APLIKASI PROBABILITAS BAYES DALAM SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSIS GANGGUAN KEJIWAAN BIPOLAR

dokumen-dokumen yang mirip
UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang

Kata kunci :certainty factor, diagnosis penyakit, forward chaining, program aplikasi, sistem pakar.

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan nyawa seseorang, Ironisnya gejala gejala tersebut seringkali

APLIKASI SISTEM PAKAR TINGKAT DEPRESI PADA REMAJA MENGGUNAKAN CERTAINTY FACTOR

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS

SISTEM PAKAR DIAGNOSIS KEJIWAAN MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR (STUDI KASUS RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RANCANGAN SISTEM PAKAR DENGAN METODE FORWARD CHAINING DAN HETEROASSOCOATIVE MEMORY UNTUK MENDETEKSI TINGKAT DEPRESI SESEORANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

A. Pemeriksaan penunjang. - Darah lengkap

PEMANFATAN TEOREMA BAYES DALAM PENENTUAN PENYAKIT THT

Aplikasi Sistem Pakar Berbasis Web Untuk Mendiagnosis Gangguan Kejiwaan Psikosis Menggunakan Metode Certainty Factor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN MENGGUNAKAN METODE DEMPSTER SHAFER

REFERAT Gangguan Afektif Bipolar

BAB I PENDAHULUAN. komputer adalah internet atau International Networking merupakan sarana

DIAGNOSA PENYAKIT TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN (THT) PADA ANAK DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PAKAR BERBASIS MOBILE ANDROID

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu dengan suatu media konsultasi yang bersifat online. mengemukakan pesoalan-persoalan yang terjadi kemudian pakar akan

BIPOLAR. oleh: Ahmad rhean aminah dianti Erick Nuranysha Haviz. Preseptor : dr. Dian Budianti amina Sp.KJ

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT TANAMAN DURIAN BERBASIS WEB MENGGUNAKAN ALGORITMA BAYES NASKAH PUBLIKASI

APLIKASI SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT GINJAL DENGAN METODE DEMPSTER-SHAFER

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan kebutuhan manusia yang semakin banyak dan kompleks. Hal ini yang

1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK MENGIDENTIFIKASI PENYAKIT DALAM PADA MANUSIA MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STIKOM SURABAYA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penyakit Hepatitis adalah penyakit yang disebabkan oleh beberapa jenis

Gangguan Bipolar. Febrilla Dejaneira Adi Nugraha. Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

SISTEM PAKAR PENGOBATAN HERBAL

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT HYPEROPIA DAN MYOPIA PADA

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

BAB 1 PSIKIATRI KLINIK

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN. mengetahui penyakit yang diderita. - Pasien kesulitan jika ingin mencari racikan obat tradisional

SISTEM PAKAR DIAGNOSA DYSPEPSIA DENGAN CERTAINTY FACTOR

TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2016

BIPOLAR. Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ

SISTEM PAKAR PENDIAGNOSIS PENYAKIT PADA SISTEM ENDOKRIN MANUSIA MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR. Iwan Kurniawan

ISSN : STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Mata: sklera ikterik -/- konjungtiva anemis -/- cor: BJ I-II reguler, murmur (-) gallop (-) Pulmo: suara napas vesikuler +/+ ronki -/- wheezing -/-

APLIKASI DIAGNOSA PENYAKIT ANAKMELALUI SISTEM PAKAR MENGGUNAKAN JAVA 2 MICRO EDITION YOSEPHIN ERLITA KRISTANTI

Sistem Pakar Untuk Mengetahui Gangguan Depresi Mayor Dengan Menggunakan Faktor Kepastian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pakar atau exspert system merupakan sebuah program komputer

CARA MENGGUNAKAN APLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

SISTEM PAKAR ANALISIS PENYAKIT LUPUS ERITEMATOSIS SISTEMIK PADA IBU HAMIL MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2016

APLIKASI ANDROID UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT

RANCANG BANGUN SISTEM IDENTIFIKASI KELAINAN CONDUCT DISORDER PADA ANAK MENGGUNAKAN METODE TEOREMA BAYES

ANALISIS METODE CERTAINTY FACTOR DALAM SISTEM PAKAR UNTUK MENDETEKSI PENYAKIT SAPI PEDAGING

MOOD DISORDER. DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A / YUNITA KURNIAWATI, S.Psi., M.Psi dita.lecture.ub.ac.id

Sinonim : - gangguan mood - gangguan afektif Definisi : suatu kelompok ggn jiwa dengan gambaran utama tdptnya ggn mood yg disertai dengan sindroma man

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. membantu proses dan cara berpikir manusia yang disebut sebagai artificial

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman. Dengan adanya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka

BAB I PENDAHULUAN. nyamuk yang terjadi pada suatu daerah tertentu. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) (2010), Kabupaten Sikka

APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK PERTOLONGAN PERTAMA MENDIAGNOSA DEMAM Shela Shelina Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100 Pondok Cina, Depok 164

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi internet begitu menyentak dan membawa banyak pembaharuan

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

APLIKASI SISTEM PAKAR BERBASIS ANDROID UNTUK DIAGNOSA AWAL PENYAKIT DAN RACIKAN OBAT TRADISIONAL

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT DEMAM PADA BALITA MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR DAN FORWARD CHAINING BERBASIS VISUAL BASIC

SISTEM PAKAR IDENTIFIKASI KEMAMPUAN OTAK PADA ANAK SEKOLAH DASAR MENGGUNAKAN ALGORITMA BACKWARD CHAINING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan manusia ke komputer, agar komputer dapat menyelesaikan masalah

BAB II LANDASAN TEORI. Landasan teori atau kajian pustaka yang digunakan dalam membangun

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

SISTEM PAKAR DENGAN BEBERAPA KNOWLEDGE BASE MENGGUNAKAN PROBABILITAS BAYES DAN MESIN INFERENSI FORWARD CHAINING

SISTEM PAKAR UNTUK MENENTUKAN GANGGUAN AFEKTIF

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SISTEM PAKAR MENDIAGNOSA PENYAKIT DAN HAMA TANAMAN PADI ORGANIK VARIENTAS IR 64 DENGAN METODE CERTAINTY FACTOR

BAB I PENDAHULUAN. yang dirancang untuk memodelkan serta kemampuan menyelesaikan masalah

GANGGUAN MOOD (ALAM PERASAAN)

BAB I PENDAHULUAN. informasi namun juga untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

EXPERT SYSTEM DENGAN BEBERAPA KNOWLEDGE UNTUK DIAGNOSA DINI PENYAKIT-PENYAKIT HEWAN TERNAK DAN UNGGAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (intelligent system) adalah sistem yang dibangun dengan menggunakan

Feresi Daeli ( )

GANGGUAN MOOD. dr. Moetrarsi SKF., DTM&H, Sp.KJ

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENALARAN SISTEM PAKAR MENGGUNAKAN MODEL HIBRID FUZZY DEMPSTER SHAFER UNTUK IDENTIFIKASI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN JAGUNG

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin canggih dan pengetahuan yang semakin luas maka semakin banyak

PERANCANGAN SISTEM PAKAR PENENTU PROSES PERSALINAN DENGAN METODE NAIVE BAYES PADA KEPULAUAN DI DAERAH TERPENCIL PENEBEL TABANAN BALI

LAMPIRAN LAMPIRAN A PANDUAN WAWANCARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yang rentan akan penyakit. Pada bidang teknologi kesehatan semua

@UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan/knowledge khusus untuk memecahkan masalah pada level human

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan komputer sekarang ini sangat pesat dan salah. satu pemanfaatan komputer adalah dalam bidang kecerdasan buatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

APLIKASI PROBABILITAS BAYES DALAM SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSIS GANGGUAN KEJIWAAN BIPOLAR Chairisni Lubis 1), Agus Budi Dharmawan 2), Yulia Dewi, S. Kom 3) 1), 2),3) Teknik Informatika Universitas Tarumanagara Jl S.Parman No.1. Jakarta Email : chairisnil@fti.untar.ac.id 1), agusd@fti.untar.ac.id 2) ), yang.yuliadewi@gmail.com 3) Abstract Sistem Pakar digunakan untuk menyelesaikan masalah dengan menggunakan basis pengetahuan dan mesin inferensi berdasarkan pengetahuan dari seorang pakar. Sistem Pakar ini digunakan untuk mendiagnosis gangguan kejiwaan bipolar berdasarkan basis pengetahuan dari penyakit tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan tingkat keakuratan yang tinggi dan untuk membantu Pakar (dokter kejiwaan). Pada penelitian digunakan 2 macam basis pengetahuan yaitu dengan menggunakan data pebelajaran bipolar saja dan dengan menggunakan data pembelajaran bipolar dan skizofrenia. Tingkat keakuratan yang dicapai dalam penelitian ini mencapai 44.83% Kata Kunsi: Bipolar, Probabilitas Bayes, Sistem Pakar 1. Pendahuluan Sistem pakar (Expert System) merupakan salah satu kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) yang menggabungkan basis pengetahuan (knowledge base) dengan mesin inferensi. Dengan menggunakan basis pengetahuan yang ada, Teknologi Informasi yang diterapkan dalam bentuk sebuah aplikasi komputer akan meniru penalaran seorang pakar dengan keahlian yang ada pada suatu basis pengetahuan tertentu. Sistem pakar dapat meningkatkan efektifitas pengambilan keputusan dalam pemecahan masalah, misalnya masalah kesehatan yang berhubungan dengan kejiwaan yang biasanya memiliki gejala umum yang sama. Penyakit kejiwaan tergolong sulit untuk didiagnosis dikarenakan beberapa hal seperti kemiripan gejala yang dapat terjadi, enggan berkonsultasi dengan pakar kejiwaan, kondisi pasien yang mengalami gangguan kejiwaan tidak mendukung untuk dimintai keterangan. Selain itu, informasi mengenai gangguan kejiwaan kurang memadai sehingga dapat menyulitkan para pakar untuk memberikan diagnosis terhadap gangguan yang dialami oleh pasien. Kesulitan para pakar dalam mendiagnosis biasanya disebabkan oleh adanya kemiripan gejala-gejala pada gangguan kejiwaan, seperti pada skizofrenia dan afektif bipolar. Maka dari itu, pembuatan aplikasi kali ini berhubungan mengenai sistem pakar untuk membantu pakar dalam mempermudah melakukan diagnosis gangguan bipolar. Dalam aplikasi sistem pakar ini, pemberian diagnosis gangguan kejiwaan diterapkan dengan menggunakan metode Bayesian Probability. Pada metode Bayesian Probability, keputusan dihasilkan dengan menaikkan tingkat probabilitas jika rule terpicu dan menurunkan tingkat probabilitas jika rule tidak terpicu ketika dilakukan diagnosa. Dengan penggunaan metode Probabilitas Bayes pada sistem pakar ini, diharapkan aplikasi yang dibuat akan dapat menghasilkan suatu analisis pengambilan keputusan yang tepat dalam mendiagnosis jenis gangguan afektif bipolar berdasarkan akuisisi pengetahuan yang telah dilakukan. Pada penelitian lain, diteliti pemakaian metode Dempster Shaffer pada fakta berupa gejala penyakit kejiwaan yang digunakan sebagai input pada Sistem Pakar untuk mendiagnosis penyakit kejiwaan Skizofrenia[1]. Paper lain juga membahas penggunaan sistem pakar untuk mendiagnosis tipe penyakit kejiwaan skizofrenia menggunakan Metode Tsukamoto[2]. Pada penelitian ini, digunakan 2 macam basis pengetahuan untuk menunjukkan kemampuan metoda probabilitas bayes dalam mendiagnosis gangguan bipolar. Pertama, digunakan basis pengetahuan bipolar saja dan yang kedua dengan menggunakan basis pengetahuan gangguan bipolar dan penyakit kejiwaan skizofrenia. Penyakit kejiwaan skizofrenia dipilih karena memiliki beberapa gejala yang hampir mirip dengan gejala yang dimiliki gangguan bipolar dalam kelompok yang berbeda. 2.1 Probabilitas Bayes Probabilitas Bayes merupakan intepretasi dari probabilitas kalkulus yang mendefinisikan konsep probabilitas bersyarat sebagai tingkat keyakinan dari seseorang yang percaya bahwa proposisi tersebut benar. Teori ini juga menyatakan bahwa Teorema Bayes dapat digunakan sebagai aturan untuk menyimpulkan dan menduga derajat tingkat keyakinan untuk memecahkan informasi yang baru. Formula Bayes dinyatakan dengan: [3]... (1)... dengan : P(H E) :Probabilitas hipotesis H jika diberikan evidence E P(E H) :Probabilitas munculnya evidence E jika diketahui hipotesis H 3.6-31

P(H) : Probabilitas hipotesis H tanpa memandang evidence apapun P(E) : Probabilitas evidence E, dan kemudian dikembangkan menjadi: dengan : P(H) : Probabilitas hipotesis H benar P(E ~H) :Probabilitas munculnya evidence E jika diketahui hipotesis H bernilai salah P(~H) : Probabilitas hipotesis H salah Dalam metode Bayesian Probability, diperlukan suatu nilai prior probability yang didapatkan dengan rumus: Probabilitas Bayes membutuhkan nilai LS dan LN untuk mencari nilai posteriori odds. LS (Likehood Sufficiency) factor adalah faktor yang merepresentasikan tingkat kepercayaan pada hipotesis H jika terdapat evidence E. Tingginya nilai LS (LS>1) mengindikasikan bahwa aturan tersebut sangat mendukung hipotesis jika evidence tersedia, nilai LS didefinisikan sebagai : [3] LN (Likehood Necessity) factor adalah faktor yang merepresentasikan tingkat kepercayaan pada hipotesis H jika tidak terdapat evidence E, rendahnya nilai LN (0 < LN < 1) mengindikasikan bahwa aturan tersebut sangat menentang hipotesis jika evidence tidak tersedia, sesuai dengan rumus: [2] dengan : P(~E H) : Probabilitas tidak munculnya evidence E jika diketahui hipotesis H bernilai benar P(~E ~H) : Probabilitas tidak munculnya evidence E jika diketahui hipotesis H bernilai salah. Pada rule-based expert system, prior probability atau P(H), diubah ke prior odds, dengan rumus: Kemudian untuk mendapatkan posteriori odds, didapat dengan mengalikan prior odds dengan LS atau LN : Posteriori probability dapat dikembalikan dengan menggunakan posteriori odds dengan: Probabilitas Bayes dapat digunakan ketika nilai probabilistik diketahui. 2.2 Gangguan afektif bipolar Gangguan afektif bipolar merupakan salah satu gangguan suasana perasaan (mood afektif) yang menunjukan suasana perasaan pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, dan gangguan ini pada waktu tertentu terdiri dari peninggian suasana perasaan serta peningkatan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan suasana perasaan serta pengurangan energi dan aktivitas... (2)... (depresi). Gangguan ini sulit untuk (2) dideteksi karena gejalanya dianggap biasa dialami oleh individu. Penderita gangguan bipolar dianjurkan untuk tidak terlambat dalam mendapatkan penanganan dan pengobatan. Keterlambatan penanganan akan menyebabkan penderita mengalami kehidupan yang berat dan sulit bersosialisasi dengan lingkungan. Hal ini berisiko tinggi bagi pasien jika akhirnya pasien melakukan kelakuan menyimpang seperti penyalahgunaan obat, narkoba, alkohol, dan bunuh diri. Gangguan afektif bipolar memiliki beberapa jenis, diantaranya: [4].. (3)... 1. Gangguan afektif bipolar, episode (3) kini hipomanik (F31.0) 2. Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotik (F31.1) 3. Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik (F31.2) 4. Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedang(f31.3) 5. Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik (F31.4)... (4)... (4) 6. Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala psikotik (F31.5) 7. Gangguan afektif bipolar, episode kini campuran (F31.6) 8. Gangguan afektif bipolar, episode kini dalam remisi (F31.7) 9. Gangguan afektif bipolar lainnya (F31.8)... (5)... 10. Gangguan afektif bipolar YTT (5) (F31.9) Pada penelitian ini jenis gangguan bipolar yang akan didiagnosis hanya jenis 1 sampai 6. Pada penderita gangguan jiwa bipolar, perasaan penderita sering berayun dari tingkat rendah, yaitu depresi kemudian berubah ke atas, menjadi mania. Ketika berada pada tingkat depresi, penderita akan... (6)...(6) merasa sedih tidak berdaya serta merasa putus asa. Ketika ditingkat mania, penderita akan terlihat riang gembira dan penuh energi. Perubahaan perasaan tersebut... dapat terjadi beberapa kali dalam (7) sehari. Pada beberapa... (7)...(8) kasus, gejala mania tercampur dengan gejala depresi yang muncul dalam waktu yang bersamaan [5].... 2.3 Pengujian dan Pembahasan (9)... (8)... Untuk mengetahui tingkat keakuratan (10) Probabilitas Bayes dalam sistem pakar yang digunakan untuk mendiagnosis penyakit kejiwaan Bipolar ini, maka dilakukan proses pengujian dengan menggunakan program aplikasi yang sudah dirancang. Pengujian dilakukan terhadap data latih dan data uji. Ada 2 macam pengujian yang dilakukan, yang pertama menggunakan data latih penyakit kejiwaan bipolar saja dan yang kedua dengan menggunakan data latih bipolar dan skizofrenia saja. Tujuannya adalah 3.6-32

untuk mengetahui keakuratan sistem pakar yang dirancang dalam mendiagnosis penyakit kejiwaan yang berbeda kelompok. Data pengujian berupa data rekam medis diambil dari RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Grogol. Data rekam medik gangguan kejiwaan bipolar berjumlah 102 data yang terbagi menjadi 73 data latih dan 29 data uji. Data rekam medik gangguan kejiwaan skizofrenia yang digunakan sebagai data latih berjumlah 191 data latih. Gangguan kejiwaan Bipolar yang diuji terdiri dari : 1. Gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik 2. Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotik 3. Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik 4. Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedang 5. Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik 6. Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala psikotik mengatur opsi pemilihan jenis gangguan kejiwaan sesuai hasil perhitungan pada modul rule. Opsi jenis gangguan bipolar akan menghasilkan diagnosis yang mempertimbangkan seluruh kemungkinan gangguan kejiwaan bipolar berdasarkan penghitungan nilai-nilai rule yang mengacu pada data rekam medik bipolar. Untuk menampilkan hasil diagnosis, pengguna perlu memilih beberapa gejala dan menekan tombol Hitung. Setelah itu, hasil diagnosis dengan metode Probabilitas Bayes akan dimunculkan berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan pada program aplikasi. Proses pengujian dilakukan dengan menggunakan data latih yang berbeda dan pada setiap hasil pelatihan digunakan untuk menguji data latih itu sendiri dan data uji. Dengan demikian akan didapatkan 2 buah hasil pengujian yaitu : 1. Pengujian data latih dan data uji Bipolar dengan menggunakan data latih Bipolar saja 2. Pengujian data latih dan data uji Bipolar dengan menggunakan data latih Bipolar dan Skizofrenia. Pada pengujian ini, digunakan program aplikasi yang telah dibuat untuk mengetahui apakah hasil penentuan diagnosis gangguan kejiwaan Bipolar sesuai dengan hasil diagnosis pada rekam medik. Untuk memperoleh hasil diagnosis yang lebih akurat, metode Probabilitas Bayes dilengkapi dengan suatu cara pengurutan rule dalam penghitungan hasil diagnosis. Berdasarkan acuan, tingkat keakuratan yang lebih baik akan diperoleh dengan mengatur rule secara descending. Karena itu, pengujian dengan metode Bayesian Probability pada program aplikasi ini dilengkapi dengan fitur penyusunan rule secara descending. Penyusunan rule secara descending ini mengurutkan rule dengan nilai prior terbesar ke nilai prior terkecil pada tiap penyakit. Pada proses pengujian untuk mendiagnosis gangguan Bipolar digunakan Tampilan Modul Diagnosis pada aplikasi yang dirancang untuk memasukkan gejala-gejala yang dialami pasien seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini. Modul diagnosis berfungsi sebagai modul untuk melakukan diagnosis penyakit terhadap gejalagejala yang terjadi. Pengujian dimulai dengan memilih beberapa gejala yang terpicu pada daftar gejala dengan batas minimal dua buah gejala yang dipilih. Dalam menghasilkan diagnosis gangguan bipolar, aplikasi Gambar 1 Tampilan Modul Diagnosis Gambar 2 Tampilan Hasil Perhitungan 3.6-33

Contoh hasil diagnosis gangguan bipolar dengan menggunakan data pembelajaran gangguan bipolar dan penyakit kejiwaan Skizofrenia dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini. Data yang diuji adalah data pembelajaran gangguan bipolar manik tanpa psikotik. Tabel 1 Hasil Pengujian data pembelajaran gangguan bipolar manik tanpa psikotik. Gejala Bicara kacau, marah, mengamuk, curiga, susah tidur Kurang tidur, bicara spontan, mood cepat berubah, cemas, merasa bersalah Marah-marah, bicara sendiri, mengeluarkan kata-kata kotor, melamun, mondar-mandir, kurang tidur, gelisah, keinginan tidak realistis Ketakutan, sedih, tidak semangat, kurang tidur Sulit tidur, gelisah, marahmarah, mengancam Gelisah, sulit tidur, bicara kacau, menangis, bingung Mengamuk, gelisah, cemas, bicara kasar, merusak barang Tenang, gelisah, marahmarah Marah-marah, memukul, berteriak, bicara sendiri Diagnosis Pakar Probabilitas Bayes (96.36%) (99.99%) (100%) (96.6%) (99.93%) Depresif ringan atau Sedang (95.12%) (99.92%) Skizofrenia Residual (91.46%) (96.41%) Bicara kacau, banyak bicara, spontan bicara, putus asa, perilaku kacau Gelisah, mudah marah, tidak tenang, sulit tidur, banyak bicara tertawa sendiri, bicara sendiri, sulit tidur, mondar-mandir (97.24%) Psikoti (99.98%) Skizofrenia Paranoid (85.03%) Dari tabel 1 terlihat bahwa masih ada gejala-gejala yang didiagnosis salah, karena didiagnosis sebagai penyakit lain (warna abu-abu). Presentasi Kebenaran dengan menggunakan data latih Bipolar saja dapat dilihat pada tabel 2. Dan dengan menggunakan data latih Bipolar dan Skizofrenia, hasilnya dapat dilihat pada tabel 3. Kurangnya pencapaian hasil yang maksimal disebabkan oleh kesalahan diagnosis yang dihasilkan metode Probabilitas Bayes yang dapat mengalami kesalahan jika probabilitas terjadinya gejala tersebut di penyakit lain lebih tinggi dibandingkan dengan probabilitas terjadinya gejala tersebut di suatu penyakit atau prior bernilai 1 yang menjadi nilai awal prior dalam menghitung nilai prior odds. Tabel 2 Presentasi Kebenaran dengan menggunakan data latih Bipolar saja Data Latih Bipolar Probabilitas Bayes Benar Salah Data Pembelajaran 52 21 Kebenaran 71.23% Data Pengujian 11 18 Kebenaran 37.93% Tabel 3 Hasil Pengujian dengan menggunakan data latih Bipolar dan Skizofrenia Data latih Bipolar& Probabilitas Bayes Skizofreni Benar Salah Data Pem-lajaran 44 29 Kebenaran 60.27% Data Pengujian 13 16 Kebenaran 44.83% Berdasarkan pengujian data dengan gabungan basis pengetahuan skizofrenia dan bipolar, metode Bayesian Probability mengalami kesalahan diagnosis karena 3.6-34

terdapat irisan gejala antara gangguan skizofrenia dan gangguan bipolar dengan probabilitas munculnya suatu gejala yang lebih tinggi pada jenis gangguan kejiwaan lainnya. 3. Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian Aplikasi Probabilitas Bayes dalam Sistem Pakar untuk Mendiagnosis Gangguan Bipolar ini adalah sebagai berikut : Dari hasil pengujian dengan menggunakan data latih Bipolar saja, persentase kebenaran metoda Probabilitas Bayes sebesar 37.93% dan dengan menggunakan data latih Bipolar dan Skizofrenia, persentase kebenaran metoda Probabilitas Bayes sebesar 44.83%, Metode Bayesian Probability dapat memberikan hasil yang benar ketika banyak gejala yang dominan pada penyakit tersebut. Daftar Pustaka [1] Lubis, Chairisni, Agus Budi Dharmawan, and Zyad Rusdi. "Aplikasi Dempster Shafer Dalam Akuisisi Pengetahuan Sistem Pakar Untuk Mendiagnosis Penyakit Kejiwaan." Karya Ilmiah Dosen Teknik Informatika 1, no. 1 (2016). [2] Parwita, Olivia Dwi. "Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Kejiwaan Skizofrenia Menggunakan Metode Tsukamoto." Jurnal Sistem dan Teknologi Informasi (JustIN) 2, no. 1 (2016). [3] Muhammad Arhami, Konsep Dasar Sistem Pakar, Andi, Yogyakarta, (2004). [4] Depkes RI Direktorat Jendral Pelayanan Medik. Pedoman Penggolongan Dan Diagnosis Gangguan Jiwa Di Indonesia III. Jakarta. Departemen Kesehatan. (1993). h.145-156 [5] Tirto Jiwo, Mengenal Gangguan Bipolar. Pusat Pemulihan dan Pelatihan Bagi Penderita Gangguan Jiwa. Desa Kalinongko, Purworejo Jawa Tengah, www.tirtojiwo.org (2012) Biodata Penulis Chairisni Lubis, memperoleh gelar Sarjana Fisika (Dra), Jurusan Fisika Universitas Indonesia, Depok, lulus tahun 1989. Memperoleh gelar Magister Komputer (M.Kom) Program Pasca Sarjana Ilmu Komputer, Universitas Indonesia, Depok, lulus tahun 2000. Saat ini menjadi Dosen Tetap di Fakultas Teknologi Informasi Universitas Tarumanagara, Jakarta. Agus Budi Dharmawan, memperoleh gelar Sarjana Komputer (S.Kom), Program Studi Sistem Komputer Universitas Tarumanagara, lulus tahun 2007. Memperoleh gelar Magister Komputer (M.T), Jaringan Cerdas Multimedia, Teknik Elektro, ITS, 2009-2011. Memperoleh gelar Master of Science (M.Sc), Automation, Electrical Engineering, Fahochscule Darmstadt, Germany, 2010-2011. Saat ini menjadi Dosen Tetap di Fakultas Teknologi Informasi Universitas Tarumanagara, Jakarta. Yulia Dewi, S. Kom, memperoleh gelar Sarjana Komputer (S.Kom), Program Studi Teknik Informatika Universitas Tarumanagara, lulus tahun 2016. 3.6-35

3.6-36