjatuhan hukuman yang diberikan sebagai balasan atas perbuatan yang dilakukannya, mengingat bahwa pencurian yang dilakukan bukan hanya sekali saja. Dan ini menyangkut kemaslahatan umum, karena barang yang diambil merupakan harta milik orang lain.