1. Beban Kerja a. Pengertian Beban Kerja Beban kerja adalah keadaan pekerja dimana dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu. Beban kerja adalah beban yang ditanggung tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). Menurut Menpan dalam Dhania (2010), pengertian beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu. b. Jenis-jenis Beban Kerja Menurut Manuaba (2000) beban kerja dibedakan menjadi 2 yaitu: 1) Beban Kerja Fisik Beban kerja fisik adalah beban kerja yang diterima akibat aktivitas fisik manusia. Pada saat melakukan pekerjaan fisik konsumsi energi merupakan faktor utama yang dijadikan tolak ukur penentu berat atau ringannya suatu pekerjaan. Kerja fisik akan mengakibatkan perubahan fungsi pada alat-alat tubuh, yang dapat diketahui melalui konsumsi oksigen, denyut jantung, peredaran udara paru-paru, temperatur tubuh, konsentrasi asam laktat dalam darat, dan tingkat penguapan. 2) Beban Kerja Mental Beban yang merupakaan perbedaan antara tuntutan kerja mental dengan kemampuan mental yang dimiliki oleh pekerja yang bersangkutan. Beban kerja yang timbul akibat aktivitas mental di lingkungan kerja antara lain disebabkan oleh:
a) Keharusan untuk tetap dalam kondisi kewaspadaan tinggi dalam waktu lama. b) Kebutuhan untuk mengambil keputusan yang melibatkan tanggung jawab besar. c) Menurunnya konsentrasi akibat aktivitas yang monoton. d) Kurangnya kontak dengan orang lain, terutama untuk tempat kerja yang terisolasi dengan orang lain. c. Pengukuran Beban Kerja 1) Nadi Kerja Salah satu pendekatan untuk mengetahui berat ringannya beban kerja adalah dengan menghitung nadi kerja, konsumsi oksigen, kapasitas ventilasi paru dan suhu inti tubuh. Pada batas tertentu ventilasi paru, denyut jantung dan suhu tubuh mempunyai hubungan yang linear dengan konsumsi oksigen atau pekerjaan yang dilakukan (Grandjean, 1993). Menurut Gandjean (1993) denyut nadi untuk mengestimasi indeks beban kerja fisik terdiri dari: a) Denyut nadi istirahat adalah rerata denyut nadi sebelum pekerjaan dimulai. b) Denyut nadi kerja adalah rerata denyut nadi selama bekerja. c) Nadi kerja adalah selisih antara denyut nadi istirahat dan denyut nadi kerja. Sumber: Nadi Kerja Grandjean, : Denyut 1993 Nadi Kerja - Denyut Nadi Istirahat 2) Denyut Nadi
Penilaian beban kerja melalui pengukuran denyut nadi selama kerja merupakan metode untuk menilai ketegangan jantung. Perhitungan denyut nadi dapat dilakukan secara manual yaitu memakai stopwatch dengan metode 10 denyut. Dengan metode tersebut dapat dihitung denyut nadi kerja sebagai berikut: Sumber: Denyut Tarwaka, Nadi (Denyut/Menit) 2013 = Selain metode 10 denyut tersebut, dapat juga dilakukan perhitungan denyut nadi dengan metode 15 detik atau 30 detik. Adapun cara pengukuran denyut nadi dengan palpasi dapat dilakukan dengan cara meletakkan ujungujung jari tangan yaitu jari ke-2, ke-3, dan ke-4 diatas permukaan kulit di bagian radial pergelangan tangan. Saat pengukuran dimulai stopwatch dihidupkan selama 10 detik, kemudian dikalikan 6 untuk mendapatkan hasil satu menit dan setelah 10 detik stopwatch dimatikan, kemudian dicatat bunyi denyutan yang diperoleh (Nurmianto, 2003). Berdasarkan hal tersebut maka denyut nadi lebih mudah dan dapat digunakan untuk menghitung indek beban kerja. Beban kerja dapat dikategorikan berdasarkan denyut jantung seperti tabel berikut: Tabel 2.Tingkat Beban kerja Menurut Denyut Nadi (denyut/menit) Kategori Beban Kerja Ringan 75-100 Sedang 101-125 Berat 126-150 Sangat Berat 151-175 Sangat Berat Sekali >175 10 Denyut Waktu Penghitungan 60 Denyut nadi (denyut/menit)
Sumber: Nurmianto, 2003 3) Beban Cardiovaskuler (%CVL) Klasifikasi beban kerja berdasarkan peningkatan denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi maksimum karena beban kadiovaskuler (cardiovasculair load = %CVL) yang dihitung dengan rumus sebagai berikut. 4) %CVL = 5) 100 (Denyut Nadi Kerja Denyut Nadi Istirahat) Denyut Nadi Maksimum Denyut Nadi Istirahat Dimana denyut nadi maksimum adalah (220-umur) untuk laki-laki dan (200-umur) untuk wanita. Dari hasil penghitungan %CVL tersebut kemudian dibandingkan dengan klasifikasi yang telah ditetapkan sebagai berikut:
Tabel 3. Klasifikasi Beban Kerja Berdasarkan %CVL CVL Klasifikasi <30 % 30 s.d. <60% 60 s.d. <80% 80 s.d. <100% >100% Tidak terjadi kelelahan Diperlukan perbaikan Kerja dalam waktu singkat Diperlukan tindakan segera Tidak diperbolehkan beraktivitas Sumber: Tarwaka, 2013 d. Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja Beban kerja dapat dipengaruhi berbagai hal sebagi berikut: 1) Umur Secara empiris terbukti bahwa umur menentukan perilaku seseorang individu. Umur juga menentukan kemampuan seseorang untuk bekerja, pada usia muda individu akan lebih relatif mempunyai kemampuan dalam memikul beban kerja (Sopiah, 2008). 2) Jenis Kelamin Secara fisik, laki-laki dan perempuan diciptakan berbeda. Demikian juga kemampuan dalam menyelesaikan pekerjaan. Perempuan lebih sering tidak masuk kerja karena sakit, hamil, serta melahirkan, akan tetapi perempuan memiliki sejumlah kelebihan dibandingkan dengan laki-laki, seperti lebih rajin, disiplin, teliti, serta sabar (Sopiah, 2008). 3) Tugas dan Tanggung Jawab
Beban kerja yang diterima seseorang dibedakan atas dasar tugas dan tanggung jawab. Seorang pemimping menerima beban mental lebih besar dibanding beban fisik yang diterima, karena seorang pemimpin harus berpikir dan memusatkan upaya untuk mengelola suatu oganisasi, sedangkan seorang pekerja akan menerima beban fisik lebih besar dibandingkan beban mental (Moeljosoedarmo, 2008) 4) Organisasi Kerja Pengaturan waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, kerja malam, sistem pengupahan, sistem kerja, musik kerja, model struktur organisasi, pelimpahan tugas, tanggung jawab dan wewenang dapat mempengaruhi beban kerja (Tarwaka, 2010). 5) Lingkungan Kerja Faktor-faktor yang ada di lingkungan kerja seperti fisika, kimia, biologis, fisiologis, serta psikis dapat menjadi beban tambahan akibat kerja (Moeljosoedarmo, 2008) 2. Hubungan Status Gizi dengan Kelelahan Kerja Status gizi merupakan manifestasi keadaan tubuh seseorang akibat konsumsi energi dan zat. Daya tahan tubuh seseorang biasanya dipengaruhi dari gizi dan makanan yang didapat, dengan semua itu akan memberikan tenaga untuk melakukan aktivitas (Almatsier, 2010). Status gizi yang baik dengan asupan kalori dalam jumlah dan waktu yang tepat berpengaruh secara positif terhadap daya kerja pekerja, sebaliknya status gizi yang kurang atau berlebihan dan asupan kalori yang tidak sesuai dalam jumlah maupun
waktu yang tidak tepat menyebabkan rendahnya ketahanan kerja ataupun perlambatan gerak sehingga menjadi hambatan bagi tenaga kerja dalam melaksanakan aktivitasnya (Nasution dkk, 2004) Menurut Budiono dkk (2003) dalam hubungan dengan kelelahan kerja, seorang lembaga kerja dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja dan ketahanan tubuh yang baik. Menurut Suma mur (2014) seorang tenaga kerja dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja dan ketahanan tubuh yang lebih baik, begitu pula sebaliknya pada tenaga kerja dengan keadaan gizi yang buruk atau berlebih akan mengganggu pekerjaan dan mempercepat kelelahan. Masalah gizi yang salah pada orang dewasa, baik kekurangan atau kelebihan gizi merupakan masalah penting, karena dapat mempengaruhi kelelahan kerja 3. Hubungan Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja Pada saat melakukan pekerjaan, tenaga kerja mengalami prosses secara fisik dan mental. Aktifitas-aktifitas manusia memerlukan energy yang besarnya tergantung pada beban yang dilakukan dan kemampuan fisik dari masing-masing individu. Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan manusia sehingga menyebabkan kelelahan baik fisik maupun psikologis yang dapat mengakibatkan penurunan performa kerja (Manuaba, 2000) Kerja fisik mengeluarkan energi yang berhubungan erat dengan kebutuhan atau konsumsi energi. Aktivitas otot yang semakin kompleks dapat mempengaruhi meningkatnya kecepatan denyut jantung. Gangguan kesehatan dan daya kerja dapat timbul akibat tidak adanya keseimbangan atau kurangnya kecocokan antara beban kerja dengan kapasitas tenaga kerja. Beban keja berat yang tidak dilaksanakan dalam kondisi
aerobik berakibat pada meningkatnya kandungan asam laktat yang merupakan manifestasi dari kelelahan (Nurmianto, 2003). 4. Hubungan Status Gizi dan Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja Beban kerja yang semakin berat akan membutuhkan banyak energi dan nutrisi yang diperlukan atau dikonsumsi, sehingga kondisi fisik pekerja menurun dan kebutuhan akan oksigen meningkat. Ketika pekerja melakukan aktivitas dengan beban kerja yang berat, jantung dirangsang sehingga kecepatan denyut jantung dan kekuatan pemompaannya menjadi meningkat (Nurmianto, 2003). Pada saat aktivitas meningkat dan tidak diimbangi dengan asupan energi yang cukup, maka dapat menyebabkan kurangnya cadangan energi pada tubuh dan menurunnya efisiensi otot. Oleh karena itu, asam laktat pada aliran darah meningkat serta terakumulasi dalam otot, sehingga menyebabkan penurunan kerja otot dan syaraf yang menimbulkan kelelahan (Neville et al, 2005). Hasil penelitian Haryanti (2013) mengenai hubungan antara kelebihan berat badan dengan kelelahan kerja pada pekerja perempuan di PT Iskandar Indah Printing Tekstile Surakarta menunjukkan hasil yang signifikan antara kelebihan berat badan dengan kelelahan kerja (pvalue: 0,000 < 0,01). Pada penelitian yang dilakukan oleh Hariyono,dkk (2009) tentang hubungan antara beban kerja, stress kerja dan tingkat konflik dengan kelelahan kerja perawat di Rumah Sakit Islam Yogyakarta menunjukkan hasil yang signifikan adanya hubungan beban kerja dengan kelelahan dengan hasil p-value: 0,000.