BAB 1 PENDAHULUAN. pada saat yang sama usia onset depresi menjadi semakin muda. WHO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menjadi perhatian serius bagi orang tua, praktisi pendidikan, ataupun remaja

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. pergolakan dalam dalam jiwanya untuk mencari jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia, dan diabetes mellitus. angka kejadian depresi cukup tinggi sekitar 17-27%, sedangkan di dunia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari seorang anak menjadi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh gelar sarjana (Sugiyono, 2013). Skripsi adalah muara dari semua

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang baik dan setinggi-tingginya merupakan suatu hak yang fundamental

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan jiwa tidak lagi hanya berupa gangguan jiwa yang berat

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda (Double

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan farmakologis dan psikoterapeutik sudah sedemikian maju. Gejalagejala

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak diharapkan tumbuh dan berkembang secara sehat, baik fisik,

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Istilah remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Mekanisme koping adalah suatu cara yang digunakan individu dalam

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health organization (WHO) pada tahun 2012, depresi. konsentrasi yang buruk. Sementara itu depresi merupakan gangguan

BAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam otak yang mengakibatkan kematian sel otak. dan ada riwayat keluarga yang menderita stroke (Lewis, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

PERILAKU ANTISOSIAL REMAJA DI SMA SWASTA RAKSANA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO masa remaja merupakan masa peralihan dari masa. anak-anak ke masa dewasa. Masa remaja adalah masa perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organisation (WHO) tahun 2003 mendefinisikan sehat

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja yang tinggal di Indonesia seperti tuntutan sekolah yang bertambah tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peristiwa yang menyenangkan maupun peristiwa yang tidak menyenangkan.

BAB I PENDAHULUAN. oleh penderita gangguan jiwa antara lain gangguan kognitif, gangguan proses pikir,

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi depresi di dunia diperkirakan 5-10% per tahun dan life time prevalence

GAMBARAN POLA ASUH ORANGTUA PADA ANAK PENYANDANG EPILEPSI USIA BALITA DI POLIKLINIK ANAK RSUP.PERJAN DR. HASAN SADIKIN BANDUNG.

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) [2], usia lanjut dibagi

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization(WHO) tahun2012 mendeskripsikandepresi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebahagiaan terbesar orang tua adalah adanya kehadiran anak. Anak yang tumbuh sehat merupakan harapan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. membuatnya depresi. Depresi menjadi masalah kesehatan jiwa yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungannya dengan fungsi kognitif, pembelajaran, dan atensi (Liu et al.,

BAB I PENDAHULUAN. anak gadis terjadi antara umur 10 dan 16 tahun (Knight, 2009). Menstruasi

STUDI STATUS DEPRESI PADA LANSIA

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

I. PENDAHULUAN. otak (Dipiro et.al, 2005). Epilepsi dapat dialami oleh setiap orang baik laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI WANITA USIA TAHUN DI PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

LAMPIRAN A-1 SKALA DEPRESI PADA REMAJA

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi hampir bersamaan antara individu satu dengan yang lain, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan anugerah Tuhan yang diberikan kepada. orang tua. Pada saat dilahirkan ke dunia anak membawa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sehat jasmani dan rohani. Namun pada kenyataannya tidak semua anak lahir

KETERLIBATAN OTAK DALAM PROSES BELAJAR DAN MENJAGA KEBUGARAN OTAK SEHINGGA DAPAT MENCIPTAKAN KECERDASAANINTELEGENSI DAN EMOSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

BAB IV HASIL PENELITIAN. remaja ini terbagi di SMKN 1, SMKN 2, SMKN 5, SMA Mataram, SMA

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari tiga ciri utama yaitu derajat kesehatan, pendidikan dan. bertumbuh dan berkembang (Narendra, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis seorang

BAB I PENDAHULUAN. dan masa dewasa, berlangsung antara usia 12 sampai 24 tahun (WHO,

BAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak menuju masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah

BAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah

BAB 1 PENDAHULUAN. Stres adalah realita kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari. Stres

BABI PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak kemasa

Transkripsi:

1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Depresi merupakan masalah kejiwaan yang utama. Prevalensinya meningkat secara stabil selama abad pertengahan hingga akhir abad ke-20 dan pada saat yang sama usia onset depresi menjadi semakin muda. WHO memprediksikan dalam dua dekade mendatang lebih dari 300 juta penduduk dunia menderita depresi. Depresi ini akan menduduki masalah kesehatan nomor dua setelah penyakit kardiovaskuler (Suhariyanti E, 2013; Baskoro, 2010). Data dari RISKESDAS Nasional dan RISKESDAS Sumatera Barat tahun 2007 menemukan bahwa prevalensi gangguan mental emosional (ADHD, cemas, depresi) di Indonesia adalah 11,6%. Prevalensi di Sumatera Barat 13,9 % dengan prevalensi terendah berada di kota Padang yaitu 4,7 %. Prevalensi tersebut terdiri dari kelompok jenis kelamin perempuan (14,0%),berpendidikan rendah (paling tinggi pada kelompok tidak sekolah, yaitu 21,6%), tidak bekerja (19,6%), tinggal di pedesaan (12,3%), serta pada kelompok tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita terendah (12,1%). Depresi mungkin lebih sering di daerah pedesaan daripada perkotaan. Data dari South Carolina Rural Health Research Centre menyebutkan bahwa prevalensi depresi di daerah rural lebih tinggi daripada urban (6,11% : 5,16%). Menurut RISKESDAS Nasional tahun 2007 juga ditemukan prevalensi depresi di desa lebih tinggi dengan perbandingan 12,3 : 10,4. Di Sumatera Barat, angka perbandingan depresi daerah desa bahkan mencapai dua kali lipat daerah kota dengan perbandingan 16,6 : 8,0. Hal ini berkaitan dengan karakteristik masyarakat pedesaan yang kebanyakan memiliki pendidikan dan pengetahuan lebih rendah, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 1

kesadaran akan kesehatan rendah dan sosial ekonomi rendah. Karakteristik tersebut merupakan salah satu faktor risiko terjadinya depresi (Kaplan et al, 1997; Probst JC et a, 2006). Depresi bisa terjadi pada siapa saja tanpa memandang usia, termasuk pada anak. Mereka akan rentan mengalami depresi terhadap stressor perkembangan yang ada. Belum ada angka pasti kejadian depresi pada anak.menurut WHO, pada 20% anak yang pernah mengalami masalah gangguan mental, diagnosis yang sering muncul adalah depresi dengan angka kejadiannya berkisar 0,2% - 17%. National Institute of mental Health mendapatkan prevalensi depresi anak usia 9-17 tahun lebih dari 6%. Depresi ini sering bertambah pada waktu anak mendekati usia pubertas, terutama pada usia 7-13 tahun dan cenderung untuk berulang (Carr A, 2001; Sumantri, 2008; Merikangas, 2009; Lewis et al, 2011). Anak dalam masa perkembangan merupakan aset penting pembangunan di masa mendatang, terutama masa akhir anak-anak (usia 6-12 tahun) (Hurlock, 2007; Wong, 2009). Pada tahap ini, anak - anak dihadapkan pada tuntutan sosial baru, baik yang berasal dari lingkungan maupun dari dalam anak sendiri. Keterampilan tersebut akan menggambarkan keadaan mental si anak dan jika berlebihan akan menjadi stressor. Oleh karena itu, butuh peran penting orang tua dalam memandu perkembangannya. Sayangnya, tidak sedikit orang tua yang hanya mengejar kepentingan mereka sendiri sehingga terkadang peran sebagai orang tua yaitu mendidik dan mengasuh anak terabaikan (Habibi, 2007 dalam Joko, 2009). Hal ini memberikan dampak pada fungsi sosial, akademik dan emosional anak (Fitrikasari, 2003; Wong, 2009; Imran, 2015). Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2

Pola asuh orang tua merupakan suatu tindakan yang mendeskripsikan cara orang tua memberikan reaksi dan respon pada emosi anaknya. Pola asuh akan mencerminkan emosi orang tua. Hal tersebut dipengaruhi oleh budaya yang ada dilingkungan dan pengalaman pribadi. (Tarmudji, 2001 dalam Dwinantoaji, 2011; Talaris Institute, 2015). Pola asuh orang tua menurut Baumrind (1967) terbagi menjadi 3 yaitu pola asuh demokratis (democratic), otoriter (authoritarian) dan permisif (permissive) (Talaris Institute, 2015; Stansbury et al, 2010). Pola asuh tersebut akan mempengaruhi perilaku dan emosi anak (Rosli, 2009). Salah satu dampak negatifnya adalah terjadinya depresi pada anak. Hal ini dapat terjadi jika anak kurang mendapat kasih sayang, sering dimarahi, merasa tidak nyaman dengan lingkungannya atau pola hidup yang menekankan kompetisi. Anak menjadi mudah sedih, murung dan mudah tersinggung, mengkritik diri sendiri, timbul rasa bersalah, perasaan tidak berharga, minder, pesimis dan putus asa, timbul rasa malas dan menarik diri dari hubungan sosial, sulit tidur dan nafsu makan berkurang (Amir, 2005; Sarafolean, 2000 dalam Dwinantoaji, 2011; Imran, 2015). Depresi pada anak terjadi pada pola asuh tertentu. Pola asuh otoriter menimbulkan kecenderungan depresi yang lebih besar pada anak dari pada pola asuh yang lain. Hal ini sering terjadi pada anak berusia 5-12 tahun, terutama yang tinggal di lingkungan otoriter (Joshi et al, 2009 dalam Rosli, 2014; Eley et al, 2000 dalam Dwinantoaji, 2011). Pola asuh permisif dan hubungannya dengan depresi pada anak ditemukan tidak konsisten. Pola ini berdampak positif jika si anak merasa bebas dalam segala hal dan berdampak negatif jika si anak merasa diabaikan (Milevsky et al, 2007 dalam Rosli, 2014). Sebaliknya, pola asuh Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 3

demokratis mengurangi kemungkinan berkembangnya depresi pada anak sehingga dapat meminimalisasi terjadinya depresi pada dewasa muda (Liem et al, 2010 dalam Rosli, 2014). Berdasarkan penelitian tentang hubungan pola asuh orang tua dengan terjadinya depresi yang dilakukan terhadap remaja di SMK 10 November Semarang oleh Safitri dan Hidayati (2013), ditemukan pola asuh orang tua sebagian besar demokratis (63,8%), yang otoriter (6,9%) dan yang permisif (0,8%). Responden sebagian besar mengalami depresi kategori ringan (80,0%). Juga ditemukan hubungan yang bermakna antara pola asuh orang tua dengan tingkat depresi siswa (p=0,000). Suhariyanti dan Tri Astuti (2013) mendapatkan bahwa ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan kecenderungan depresi pada anak usia sekolah dasar di SDN Ngabean, Malang. Semakin baik pola asuh yang diterapkan maka semakin rendah kecenderungan depresinya begitu pula sebaliknya. Berdasarkan yang telah dijabarkan diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana gambaran pola asuh orang tua dan depresi pada anak, terutama pada anak usia sekolah kelas V dan VI karena pada usia ini anak sudah mengerti konsep dan cara berpikir konkrit ataupun abstrak (Prianto PL, 2009). Penelitian ini akan dilakukan di kecamatan Lintau Buo Utara yang merupakan salah satu kecamatan dengan penduduk terpadat di kabupaten Tanah Datar. Daerah ini dikhawatirkan memiliki angka depresi pada anak yang tinggi. Berdasarkan data dari POLRES Tanah Datar dan P2TP2A Luhak Nan Tuo Tanah Datar, didapatkan bahwa sejak tahun 2014-2016 ditemukan 26 kasus bunuh diri, 2 kasus diantaranya terjadi pada anak-anak. Selain itu, juga didapatkan bahwa Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 4

angka perceraian orang tua di daerah tersebut merupakan peringkat kedua terbanyak di Sumatera Barat yang merupakan faktor risiko depresi pada anak (Ismail, 2010). Atas pertimbangan terhadap keterbatasan sumber daya dan waktu, penelitian ini akan dilakukan di SDN 40 Balai Tangah. Sekolah ini terletak di pusat kecamatan dan masyarakatnya relatif heterogen sehingga diharapkan hasil penelitian yang didapat bervariasi. Peneliti telah melakukan wawancara awal terhadap guru di SDN 40 Balai Tangah Kecamatan Lintau Buo Utara Kabupaten Tanah Datar. Dari wawancara tersebut didapatkan informasi bahwa anak kelas 5 dan 6 beban belajarnya lebih berat dan kemungkinan menghadapi tingkat kesulitan yang lebih tinggi dibandingkan kelas-kelas sebelumnya. Selain itu para orang tua siswa cenderung menyerahkan pendidikan anak sepenuhnya pada guru, hubungan orang tua dan anak sering tidak harmonis. Beberapa orang siswanya juga pernah berperilaku menyimpang seperti merokok, menonton video porno, tidak konsentrasi saat pelajaran, prestasi akademik tidak terlalu bagus bahkan ada juga yang tidak naik kelas. Perilaku menyimpang tersebut dikhawatirkan merupakan dampak dari depresi yang terselubung pada anak. Usia ini merupakan usia yang sangat rentan terhadap gangguan emosional menuju pubertas dan masa pembentukan kepribadian. Oleh karena itu, sangat perlu dilakukan penelitian mengenai masalah ini. Sehingga dapat dijadikan sebagai acuan dimasa yang akan datang untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 5

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana gambaran pola asuh orang tua dan depresi pada anak usis sekolah dasar di kecamatan Lintau Buo Utara tahun 2017? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pola asuh orang tua dengan depresi pada anak usia sekolah di kecamatan Lintau Buo Utara tahun 2017. 1.3.2 Tujuan Khusus a) Untuk mengetahui karakteristik responden kelompok ayah dari anak sekolah dasar negeri 40 Balai Tangah kecamatan Lintau Buo Utara tahun 2017 b) Untuk mengetahui karakteristik responden kelompok ibu dari anak sekolah dasar negeri 40 Balai Tangah kecamatan Lintau Buo Utara tahun 2017 c) Untuk mengetahui karakteristik responden kelompok anak di sekolah dasar negeri 40 Balai Tangah kecamatan Lintau Buo Utara tahun 2017 d) Untuk mengetahui distribusi frekuensi pola asuh ayah dan ibu dari anak di sekolah dasar negeri 40 Balai Tangah di kecamatan Lintau Buo Utara tahun 2017 e) Untuk mengetahui distribusi frekuensi depresi pada anak di sekolah dasar negeri 40 Balai Tangah kecamtan Lintau Buo Utara tahun 2017 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 6

1.4 Manfaat Penelitian a. Bagi orang tua, penelitian ini berguna sebagai bahan informasi tentang pola asuh yang diterapkan dan depresi pada anak sehingga diharapkan orang tua dapat menerapkan pola asuh yang terbaik kepada anaknya. b. Bagi peneliti, penelitian ini berguna untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengalaman belajar peneliti sebagai mahasiswa.. c. Bagi penulis lain, penelitian ini sebagai bahan acuan dan bahan perbandingan untuk penelitian sejenis di masa yang akan datang. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 7