BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS"

Transkripsi

1 BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1 Pembahasan Praktikum kali ini dimana melakukan pengukuran kerja fisiologi tentang kerja dinamis. Pengukuran dilakukan seluruh anggota badan seperti pergerakan anggota tubuh pada saat berlari, dimana untuk kecepatan 2 km/jam, 4 km/jam dan 6 km/jam dengan menggunakan alat running belt. Pengukuran tersebut dimana akan mengukur konsumsi energi dan oksigen berdasarkan rata-rata denyut jantung sewaktu bekerja dan istirahat, dan mengukur periode istirahat (waktu recovery teoritis) pada setiap pergerakan anggota tubuh pada saat berlari. Pengukuran kerja dinamis hal yang perlu diperhatikan adalah denyut jantung dan suhu tubuh operator sebelum melakukan aktivitas, serta sesudah melakukan aktivitas. Data yang diambil setiap 1 menit dengan mengukur denyut jantung, yaitu pada saat berlari dengan menggunakan alat running belt sampai telah selesai sesuai waktu yang telah ditentukan yaitu 2 menit, 4 menit dan 6 menit. Denyut jantung dan suhu tubuh recovery dihitung pada saat operator telah sampai waktu yang ditentukan tersebut dimana pengukuran denyut jantung dan suhu tubuh recovery diambil juga per 1 menit Grafik Analisis Grafik analisis ini dibutuhkan untuk mengetahui frekuensi denyut jantung pada saat beraktivitas dan pada saat beristirahat. Perbedaan denyut jantung tersebut dapat terjadi ketika operator melakukan aktivitas (berlari) dan saat istirahat berbeda untuk tiap beban pada saat berlari, perbedaan tersebut dapat dilihat pada grafik di bawah ini dimana grafik analisa berlari pada menit ke 4 adalah sebagai berikut: BIV-1

2 BIV-2 Gambar 4.1 Grafik Data Kerja Dalam 2 Menit Berdasarkan grafik di atas juga dapat disimpulkan bahwa garis vertikal putus-putus yang ditunjuk pada data ke 2 yaitu batas kerja operator saat beraktivitas maka data ke 3 sampai 8 menunjukkan grafik operator sudah tidak melakukan aktivitas atau recovery. Garis coklat, biru dan hijau menunjukkan kecepatan dalam aktivitas dimana kecepatan tersebut akan menentukan denyut jantung. Penjelasan pada grafik diatas dimana denyut jantung operator mengalami perubahan dalam waktu tertentu yaitu ketika operator telah sampai batas kelelahan dari seluruh tubuhnya. Kerja dinamis (berlari) operator selama 1 menit memerlukan waktu istirahat sebanyak 1 sampai 2 menit agar denyut jantung menurun atau denyut awal (Do) sebesar 89 detak/menit. Waktu recovery yang ditunjukan pada kecepatan 6 km/jam berbeda sekali dengan yang lainnya, yaitu memerlukan waktu istirahat selama 2 menit dikarenakan operator mengambil waktu istirahat tersebut agar operator memulihkan tenaga atau energinya hingga energi tersebut dapat digunakan kembali untuk aktivitasnya dan denyut jantung menurun atau denyut awal (Do) sebesar 77 detak/menit. Waktu bekerja dinamis (berlari) merupakan pembebanan keseluruhan anggota tubuh operator dari segi otot maupun energi yang dikeluarkan pada saat berlari, hal ini menunjukkan bahwa operator telah terbiasa dalam melakukan kerja dinamis (berlari) untuk waktu selama 2 menit.

3 BIV-3 Kerja dinamis (berlari) dengan anggota badan seluruh anggota badan dapat dilihat berdasarkan grafik analisa. Adapun grafik analisa berlari pada menit ke 4 adalah sebagai berikut: Gambar 4.2 Grafik Data Kerja Dalam 4 Menit Berdasarkan grafik di atas juga dapat disimpulkan bahwa garis vertikal putus-putus yang ditunjuk pada data ke 4 yaitu batas kerja operator saat beraktivitas maka data ke 5 sampai 8 menunjukkan grafik operator sudah tidak melakukan aktivitas atau recovery. Garis coklat, biru dan hijau menunjukkan kecepatan dalam aktivitas dimana kecepatan tersebut akan menentukan denyut jantung. Penjelasan pada grafik diatas dimana denyut jantung operator mengalami perubahan dalam waktu tertentu yaitu ketika operator telah sampai batas kelelahan dari seluruh tubuhnya. Kerja dinamis (berlari) operator selama 1 menit memerlukan waktu istirahat sebanyak 1 sampai 4 menit agar denyut jantung menurun atau denyut awal (Do) pada kecepatan 2 km/jam untuk kerja dinamis selama 4 menit sebesar 89 detak/menit. Waktu recovery yang ditunjukan pada kecepatan 2 km/jam berbeda sekali dengan yang lainnya, yaitu memerlukan waktu istirahat selama 4 menit dikarenakan operator mengambil waktu istirahat tersebut agar operator

4 BIV-4 memulihkan tenaga atau energinya hingga energi tersebut dapat digunakan kembali untuk aktivitasnya. Waktu recovery pada kecepatan 4 km/jam dan 6 km/jam dimana denyut awal (Do) selama 4 menit sebesar 77 detak/menit. Waktu bekerja dinamis (berlari) merupakan pembebanan keseluruhan anggota tubuh operator dari segi otot maupun energi yang dikeluarkan pada saat berlari, hal ini menunjukkan bahwa operator telah terbiasa dalam melakukan kerja dinamis (berlari) untuk waktu selama 4 menit. Kerja dinamis (berlari) dengan anggota badan seluruh anggota badan dapat dilihat berdasarkan grafik analisa. Adapun grafik analisa berlari pada menit ke 6 adalah sebagai berikut: Gambar 4.3 Grafik Data Kerja Dalam 6 Menit Berdasarkan grafik di atas juga dapat disimpulkan bahwa garis vertikal putus-putus yang ditunjuk pada data ke 4 yaitu batas kerja operator saat beraktivitas maka data ke 5 sampai 8 menunjukkan grafik operator sudah tidak melakukan aktivitas atau recovery. Garis coklat, biru dan hijau menunjukkan kecepatan dalam aktivitas dimana kecepatan tersebut akan menentukan denyut jantung.

5 BIV-5 Penjelasan pada grafik diatas dimana denyut jantung operator mengalami perubahan dalam waktu tertentu yaitu ketika operator telah sampai batas kelelahan dari seluruh tubuhnya. Kerja dinamis (berlari) operator selama 1 menit memerlukan waktu istirahat sebanyak 1 sampai 4 menit agar denyut jantung menurun atau denyut awal (Do) pada kecepatan 2 km/jam untuk kerja dinamis selama 6 menit sebesar 88 detak/menit. Waktu recovery yang ditunjukan pada kecepatan 2 km/jam berbeda sekali dengan yang lainnya, yaitu memerlukan waktu istirahat selama 1 menit dikarenakan operator mengambil waktu istirahat tersebut agar operator memulihkan tenaga atau energinya. Pemulihan yang dilakukan operator sangat cepat mungkin operator telah mengatur nafas atau pengeluaran oksigen sehingga penurunan denyut jantung lebih cepat. Waktu recovery pada kecepatan 4 km/jam dan 6 km/jam dimana denyut awal (Do) sebesar 77 detak/menit. Waktu bekerja dinamis (berlari) merupakan pembebanan keseluruhan anggota tubuh operator dari segi otot maupun energi yang dikeluarkan pada saat berlari, hal ini menunjukkan bahwa operator telah terbiasa dalam melakukan kerja dinamis (berlari) untuk waktu selama 6 menit. Kerja dinamis (berlari) dengan anggota badan seluruh anggota badan dapat dilihat berdasarkan grafik analisa. Adapun grafik analisa berlari pada kecepatan 2 km/jam adalah sebagai berikut: Gambar 4.4 Grafik Data Pada Kecepatan 2 km/jam

6 BIV-6 Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa denyut jantung operator mengalami perubahan terhadap waktu dan kecepatan. Grafik tersebut terdapat garis putus-putus dimana untuk yang berwarna merah adalah waktu istirahat pada menit ke 2 dengan kecepatan 2 km/jam. Warna yang biru menjelaskan suatu waktu istirahat pada menit ke 4 kecepatan 2 km/jam sedangkan untuk warna hijau adalah waktu istirahat pada menit ke 6 dengan kecepatan 2 km/jam. Penjelasan pada grafik diatas dimana denyut jantung operator mengalami perubahan dalam waktu tertentu yaitu ketika operator telah sampai batas kelelahan dari seluruh tubuhnya. Kerja dinamis (berlari) operator selama 1 menit memerlukan waktu istirahat sebanyak 1 sampai 4 menit agar denyut jantung menurun atau denyut awal (Do) pada kecepatan 2 km/jam untuk kerja dinamis selama 1 menit sebesar 89 detak/menit. Waktu recovery yang ditunjukan pada kecepatan 2 km/jam berbeda sekali dengan yang lainnya, yaitu memerlukan waktu istirahat selama 1 menit dikarenakan operator mengambil waktu istirahat tersebut agar operator memulihkan tenaga atau energinya. Pemulihan yang dilakukan operator sangat cepat mungkin operator telah mengatur nafas atau pengeluaran oksigen sehingga penurunan denyut jantung lebih cepat. Waktu recovery pada waktu 4 menit dan 6 menit dimana denyut awal (Do) sebesar 77 detak/menit. Waktu bekerja dinamis (berlari) merupakan pembebanan keseluruhan anggota tubuh operator dari segi otot maupun energi yang dikeluarkan pada saat berlari, hal ini menunjukkan bahwa operator telah terbiasa dalam melakukan kerja dinamis (berlari) untuk waktu selama 2 sampai 6 menit. Kerja dinamis (berlari) dengan anggota badan seluruh anggota badan dapat dilihat berdasarkan grafik analisa. Adapun grafik analisa berlari pada kecepatan 4 km/jam adalah sebagai berikut:

7 BIV-7 Gambar 4.5 Grafik Data Pada Kecepatan 4 km/jam Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa denyut jantung operator mengalami perubahan terhadap waktu dan kecepatan. Grafik tersebut terdapat garis putus-putus dimana untuk yang berwarna merah adalah waktu istirahat pada menit ke 2 dengan kecepatan 2 km/jam. Warna yang biru menjelaskan suatu waktu istirahat pada menit ke 4 kecepatan 2 km/jam sedangkan untuk warna hijau adalah waktu istirahat pada menit ke 6 dengan kecepatan 2 km/jam. Penjelasan pada grafik diatas dimana denyut jantung operator mengalami perubahan dalam waktu tertentu yaitu ketika operator telah sampai batas kelelahan dari seluruh tubuhnya. Kerja dinamis (berlari) operator selama 1 menit memerlukan waktu istirahat sebanyak 1 sampai 4 menit agar denyut jantung menurun atau denyut awal (Do) pada kecepatan 2 km/jam untuk kerja dinamis selama 1 menit sebesar 78 detak/menit. Waktu recovery yang ditunjukan pada kecepatan 2 km/jam berbeda sekali dengan yang lainnya, yaitu memerlukan waktu istirahat selama 1 menit dikarenakan operator mengambil waktu istirahat tersebut agar operator memulihkan tenaga atau energinya sedangkan untuk waktu 6 menit memerlukan waktu yang cukup lama karena operator telah merasakan kelelahan sehingga waktu yang diperlukan istirahat adalah 3 menit.

8 BIV-8 Pemulihan yang dilakukan operator sangat cepat mungkin operator telah mengatur nafas atau pengeluaran oksigen sehingga penurunan denyut jantung lebih cepat. Waktu recovery pada waktu 4 menit dan 6 menit dimana denyut awal (Do) sebesar 77 detak/menit. Waktu bekerja dinamis (berlari) merupakan pembebanan keseluruhan anggota tubuh operator dari segi otot maupun energi yang dikeluarkan pada saat berlari, hal ini menunjukkan bahwa operator telah terbiasa dalam melakukan kerja dinamis (berlari) untuk waktu selama 2 sampai 6 menit. Kerja dinamis (berlari) dengan anggota badan seluruh anggota badan dapat dilihat berdasarkan grafik analisa. Adapun grafik analisa berlari pada kecepatan 6 km/jam adalah sebagai berikut: Gambar 4.6 Grafik Data Pada Kecepatan 6 km/jam Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa denyut jantung operator mengalami perubahan terhadap waktu dan kecepatan. Grafik tersebut terdapat garis putus-putus dimana untuk yang berwarna merah adalah waktu istirahat pada menit ke 2 dengan kecepatan 2 km/jam. Warna yang biru menjelaskan suatu waktu istirahat pada menit ke 4 kecepatan 2 km/jam sedangkan untuk warna hijau adalah waktu istirahat pada menit ke 6 dengan kecepatan 2 km/jam.

9 BIV-9 Penjelasan pada grafik diatas dimana denyut jantung operator mengalami perubahan dalam waktu tertentu yaitu ketika operator telah sampai batas kelelahan dari seluruh tubuhnya. Kerja dinamis (berlari) operator selama 1 menit memerlukan waktu istirahat sebanyak 1 sampai 4 menit agar denyut jantung menurun atau denyut awal (Do) pada kecepatan 2 km/jam untuk kerja dinamis selama 2 menit sebesar 77 detak/menit. Waktu recovery yang ditunjukan pada kecepatan 2 km/jam berbeda sekali dengan yang lainnya, yaitu memerlukan waktu istirahat selama 2 menit dikarenakan operator mengambil waktu istirahat tersebut agar operator memulihkan tenaga atau energinya sedangkan untuk waktu 6 menit memerlukan waktu yang cukup lama karena operator telah merasakan kelelahan sehingga waktu yang diperlukan istirahat adalah 4 menit. Pemulihan yang dilakukan operator sangat cepat mungkin operator telah mengatur nafas atau pengeluaran oksigen sehingga penurunan denyut jantung lebih cepat. Waktu recovery pada waktu 4 menit dan 6 menit dimana denyut awal (Do) sebesar 77 detak/menit. Waktu bekerja dinamis (berlari) merupakan pembebanan keseluruhan anggota tubuh operator dari segi otot maupun energi yang dikeluarkan pada saat berlari, hal ini menunjukkan bahwa operator telah terbiasa dalam melakukan kerja dinamis (berlari) untuk waktu selama 2 sampai 6 menit Komsumsi Energi dan Oksigen Konsumsi energi dapat menghasilkan denyut jantung yang berbeda, oleh karena itu dapat dikatakan bahwa meningkatnya denyut jantung dikarenakan oleh temperatur sekeliling yang tinggi, tingginya pembebanan otot statis, dan semakin sedikit otot yang terlibat dalam suatu kondisi kerja. Banyaknya perhitungan adalah sebanyak 9 buah perhitungan, yang mewakili perhitungan waktu aktivitas dan kecepatan yang ada. Berikut ini adalah contoh perhitungan pertama dari ratarata kerja dan rata-rata istirahat dengan waktu aktivitas 2 menit dengan kecepatan 2 km/jam.

10 BIV-10 X kerja = X istirahat = = 105 denyut/menit = 89 denyut/menit Y 4 2 1, , X 4, X Y kerja = 1, , (105) + 4, (105) 2 = 4,60006 denyut/menit Y istirahat = 1, , (89) + 4, (89) 2 = 3,50227 denyut/menit Tabel 4.3 Ringkasan Tabel Perhitungan Denyut Jantung saat Bekerja Waktu Aktivitas Kecepatan Hasil (denyut/menit) 2 km/jam 4, Menit 4 km/jam 5, km/jam 6, km/jam 4, menit 4 km/jam 5, km/jam 7, km/jam 4, Menit 4 km/jam 4, km/jam 7,60919 Tabel 4.3 Ringkasan Tabel Perhitungan Denyut Jantung saat Istirahat Waktu Aktivitas Kecepatan Hasil (denyut/menit) 2 km/jam 3, Menit 4 km/jam 2, km/jam 3, km/jam 4, menit 4 km/jam 3, km/jam 4, km/jam 2, Menit 4 km/jam 3, km/jam 4,05540

11 BIV-11 Nilai dalam perhitungan tersebut dibutuhkan agar mengetahui data lebih lanjut dari asupan konsumsi energi dan konsumsi oksigen. Berikut ini adalah merupakan perhitungan dari rangkuman dari x kerja dan x istirahat. X kerja = = = 118,3611 denyut/menit X istirahat= = = 97,8260 denyut/menit Y kerja = 1, , (118,3611) + 4, (118,3611) 2 = 5,70186 kkal/menit Y Istirahat = 1, , (97,8260) + 4, (97,8620) 2 = 4,08085 kkal/menit Dimana : Y = Energi (kkal/menit) X = Kecepatan denyut jantung (denyut/menit) rata-rata KE = Konsumsi energi untuk suatu kegiatan kerja tertentu (Kcal) Berdasarkan hasil yang didapat untuk nilai Y kerja dan Y istirahat maka dapat diketahui pula nilai dari konsumsi energi untuk kerja dinamis atau aktivitas berlari dengan menggunakan running belt. Dibawah ini merupakan tabel perhitungan waktu aktivitas 2 menit dengan kecepatan 2 km/jam : KE = Y kerja Y istirahat KE = 3, ,50227 KE = 0,38871 kkal/menit Konsumsi Oksigen (KO) = 0, ,8 0,08098 Jadi, konsumsi oksigen dengan waktu aktivitas 2 menit dengan kecepatan 2 km/jam adalah 0,08098 liter/menit. Kosumsi Oksigen (KO) = KE / 4,8

12 BIV-12 Tabel 4.3 Ringkasan Tabel Perhitungan Konsumsi Energi Waktu Aktivitas Kecepatan Konsumsi Energi Konsumsi Oksigen 2 Menit 4 menit 6 Menit 2 km/jam 0, , km/jam 2, , km/jam 2, , km/jam 0, , km/jam 1, , km/jam 2, , km/jam 1, , km/jam 0, , km/jam 3, ,74041 Dibawah ini merupakan data keseluruhan dari konsumsi oksigen. Untuk nilai konsumsi oksigen dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: KE = Y kerja Y istirahat KE = 5, ,08085 KE = 1,62101 kcal/menit Untuk nilai konsumsi oksigen keseluruhan dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: Konsumsi Oksigen (KO) = 1, ,8 0,33771 liter/menit Periode Istirahat (Waktu Recovery Teoritis) Periode istirahat dibutuhkan agar operator dapat beristirahat ketika sudah menjalankan aktivitasnya sehingga dapat mengembalikan besarnya denyut jantung sesudah melakukan aktivitas menjadi lebih kecil atau sama dengan dari denyut jantung awal. Total pada aktivitas selama 2 menit yaitu denyut jantung yang diperoleh sebesar 210, maka diperoleh rata-rata denyut jantung pada saat bekerja sebesar 105 karena operator hanya melakukan 2 kali aktivitas. Nilai yang diperoleh termasuk dalam tingkat pekerjaan Moderate dengan range antara

13 BIV-13 Berdasarkan tabel konstanta (s) berada pada range 5,0 7,5. Nilai recovery teoritis dicari berdasarkan lamanya waktu dalam kecepatan berlari, yaitu 2 menit, 4 menit, dan 6 menit. Berikut ini perhitungan waktu recovery selama 2 menit dengan alat running belt: R= R= R= R= 0,2603 menit Perhitungan dilakukan kembali sampai menit ke 6 dan kecepatan 6 km/jam. Berikut ini ringkasan hasil perhitungan waktu recovery teoritis yang sudah dibentuk dalam sebuah tabel, pada tangan dan kaki berdasarkan perhitungan: Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Waktu Recovery Teoritis Waktu Kecepatan 2 km/jam 4 km/jam 6 km/jam 2 menit 0,2603 menit 1 menit 0,8103 menit 4 menit 0,1861 menit 1,66 menit 1,5536 menit 6 menit 0,8813 menit 2,49 menit 2,5311 menit 4.2 Analisis Berdasarkan data yang diperoleh dalam praktikum fisioligis dan kemudian menghitung serta dianalisis kecepatan rata-rata denyut jantung selama melakukan aktivitas berlari dengan menggunakan running belt, dan menganalisa perubahan temperatur selama melakukan aktivitas. Menganalisa perbandingan recovery pada saat percobaan dan secara teoritis.

14 BIV Kecepatan Rata-Rata Denyut Jantung Kecepatan rata-rata pada pengambilan data ini adalah jumlah denyut jantung sebelum melakukan aktivitas sampai denyut jantung selama melakukan aktivitas per 1 menit. Kecepatan rata-rata denyut jantung dipengaruhi oleh seberapa besar kekuatan berlari selama melakukan aktivitas. Umumnya, semakin cepat kecepatan dan waktu aktivitas maka semakin besar pula denyut jantungnya, dan sebaliknya jika semakin lambat kecepatan dan waktu aktivitas tersebut maka semakin kecil denyut jantungnya. Percobaan yang dilakukan ini mempunyai faktor yang menyebabkan naik turunnya denyut jantung disebabkan oleh faktor kelelahan bekerja. Berikut adalah perhitungan kecepatan rata-rata denyut jantung : V = V = V = 99,66 kkal/menit Perhitungan dilakukan kembali data tercukupi dimana sampai kecepatan rata-rata 6 km/jam. Berikut ini ringkasan hasil perhitungan kecepatan rata-rata denyut jantung yang sudah dibentuk dalam sebuah tabel, pada tangan dan kaki berdasarkan perhitungan: Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Kecepatan Rata-rata Denyut Jantung Waktu Kecepatan 2 km/jam 4 km/jam 6 km/jam 2 menit 99,66 kkal/menit 102,33 kkal/menit 147,33 kkal/menit 4 menit 162,6 kkal/menit 148,8 kkal/menit 167 kkal/menit 6 menit 95 kkal/menit 139,86 kkal/menit 173,86 kkal/menit Berdasarkan tabel di atas kecepatan denyut untuk setiap kecepatan berbeda-beda dimana bila kecepatan bertambah maka kecepatan denyut akan bertambah. Hal lain yang menyebabkan kecepatan rata-rata denyut jantung adalah penentuan waktu istirahat yang tak menentu karena jika waktu istirahat tidak cukup maka operator akan kelelahan jika melanjutkan aktivitasnya kembali.

15 BIV-15 Kecepatan denyut jantung pada saat berlari untuk kecepatan 6 km/jam lebih besar dibandingkan yang lain, hal tersebut disebabkan operator yang mulai merasa kelelahan sehingga kinerja jantung mulai terasa berdenyut ketika melakukan kerja dinamis (berlari). Kecepatan denyut jantung pada saat berlari untuk kecepatan 2 km/jam lebih kecil dibandingkan yang lain. Hal tersebut disebabkan kecepatan cukup baik dibandingkan dengan kecepatan lainnya, serta operator sudah terbiasa dalam melakukan aktivitas berlari untuk kecepatan 2 km/jam dengan waktu 2 menit. Kecepatan 6 km/jam dalam waktu 6 menit operator sudah tidak mampu melakukan aktivitas kerja dinamis dikarenakan besar beban kerja ketika lari di kecepatan 6 km/jam Perubahan Temperatur Temperatur pada pengambilan data ini adalah suhu tubuh sebelum dan sesudah operator melakukan aktivitas. Pengukuran kali ini terdapat perbedaan suhu antara suhu tubuh operator setelah melakukan kerja dengan suhu tubuh operator sebelum melakukan kerja. Hal tersebut dapat terjadi karena setelah melakukan aktivitas suhu tubuh akan mengalami kenaikan maupun penurunan dibandingkan sebelum melakukan aktivitas. Langkah berikutnya membuat tabel perubahan temperatur suhu pada tangan dan kaki adalah sebagai berikut: Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Perubahan Temperatur Pada Kecepatan 2 km/jam Waktu Kecepatan 2 km/jam T0 T1 ΔT Kesimpulan 2 menit 36,1 36,4 0,3 suhu naik 4 menit 36,4 35,8-0,6 suhu turun 6 menit 35,8 36 0,2 suhu naik Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Perubahan Temperatur Pada Kecepatan 4 km/jam Waktu Kecepatan 4 km/jam T0 T1 ΔT Kesimpulan 2 menit 36 36,1 0,1 suhu naik 4 menit 36,1 36,7 0,6 suhu naik 6 menit 36,7 36-0,7 suhu turun

16 BIV-16 Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Perubahan Temperatur Pada Kecepatan 2 km/jam Waktu Kecepatan 6 km/jam T0 T1 ΔT Kesimpulan 2 menit 36 35,2-0,8 suhu turun 4 menit 35,2 34,7-0,5 suhu turun 6 menit 34,7 34,8 0,1 suhu naik Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat dilihat kenaikan dan penurunan suhu tubuh operator setelah melakukan kegiatan. Kecepatan 2 km/jam, operator mengalami kenaikan suhu tubuh dan serta penurunan suhu. Hal ini disebabkan operator merasakan lelah setelah melakukan aktivitas tersebut sehingga mengalami perubahan suhu. Kecepatan 4 km/jam dimana operator mengalami kenaikan atau penurunan suhu yang cukup jauh dari awal suhu tubuh hal ini disebabkan operator mulai tidak terbiasa dengan berlari. Kecepatan 6 km/jam mengalami penurunan suhu dikarenakan operator mulai terbiasa akan suatu aktivitas yang telah dilakukannya. Hasil-hasil dari simpulan bahwa operator mengalami kelelahan atau kondisi mental tubuh operator mulai ada tekanan dari luar (suhu ruangan) sehingga ada perubahan suhu pada saat melakukan aktivitas tersebut. Hal ini disebabkan operator membutuhkan istirahat yang cukup agar operator tidak merasa kelelahan ketika kerja dinamis (berlari) Konsumsi Energi dan Oksigen Konsumsi oksigen dihitung untuk mengetahui konsumsi oksigen yang diperlukan operator ketika melakukan kegiatan berlari. Selama berlari konsumsi energi yang dibutuhkan operator sebesar 6,3031 kkal, sedangkan konsumsi oksigen yang dibutuhkan operator sebesar 1,3131 liter/menit. Perhitungan konsumsi oksigen menggunakan faktor energi yang dikeluarkan, karena energi mempengaruhi jumlah konsumsi energi yang dibutuhkan oleh operator. Perhitungan tersebut menunjukkan bahwa konsumsi energi dan oksigen yang diperlukan operator tergantung dari aktivitas yang dilakukan dalam selang waktu dan kecepatan tersebut.

17 BIV-17 Semakin cepat kecepatan tersebut, maka semakin banyak oksigen yang diperlukan dalam melakukan aktivitas kerja dinamis (berlari). Kebutuhan konsumsi energi dan oksigen sebaiknya dalam mengatur waktu istirahat sampai keadaan fisik kembali normal Perbandingan Recovery Percobaan dan Teoritis Waktu recovery teoritis dalam pengambilan data ini adalah waktu istirahat yang seharusnya dibutuhkan oleh operator secara teoritis untuk mengembalikan besarnya denyut jantung sesudah melakukan aktivitas menjadi normal kembali. Berikut ini adalah perbandingan waktu recovery percobaan dengan waktu recovery teoritis untuk anggota badan tangan dan kaki: Tabel 4.6 Hasil Perbandingan Antara Recovery Percobaan dengan Recovery Teoritis Perbedaan nilai antara waktu recovery percobaan dengan waktu recovery teoritis, menunjukkan bahwa operator terbiasa atau tidak dalam melakukan aktivitas tersebut. Nilai waktu recovery percobaan lebih besar dari waktu recovery teoritis, menandakan operator tidak terbiasa dan tidak terlatih dalam melakukan kerja dinamis atau melakukan aktifitas berlari dengan menggunakan running belt. Waktu recovery percobaan lebih kecil dari waktu recovery teoritis, menandakan operator tidak terbiasa dan terlatih dalam melakukan aktivitas kerja dinamis (berlari). Aktivitas berlari, waktu recovery teoritis untuk secara keseluruhan menunjukan bahwa mengalami percepatan waktu istirahat dikarenakan operator merasa cukup beristirahat setelah melakukan aktivitasnya.

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA 4.1 Pembahasan Praktikum kali ini dilakukan pengukuran kerja fisiologi tentang kerja statis. Pengukuran ini dilakukan pada anggota badan yaitu tangan dan kaki yang diberi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1 Pembahasan Pengambilan data dari pengukuran fisiologis dalam aktivitas dengan menggunakan running belt dilakukan oleh satu orang operator dimana operator tersebut melakukan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI PENGUKURAN KINERJA FISIOLOGI

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI PENGUKURAN KINERJA FISIOLOGI LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA AN ERGONOMI PENGUKURAN KINERJA FISIOLOGI Font 16, bol, center isusun Oleh: Font 12, bold, center Nama / NPM : 1.. / NPM 2.. / NPM Kelas : Kelompok : (Romawi)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kerja Pengertian atau definisi dari kerja adalah semua aktivitas yang secara sengaja dan berguna dilakukan manusia untuk menjamin kelangsungan hidupnya, baik sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Fisiologi Menurut Wikipedia Indonesia, fisiologi dari kata Yunani physis = 'alam' dan logos = 'cerita', adalah ilmu yang mempelajari fungsi mekanik, fisik, dan biokimia

Lebih terperinci

Faal Kerja (Fisiologis) Nurjannah

Faal Kerja (Fisiologis) Nurjannah Faal Kerja (Fisiologis) Nurjannah Kerja Bekerja adalah suatu kegiatan manusia merubah keadaan-keadaan tertentu dari alam lingkungan yang ditujukan untuk mempertahankan dan memelihara kelangsungan hidupnya

Lebih terperinci

MODUL I PENGUKURAN FISIOLOGI KERJA

MODUL I PENGUKURAN FISIOLOGI KERJA MODUL I PENGUKURAN FISIOLOGI KERJA 1. Prosedur Praktikum Dalam menjalankan kegiatan praktikum ini, terdapat beberapa prosedur berikut: a. Alat dan bahan yang diperlukan dipersiapkan. b. Sebelum memulai

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI 2

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI 2 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI 2 Disusun Oleh : Nama / NPM : 1. Ardan Afrianto / 30408140 2. Dedi Fuadman Harita / 30408252 3. Heidy Olivia Thaeras / 30408421 4. Muh. Ridwan

Lebih terperinci

Konsumsi energi berdasarkan kapasitas oksigen terukur

Konsumsi energi berdasarkan kapasitas oksigen terukur Konsumsi energi berdasarkan kapasitas oksigen terukur Konsumsi energi dapat diukur secara tidak langsung dengan mengukur konsumsi oksigen. Jika satu liter oksigen dikonsumsi oleh tubuh, maka tubuh akan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN DAN INFORMASI (DISPLAY) KELAS 2ID06

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN DAN INFORMASI (DISPLAY) KELAS 2ID06 PENGINDERAAN DAN INFORMASI (DISPLAY) 1. Jelaskan pengertian dari symbolic display! 2. Jelaskan tipe display berdasarkan panca indera! 3. Apa yang dimaksud dengan poster? Jelaskan! 4. Jelaskan pengertian

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN DAN INFORMASI (DISPLAY) KELAS 2ID05

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN DAN INFORMASI (DISPLAY) KELAS 2ID05 PENGINDERAAN DAN INFORMASI (DISPLAY) 1. Sebutkan hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan display! (min 6) 2. Jelaskan kelebihan dan kekurangan dari analog display dan digital display! 3. Apa yang

Lebih terperinci

PENGUKURAN KERJA FISIOLOGIS

PENGUKURAN KERJA FISIOLOGIS PENGUKURAN KERJA FISIOLOGIS TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI MANUFAKTUR/JASA LOGO Pengukuran konsumsi energi Kemampuan manusia utk melaksanakan kegiatan tergantung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Fisiologi Fisiologi dari kata Yunani physis = 'alam' dan logos = 'cerita', adalah ilmu yang mempelajari fungsi mekanik, fisik, dan biokimia dari makhluk hidup. Menurut

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar -6. Modul 4: Konsumsi Energi. Ir. MUH. ARIF LATAR, MSc. Modul-4, data M Arief Latar

Kegiatan Belajar -6. Modul 4: Konsumsi Energi. Ir. MUH. ARIF LATAR, MSc. Modul-4, data M Arief Latar Kegiatan Belajar -6 Modul 4: Konsumsi Energi Ir. MUH. ARIF LATAR, MSc Modul-4, data M Arief Latar 1 I. PENDAHULUAN Modul-4, data M Arief Latar 2 Pengantar Jenis pekerjaan yang menggunakan kekuatan otot

Lebih terperinci

KONSUMSI ENERGI KERJA PERTEMUAN #4 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

KONSUMSI ENERGI KERJA PERTEMUAN #4 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA KONSUMSI ENERGI KERJA PERTEMUAN #4 TKT207 ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUKURAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN METODE FISIOLOGI

ANALISIS PENGUKURAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN METODE FISIOLOGI ANALISIS PENGUKURAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN METODE FISIOLOGI A. DESKRIPSI Menurut Tayyari dan Smith (1997) fisiologi kerja sebagai ilmu yang mempelajari tentang fungsi-fungsi organ tubuh manusia yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang akan diambil dalam penelitian ini yaitu data denyut jantung pada saat kalibrasi, denyut jantung pada saat bekerja, dan output kerja. Semuanya akan dibahas pada sub bab-sub

Lebih terperinci

SEJARAH & PERKEMBANGAN

SEJARAH & PERKEMBANGAN Amalia, ST., MT. SEJARAH & PERKEMBANGAN ERGONOMI Suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem

Lebih terperinci

MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 2 FISIOLOGI KERJA

MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 2 FISIOLOGI KERJA MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 2 FISIOLOGI KERJA 1.1. TUJUAN PRAKTIKUM Melalui praktikum ini, praktikan diharapkan: 1. Mampu memahami dan mengetahui kekuatan otot anggota tubuh manusia 2. Mampu memahami

Lebih terperinci

Fitria Dwi Andriyani, M.Or.

Fitria Dwi Andriyani, M.Or. Fitria Dwi Andriyani, M.Or. PRINSIP LATIHAN Prinsip latihan yang dapat dijadikan pedoman dalam melatih kegiatan ekstrakurikuler olahraga di antaranya ialah: prinsip multilateral, individu, adaptasi, beban

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN B. ALAT DAN PERLENGKAPAN

METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN B. ALAT DAN PERLENGKAPAN III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2010 sampai dengan Januari 2011 di Areal Pesawahan di Desa Cibeureum, Kecamatan Darmaga,

Lebih terperinci

direncanakan antara pembebanan dan recovery. Lari interval ini merupakan lari

direncanakan antara pembebanan dan recovery. Lari interval ini merupakan lari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lari interval merupakan lari berdasarkan pada perubahan yang direncanakan antara pembebanan dan recovery. Lari interval ini merupakan lari yang diselingi oleh

Lebih terperinci

FISIOLOGI KERJA (II) Teknik industri 2015

FISIOLOGI KERJA (II) Teknik industri 2015 FISIOLOGI KERJA (II) hanna.udinus@gmail.com Teknik industri 2015 Proses Metabolisme Proses metabolisme menghasilkan panas & energi untuk kerja lewat sistem otot manusia. Unit/satuan yang digunakan : 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa getah karet akan diolah menjadi crumb rubber. Bagian Balling Press ini

BAB I PENDAHULUAN. berupa getah karet akan diolah menjadi crumb rubber. Bagian Balling Press ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebunan dan pengolahan karet. Hasil perkebunan berupa getah karet akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ternyata berhubungan dengan penurunan resiko terkena penyakit

BAB I PENDAHULUAN. ternyata berhubungan dengan penurunan resiko terkena penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Latihan telah mendapat tempat dalam dunia kesehatan sebagai salah satu faktor penting dalam usaha pencegahan penyakit. Latihan terbukti pula dapat meningkatkan derajat

Lebih terperinci

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA tutorial 3 BEBAN KERJA FISIK Prodi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia Tahun Ajaran 2016/2017 www.labdske-uii.com BEBAN KERJA FISIK Beban

Lebih terperinci

Pengukuran Energi Fisik. Sebagai Tolok Ukur Perbaikan Tata Cara Kerja (FISIOLOGI KERJA)

Pengukuran Energi Fisik. Sebagai Tolok Ukur Perbaikan Tata Cara Kerja (FISIOLOGI KERJA) Pengukuran Energi Fisik Sebagai Tolok Ukur Perbaikan Tata Cara Kerja (FISIOLOGI KERJA) In order that people maybe happy in their work these three things are needed: they must be fit for it, they must

Lebih terperinci

tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu.

tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu. 1. Beban Kerja a. Pengertian Beban Kerja Beban kerja adalah keadaan pekerja dimana dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu. Beban kerja adalah beban yang ditanggung tenaga kerja

Lebih terperinci

MODUL II PHYSIOLOGICAL PERFORMANCE

MODUL II PHYSIOLOGICAL PERFORMANCE MODUL II PHYSIOLOGICAL PERFORMANCE 2.1. Tujuan Praktikum Setelah mengikuti praktikum, praktikan diharapkan : a. Mampu memahami pengaruh yang ditimbulkan oleh pembebanan kerja terhadap tubuh selama manusia

Lebih terperinci

2015 KONTRIBUSI DENYUT NADI ISTIRAHAT DAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU TERHADAP KAPASITAS AEROBIK

2015 KONTRIBUSI DENYUT NADI ISTIRAHAT DAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU TERHADAP KAPASITAS AEROBIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Olahraga merupakan salah satu kesatuan yang memiliki tujuan cukup luas antaranya adalah untuk prestasi, pendidikan, dan sebagai aktivitas untuk kesehatan,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KONSUMSI ENERGI PADA PROSES PEMINDAHAN BAHAN SECARA MANUAL

PERBANDINGAN KONSUMSI ENERGI PADA PROSES PEMINDAHAN BAHAN SECARA MANUAL PERBANDINGAN KONSUMSI ENERGI PADA PROSES PEMINDAHAN BAHAN SECARA MANUAL Otong Andi Juhandi (30402785) Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma Kontak Person : Otong Andi

Lebih terperinci

KETAHANAN (ENDURANCE)

KETAHANAN (ENDURANCE) KETAHANAN (ENDURANCE) PENGERTIAN KETAHANAN Ketahanan adalah kemampuan peralatan tubuh seseorang untuk melawan kelelahan selama aktivitas berlangsung. Menurut Sukadiyanto (2002: 40) keuntungan bagi olahragawan

Lebih terperinci

Unisba.Repository.ac.id DAFTAR ISI

Unisba.Repository.ac.id DAFTAR ISI DAFTAR ISI ABSTRAK... i PEDOMAN TUGAS AKHIR... iii KATA PENGANTAR... iv AYAT AL-QURAN... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR SINGKATAN... xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran energi, sehingga berpengaruh pada kemampuan kerja. manusia. Untuk mengoptimalkan kemampuan kerja, perlu diperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran energi, sehingga berpengaruh pada kemampuan kerja. manusia. Untuk mengoptimalkan kemampuan kerja, perlu diperhatikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan kerja dipengaruhi oleh salah satu faktor diantaranya adalah faktor kerja fisik (otot). Kerja fisik ( beban kerja) mengakibatkan pengeluaran energi,

Lebih terperinci

PROFIL VO2MAX DAN DENYUT NADI MAKSIMAL PEMAIN DIKLAT PERSIB U-21

PROFIL VO2MAX DAN DENYUT NADI MAKSIMAL PEMAIN DIKLAT PERSIB U-21 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepak bola merupakan olahraga yang dikenal sejak ribuan tahun yang lalu dengan beberapa aturan permainan yang cukup menarik dan mudah diterima oleh kalangan

Lebih terperinci

Suharjana FIK UNY Suharjana FIK UNY

Suharjana FIK UNY Suharjana FIK UNY Latihan aerobik bertujuan untuk memperbaiki kinerja aerobik dan anaerobik. Kinerja aerobik dan anaerobik ini dapat dicapai melalui konsumsi oksigen maksimum (VO2Max) Endurance training merupakan model

Lebih terperinci

LATIHAN KETAHANAN (ENDURANCE) Oleh: Prof. Dr. Suharjana, M.Kes Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

LATIHAN KETAHANAN (ENDURANCE) Oleh: Prof. Dr. Suharjana, M.Kes Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta LATIHAN KETAHANAN (ENDURANCE) Oleh: Prof. Dr. Suharjana, M.Kes Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta Latihan endurance (endurance training) merupakan model latihan yang biasa digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan industri di Indonesia dimulai dari teknologi sederhana sampai teknologi modern. Semakin canggih teknologi yang digunakan semakin tinggi pula pengetahuan

Lebih terperinci

Organisasi Kerja. Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN:

Organisasi Kerja. Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN: Organisasi Kerja Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN: 979-98339-0-6 Organisasi Kerja Organisasi kerja terutama menyangkut waktu kerja; waktu istirahat;

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN OKSIGEN KALENG TERHADAP WAKTU ISTIRAHAT SETELAH BEROLAHRAGA

ABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN OKSIGEN KALENG TERHADAP WAKTU ISTIRAHAT SETELAH BEROLAHRAGA ABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN OKSIGEN KALENG TERHADAP WAKTU ISTIRAHAT SETELAH BEROLAHRAGA Christian Pramudita, 2010 Pembimbing: Jo Suherman, dr., MS., AIF Endang Evacuasiany, Dra., MS., AFK., Apt Latar belakang.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. Tempat dan Waktu B. Peralatan dan Perlengkapan

III. METODOLOGI A. Tempat dan Waktu B. Peralatan dan Perlengkapan III. METODOLOGI A. Tempat dan Waktu Pengambilan data untuk penelitian ini dilakukan di lahan kering Leuwikopo, Bogor. Pengambilan data penelitian dimulai tanggal 29 April 2009 sampai 10 Juni 2009. B. Peralatan

Lebih terperinci

5 EFEK GETARAN MEKANIK DAN ARAH GETARAN TERHADAP MANUSIA

5 EFEK GETARAN MEKANIK DAN ARAH GETARAN TERHADAP MANUSIA 41 5 EFEK GETARAN MEKANIK DAN ARAH GETARAN TERHADAP MANUSIA Pengaruh getaran terhadap manusia diteliti pada empat variabel yaitu kelelahan, energi kerja, waktu respon, dan ketidaknyamanan. Untuk pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut

BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap individu dalam masyarakat berperan penting sebagai agen dari suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut membutuhkan suatu keadaan yang mendukung

Lebih terperinci

ANALISIS BEBAN KERJA OPERATOR MESIN PEMOTONG BATU BESAR (SIRKEL 160 CM) DENGAN MENGGUNAKAN METODE 10 DENYUT

ANALISIS BEBAN KERJA OPERATOR MESIN PEMOTONG BATU BESAR (SIRKEL 160 CM) DENGAN MENGGUNAKAN METODE 10 DENYUT Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 11, No. 2, Des 2012 ISSN 1412-6869 ANALISIS BEBAN KERJA OPERATOR MESIN PEMOTONG BATU BESAR (SIRKEL 160 CM) DENGAN MENGGUNAKAN METODE 10 DENYUT Andriyanto 1 dan Choirul

Lebih terperinci

2015 PENGARUH LATIHAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENURUNAN LEMAK TUBUH DAN PENINGKATAN KEMAMPUAN DAYA TAHAN AEROBIK (VO2 MAX)

2015 PENGARUH LATIHAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENURUNAN LEMAK TUBUH DAN PENINGKATAN KEMAMPUAN DAYA TAHAN AEROBIK (VO2 MAX) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tubuh ideal dan sehat menjadi dambaan bagi semua orang karena hal ini akan menimbulkan rasa percaya diri dalam pergaulan serta tampil sehat dalam setiap kesempatan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan suatu industri dalam melaksanakan proses produksi dan mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor penting

Lebih terperinci

Pengukuran Energi Fisik. Sebagai Tolok Ukur Perbaikan Tata Cara Kerja (FISIOLOGI KERJA)

Pengukuran Energi Fisik. Sebagai Tolok Ukur Perbaikan Tata Cara Kerja (FISIOLOGI KERJA) Pengukuran Energi Fisik Sebagai Tolok Ukur Perbaikan Tata Cara Kerja (FISIOLOGI KERJA) In order that people maybe happy in their work these three things are needed: they must be fit for it, they must

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Denyut jantung normal untuk setiap individu berbeda-beda tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Denyut jantung normal untuk setiap individu berbeda-beda tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia ke-olahragaan denyut nadi sangat penting diketahui, karena denyut nadi/ denyut jantung menandakan kondisi kesehatan seseorang. Denyut jantung normal

Lebih terperinci

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET Pendahuluan Prestasi olahraga yang tinggi perlu terus menerus dipertahankan dan ditingkatkan lagi. Salah satu faktor yang penting

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa

HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Detaseman Kavaleri Berkuda (Denkavkud) berada di Jalan Kolonel Masturi, Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Kation ekstraseluler utama adalah natrium (Na + ), sedangkan kation

BAB I PENDAHULUAN. lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Kation ekstraseluler utama adalah natrium (Na + ), sedangkan kation BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Cairan tubuh adalah cairan suspense sel di dalam tubuh yang memiliki fungsi fisiologis tertentu.cairan tubuh merupakan komponen penting bagi cairan ekstraseluler,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Faktor pemulihan energi sangat penting diperhatikan karena selama proses kerja terjadi kelelahan. Hal ini diakibatkan oleh dua hal yaitu kelelahan fisiologis

Lebih terperinci

ANALISIS BEBAN KERJA FISIOLOGIS OPERATOR DI STASIUN PENGGORENGAN PADA INDUSTRI KERUPUK

ANALISIS BEBAN KERJA FISIOLOGIS OPERATOR DI STASIUN PENGGORENGAN PADA INDUSTRI KERUPUK e-jurnal Teknik Industri FT USU Vol 5, No. 2, Maret 2014 pp. 11-16 ANALISIS BEBAN KERJA FISIOLOGIS OPERATOR DI STASIUN PENGGORENGAN PADA INDUSTRI KERUPUK Ernitua Purba 1, A. Jabbar M. Rambe 2, Anizar 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga saat ini telah menjadi kebutuhan setiap individu karena

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga saat ini telah menjadi kebutuhan setiap individu karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga saat ini telah menjadi kebutuhan setiap individu karena melakukan olahraga yang baik dan benar serta berkelanjutan dapat meningkatkan kebugaran jasmani.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehat adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Sehat juga keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinan setiap orang hidup produktif dan ekonomis.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli hingga bulan Oktober 2010 yang berlokasi di areal persawahan Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kuratif saja, tetapi juga usaha promotif, preventif, dan rehabilitatif. Gerak yang

BAB I PENDAHULUAN. kuratif saja, tetapi juga usaha promotif, preventif, dan rehabilitatif. Gerak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perkembangan ilmu fisioterapi, usaha-usaha di bidang kesehatan gerak dan fungsi tubuh telah mengalami perkembangan. Tidak terbatas pada usaha kuratif saja, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu yang membutuhkan daya tahan jantung paru. Kesegaran jasmani yang rendah diikuti dengan penurunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penunjangnya (Almatsier, 2003). Menurut WHO (2016), aktivitas fisik. sebagai komponen penting dari gaya hidup sehat (Pate, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. penunjangnya (Almatsier, 2003). Menurut WHO (2016), aktivitas fisik. sebagai komponen penting dari gaya hidup sehat (Pate, 2005). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas fisik ialah gerakan fisik yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya (Almatsier, 2003). Menurut WHO (2016), aktivitas fisik merupakan setiap gerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat

BAB I PENDAHULUAN. statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sehat menurut Santoso (2004:16) terbagi dalam dua tingkatan yaitu sehat statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat dinamis

Lebih terperinci

Pengertian Pembinaan/latihan

Pengertian Pembinaan/latihan Pengertian Pembinaan/latihan Latihan merupakan aktivitas olahraga/jasmani yang sistematik, dilakukan dalam waktu lama, ditingkatkan secara progresif dan individual yang mengarah kepada ciri-ciri fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktivitas fisik dengan baik untuk memacu semangat belajar.

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktivitas fisik dengan baik untuk memacu semangat belajar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Latihan kondisi fisik (physical conditioning) memegang peranan yang sangat penting untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kesegaran jasmani (physical fitness).

Lebih terperinci

PELATIHAN PROGRAM KEBUGARAN BAGI INSTRUKTUR FITNESS SE-KABUPATEN MAGELANG

PELATIHAN PROGRAM KEBUGARAN BAGI INSTRUKTUR FITNESS SE-KABUPATEN MAGELANG LAPORAN PELAKSANAAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT PELATIHAN PROGRAM KEBUGARAN BAGI INSTRUKTUR FITNESS SE-KABUPATEN MAGELANG Oleh: Sigit Nugroho, S.Or., M.Or FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA SISTEM KERJA & ERGONOMI FISIOLOGI KERJA

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA SISTEM KERJA & ERGONOMI FISIOLOGI KERJA LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA SISTEM KERJA & ERGONOMI FISIOLOGI KERJA Disusun oleh: 1. Rizki Akbar Rismawan (3333110483) 2. Gina Andini (3333110951) 3. Alfian Kello (3333111444) 4. Puput Puspitasari (3333111700)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merokok juga banyak dilakukan oleh remaja bahkan anak-anak. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dalam DepKes RI

BAB I PENDAHULUAN. merokok juga banyak dilakukan oleh remaja bahkan anak-anak. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dalam DepKes RI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman di Indonesia saat ini membawa banyak perubahan bagi lingkungan maupun masyarakatnya. Perubahan yang sering terjadi ialah perubahan perilaku pada

Lebih terperinci

KONSEP Latihan kebugaran jasmani

KONSEP Latihan kebugaran jasmani KONSEP Latihan kebugaran jasmani OLEH SUHARJANA FIK UNY1 Pengertian Latihan Latihan merupakan aktivitas olahraga/jasmani yang sistematik, dilakukan dalam waktu lama, ditingkatkan secara progresif dan individual

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. SPESIFIKASI MESIN PELUBANG TANAH Sebelum menguji kinerja mesin pelubang tanah ini, perlu diketahui spesifikasi dan detail dari mesin. Mesin pelubang tanah untuk menanam sengon

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN IX IX. PENGGUNAAN ENERGI MEKANIK PADA TERNAK KERJA. Mengetahui proses metabolisme dan dinamika fisiologi pada ternak kerja

POKOK BAHASAN IX IX. PENGGUNAAN ENERGI MEKANIK PADA TERNAK KERJA. Mengetahui proses metabolisme dan dinamika fisiologi pada ternak kerja Tatap muka ke : 13 POKOK BAHASAN IX IX. PENGGUNAAN ENERGI MEKANIK PADA TERNAK KERJA Tujuan Instruksional Umum : Memberikan pengetahuan tentang penggunaan energi mekanik yang dihasilkan dari proses metabolisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sama lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Muatan positif merupakan hasil pembentukan dari kation dalam larutan.

BAB I PENDAHULUAN. sama lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Muatan positif merupakan hasil pembentukan dari kation dalam larutan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air adalah kebutuhan utama pada makhluk hidup, terutama manusia.tidak ada makhluk hidup bisa hidup tanpa adanya air yang di konsumsi. Karena pada proses metabolisme,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk hidup yang diciptakan dengan tubuh yang memiliki bagian dengan fungsinya masing-masing untuk menunjang kehidupan. Tubuh manusia juga

Lebih terperinci

ANALISIS ASPEK ERGONOMI PADA PERANCANGAN MESIN COAK RAILING

ANALISIS ASPEK ERGONOMI PADA PERANCANGAN MESIN COAK RAILING ANALISIS ASPEK ERGONOMI PADA PERANCANGAN MESIN COAK RAILING BASUKI ARIANTO DAN RINALDI PARDI Program Studi Teknik Industri Universitas Suryadarma Jakarta ABSTRAK Peningkatan angka pemesanan PT PSM periode

Lebih terperinci

Sem inar N asional W aluyo Jatm iko II F TI U P N V eteran Jaw a Tim ur ANALISIS PEMINDAHAN MATERIAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT

Sem inar N asional W aluyo Jatm iko II F TI U P N V eteran Jaw a Tim ur ANALISIS PEMINDAHAN MATERIAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT ANALISIS PEMINDAHAN MATERIAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT Tri Wibawa Teknik Industri UPN Veteran Yogyakarta Jl. Babarsari 2 Tambakbayan Yogyakarta, 55281 Telp. 0274-485363 Fax. 0274-486256

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Volume O2max ini

BAB I PENDAHULUAN. manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Volume O2max ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah VO 2 max adalah volume maksimal O 2 yang diproses oleh tubuh manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Volume O2max ini adalah suatu tingkatan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diluar itu seperti nongkrong,arisan,jalan-jalan dll.di tambah pola hidup

BAB I PENDAHULUAN. diluar itu seperti nongkrong,arisan,jalan-jalan dll.di tambah pola hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia di dunia ini memiliki banyak sekali aktivitas yang beragam sepanjang harinya baik aktivitas bekerja, sekolah, kuliah maupun diluar itu seperti nongkrong,arisan,jalan-jalan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Umbulharjo, Yogyakarta, memiliki 24 kelas, yang masing masing kelas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Umbulharjo, Yogyakarta, memiliki 24 kelas, yang masing masing kelas BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian SDIT Luqman Al Hakim Yogyakarta terletak di Muja Muju, Umbulharjo, Yogyakarta, memiliki 24 kelas, yang masing masing kelas

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 22 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang menggambarkan hubungan antara asupan makanan dan komposisi lemak tubuh terhadap kapasitas daya tahan tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan, memelihara kesegaran jasmani (fitness) atau sebagai terapi untuk memperbaiki kelainan,

Lebih terperinci

. II. TINJAUAN PUSTAKA

. II. TINJAUAN PUSTAKA . II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah adalah suatu usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan produktivitas tanah dengan memecah partikel menjadi lebih kecil sehingga memudahkan akar

Lebih terperinci

MANSUR FIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

MANSUR FIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA MANSUR FIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA mansur@uny.ac.id PENDAHULUAN A. DEMOGRAFI Populasi lansia terus meningkat Terutama di negara berkembang juga tendens meningkat B. PENURUNAN FUNGSI ORGAN Menjadi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik. 1 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat VO2max Burns (2000:2) VO2max adalah jumlah maksimal oksigen yang dapat dikonsumsi selama aktivitas fisik yang intens sampai akhirnya terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari aktifitas olahraga aerobik yang memasyarakat adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari aktifitas olahraga aerobik yang memasyarakat adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu dari aktifitas olahraga aerobik yang memasyarakat adalah olahraga senam jantung sehat. Hal ini terlihat dari banyaknya aktivitas yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

METODE MELATIH FISIK SEPAKBOLA. Subagyo Irianto

METODE MELATIH FISIK SEPAKBOLA. Subagyo Irianto METODE MELATIH FISIK SEPAKBOLA Subagyo Irianto A. PRINSIP-PRINSIP LATIHAN Prinsip-prinsip latihan memiliki peranan penting dalam aspek fisiologis dan psikologis olahragawan. Oleh karena akan mendukung

Lebih terperinci

METODE LATIHAN. Indah Prasetyawati Tri Purnama Sari FIK UNY 2013

METODE LATIHAN. Indah Prasetyawati Tri Purnama Sari FIK UNY 2013 METODE LATIHAN Indah Prasetyawati Tri Purnama Sari indah_prasty@uny.ac.id FIK UNY 2013 METODE LATIHAN continuous training Continuous training (Pelatihan yang berkesinambungan) adalah bentuk sederhana dari

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Proses pengumpulan dilakukan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam perancangan Stasiun penyemiran sepatu. Meliputi data antro pometri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diemban. Kebugaran jasmani dipertahankan dengan berbagai bentuk latihan.

BAB I PENDAHULUAN. diemban. Kebugaran jasmani dipertahankan dengan berbagai bentuk latihan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) memerlukan tingkat kebugaran jasmani lebih tinggi dibandingkan orang biasa karena beratnya tugas yang diemban. Kebugaran jasmani

Lebih terperinci

Mata Kuliah Olahraga 1 Soal-soal dan jawaban

Mata Kuliah Olahraga 1 Soal-soal dan jawaban Mata Kuliah Olahraga 1 Soal-soal dan jawaban 1. Apa yang dimaksud dengan gerak olahraga? Gerak yang dilakukan atas dasar fakta empiris dan secara deduktif menunjukkan aktifitas gerak yang mempunyai ciri-ciri

Lebih terperinci

PERBEDAAN NILAI KAPASITAS VO 2 MAKSIMUM PADA ATLIT SEPAK BOLA DENGAN FUTSAL DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PERBEDAAN NILAI KAPASITAS VO 2 MAKSIMUM PADA ATLIT SEPAK BOLA DENGAN FUTSAL DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PERBEDAAN NILAI KAPASITAS VO 2 MAKSIMUM PADA ATLIT SEPAK BOLA DENGAN FUTSAL DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai Pelengkap dan Syarat Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan gaya hidup dan gaya hidup negatif dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan gaya hidup dan gaya hidup negatif dapat menyebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup dan gaya hidup negatif dapat menyebabkan peningkatan kejadian penyakit kronis yang merupakan penyebab utama kematian (36 juta pertahun) dan masalah

Lebih terperinci

BAHAN AJAR. : Pengelolaan Ekskul Olahraga Sekolah Kode Mata Kuliah : POR 309. Materi : Latihan

BAHAN AJAR. : Pengelolaan Ekskul Olahraga Sekolah Kode Mata Kuliah : POR 309. Materi : Latihan BAHAN AJAR Mata Kuliah : Pengelolaan Ekskul Olahraga Sekolah Kode Mata Kuliah : POR 309 Materi : Latihan A. Prinsip-prinsip latihan 1. Prinsip-prinsip latihan memiliki peranan penting dalam aspek fisiologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gerakan yang dilakukan oleh tangan manusia. Gerakan tangan manusia

BAB I PENDAHULUAN. gerakan yang dilakukan oleh tangan manusia. Gerakan tangan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan sehari-hari. Adanya massa otot yang bobotnya hampir lebih dari separuh beban tubuh, memungkinkan

Lebih terperinci

Sehat &Bugar. Sehat. Sakit

Sehat &Bugar. Sehat. Sakit Budaya Hidup Aktif Melalui Aktifitas Fisik RUMPIS AGUS SUDARKO FIK UNY STATUS KESEHATAN Sehat &Bugar Sehat Sakit Gambar : Modifikasi Kondisi Sakit - Sehat - Bugar Pendahuluan Perkembangan IPTEKS mempermudah

Lebih terperinci

METODOLOGI IV. 4.1 Deskripsi Kegiatan. 4.2 Metode Kerja Aspek Umun

METODOLOGI IV. 4.1 Deskripsi Kegiatan. 4.2 Metode Kerja Aspek Umun IV. METODOLOGI 4.1 Deskripsi Kegiatan Kegiatan magang dilakukan di PT. TMMIN selama 4 bulan, dimulai dari tanggal 21 Maret 2011 sampai dengan 20 Juli 2010. Waktu pelaksanaannya mengikuti jam kerja karyawan,

Lebih terperinci

ANALISIS BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL PEKERJA DI RUMAH MAKAN RACIK DESA YOGYAKARTA

ANALISIS BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL PEKERJA DI RUMAH MAKAN RACIK DESA YOGYAKARTA ANALISIS BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL PEKERJA DI RUMAH MAKAN RACIK DESA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Teknik Industri ALBERT CHRISTIAN 11

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan 1-1

BAB I PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan 1-1 Bab 1 Pendahuluan 1-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini masih banyak perusahaan yang mengabaikan pentingnya kesehatan, keselamatan dan kenyamanan kerja karyawan disamping sarana dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi (Paramurthi, 2014). Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi (Paramurthi, 2014). Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi mengakibatkan perilaku penduduk berubah dan menimbulkan ketidakseimbangan antara asupan makanan dengan aktivitas yang lebih banyak kurang gerak sehingga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Shift Kerja Kerja shift jika dipandang sebagai tuntutan yang menekan individu, jika tidak dikelola dengan baik oleh pihak perusahaan akan berdampak pada gangguan fisiologis dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi, tetapi juga dari kegiatan olahraga atau aktivitas fisik yang kita lakukan.

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi, tetapi juga dari kegiatan olahraga atau aktivitas fisik yang kita lakukan. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan tubuh kita tidak hanya tergantung dari jenis makanan yang kita konsumsi, tetapi juga dari kegiatan olahraga atau aktivitas fisik yang kita lakukan. Dengan

Lebih terperinci

KINEMATIKA PARTIKEL. Gerak Lurus Gerak Melingkar

KINEMATIKA PARTIKEL. Gerak Lurus Gerak Melingkar KINEMATIKA PARTIKEL Gerak Lurus Gerak Melingkar GERAK LURUS : LINTASAN BERUPA GARIS LURUS BERGERAK MELINGKAR - BERPUTAR (Rotasi) Lintasan berupa Lingkaran melingkar rotasi GERAK LURUS v konstan GERAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan produksi tidak terlepas dari peran manusia, salah satu hal penting yang masih dilakukan pada industri kecil sampai menengah bahkan industri besar sekalipun.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fisiologi Kerja Terlepas dari pesatnya kemajuan teknologi yang banyak membantu manusia menyelesaikan pekerjaannya, sejumlah pekerjaan yang menuntut aktivitas fisik masih dapat

Lebih terperinci