BAB I PENDAHULUAN. negara membuat arus transaksi perdagangan antarnegara juga semakin mudah dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. batas negara yang telah membawa dampak pada kemajuan yang pesat di segala

BAB I PENDAHULUAN. mendorong transaksi internasional atau sering disebut dengan cross border

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Persaingan yang dihadapi di era globalisasi ini, menuntut perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pesatnya pertumbuhan kegiatan ekonomi internasional turut merangsang

BAB I PENDAHULUAN. sehubungan dengan investasi, salah satunya adalah transfer pricing. Meskipun beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya General Agreement on Trade and Tariff (GATT) dan World Trade

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan ekonomi mengakibatkan transaksi perdagangan dan kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya General Agreement on Trade and Tariff (GATT) dan World Trade

BAB I PENDAHULUAN. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa transfer pricing dilakukan antara

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. oleh perusahaan nasional atau internasional di perlukan dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini sebagai sumber penerimaan terbesar negara. yang terlihat dalam Tabel 1.1 berikut.

BAB I PENDAHULUAN. dengan investasi asing, salah satunya adalah transfer pricing. Transfer pricing

ARTIKEL ILMIAH. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian Program Pendidikan Strata Satu Jurusan Akuntansi. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya perusahaan multinasional. Dalam perusahaan multinasional

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang terbesar, terbukti. (

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini semakin memudarkan batas geografis antar negara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan oleh berbagai pihak yang berkepentingan atas suatu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN. yang bersifat netral dan pengertian yang bersifat pejorative. Pengertian netral

BAB I PENDAHULUAN 3,000, ,500, ,000, ,500, ,000, ,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat bantu dalam mengambil keputusan oleh pengguna laporan keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BABl PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kita makin dominan sehingga

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam potensi untuk menjadi negara yang lebih maju. Akan tetapi pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. laba di perusahaan. Menurut Jansen & Meckling (1976) teori agensi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan berbagai pihak,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (pemiliknya). Peningkatan kesejahteraan ini dapat berupa capital gain atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan dihadapkan dengan persaingan yang keras

BAB I PENDAHULUAN. Pada abad 20 lalu terjadi perubahan besar-besaran dalam bidang sosial, politik, dan

BAB I PENDAHULUAN. satunya untuk meningkatkan kesejahteraan perusahaan. Laba yang berkualitas dapat menentukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak signifikan terhadap ekonomi suatu negara. Perkembangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

DIREKTUR JENDERAL PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. Pajak menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2009 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib

METODE PENETAPAN HARGA WAJAR TERHADAP PRAKTIK TRANSFER PRICING DI KPP PRATAMA BATAM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada umumnya suatu negara dinilai maju dan berkembang dilihat dari segi

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, perencanaan diperlukan agar laba dapat dicapai dalam perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu sektor terbesar dari penerimaan negara. Hal ini dapat dilihat

PENGARUH FAKTOR FAKTOR KONSERVATISME AKUNTANSI DALAM PERPAJAKAN PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran Umum BUMN

BAB I PENDAHULUAN. dapat melihat kinerja dari suatu perusahaan. Informasi laba yang diberikan perusahaan

2016, No pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain selama 10 (sepuluh) tahun di Indonesia; b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 10 ayat (2) P

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan UUD 1945 alinea 4 yaitu, memajukan kesejahteraan umum. Agar tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan / laba mencapai sasaran. Perusahaan yang berhasil mendapatkan laba

Modul ke: PERPAJAKAN I. PPh PASAL Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketentuan Umum Perpajakan Pasal 1, pengertian Pajak adalah kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia kini cukup pesat dilihat dari segi

BAB I PENDAHULUAN. seolah telah menjadi budaya perusahaan (corporate culture) yang dipraktikan semua UKDW

MASALAH INTERNASIONAL DALAM AKUNTANSI MANAJEMEN. HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Tujuan pembangunan nasional Indonesia yaitu mewujudkan. sangat besar untuk pembiayaan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi, dengan dukungan teknologi informasi, telah membuka peluang

1 BAB I 2 PENDAHULUAN. keuangan dalam jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, seperti obligasi,

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham. Manajer mempunyai kewajiban untuk memaksimumkan. kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka.

PENENTUAN HARGA TRANSFER

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan secara bijak untuk keperluan belanja Negara. Namun daripada itu, banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Persaingan bisnis saat ini semakin ketat pada perusahaan, agar

BAB I PENDAHULUAN. harus lengkap atau komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua

BAB III METODE PENELITIAN. tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. S.H. dalam bukunya Mardiasmo (2011):

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari minat investor terhadap perusahaan dengan tingkat saham yang

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan perpajakan (

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan. Informasi laba haruslah menggambarkan keadaan. laba untuk memaksimalkan kepuasan mereka sendiri.

BAB I. Pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah dalam rangka menjalankan. pemerintah dalam memungut pajak dari masyarakat, yaitu sebagai berikut:

PENDAHULUAN. Dengan dibentuknya ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun karena AEC mensyaratkan adanya penghapusan aturan-aturan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini pemerintah Indonesia sedang gencar dalam pelaksanaan sadar

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-csr) dimana perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. warga negara untuk menunjang pembangunan. Kegiatan kenegaraan sulit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan tenaga manusia. Globalisasi telah merambah di berbagai sector di

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian yang semakin pesat tanpa mengenal batas negara membuat arus transaksi perdagangan antarnegara juga semakin mudah dan lancar, dimana terlihat semakin banyaknya perusahaan yang mulai memperluas pasarnya dengan mendirikan sebuah kantor cabang atau anak perusahaan baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Hal ini secara tidak langsung menyebabkan terbentuknya perusahaan multinasional yaitu perusahaan internasional yang keberadaan kantor pusatnya terletak di suatu negara dengan kepemilikan kantor cabang maupun pabrik yang tersebar di berbagai negara. Selain itu, terbentuknya beragam organisasi dan perjanjian kerja sama antarnegara seperti AFTA (ASEAN Free Trade Area), WTO (World Trade Organization) dan AEC (ASEAN Economic Community) juga semakin mempermudah dan memperlancar jalannya transaksi perdagangan internasional sehingga setiap perusahaan multinasional akan semakin gencar dalam melaksanakan bisnis perdagangannya ke berbagai negara guna memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya terutama dengan melakukan hubungan istimewa melalui perusahaan relasinya yang berada di setiap negara. Dengan adanya transaksi perdagangan internasional antarnegara maka perusahaan secara tidak langsung akan menghadapi permasalahan dimana terjadi perbedaaan tarif pajak yang berlaku di setiap negara. Hal tersebutlah yang 1

2 memicu perusahaan multinasional dalam memutuskan untuk melakukan transfer pricing atau harga transfer terutama melalui hubungan istimewa. Hal ini didukung oleh penelitian dari Hartati et al (2013), yang menyatakan bahwa transfer pricing dapat menyebabkan terjadinya masalah perekayasaan jumlah pajak terutang atas wajib pajak yang memiliki hubungan istimewa. Secara umum transfer pricing diartikan sebagai suatu kebijakan perusahaan dalam menetapkan harga transfer terkait transaksi tertentu yang berupa barang, jasa, harta berwujud, dan lainnya. Bagi perusahaan multinasional, transfer pricing merupakan salah satu strategi yang cukup efektif agar bisa memenangkan persaingan dalam pasar global terutama dalam memperebutkan sumber daya yang terbatas (Santoso:2004). Setiawan (2014), menyatakan bahwa transfer pricing merupakan pengalihan penghasilan dari perusahaan di suatu negara yang memiliki tingkat tarif pajak yang lebih tinggi ke perusahaan lain atau anak perusahaan di suatu negara yang memiliki tingkat tarif pajak yang lebih rendah sehingga dapat meminimalkan total beban pajak perusahaan yang harus dibayarkan. Tujuan utama perusahaan multinasional dalam memutuskan untuk melakukan transfer pricing tidak lain dikarenakan setiap perusahaan ingin memperoleh laba yang maksimal dengan cara meminimalkan dan menekan jumlah pajak yang akan dibayarkan. Padahal sebelumnya praktek transfer pricing hanya digunakan oleh perusahaan untuk menilai kinerja divisinya namun lambat laun praktek tersebut disalahgunakan oleh perusahaan guna memaksimalkan perolehan laba sehingga istilah transfer pricing seringkali dikonotasikan sebagai suatu hal yang tidak baik karena transfer pricing

3 menimbulkan banyak permasalahan mulai dari masalah terkait bea cukai, ketentuan anti dumping hingga persaingan bisnis yang tidak sehat. Dalam lima tahun terakhir, permasalahan transfer pricing telah menjadi isu global yang paling menarik dalam otoritas perpajakan dan hingga saat ini masih sulit untuk diselesaikan terutama oleh pemerintah karena adanya perbedaan kepentingan antara pelaku bisnis dengan kantor pajak di berbagai negara. Berdasarkan berita Kompas (20 April 2010), menyebutkan bahwa ada Rp 1200 trilliun transfer pricing yang diperkirakan 10% dari total tersebut sebanyak Rp 120 trilliun tidak disetor oleh wajib pajak ke kas negara sebagai pajak. Dari sisi pemerintah, transfer pricing dianggap berpotensi mengurangi penerimaan pajak suatu negara karena perusahaan multinasional cenderung berusaha untuk menggeser kewajiban pajaknya dari negara yang memiliki tingkat tarif pajak yang tinggi ke negara yang memiliki tingkat tarif pajak yang lebih rendah. Dari sisi bisnis, praktik transfer pricng menguntungkan bagi perusahaan sehingga perushaaan akan berupaya untuk meminimalkan biaya terutama dalam hal pembayaran pajak perusahaan. Bagi otoritas pajak, ada dua hal yang harus diperhatikan ketika melakukan koreksi pajak agar memperoleh bukti yang kuat mengenai dugaan terjadinya transfer pricing, yaitu hubungan istimewa atau afiliasi dan kewajaran atau arm s length priciple (Bakti: 2012). Prinsip kewajaran adalah prinsip yang mengatur bahwa harga atau laba dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa itu harus sama atau berada dalam rentang harga atau laba yang sama dalam transaksi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak

4 mempunyai hubungan istimewa sebagai pembanding. Aturan umum tentang transfer pricing dimuat dalam Pasal 18 ayat (4) UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (UU PPh). Dijelaskan bahwa hubungan istimewa antara Wajib Pajak Badan dapat terjadi karena adanya penguasaan modal saham suatu badan oleh badan lainnya sebanyak 25% atau lebih, antara beberapa badan sebanyak 25% atau lebih sahamnya dimiliki suatu badan. Yuniasih et al (2012), menyatakan bahwa suatu hubungan istimewa dapat mengakibatkan ketidakwajaran dalam harga, biaya, atau imbalan yang direalisasikan dalam transaksi usaha. Hubungan istimewa dalam transfer pricing mengakibatkan terjadinya pengalihan penghasilan atau biaya dari satu wajib pajak ke wajib pajak lain dimana pengalihan tersebut dapat direkayasa guna menekan keseluruhan jumlah pajak terutang wajib pajak yang mempunyai hubungan istimewa. Salah satu contoh praktek transfer pricing yang dilakukan oleh perushaan multinasional di Indonesia yaitu PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia dimana Direktorat Jenderal Pajak menduga bahwa perusahaan tersebut telah melakukan penghindaran pajak senilai 1,2 trilliun dengan transfer pricing. Diketahui bahwa ribuan mobil produksi PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia diekspor ke luar negeri dengan nilai ekspor atau harga jual yang ditetapkan jauh di bawah nilai pasar. Kasus ini semakin menyebar ketika Direktorat Jenderal Pajak secara simultan memeriksa surat pemberitahuan pajak tahunan (SPT) dan laporan keuangan perusahaan pada tahun 2005. Direktorat Jenderal Pajak menemukan keanehan dengan jumlah laba yang anjlok setelah perusahaan melakukan restrukturisasi padahal pada tahun tersebut volume

5 penjualan mengalami peningkatan yang signifikan. Hal itu tentunya menambah kecurigaan Direktorat Jenderal Pajak kepada pihak perusahaan. Namun, pihak Toyota menyangkal termuan tersebut bahkan sebaliknya perusahaan mengklaim bahwa telah melakukan kelebihan pembayaran pajak pada tahun tersebut dan meminta negara untuk melakukan restitusi pajak. Ada beberapa alasan yang memungkinkan suatu perusahaan untuk melakukan transfer pricing. Alasan yang pertama adalah motivasi pajak. Berdasarkan teori political cost, dimana pemerintah mewajibkan atau menuntut suatu perusahaan multinasional untuk membayar pajak. Hal tersebut tentu membuat perusahaan merasa mendapatkan tekanan sosial dari pemerintah dimana perusahaan harus secara rutin membayar pajak kepada negara sehingga manager perusahaan akan cenderung untuk memilih melakukan transfer pricing ke grup perusahaannya yang ada di negara lain agar pajak yang dibayar oleh perusahaan bisa seminimal mungkin. Dalam penelitiannya Yuniasih et al (2012), menemukan bahwa semakin besar beban pajak maka semakin besar pula tingkat keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing. Penelitian selanjutnya Hartati et al (2014), juga menyatakan bahwa pajak berpengaruh terhadap keputusan untuk melakukan praktek transfer pricing. Alasan kedua yang memungkinkan perusahaan melakukan transfer pricing adalah tunneling incentive. Berdasarkan teori agensi dimana terdapat hubungan antara agen dan principal dimana pemegang saham pengendali asing berupaya untuk memperoleh pengembalian modal yang maksimal dari tingkat kepemilikannya yaitu dengan cara memerintah manajemen untuk melakukan

6 transaksi dengan pihak berelasi yang tentunya merugikan pemegang saham non pengendali. Salah satu transaksi dengan pihak berelasi yang dapat dilakukan adalah transfer pricing. Hartati et al (2015), menyatakan bahwa tunneling incentive merupakan perilaku dari pemegang saham pengendali yang melakukan transfer aset maupun laba perusahaan untuk keuntungan dirinya sendiri dengan membebankan biaya kepada pemegang saham non pengendali. Dalam hal ini, pemegang saham pengendali asing secara bebas melakukan tunneling yaitu dengan menjual produk perusahaan di bawah harga pasar atau tidak membagikan dividen kepada pemegang saham non pengendali. Penelitian tentang tunneling incetive telah dilakukan oleh Mispiyanti (2015), yang menemukan bahwa tunneling incentive berpengaruh signifikan terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing. Alasan ketiga yang memungkinkan perusahaan melakukan transfer pricing adalah mekanisme bonus dalam perusahaan. Bonus merupakan salah satu bentuk penghargaan yang diberikan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) kepada anggota direksi setiap tahun apabila kinerja perusahaan dinilai baik (Purwanti: 2010). Berdasarkan teori agensi, dalam hal ini pemilik perusahaan dan direksi memiliki kepentingannya masing-masing dalam perusahaan. Pemilik perusahaan menginginkan kinerja yang lebih baik dari direksinya guna meningkatkan profit perusahaan sedangkan direksi juga menginginkan hal serupa yaitu keuntungan berupa bonus atas kinerja yang telah diberikannya kepada perusahaan. Besarnya laba dapat membuat para direksi akan menghalalkan segala cara dengan melakukan kecurangan seperti memanipulasi laporan keuangan

7 dengan memanfaatkan transaksi transfer pricing antara pihak terkait untuk meningkatkan penjualan dimana penjualan tersebut secara tidak langsung dapat meningkatkan laba perusahaan dan bonus yang mereka terima. Menurut penelitian dari Hartati et al (2014), menunjukkan bahwa mekanisme bonus berrpengaruh terhadap keputusan transfer pricing. Berdasarkan ulasan di atas, penelitian ini penting untuk dilakukan karena adanya gap penelitian. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mispiyanti (2015), menunjukkan bahwa varibel pajak dan mekanisme bonus tidak berpengaruh signifikan terhadap transfer pricing sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Hartati et al (2014), menunjukkan bahwa variabel pajak dan mekanisme bonus bepengaruh signifikan terhadap transfer pricing. Maka dari itu, penelitian ini dilakukan untuk menguji kembali mengenai Analisis Pengaruh Pajak, Tunneling Incentive dan Mekanisme Bonus Terhadap Keputusan Transfer Pricing pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan perrmasalahan sebagai berikut: 1. Apakah pajak berpengaruh terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing? 2. Apakah tunneling incentive berpengaruh terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing? 3. Apakah mekanisme bonus berpengaruh terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing?

8 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini secara khusus adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis pengaruh pajak terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing 2. Menganalisis pengaruh tunneling incentive terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing 3. Menganalisis pengaruh mekanisme bonus terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing 1.4 Manfaat Penelitian Dalam sebuah penelitian tentunya ada manfaat tertentu yang diharapkan dapat dicapai dan bisa memberikan manfaat bagi pihak lain. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Praktis Memberikan petunjuk atau gambaran kepada pemerintah, manajemen perusahaan, maupun investor mengenai bagaimana pajakdan mekanisme bonus dapat mempengaruhi keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing. 2. Manfaat Akademis Menambah pengetahuan terutama bagi bidang akuntansi maupun pajak dengan memberikan gambaran mengenai transfer pricing yang banyak dilakukan oleh perusahaan multinasional di Indonesia serta menambah referensi bagi penelitian selanjutnya.

9 1.5 Sistematika Penulisan Penulis menyusun sistematika yang sistematis agar dapat menunjukkan hasil penelitian yang baik dan mudah untuk dipahami. Adapun sistematika penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini memuat tinjauan pustaka yang berisi tentang penelitian terdahulu sebagai acuan, landasan teori yang berkaitan dengan penelitian, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. BAB III : METODE PENELTIAN Pada bab ini menjelaskan tentang rancangan penelitian, batasan penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional dan pengukuran variabel, populasi dan sampel penelitian, data dan metode pengumpulan data, dan teknik analisis data. BAB IV : GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISIS DATA Pada bab ini berisi tentang gambaran subyek penelitian yang terdiri dari populasi dan sampel penelitian yang akan dianalisis. Selain itu, bab ini juga berisi tentang analisis data yang teridir dari analisis deskriptif, uji hipotesis, dan pembahasan dari hasil analisis.

10 BAB V : PENUTUP Pada bab ini menjelaskan tentang kesimpulan penelitian, keterbatasan peneltian baik secara teoritis maupun teknis, dan saran untuk penelitian selanjutnya.