BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Cocroft (1982:1-5) mengatakan bahwa matematika perlu diajarkan kepada siswa karena,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam Kurikulum Tingkat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bilangan, (b) aljabar, (c) geometri dan pengukuran, (d) statistika dan peluang

MENERAPKAN METODE IMPROVE DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIC PADA POKOK BAHASAN MATERI PELUANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIS. A. Metode Improve, Metode Pembelajaran Konvensional, Kemampuan. Representasi Matematis, dan Teori Sikap

ARTIKEL ILMIAH PENGARUH STRATEGI IMPROVE TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIK PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA SMP KELAS VIII

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Kajian Pustaka

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH METODE IMPROVE TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA KONSEP BANGUN RUANG DI KELAS VIII SMP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil dan Temuan Penelitian. kelas yang menggunakan metode pembelajaran Improve.

STUDI KOMPARASI PRESTASI BELAJAR SISWA ANTARA METODE IMPROVE DAN METODE EKSPOSITORI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak dapat berjalan baik, tanpa adanya kerja sama dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di dunia secara. global dan kompetitif memerlukan generasi yang memiliki kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan ilmu universal yang berguna bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan siswa secara optimal baik secara kognitif, afektif dan. kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari, seperti perhitungan dalam jual-beli, menghitung kecepatan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum digunakan sebagai acuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. setiap manusia akan selalu berusaha untuk menambahi ilmu pengetahuannya.

PENGARUH METODE IMPROVE TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK SISWA ( Studi Eksperimen di SMK N 1 Karang Baru) SKRIPSI.

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

penekanannya pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta keterampilan dalam penerapan matematika. Namun, sampai saat ini masih banyak

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. lambang yang formal, sebab matematika bersangkut paut dengan sifat-sifat struktural

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan kemampuan alamiah yang dimiliki manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu aspek penting bagi kehidupan. Auliya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika sejatinya dipandang sebagai alat untuk mengembangkan cara

BAB I PENDAHULUAN. itu, pendidikan perlu mendapat perhatian dari pemerintah, masyarakat dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan memerlukan kecakapan hidup.

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia secara global dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA MELALUI PENGGUNAAN METODE IMPROVE PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL

I. PENDAHULUAN. diri setiap individu siswa. Mudah masuknya segala informasi, membuat siswa

BAB I PENDAHULUAN. dari zaman dahulu hingga sekarang, manusia akan selalu berhubungan dengan matematika.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di semua bidang, salah satunya membangun sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan dilakukan secara terencana dalam mewujudkan proses pembelajaran agar

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis, dan mampu mengkomunikasikan

I. PENDAHULUAN. pemerintah memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. SDM yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses membantu manusia dalam

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN IMPROVE

BAB I PENDAHULUAN. yang paling sulit (Mulyono, 1999:25). Meskipun demikian, semua orang

BAB I PENDAHULUAN. Peran pendidikan matematika sangat penting bagi upaya menciptakan sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

BAB I PENDAHULUAN. menjadi warga negara yang baik. Hal ini sejalan dalam Undang-Undang

BAB I. Pendahuluan. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah swt dengan

I. PENDAHULUAN. Matematika berperan sebagai induk dari semua mata pelajaran dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika memiliki kontribusi yang cukup besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan kerja keras sedini mungkin. Walaupun hal tersebut telah diupayakan, namun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran Matematika sangat perlu ditingkatkan. Salah satu cara untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Winda Purnamasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus sesuai dengan level kognitif siswa. Dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengerjakan dan memahami matematika dengan benar. keadaan di dalam kehidupan sehari-hari dan di dunia yang selalu berkembang

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 2 Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang diperlukan dalam pembelajaran matematik. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diantaranya, Kurikulum 1964, Kurikulum 1974, Kurikulum 1984, Kurikulum

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat berguna bagi dirinya sendiri dan masyarakat di sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan di setiap Negara. Pendidikan di Indonesia bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik yang handal yang memiliki kemampuan dan keterampilan berpikir sistematis, logis dan kreatif untuk menghadapi berbagai tantangan dan masalah dalam segala jenis dimensi kehidupan. Banyak orang memandang matematika sebagai bidang studi yang tidak disenangi. Meskipun demikian, semua orang harus mempelajarinya karena merupakan sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, seperti halnya bahasa, membaca, dan menulis. Kesulitan belajar matematika harus diatasi sedini mungkin kalau tidak, siswa akan menghadapi banyak masalah karena hampir semua bidang studi memerlukan matematika yang sesuai. Menurut Cornelius (1982:38) mengatakan lima alasan perlunya belajar matematika, karena matematika merupakan: (1) Sarana berpikir yang jelas dan logis (2) Sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari (3) Sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman (4) Sarana untuk mengembangkan kreativitas dan sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya. Sedangkan menurut Cocroft (1982:1-5) mengatakan bahwa matematika perlu diajarkan kepada siswa karena, (1) Selalu digunakan dalam segala segi kehidupan (2) Semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai (3) Merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas (4) Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara 1

2 (5) Meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran kekurangan (6) Memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang. Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu mempunyai peranan penting dalam mengembangkan kemampuan peserta didik termasuk kemampuan berpikirnya. Hal ini sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan bahwa bahan kajian matematika, antara lain: berhitung; ilmu ukur; dan aljabar dimaksudkan untuk mengembangkan logika dan kemampuan berpikir peserta didik. Menurut Soedjadi dalam buku Kiat Pendidikan Matematika di Indosesia (2000:11) aneka definisi matematika berdasar sudut pandangnya, yaitu: 1. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik. 2. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. 3. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan. 4. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk. 5. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik. 6. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat. Pengembangan kemampuan berpikir dapat dilakukan melalui matematika yang secara substansional memuat pengembangan kemampuan berpikir yang berlandaskan pada kaidah-kaidah penalaran secara logis, kritis, sistematis, dan akurat. Menurut Suryadi dalam (Zakiah, 2014:1) Kemampuan berpikir tersebut secara umum dikenal sebagai kemampuan berpikir matematis. Siswa yang telah mempelajari matematikka diharapkan mempunyai kemampuan sebagaimana tercantum dalam Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar kompetensi lulusan yang diharapkan dicapai oleh siswa yaitu memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif.

3 Metakognitif merupakan kemampuan seseorang dalam mengontrol proses berpikirnya. Proses berpikir biasa terjadi ketika aktivitas belajar berlangsung, sehingga kemampuan metakognitif berkaitan erat dengan aktivitas belajar siswa. Metakognisi mengacu pada pemahaman seseorang tentang pengetahuannya sehingga pemahaman yang mendalam tentang pengetahuannya akan mencerminkan penggunaannya yang efektif atau uraian yang jelas tentang penetahuan yang dipermasalahkan. Metakognitif menjadi fokus tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa setelah mempelajari matematika. Salah satu kemampuan metakognitif yang sangat penting dalam belajar matematika adalah kemampuan untuk menemukan strategi penyelesaian yang tepat. Model pembelajaran matematika yang diterapkan oleh sebagian guru menggunakan model pembelajaran konvensional yang lebih terfokus pada guru inisiatif, informasi, pertanyaan, penugasan, umpan balik terpusat pada guru. Cara ini tentu tidak mendorong aktivitas proses pembelajaran matematika siswa, akibatnya kegiatan belajar mengajar menjadi kurang efektif. Untuk itu perlu dicari alternatif metode pembelajaran yang kondusif dan lebih aktif untuk meningkakan metakognitif dan kemampuan komunikasi matematika pada siswa. dengan belajar aktif siswa akan lebih kreatif sehingga lebih tanggap terhadap masalah-masalah yang ada disekitarnya. Ruseffendi (2006:283) mengatakan, Belajar aktif dapat menumbuhkan sikap kreatif dan anak kreatif hidupnya hidupnya dikemudian hari lebih berhasil maksudnya ialah lebih dapat mengatasi persoalan dimasyarakat. Hasil wawancara yang diperoleh dari siswa kelas VII SMP Pasundan 4 yaitu kurangnya kepercayadirian pada siswa, kurangnya minat belajar siswa, tidak tepat memilih strategi penyelesaian suatu masalah, sehingga nanti akan berpengaruh terhadap nilai ketuntasan belajar. Dilihat dari data tersebut maka dalam kelas VII terdapat masalah. Penyebabnya adalah kurangnya pemahaman siswa dalam penguasaan konsep dan kesalahan-

4 kesalahan dalam menyelesaikan soal. Sehingga kelas VII akan diteliti untuk meningkatkan metakognitif dan kemampuan komunikasinya. Salah satu strategi untuk meningkatkan metakognitif dan kemampuan komunuikasi matematika pada siswa adalah dengan memberikan penuntutanpenuntutan yang dapat mengarahkan siswa dalam bernalar dan pembelajaran yang digunakannya yaitu pembelajaran dengan metode IMPROVE. Suatu metode inovatif dalam pembelajaran matematika yang didesain untuk kelaskelas yang heterogen. Metode ini didasarkan pada teori kognisi dan metakognisi sosial yang dikembangkan oleh Mevearch dan Kramarski. Alasan mengapa menggunakan metode IMPROVE dalam penelitian yaitu karena metode ini dapat membantu dan mempermudah siswa dalam belajar dengan cara berkelompok meskipun memperoleh konsep baru siswa dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan metakognitif. Tidak hanya itu, selesai berlatih kemudian mengulang kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan menekan kesulitan yang muncul selain itu dengan langkah verifikasi dilakukan untuk mengetahui siswa mana yang sudah menguasai materi dan siswa mana yang belum menguasai materi dengan melihat hasil tes. Siswa yang sudah menguasai materi diberi pengayaan dan siswa yang belum menguasai materi diberikan perbaikan. Mevarech dan Kramarski (Purnamadewi, 2013:8) mengatakan, Metode IMROVE merupakan akronim dari tahap-tahap belajar yaitu: Introducing the new concepts, Metacognitive questioning, Practicing, Reviewing and reducingdifficulties, Obtaining mastery, Verification and Endrichment. Tahap-tahap dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan metode IMPROVE dimulai dari aktifitas guru menyampaikan konsep-konep baru. Siswa diberikan beberapa pertanyaan, kemudian siswa dilatih untuk mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dalam menyelesaikan masalah matematika. pada akhir pemberian materi diadakan sesi umpan balik perbaikan pengayaan.

5 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang dan wawancara yang dilakukan pada tanggal 22 Maret 2017, dapat diidentifikasi sebagai berikut 1. Rendahnya tingkat kemampuan komunikasi matematis siswa dalam pembelajaran matematika, 2. Pembelajaran matematika di dalam kelas masih di dominasi oleh guru, hal ini dapat dilihat seringnya guru memberikan pembelajaran matematika dengan menggunakan metode ceramah. 3. Kurangnya penyelesaian masalah dalam pembelajaran sehingga siswa tidak dapat menghubungkan antara pengetahuan sebelumnya dan pengetahuan yang baru. C. Batasan dan Rumusan Masalah Penelitian ini dibatasi hanya pada metakognitif dalam memberikan alasan rasional, menarik kesimpulan logis, dan berfikir induktif dan deduktif serta kemampuan komunikasi matematika secara tertulis. Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan dan dibatasi sebagai berikut : 1. Apakah metakonitif siswa yang menggunakan model pembelajaran metode IMPROVE lebih baik daripada siswa yang menggunakan model pembelajaran discovery learning? 2. Apakah peningkatakn kemampuan komunikasi matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran metode IMPROVE lebih baik dari pada siswa yang menggunakan model pembelajaran discovery learning?

6 D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui metakognitif siswa pada pembelajaran matematika dengan menggunakan metode IMPROVE lebih baik daripada siswa yang menggunakan model pembelajaran discovery learning. 2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa pada pembelajaran matematika dengan menggunakan metode IMPROVE lebih baik daripada siswa yang menggunakan model pembelajaran discovery learning. E. Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kepentingan teoritis maupun praktis yaitu: 1. Manfaat Teoretis a. Sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan komunikasi matematika siswa dalam pembelajaran matematika melalui metode IMPROVE. b. Sebagai pijakan untuk mengembangkan penelitian-penelitian yang menggunakan metode IMPROVE dalam meningkatkan kemampuan metakognitif dan komunikasi matematika. 2. Manfaat Praktis b. Bagi siswa, selama proses penelitian berlangsung dapat meingkatkan kemampuan metakognitif dan komunikasi matematis. c. Bagi guru, diharapkan dengan tersusunnya deskripsi yang rinci dari proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Introducing the New Concept, Metacognitive Questioning, Practicing, Reviewing and Reducing Difficulties, Obtaining Mastery, Verification, Enrichment (IMPROVE), dapat menjadi acuan bagi guru ketika akan menerapkan model pembelajaran Introducing the New Concept, Metacognitive Questioning, Practicing, Reviewing and Reducing Difficulties, Obtaining Mastery, Verification, Enrichment (IMPROVE)

7 dalam pembelajarannnya dan dapat dijadikan salah satu alternatif pendekatan pembelajaran matematika yang dapat digunakannya untuk meningkatkan kemampuan metakognitif siswa. d. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam mengembangkan kemampuan lainnya yang terkait dengan peningkatan mutu sekolah. e. Bagi peneliti, menjadi sarana bagi pengembangan diri peneliti dan dapat dijadikan acuan atau referensi untuk peneliti lain (penelitian relevan) dan referensi dalam rangka meneindaklanjuti suatu pendidikan dalam ruang lingkup yang lebih luas. F. Definisi Operasional Untuk menghindari munculnya perbedaan pendapat mengenai hal-hal yang dimaksudkan dalam penulisan ini, maka peneliti memberikan definisi operasional sebagai berikut: 1. Metakognitif adalah kemampuan seseorang mengacu kepada kemampuan prediksi, kemampuan perencanaan, kemampuan memonitor dan kemampuan evaluasi. 2. Kemampuan Komunikasi Matematis dapat diartikan sebagai suatu kemampuan siswa dalam menyampaikan sesuatu yang diketahuinya melalui peristiwa dialog atau hubungan yang terjadi dilingkungan kelas, dimana terjadi pengalihan pesan. Pesan yang dialihkan berisi tentang materi matemtaika yang dipelajari siswa, misalnya berupa konsep, rurmus atau strategi penyelesaian suatu masalah matematika. Indikator kemampuan siswa dalam komunikasi matematis yang akan digunakan pada penelitian ini adalah kemampuan siswa yang diukur melalui aspek: a) Kemampuan menggambarkan situasi matematika dengan menggunakan tabel, gambar, model, daln lain-lain untuk menyampaikan penjelasannya. b) Kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ideidea, simbol, istilah, serta informasi matematika.

8 c) Membaca penyajian tertulis matematika dengan pemahaman dan hubungannya serta dapat menarik kesimpulan atau menyusun bukti terhadap beberapa solusi. d) Menggunakan reprentasi secara menyeluruh untuk menyatakan konsep matematika dan solusinya. 3. Metode IMPROVE merupakan akronim dari langkah-langkah pembelajarannya, yaitu Introducing the New Concept (menghantarkan monsep baru), Metacognitive Questioning (pertanyaan metakognitif), Practicing (guru memberikan latihan), Reviewing and Reducing Difficulties (meriview dan mereduksi kesulitan), Obtaining Mastery (penguasaan materi), Verification (melakukan verifikasi), Enrichment (pengayaan). 4. Model Discovery Learning adalah cara belajar memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. G. Sistematika Skripsi Gambaran lebih jelas tentang isi dari keseluruhan skripsi disajikan dalam struktur organisasi skripsi berikut dengan pembahasannya. Struktur organisasi skripsi tersebut disusun sebagai berikut: 1. Bab I Pendahuluan Bagian pendahuluan menjelaskan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional dan struktur organisasi skripsi. 2. Bab II Kajian Teoretis Pada bab ini, membahas tentang kajian teori, analisis dan pengembangan materi yang diteliti (meliputi keluasan dan ke dalam materi, karakteristik materi, bahan dan media, strategi pembelajaran, dan sistem

9 evaluasi), kerangka pemikiran atau diagram/skema paradigma penelitian, asumsi dan hipotesis. 3. Bab III Metode Penelitian Metode penelitian pada bab III meliputi metode penelitian, desain penelitian, populasi dan sampel, instrumen penelitian, prosedur penelitian dan rancangan analisis data. 4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada bab IV ini membahas mengenai deskripsi hasil dan temuan penelitian dan pembahasan penelitian. 5. Bab V Simpulan dan Saran Pada bab V ini berisi kesimpulan dan saran yang membahas mengenai penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian.