BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prospek usaha yang jelas merupakan faktor pendukung untuk mewujudkan tujuan. Dengan demikian berlandaskan pada prospek, diharapkan semua pelaku usaha bisa bersemangat dalam menjalankan fungsinya. Gambaran yang jelas terhadap prospek menyebabkan semua anggota dalam suatu usaha mempunyai ambisi dan motivasi untuk meraih prospek tersebut. Untuk kegiatan agribisnis, selama manusia di bumi ini masih membutuhkan sandang, pangan dan perumahan dalam kehidupannya tentu kegiatan agribisnis masih mempunyai prospek yang cukup menjanjikan ( Krisnamurthi, 2009 ). Persepsi agribisnis yang selama ini banyak dimengerti oleh masyarakat luas adalah kegiatan budidaya atau non-farm activity yang sebetulnya dalam defenisi lebih tepat dikatakan sebagai kegiatan pertanian.di bidang pertanian secara khusus, kegiatan budi daya pertanian yang dapat digarap pun sangat bervariasi. Rentang usaha dimulai dari skala sangat kecil atau skala hobi hingga skala industri dengan tehnologi yang cukup canggih ( Krisnamurthi, 2009 ). Pengembangan agribisnis mengimplikasikan perubahan kebijakan di sektor pertanian. Produksi sektor pertanian harus berorientasi kepada permintaan pasar domestik, tetapi juga pasar internasional. Pola pertanian harus mengalami tranformasi dari sistem pertanian subsistem yang berskala kecil dan pemenuhan
kebutuhan keluarga ke usahatani dalam skala yang lebih ekonomi. Hal ini merupakan keharusan jika produk pertanian harus di jual ke pasar dan jika sektor pertanian harus menyediakan bahan baku bagi sektor industri ( Husodo, 2004 ). Salah satu jenis agribisnis yang banyak dikembangkan di Indonesia adalah agribisnis ubi kayu. Ubi kayu adalah sayuran pokok penting karena kontribusinya yang tinggi sebagai sumber kalori harian bagi jutaan orang. Seluruh produksi ubi kayu terutama di Negara berkembang dan bagian terbesar berasal dari pertanian kecil yang sering memiliki lahan yang di olah seadanya. Ubi kayu sangat penting bagi penduduk pedesaan miskin sebagai tanaman tumpuan bahkan juga selama musim kemarau dikarenakan tanaman ini toleransi terhadap kekeringan dan periode panen yang fleksibel menjadikan ubi kayu sebagai tanaman pangan cadangan yang sangat bernilai bagi penduduk miskin ( Rubatzky, 1998 ). Ubi kayu merupakan makanan pokok nomor tiga setelah padi dan jagung di indonesia. Penyebaran tanaman ubi kayu meluas ke semua propinsi di indonesia. Dalam hal ini ubi kayu baik lokal maupun luar negeri sangat besar. Dimana ubi kayu untuk bahan pakan ternak, farmasi dan lain sebagainya yang jumlahnya selama ini terus meningkat secara terus menerus dengan peningkatan populasi daripada konsumen ( Anonimous, 2009 ). Ubi kayu merupakan tanaman umbi umbian yang dapat tumbuh di dataran rendah dengan curah hujan yang tidak terlalu tinggi. Biasanya tanaman ini di panen setelah berumur sekitar 10 bulan. Produksi ubi kayu Indonesia menepati urutan kelima dunia. Ubi kayu sebagai sumber pati yang merupakan bahan baku industri ( Anonimous, 2009 ).
Sebagai bahan kaya pati, ubi kayu (kasava) merupakan bahan olahan penting bagi pembuatan gula cair, khususnya sirup glukosa. Potensi pasarnya cukup kuat karena semakin luas penggunaannya oleh berbagai industri makanan dan industri obat obatan. Masyarakat berpeluang pula menambah nilai tambah produksi ubi kayu mereka dengan mengolah menjadi sirup glukosa ( Anonimous, 2009 ). Disamping itu terdapat beberapa aneka ragam produk turunan dari ubi kayu, sebagai berikut : Farmasi Daun Pakan U Pangan b i k a y u Batang Umbi Arang Kreasi Papan Kulit Daging Keripik Pakan Ternak Hasil Olahan Pati Opak Opak Lidah Mie Yeye Renginang Fermentasi Gambar 1. Pohon industri ubi kayu Adapun produk turunan ubi kayu yang di perdagangkan di pasar dunia antara lain adalah gaplek, tepung singkong (cassava starch), tapioka dan beberapa produk kimia seperti alcohol, gula cair (maltose, glukosa, fruktosa) sorbitol, siklodekstrin, asam sitrrat serta bahan pembuatan edible coating dan biodegradable serta bioetanol. Negara tujuan ekspor RRC, UN, Eropa, Taiwan dan Korea Selatan (Anonimous, 2009 ).
Oleh karena, banyaknya produk yang dapat di hasilkan dari ubi kayu, maka pengembangan agribisnis ubi kayu menjadi sangat penting. Program pengembangan agribisnis itu sendiri bertujuan untuk mengembangkan agribisnis yang mampu menghasilkan produk pertanian yang berdaya saing, meningkatkan nilai tambah bagi masyarakat petani, khususnya di pedesaan, mengembangkan ekonomi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi ( Anonimous, 2009 ). 1.2. Identifikasi Masalah Adapun masalah yang diidentifikasi dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk pertanyaan penelitian berikut ini : 1. Bagaimana tingkat kelayakan usahatani ubi kayu di daerah penelitian? 2. Bagaimana tingkat kelayakan usaha pengolahan ubi kayu di daerah penelitian? 3. Bagaimana strategi pengembangan agribisnis ubi kayu di daerah penelitian? 1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka penelitian diarahkan untuk mencapai tujuan : 1. Untuk menganalisis tingkat kelayakan usahatani ubi kayu di daerah penelitian. 2. Untuk menganalisis tingkat kelayakan usaha pengolahan ubi kayu di daerah penelitian. 3. Untuk menganalisis strategi pengembangan agribisnis ubi kayu di daerah penelitian. 1.4. Kegunaan Penelitian 1. Penelitian ini berguna sebagai bahan masukan dan informasi bagi petani dan pengolah ubi kayu dalam menjalankan usahanya 2. Penelitian ini berguna sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan dan peneliti yang terkait.