BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Era globalisasi ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan pada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pemerintahannya berbentuk Republik dengan kehadiran berbagai lembaga

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. hasil analisis yang telah dilakukan, simpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dalam sebuah organisasi, adalah perilaku extra-role atau perilaku baik warga

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara job..., Putriani Pradipta Utami Setiawan, FISIP Universitas UI, 2010 Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kompetisi lingkungan bisnis terkini tengah membutuhkan sumber daya manusia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kondisi yang ada dengan arah strategis organisasi. Arah strategis organisasi

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan sosial masyarakat. Begitu juga bagi kalangan civitas

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis 1 (H 1 ) tidak didukung. mempengaruhi secara signifikan pada kinerja guru.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hunt et al. (2000) menyatakan bahwa ekonomi global sedang dipenuhi dengan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis dan Sumber Data. 1. Data Primer. mengenai kepemimpinan transformasional, work engagement, kinerja, dan OCB.

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. kesimpulan deskriptif dan kesimpulan hipotesis. Penelitian ini didominasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Organisasi yang berhasil mewujudkan perubahan memiliki ciri-ciri mampu

BAB I PENDAHULUAN. bidang kekuasaan kehakiman di empat lingkungan peradilan, yaitu Peradilan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kinerja. 1. Pengertian Kinerja. tujuan organisasi (Viswesvaran & Ones, 2000). McCloy et al. (1994)

BAB V PENUTUP. di perusahaan dan juga kaitannya dengan aspek penelitian.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi dinamika perubahan lingkungan. Kondisi tersebut menuntut

BAB I PENDAHULUAN. untuk berbenah diri untuk bisa menangkap peluang dan menyesuaikan diri dari

BAB I PENDAHULUAN. Konsentrasi dari sumber daya manusia berpusat pada orang-orang yang memiliki

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. kepemimpinan transformasional organisasi pada kinerja organisasi dan menguji

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran yang merupakan inti dari kegiatan sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman era globalisasi ini, kemajuan dunia semakin pesat dalam

I. PENGANTAR Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia

BAB I PENDAHULUAN. punggung utama penerapan BPJS Ketenagakerjaan. Jaminan Sosial) Ketenagakerjaan. PT Jamsostek (Persero) sebelum

BAB I PENDAHULUAN. Panjang (RPJP) Pemerintah Republik Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. mampu untuk bekerja sama dan membantu rekan kerja serta melakukan. Orgnizational Citizenship Behavior (OCB) (Steve dan Thomas, 2014)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satunya adalah cabang Solo Raya dan Madiun Raya. Pada bulan April 2016

Abstrak. Kata Kunci: Kepemimpinan Transformasional, Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi dan Organizational Citizenship Behavior.

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi organisasi atau perusahaan itu sendiri. Sumber daya manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. muka bumi, manusia juga merupakan makhluk yang penuh dengan rencana,

BAB I PENDAHULUAN. mampu untuk bekerja sama dan membantu rekan kerja serta melakukan

GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN EFEKNYA KEPADA KEPERCAYAAN TERHADAP PEMIMPIN SERTA ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Stephen P. (2002:135) Dalam suatu organisasi kepemimpinan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semaksimal mungkin sehingga dapat menjaga kelangsungan hidup nya, untuk itu ada

BAB I PENDAHULUAN. kecil, menengah, maupun besar, menjadi semakin ketat dan telah memberikan dampak

II. TINJAUAN PUSTAKA Modal Sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. Tinggi Swasta terkemuka di Bandung. UTama secara konsisten berkomitmen untuk

BAB I PENDAHULUAN. semua tingkatan manajemen di perusahaan. Bagaimanapun majunya. berhasil atau tidaknya suatu organisasi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. aset perusahaan yang bernapas atau hidup disamping aset aset lain

BAB I PENDAHULUAN. sangat menarik dalam literatur manajemen karena dapat mempengaruhi efektifitas

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti saat ini, persaingan antar organisasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemimpin merupakan jabatan yang sangat penting dalam organisasi

BAB I PENDAHULUAN. kemampuannya mewujudkan organisasi yang profesional, efektif, efisien,

BAB I PENDAHULUAN. Bab pertama ini berisi pembahasan mengenai latar belakang, identifikasi masalah,

BAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, antara lain adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sampai saat ini, kepemimpinan masih menjadi topik yang menarik

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi X (PT X) memiliki visi yaitu menjadi. Salah satu cara untuk mewujudkan visi tersebut adalah menyelenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memusatkan perhatian pada pengembangan SDM. soft skill yang di dalamnya terdapat unsur behavior dan attitude.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan organisasi dan terdapat orang-orang yang dapat berkomunikasi satu sama

BAB I PENDAHULUAN. dalam perkembangan organisasi. Kualitas kinerja yang baik tidak dapat diperoleh

BAB 1 PENDAHULUAN. dimiliki, dengan demikian karyawan menjadi aset penting bagi perusahaan. Rasa suka rela

BAB I PENDAHULUAN. Ulrich dalam Novliadin (2007) mengungkapkan bahwa, Kunci sukses

BAB I PENDAHULUAN. perubahan organisasi baik yang terencana maupun tidak terencana, aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit. Bisnis perbankan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diperhatikan, dijaga, dan dikembangkan. Organizational Citizenship Behaviour

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era liberalisasi ekonomi Asia Pasifik (APEC) dan Masyarakat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan nasional Indonesia menuju negara maju tidak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. yang begitu cepat terutama adanya persaingan yang sangat ketat antara satu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Organisasi bisnis menghadapi faktor-faktor eksternal seperti persaingan dari

BAB I PENDAHULUAN. oleh setiap anggota dan lapisan masyarakat, tenaga kerja, perusahaan bahkan

BAB I PENDAHULUAN. menuntut setiap organisasi dan perusahaan untuk bersikap lebih responsif agar

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan perusahaan industri yang selalu ingin survive dan berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan pesat

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian OCB dan DOCB

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sasaran melalui sumber daya manusia atau manajemen bakat lainnya. Salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Perilaku Kewarganegaraan Organisasional (Organizational. a. Pengertian Perilaku Kewarganegaraan Organisasional

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat digunakan untuk mencapai tujuan organisasi salah satunya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akan menghadapi masalah dalam pencapaian tujuan organisasi. Untuk mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Sutarto dalam buku Usman (2009:146) dalam buku Manajemen : Teori,

BAB I PENDAHULUAN. organisasi tersebut masih stabil dan sehat. Sebuah organisasi akan berhasil apabila

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan aset penting dalam suatu organisasi, karena

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Kompetensi sumber daya manusia yang baik pasti memerlukan pengelolaan

RIKA HAPSARI B

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pelayan masyarakat yang dapat memberikan pelayanan yang terbaik sesuai

BAB I PENDAHULUAN. sangat dibutuhkan sistem manajamen yang dapat mendorong organisasi agar dapat

BAB I. Pendahuluan. penggerak yang mendorong perubahan organisasi. dikaji dan diteleti, karena paling sering diamati namun merupakan fenomena

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kemajuan teknologi telah membawa manusia pada era yang ditandai oleh

I. PENDAHULUAN. Era globalisasi menimbulkan persaingan yang ketat diantara perusahaanperusahaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari peran karyawannya. Karyawan dalam suatu perusahaan bukan semata-mata

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan kerangka komprehensif bagi eksekutif untuk digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Industri perbankan di Indonesia merupakan salah satu faktor pendukung

BAB I PENDAHULUAN. Disamping sumber daya alam dan sumber daya modal, sumber daya manusia juga memiliki

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHAULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dipengaruhi banyak faktor diantaranya keterampilan atau keahlian yang dimiliki,

TINJAUAN PUSTAKA Organizational Citizenship Behavior

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lingkungan ekonomi global pada era ini telah menjadi lebih dinamis dan

BAB II LANDASAN TEORI. Cascio (2003) mengungkapkan OCB sebagai perilaku kebijaksanaan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan dan globalisasi merupakan hal yang tidak dapat dihindari di dalam dunia bisnis dan industri. Ulrich (1997) mengatakan bahwa konsep globalisasi bukanlah hal yang baru namun intensitas tantangannya yang semakin meningkat. Era globalisasi ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan pada kondisi ekonomi secara keseluruhan dan munculnya sejumlah tuntutan yang harus dihadapi oleh para pelaku ekonomi maupun industri. Globalisasi memerlukan pangsa pasar dan produk baru yang tentunya harus diimbangi dengan kompetensi dan pola pikir baru agar organisasi dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Untuk itu, sumber daya manusia merupakan faktor terpenting agar organisasi dapat berjalan efektif dan efisien dalam mencapai tujuan organisasi tersebut. Ulrich (1997) menegaskan bahwa pada masa sekarang ini hanya ada satu landasan keberhasilan perusahaan untuk mampu unggul secara kompetitif, yaitu kemampuan untuk mengelola sumber daya manusianya. Sumber daya manusia atau karyawan di dalam perusahaan merupakan modal paling berharga yang dapat memberikan keuntungan perusahaan dalam jangka panjang. Hal ini dilandasi dengan pemahaman bahwa sumber daya manusia merupakan faktor penggerak dan pendorong perubahan di dalam organisasi atau dikenal dengan istilah change agent (Ulrich, 1997). Fungsi karyawan sebagai agen perubahan di dalam organisasi dapat terjadi apabila terdapat keselarasan antara kemampuan dan 1

kemauan masing-masing individu untuk berkontribusi kepada organisasinya. Namun di sisi lain, agar karyawan dapat berkontribusi maksimal, organisasi juga dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan karyawannya sehingga terjadi hubungan timbal-balik yang saling menguntungkan. Kontribusi karyawan dilihat dari kinerja yang dihasilkan dalam pekerjaannya. Kinerja yang baik perlu ditunjang dengan perilaku positif dari masing-masing individu yang diharapkan dapat mempengaruhi kinerja kelompok dan organisasi secara keseluruhan. Perilaku positif yang diharapkan adalah kemampuan interpersonal untuk bekerja dan peduli terhadap kepentingan kelompok serta bersedia melakukan sesuatu melebihi yang disyaratkan dalam deskripsi pekerjaannya. Perilaku untuk melakukan peran tambahan (extra role) ini dikenal sebagai Organizational Citizenship Behavior (OCB) atau Perilaku Kewargaan Organisasional. Perilaku ini melihat individu sebagai makhluk sosial yang memiliki kepedulian terhadap orang lain dan lingkungan di sekitarnya serta mampu menyelaraskan nilai-nilai individunya dengan nilai-nilai organisasi sehingga dapat menghasilkan interaksi yang lebih baik. Individu dengan perilaku kewargaan organisasional akan melakukan sesuatu untuk kepentingan organisasi atau kelompoknya melebihi kepentingan pribadinya. Seorang individu perlu dirangsang ketertarikannya untuk bergabung dan tetap berada di dalam organisasi agar dapat melakukan sesuatu yang melebihi standar yang ditetapkan atau melakukan peran extra-role tersebut. Rangsangan ini salah satunya ditentukan oleh kemampuan pemimpin untuk mengarahkan anggota-anggota organisasi dalam mencapai tujuan organisasi tersebut. 2

Selama dua dekade, para peneliti telah melakukan studi mengenai perilaku kewargaan organisasional secara ekstensif dan menemukan faktor-faktor yang dapat memprediksi munculnya perilaku tersebut, antara lain kepercayaan terhadap pemimpin (Podsakoff, P.M., MacKenzie, S.B., Moorman, R.H, & Fetter, R., 1990), perilaku kepemimpinan transformasional (Eisenberger, R., Huntington, R., Hutchison, S., and Sowa, D., 1986), karakter pekerjaan (Farh J. L., Podsakoff, & Organ, 1990), dan lain-lain. Masing-masing individu yang memunculkan perilaku tersebut mempunyai tujuan untuk mendapatkan keuntungan baik bagi dirinya maupun organisasi. Bahkan pada pengembangan selanjutnya, hal-hal yang membuat karyawan bersedia memunculkan perilaku extra-role ini ternyata bervariasi tergantung dari budaya masyarakatnya. Farh J. L., Earley C, Lin S. (1997) mengembangkan pengukuran perilaku kewargaan organisasional ini dan menemukan perbedaan faktor-faktor penyebab munculnya perilaku tersebut pada masyarakat di budaya Barat dengan di budaya Timur. Studi tentang hubungan gaya kepemimpinan transaksional dan transformasional dengan perilaku kewargaan organisasional nampaknya tidak ada perbedaan temuan yang mendasar. Kepemimpinan transaksional lebih memfokuskan pada proses klarifikasi peran dan tugas yang perlu dilakukan oleh seorang individu atau suatu kelompok dalam menjalankan suatu pekerjaan dan sebagai timbal baliknya, pemimpin akan memberikan imbalan untuk kinerja yang baik ataupun penalti sebagai konsekuensi kinerja yang kurang baik. Sedangkan kepemimpinan transformasional lebih mengutamakan hubungan kerja antara pemimpin dan anggotanya dalam menjalankan suatu pekerjaan secara bersama- 3

sama. Menurut Podsakoff et al., 1990, pemimpin dengan gaya transformasional mempunyai karakteristik: mengartikulasikan visi dengan baik, melakukan stimulasi intelektual, mengedepankan kolaborasi, mempertimbangkan aspek individu, dan menjadi panutan. Secara umum gaya kepemimpinan transformasional akan memiliki efek yang lebih tinggi terhadap kinerja bawahannya dibanding kepemimpinan transaksional, sedangkan pada kepemimpinan transaksional diketemukan adanya perbedaan hasil antara satu studi dengan studi lainnya (Howell & Hall Meranda, 1999). Avolio dan Bass (2002) berpendapat bahwa kepemimpinan transaksional dan transformasional adalah dua konsep yang berbeda dan pemimpin yang baik adalah yang memiliki keduanya. Kedua jenis kepemimpinan tersebut saling berhubungan positif sehingga pemimpin yang sama dapat menggunakan kedua tipe kepemimpinan tersebut pada waktu dan kondisi yang berbeda. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh positif terhadap perilaku dan sikap kerja individu maupun kelompok. Namun ternyata masih perlu dikaji lebih lanjut tentang caracara para pemimpin transformasional memberikan pengaruh kepada para anggotanya untuk memunculkan perilaku untuk menghasilkan kinerja yang baik. Teori kepemimpinan transformasional menekankan peran pemberdayaan sebagai upaya untuk mencapai tujuan organisasi (Avolio, 1999). Lowe, Kroeck, dan Sivasubramaniam (1996) berpendapat bahwa pemimpin transformasional mampu mengajak dan mengubah aspirasi, kebutuhan, dan nilai-nilai individu para anggotanya untuk memaksimalkan potensi yang ada pada masing-masing individu 4

tersebut. Dengan melibatkan para anggotanya secara emosional dalam mencapai tujuan organisasi, masing-masing individu diharapkan dapat menemukan makna pekerjaan yang dilakukannya tidak hanya sebagai rutinitas namun sebagai bagian dari hidupnya untuk mencapai masa depan organisasi dan dirinya sendiri. Dengan kata lain, seorang pemimpin harus mampu untuk memberdayakan para anggotanya agar dapat menjadi individu yang lebih baik yang pada akhirnya akan membawa keuntungan bagi organisasi. Proses pemberdayaan yang dilakukan tidak hanya mencakup pendelegasian wewenang dan tugas namun lebih kepada pemberdayaan psikologis (psychological empowerment). Spreitzer (1995) mendefinisikan pemberdayaan sebagai konsep motivasional tentang pemenuhan diri yang ditunjukan dengan meningkatnya motivasi kerja dari dalam diri seorang individu dalam bentuk: meaning (lebih memaknai pekerjaannya), competence (peningkatan kompetensi), self-determination (penentuan sikap diri), dan impact (pengaruh dalam pekerjaan). Masing-masing individu di dalam organisasi diharapkan dapat lebih berkontribusi terhadap pencapaian tujuan organisasi melalui peningkatan aspekaspek yang terdapat di dalam pemberdayaan psikologis (Laschinger, Finegan, Shamian, 2001). Peran pemimpin transformasional dalam hal ini adalah membangun semangat para anggotanya agar tetap antusias dan optimis serta mempunyai makna dalam pekerjaannya sehingga masing-masing individu secara suka rela memunculkan perilaku kewargaan organisasional guna mencapai tujuan organisasi. 5

Berdasarkan hasil penelitian dan argumen di atas, penulis melihat fenomena organisasi yang terjadi pada PT Tripatra Engineers and Constructors dan PT Tripatra Engineering (Tripatra). Tripatra adalah perusahaan swasta nasional yang bergerak di industri minyak dan gas bumi, khususnys di bidang teknik, pengadaan, dan konstruksi (Engineering, Procurement, and Construction EPC) yang berdiri sejak tahun 1973 dan pada tahun 2007 melakukan aksi korporasi berupa penggabungan (merger) dengan PT Indika Energy, Tbk (IE), perusahaan energi yang terintegrasi di Indonesia. Dalam upayanya untuk mencapai visi menjadi perusahaan pilihan di Indonesia yang menyediakan jasa keahlian teknik yang inovatif dan terintegrasi, maka Tripatra harus mampu bersaing dengan pemain lainnya baik perusahaan lokal maupun multinasional yang bergerak di industri sejenis. Salah satu faktor penting dalam pencapaian visi tersebut adalah peran pemimpin Tripatra yang harus mampu memberdayakan seluruh sumber daya yang ada, termasuk sumber daya manusia untuk dapat bekerja secara efektif dan efisien. Tripatra sudah tidak bisa lagi hanya tergantung dari kepiawaian para pemimpin untuk menjalankan organisasi karena ukuran organisasi yang semakin lama semakin besar dan kompleks. Dalam hal ini, pemimpin Tripatra perlu memberikan inspirasi dan dorongan agar masing-masing anggota organisasi dapat berkontribusi maksimal, bekerja melebihi yang disyaratkan dalam deskripsi pekerjaannya, dan mempunyai tujuan individu yang selaras dengan tujuan organisasi. Agar seluruh jajaran organisasi dapat berjalan dengan optimal, maka pemimpin Tripatra tidak dapat bekerja sendiri, melainkan harus mampu memberdayakan seluruh karyawan untuk 6

berkontribusi secara penuh. Pemberdayaan ini selain untuk mencapai tujuan organisasi, juga untuk memfasilitasi karyawan agar dapat memaksimalkan potensi yang ada pada dirinya. Dengan tujuan organisasi untuk menjadi perusahaan pilihan di Indonesia dan proses pemberdayaan yang dilakukan, pemimpin Tripatra berharap para karyawan dapat bersama-sama mengembangkan dirinya bersamasama di dalam organisasi. Salah satu data yang diambil untuk melihat kinerja organisasi adalah rasio jumlah karyawan yang mengundurkan diri dari organisasi secara sukarela dengan jumlah karyawan Tripatra (turnover ratio) dalam waktu 5 tahun terakhir. Berdasarkan gambar I.1 dapat dilihat bahwa turnover ratio Tripatra berada cukup jauh dari standar industri. Gambar I.1 Grafik Turnover Karyawan Tripatra 2008 2012 Sumber: Data internal Perusahaan dan survei remunerasi Tower Watson 2010 Populasi terbesar karyawan yang mengundurkan diri dari Tripatra adalah karyawan dengan masa kerja 0 5 tahun, seperti yang dapat dilihat pada tabel 1.2 di bawah ini. 7

Tabel I.1 Data Resignation Berdasarkan Masa Kerja Sumber: Data internal Perusahaan Beberapa alasan karyawan mengundurkan diri dari Tripatra antara lain: beban kerja yang tidak sesuai dengan deskripsi pekerjaan, jenjang karir tidak jelas, budaya kerja yang tidak sesuai, persepsian perlakuan yang tidak adil, faktor kepemimpinan, dan remunerasi yang kurang kompetitif. Berdasarkan hasil wawancara dengan karyawan yang mengundurkan diri, diperoleh tiga alasan teratas, yaitu: 1. Pemberian beban kerja yang tidak sesuai dengan deskripsi pekerjaan 2. Jenjang karir yang tidak transparan 3. Remunerasi yang tidak kompetitif Selain mendapatkan informasi dari karyawan, divisi Sumber Daya Manusia Tripatra juga melakukan diskusi dengan jajaran direksi Tripatra (manajemen) untuk menemukan akar permasalahan yang ada guna pengambilan langkah-langkah perbaikan yang diperlukan. Berdasarkan pertemuan dengan manajemen, diperoleh persepsi bahwa telah terjadi perubahan karakteristik 8

karyawan dalam melihat nilai suatu pekerjaan. Salah satu hal yang dititikberatkan adalah karyawan cenderung terpaku pada deskripsi pekerjaan yang diberikan dan melihat ketidaksesuaian antara realitas di lapangan dengan deskripsi pekerjaan sebagai suatu beban tambahan. Sebaliknya, manajemen mengharapkan justru saat perusahaan sedang menghadapi banyak proyek yang harus diselesaikan, tentunya diperlukan peran dan kontribusi yang lebih (extra roles) dari para karyawannya untuk dapat menyelesaikan proyek tersebut tepat waktu dengan menggunakan sumber daya seefektif dan seefisien mungkin. Dalam hal remunerasi, manajemen juga telah mempunyai program untuk memberi penghargaan dan imbalan bagi karyawan yang mempunyai kinerja baik. Kondisi ini menjadi isu kritikal dan stratejik karena dengan rencana perkembangan organisasi Tripatra yang sangat pesat 5 tahun ke depan, jajaran direksi Tripatra perlu mencari cara agar para karyawan tetap bergabung di dalam organisasi dan memberikan kontribusi maksimal untuk pencapaian tujuan organisasi. Perbedaan cara pandang dari sisi karyawan dan manajemen Tripatra ini menjadi fenomena menarik untuk dicermati dan diteliti lebih lanjut terutama dalam hubungannya dengan landasan konseptual mengenai pengaruh gaya kepemimpinan untuk melakukan pemberdayaan psikologis terhadap munculnya perilaku kewargaan organisasional. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan kondisi dan informasi yang diperoleh, dapat diketahui beberapa permasalahan yang terjadi di dalam organisasi Tripatra, antara lain: 9

1. Adanya ketidakselarasan antara persepsian gaya kepemimpinan Tripatra dengan aspirasi karyawan dalam hal pemberian beban kerja dengan remunerasi yang diterima dan pengembangan karir di dalam organisasi 2. Keinginan dan harapan pemimpin Tripatra untuk memberikan pemberdayaan kepada karyawan untuk bersama-sama membangun dan mencapai tujuan jangka panjang organisasi tidak diterima dengan baik oleh karyawan Penelitian ini akan menelaah permasalahan yang terjadi di Tripatra dengan mengacu pada teori mengenai gaya kepemimpinan dalam hubungannya dengan perilaku kewargaan organisasional serta melihat peran mediasi pemberdayaan psikologis di dalam hubungan tersebut. 1.3. Pertanyaan Penelitian Penelitian yang akan dilakukan ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1. Apakah persepsian gaya kepemimpinan transaksional berpengaruh positif pada perilaku kewargaan organisasional? 2. Apakah persepsian gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh positif pada perilaku kewargaan organisasional? 3. Apakah persepsian gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh positif pada perilaku kewargaan organisasional melebihi gaya kepemimpinan transaksional? 4. Apakah pemberdayaan psikologis memediasi pengaruh persepsian gaya kepemimpinan transformasional terhadap perilaku kewargaan organisasional? 10

1.4. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji: 1. Pengaruh gaya kepemimpinan transaksional dan transformasional di Tripatra terhadap munculnya perilaku kewargaan organisasional 2. Peran pemberdayaan psikologis dalam memediasi pengaruh gaya kepemimpinan transformasional di Tripatra terhadap munculnya perilaku kewargaan organisasional 1.5. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangam pengetahuan dan praktik manajaerial sebagai berikut: 1. Sebagai pengembangan pengetahuan untuk menguji teori perilaku kewargaan organisasional dan faktor-faktor yang memprediksinya. 2. Sebagai masukan bagi manajemen dari sisi teoritis yang lebih kuat dan lebih tinggi validitasnya guna membantu menyusun langkah-langkah strategis dan pengambilan keputusan di Tripatra sehubungan dengan menurunkan turnover ratio serta meningkatkan kontribusi karyawan dalam mencapai tujuan organisasi. 3. Selain untuk pengembangan organisasi Tripatra, hasil penelitian juga diharapkan dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan peran kepemimpinan, pemberdayaan psikologis, dan perilaku kewargaan organisasional di organisasi sejenis ataupun untuk industri lainnya. 11

1.6. Batasan Penelitian Penelitian ini akan dibatasi pada aspek kepemimpinan organisasi Tripatra di tahun 2012 dengan mengambil sampel dari karyawan yang berada di kantor Jakarta. Lingkup penelitian hanya terbatas untuk melihat dan mempelajari variabel gaya kepemimpinan transaksional dan transformasional serta pemberdayaan psikologis dalam pengaruhnya terhadap munculnya perilaku kewargaan organisasional. Penelitian ini berdasarkan persepsi masing-masing individu karyawan, sehingga faktor subjektifitas dan bias akan dapat mempengaruhi hasil penelitian. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka pada saat pengisian kuesioner akan ditekankan bahwa identitas responden akan dirahasiakan dan tidak ada jawaban salah atau benar dalam menjawab kuesioner yang diberikan. 12