KAJIAN EKONOMI REGIONAL

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KATA PENGANTAR. Selamat membaca dan semoga bermanfaat. Pontianak, 3 Juli 2009 BANK INDONESIA PONTIANAK. Samasta Pradhana Pemimpin

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

KATA PENGANTAR. Selamat membaca dan semoga bermanfaat. Pontianak, 3 November 2009 BANK INDONESIA PONTIANAK. Samasta Pradhana Pemimpin

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Kajian Ekonomi Regional Banten

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Selamat membaca dan semoga bermanfaat. Pontianak, November 2008 BANK INDONESIA PONTIANAK. Elang Tri Praptomo Pemimpin

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi. Triwulan III

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kendari, Mei 2010 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2009 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Transkripsi:

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN II-2011 KANTOR BANK INDONESIA PONTIANAK

Penanggung Jawab: Kelompok Kajian, Statistik dan Survey (KKSS) Kantor Bank Indonesia Pontianak Jl. Ahmad Yani I, Pontianak Telp : 0561-734134 ext 8202, 8203 Faks : 0561 732033, 722222 Versi softcopy buku ini dapat diunduh melalui www.bi.go.id

Kata Pengantar 5. ` KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Barat merupakan gambaran tentang kondisi perekonomian dan perbankan Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan II-2011. Kajian ini meliputi perkembangan ekonomi, inflasi, perbankan, ketenagakerjaan, sistem pembayaran, keuangan daerah dan prospek perekonomian di triwulan mendatang. Selain itu, untuk lebih memberikan informasi mengenai keadaan perekonomian di Provinsi Kalimantan Barat, laporan ini dilengkapi juga dengan boks yang berisi informasi khusus yang berkaitan dengan perekonomian atau kegiatan untuk pengembangan perekonomian Kalimantan Barat. Kami sadar pembuatan kajian ini masih belum sempurna, dan menjadi tekad kami untuk terus berupaya memperbaikinya, terutama sisi kualitasnya. Oleh karena itu, segala masukan, sumbangan pemikiran, dan koreksi dari pembaca merupakan sebuah sumbangan yang besar bagi kami di masa mendatang. Kepada instansi yang telah membantu dalam penyediaan data, seperti BPS, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan, Dinas Pendapatan Daerah, Dinas Tenaga Kerja, PT. Angkasapura, Badan Koperasi UKM Kerjasama Promosi dan Investasi (BAKOMAPIN), BP3TKI, Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat, serta pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan disini, kami mengucapkan terima kasih. Selamat membaca dan semoga bermanfaat. Pontianak, Agustus 2011 BANK INDONESIA PONTIANAK Hilman Tisnawan Pemimpin i

Kata Pengantar Halaman ini sengaja dikosongkan ii

Daftar Isi 5. ` DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... i iii vi vii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional... 1 Perkembangan Inflasi Daerah... 1 Perkembangan Perbankan Daerah... 2 Perkembangan Keuangan Daerah... 3 Perkembangan Sistem Pembayaran... 3 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Dan Kesejahteraan Masyarakat... 3 Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah... 4 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI... 7 1.1 Kajian Umum... 7 1.2 PDRB Menurut Penggunaan... 7 A. Konsumsi... 8 B. Ekspor Impor... 9 C. Investasi... 12 1.3 PDRB Sektoral... 12 A. Sektor Pertanian... 14 B. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran... 15 C. Sektor Angkutan Dan Komunikasi... 17 D. Sektor Lainnya... 17 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI... 21 2.1 Gambaran Umum... 21 2.2 Inflasi Tahunan... 22 2.2.1 Kelompok Bahan Makanan... 24 2.2.2 Kelompok Transportasi... 25 2.2.3 Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar... 27 iii

Daftar Isi 2.3 Disagregasi Inflasi... 28 2.3.1 Ekspektasi dan Inflasi... 29 Boks Kelangkaan Solar di Kalimantan Barat... 30 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH... 31 3.1 Struktur Perbankan di Kalimantan Barat.... 31 3.2 Bank Umum... 32 3.2.1 Perkembangan Indikator Bank Umum... 32 3.2.2 Penghimpunan Dana Pihak Ketiga... 33 3.2.3 Perkembangan Penyaluran Kredit... 35 3.2.4 Risiko Kredit... 38 3.3 Perkembangan Perbankan Syariah... 39 3.4 Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)... 40 BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH... 43 4.1 Realisasi Pendapatan APBD Tahun Anggaran 2010 2... 43 4.2 Realisasi Belanja APBD Tahun Anggaran 2010 3... 44 4.3 APBD 2011... 45 BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN... 49 5.1 Sistem Pembayaran Tunai.... 49 5.1.1 Perputaran Uang Tunai... 49 5.1.2 Penukaran Uang... 50 5.1.3 Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)... 51 5.2 Sistem Pembayaran Non Tunai... 52 5.2.1 Transaksi Kliring... 52 5.2.2 Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS)... 53 BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT... 55 6.1 Ketenagakerjaan.... 55 6.1.1 Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas)... 55 6.2 Kesejahteraan... 57 6.2.1 Pergerakan NTP Bulan Juni 2011... 58 6.2.2 Perbandingan Dengan Provinsi Lain Di Kalimantan... 60 iv

Daftar Isi BAB VII PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH... 61 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi.... 61 7.2 Inflasi.... 62 LAMPIRAN... 63 v

Daftar Isi 5. ` DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB Penggunaan Kalimantan Barat.... 8 Tabel 1.2 Indeks Tendensi Konsumsi... 8 Tabel 1.3 Ekspor Kalimantan Barat Menurut HS2 Digit (Ton)... 11 Tabel 1.4 Impor Kalimantan Barat Menurut HS2 Digit (Ton)... 11 Tabel 1.5 Pertumbuhan PDRB Sektoral...... 13 Tabel 1.6 Kontribusi Sektoral Terhadap Pertumbuhan... 13 Tabel 1.7 ATAP dan ARAM II-2011 Produksi Padi Kalimantan Barat... 15 Tabel 2.1 Inflasi Tahunan di Kalimantan Barat Menurut Kelompok Barang dan Jasa 22 Tabel 2.2 Inflasi Tahunan di Kota Pontianak Menurut Kelompok Barang dan Jasa.. 23 Tabel 2.3 Inflasi Tahunan Di Kota Singkawang Menurut Kelompok Barang dan Jasa 23 Tabel 2.4 Inflasi Tahunan di Kalimantan Barat Menurut Faktor Penyebabnya... 28 Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Bank Umum di kalimantan Barat... 32 Tabel 3.2 Jumlah Kredit dan NPL Gross Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat... 38 Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan APBD Kalimantan Barat TA 2010... 43 Tabel 4.2 Realisasi Pendapatan APBD TA 2010... 44 Tabel 4.3 Anggaran Belanja TA 2010... 45 Tabel 4.4 Realisasi Belanja TA 2010... 45 Tabel 4.5 APBD Kalimantan Barat... 45 Tabel 5.1 Kegiatan Penukaran Uang Kecil... 50 Tabel 5.2 Kegiatan Kas Keliling... 51 Tabel 5.3 Kegiatan Kliring... 53 Tabel 5.4 Transaksi Keuangan melalui RTGS... 54 Tabel 6.1 Indikator Ketenagakerjaan Kalimantan Barat... 55 Tabel 6.2 Tenaga Kerja Berdasarkan Tingkat Pendidikannya... 56 Tabel 6.3 NTP Per Sub Sektor... 58 Tabel 6.4 Perbandingan Dengan NTP Provinsi di kalimantan... 60 Tabel 7.1 Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan III - 2011... 61 vi

Daftar Isi 5. ` DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 PDRB Provinsi Kalimantan Barat... 7 Grafik 1.2 Indeks Penghasilan Saat Ini... 8 Grafik 1.3 Pembelian Barang Tahan Lama... 9 Grafik 1.4 Penjualan Premium... 9 Grafik 1.5 Nilai Ekspor-Impor Kalimantan Barat... 10 Grafik 1.6 Volume Ekspor Biji, Kerak, Dan Abu Logam... 10 Grafik 1.7 Perkembangan Harga Internasional Karet... 10 Grafik 1.8 Impor Barang Modal... 12 Grafik 1.9 Penyaluran Kredit Produktif... 12 Grafik 1.10 Pangsa Tiap Sektor Terhadap PDRB... 14 Grafik 1.11 Luas Panen Padi... 15 Grafik 1.12 Produksi Tandan Buah Segar Sawit... 15 Grafik 1.13 Volume Bongkar Barang... 16 Grafik 1.14 Kredit Sektor Perdagangan... 16 Grafik 1.15 Pajak Hotel... 16 Grafik 1.16 Pajak Restoran... 16 Grafik 1.17 Penumpang Angkutan Udara... 17 Grafik 1.18 Penumpang Kapal... 17 Grafik 1.19 Produksi CPO Kalimantan Barat... 18 Grafik 1.20 Produksi Karet Kalimantan Barat... 18 Grafik 1.21 Realisasi Pengadaan Semen Di Kalimantan Barat... 19 Grafik 1.22 Aset Bank Umum Di Kalimantan Barat... 19 Grafik 1.23 Penerimaan Pajak Reklame... 20 Grafik 1.24 Penjualan Listrik... 20 Grafik 1.25 Penjualan Air PDAM Kota Pontianak... 20 Grafik 2.1 Inflasi Tahunan Kalimantan Barat dan Nasional... 21 Grafik 2.2 Inflasi Triwulanan Kalimantan Barat dan Nasional... 21 vii

Daftar Isi Grafik 2.3 Inflasi Bulanan Pontianak Singkawang - Nasional... 22 Grafik 2.4 Inflasi Kelompok Bahan makanan... 24 Grafik 2.5 Inflasi Kelompok Bahan Makanan Kota Pontianak dan Kota Singkawang... 25 Grafik 2.6 Kelompok Inflasi Transportasi... 25 Grafik 2.7 Jumlah Penumpang Pesawat... 25 Grafik 2.8 Inflasi Transportasi Kota Pontianak & Singkawang... 26 Grafik 2.9 Inflasi Perumahan, LGA, & Bahan Bakar... 27 Grafik 2.10 Inflasi Perumahan, LGA, dan Bahan Bakar Kota Pontianak dan Singkawang... 27 Grafik 2.11 Disagregasi Inflasi Pontianak dan Singkawang... 28 Grafik 2.12 Ekspektasi Konsumen dan Inflasi... 29 Grafik 3.1 Aset Perbankan di Kalimantan Barat... 31 Grafik 3.2 Perkembangan Aset Bank Umum Menurut Kelompok Bank di Kalimantan Barat... 33 Grafik 3.3 Perkembangan Jenis DPK Bank Umum di Kalimantan Barat... 34 Grafik 3.4 Perkembangan Jenis DPK Bank Umum Menurut Kelompok Bank di Kalimantan Barat... 34 Grafik 3.5 Perkembangan DPK Bank Umum Menurut Golongan Pemilik... 35 Grafik 3.6 Pangsa DPK Bank Umum Menurut Golongan Pemilik... 35 Grafik 3.7 Perkembangan Kredit Bank Umum Di Kalimantan Barat... 36 Grafik 3.8 Pangsa Kredit Bank Umum Menurut Sektor Ekonomi di Kalimantan Barat... 36 Grafik 3.9 Perkembangan Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan di Kalimantan Barat... 37 Grafik 3.10 Pangsa Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan... 37 Grafik 3.11 Perkembangan Kredit MKM Bank Umum di Kalimantan Barat... 37 Grafik 3.12 Perkembangan NPL Gross Kredit Bank Umum di Kalimantan Barat... 38 Grafik 3.13 Perkembangan Rasio NPLs Gross Kredit Bank Umum di Kalimantan Barat Menurut Jenis Penggunaan... 39 Grafik 3.14 Perkembangan Bank Syariah di Kalimantan Barat... 39 Grafik 3.15 Perkembangan NPF Bank Syariah di Kalimantan Barat... 40 Grafik 3.16 Perkembangan BPR di Kalimantan Barat... 40 Grafik 3.17 Perkembangan Rasio NPLs Gross Kredit dan Total Kredit BPR di Kalimantan Barat... 41 viii

Daftar Isi Grafik 3.18 Perkembangan Kredit BPR Menurut Jenis Penggunaan di kalimantan Barat... 41 Grafik 4.1 Anggaaran Belanja Modal TA 2010 dan 2011... 46 Grafik 5.1 Inflow - Outflow... 50 Grafik 5.2 Perkembangan Inflow, PTTB, dan Ratio PTTB Terhadap Inflow... 52 Grafik 6.1 Tenaga Kerja Berdasarkan Status Pekerjaan Utama... 56 Grafik 6.2 NTP Petani Kalimantan Barat... 58 Grafik 6.3 Indeks Bayar dan Indeks Diterima Petani... 58 ix

Ringkasan Eksekutif RINGKASAN 5. ` EKSEKUTIF Perkembangan Ekonomi Makro Regional Perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan II-2011 tumbuh 5,42% (yoy). Pertumbuhan tersebut tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2010 sebesar 5,06% (yoy) maupun dibandingkan triwulan I-2011 yang tumbuh sebesar 5,13% (yoy). Kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan II-2011 terutama disebabkan oleh pengeluaran untuk konsumsi dan investasi. Kondisi tersebut antara lain dipengaruhi oleh masih terjaganya daya beli masyarakat, adanya kegiatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah, serta mulainya pelaksanaan proyek-proyek pemerintah maupun swasta. Pada sisi penggunaan, komponen yang dominan dalam pembentukan PDRB Kalimantan Barat bersumber dari pengeluaran konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor dimana masing-masing memiliki pangsa sebesar 58,75%, 28,75% dan 25,30% dari total PDRB. Sementara itu, neraca perdagangan luar negeri Provinsi Kalimantan Barat menunjukkan kinerja yang cukup baik dimana pada triwulan II-2011 ekspor luar negeri Provinsi Kalimantan Barat tercatat lebih tinggi daripada impor atau terjadi net ekspor di Provinsi Kalimantan Barat. Seperti halnya pada sisi penggunaan, kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Barat secara sektoral juga menunjukkan pergerakan yang cukup baik dimana seluruh sektor tercatat mengalami pertumbuhan pada triwulan II-2011. Kinerja perekonomian pada periode laporan tersebut terutama didorong oleh kinerja sektor angkutan dan komunikasi, sektor pertanian, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran dimana kontribusi masing-masing sektor tersebut sebesar 1,13%, 1,10% dan 0,87%. Perkembangan Inflasi Daerah Inflasi tahunan Kalimantan Barat 1 pada triwulan II-2011 sebesar 7,38% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,25% (yoy). Inflasi tahunan tersebut lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 5,54% 1 Gabungan dari inflasi dua kota yaitu Pontianak dan Singkawang dengan bobot yang disesuaikan terhadap inflasi nasional. 1

Ringkasan Eksekutif (yoy). Inflasi tahunan tersebut bersumber dari inflasi Kota Pontianak sebesar 7,76% (yoy) dan inflasi Kota Singkawang sebesar 5,65% (yoy). Sementara secara triwulanan, inflasi Kalimantan Barat pada periode laporan tercatat sebesar 0,32% (qtq), lebih rendah dibandingkan triwulan I-2011 sebesar 1,58% (qtq). Sementara inflasi triwulanan nasional triwulan I-2011 sebesar 0,36% (qtq). Berdasarkan kelompoknya, seluruh kelompok pembentuk inflasi Kalimantan Barat tercatat mengalami inflasi. Kelompok transportasi tercatat sebagai kelompok yang mengalami inflasi tertinggi sebesar 10,96% (yoy). Selain itu, kelompok bahan makanan juga mengalami inflasi yang cukup tinggi sebesar 9,61%. Sementara, kelompok pendidikan tercatat sebagai kelompok yang mengalami inflasi terendah sebesar 2,64% (yoy). Inflasi yang terjadi pada kelompok bahan makanan antara lain dipengaruhi oleh berkurangnya pasokan. Selanjutnya, inflasi kelompok transportasi pada periode laporan antara lain bersumber dari meningkatnya mobilitas masyarakat Kalimantan Barat. Perkembangan Perbankan Daerah Secara tahunan, aset perbankan gabungan (bank umum dan BPR) Kalimantan Barat tumbuh sebesar 21,85% (yoy). Pertumbuhan aset secara tahunan tersebut tercatat lebih tinggi dibandingkan periode triwulan I-2011 maupun triwulan II-2010 masing-masing sebesar 21,20% (yoy) dan 11,97% (yoy). Peningkatan aset perbankan tersebut terutama didorong oleh meningkatnya dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun perbankan sebesar 23,62% (yoy) dimana bank syariah tercatat mengalami pertumbuhan DPK terbesar yaitu 34,49% (yoy) dan bank konvensional tercatat tumbuh sebesar 23,38% (yoy). Faktor pendukung lainnya adalah bertambahnya jaringan kantor dimana hingga saat ini terdapat penambahan 8 jaringan kantor baru perbankan di Kalimantan Barat. Penyaluran kredit bank umum pada triwulan II-2011 sebesar Rp17,05 triliun atau tumbuh sebesar 9,67% (qtq). Dari sisi bank penyalur, bank umum pemerintah masih merupakan kelompok bank terbesar dengan nilai kredit yang disalurkan mencapai Rp11,72 triliun atau tumbuh sebesar 7,20% (qtq). Kelompok bank penyalur kredit terbesar kedua adalah kelompok bank milik swasta yang tumbuh 14,99% (qtq) atau menjadi sebesar Rp5,17 triliun. Sementara, kredit MKM pada triwulan II-2011 tercatat sebesar Rp12,40 triliun atau tumbuh sebesar 8,64% (qtq), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 3,43% (qtq). Porsi terbesar kredit MKM adalah kredit kecil (antara Rp50 Juta s.d. Rp500 Juta) yang sebesar 56,01% dari total penyaluran kredit MKM. 2

Ringkasan Eksekutif Perkembangan Keuangan Daerah Secara umum, kinerja keuangan beberapa daerah di Kalimantan Barat yaitu Kabupaten Pontianak, Kabupaten Sanggau, dan Kabupaten Ketapang untuk Tahun Anggaran 2010 cukup baik. Kondisi ini tercermin dari realisasi APBD Tahun Anggaran 2010 2 dimana realisasi pendapatan maupun belanja sedikit di atas target. Realisasi belanja APBD TA 2010 pada ketiga kabupaten tersebut rata-rata sebesar 108% sementara realisasi pendapatan TA 2010 rata-rata mencapai 112% dari target anggaran TA 2010. Kondisi tersebut membuat surplus APBD Provinsi Kalimantan Barat TA 2010. Sementara untuk tahun 2011, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah seluruh kabupaten/kotamadya dan provinsi di Kalimantan Barat Tahun Anggaran (TA) 2011 tercatat lebih tinggi dibandingkan APBD TA 2010. Pada sisi pendapatan, APBD TA 2011 ditargetkan sebesar Rp10,53 triliun atau meningkat 19% dibandingkan dengan target APBD TA 2010 sebesar Rp8,86 triliun. Berdasarkan kelompoknya, pendapatan tahun 2011 masih didominasi oleh dana perimbangan yang tercatat sebesar Rp8,39 triliun atau mengalami kenaikan 13% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp7,44 triliun. Sementara, pendapatan asli daerah dan lain-lain pendapatan yang sah tahun 2011 ditargetkan tumbuh sebesar 13% dan 119%. Perkembangan Sistem Pembayaran Pada triwulan II-2011, jumlah uang yang diedarkan (outflow) oleh Kantor Bank Indonesia (KBI) Pontianak sebesar Rp1,25 triliun. Jumlah tersebut tercatat mengalami peningkatan sebesar 23% (yoy) dibandingkan triwulan II-2010 sebesar Rp1,02 triliun. Jumlah uang yang diedarkan pada triwulan II-2011 tersebut juga tercatat mengalami peningkatan yang cukup besar jika dibandingkan triwulan I-2011 yang tercatat sebesar Rp574 Miliar. Sementara, jumlah uang yang masuk (inflow) ke KBI Pontianak pada triwulan II-2011 tercatat sebesar Rp464,73 miliar. Jumlah tersebut lebih besar jika dibandingkan triwulan II-2010 dan triwulan I-2011 masing-masing sebesar Rp162,34 miliar dan Rp354,44 miliar. Pada sisi transaksi non tunai, kliring selama triwulan II-2011 mengalami kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini sejalan dengan adanya peningkatan perekonomian Kalimantan Barat. Nilai transaksi kliring tercatat meningkat sebesar 2,98% (qtq) dan meningkat sebesar 40,31% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan yang sama di tahun 2010. Sementara, transaksi RTGS pada triwulan II-2011 sebesar 2 Berdasarkan Data Realisasi APBD TA 2010 masih bersifat sangat sementara 3

Ringkasan Eksekutif Rp39,54 triliun, atau meningkat sebesar 2,29% (yoy) dari triwulan II-2010. Kenaikan ini merupakan kontribusi dari transaksi pengiriman uang dari Kalimantan Barat ke luar provinsi yang meningkat menjadi Rp14,62 triliun dan transaksi RTGS lokal yang juga mengalami peningkatan menjadi Rp9,08 triliun. Pada sisi lain, transaksi pengiriman uang masuk ke Kalimantan Barat tercatat sebesar Rp15,84 triliun, yang mana mengalami penurunan sebesar 12,31% (yoy) dari triwulan II-2010. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Masyarakat Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) BPS bulan Februari 2011, jumlah angkatan kerja Provinsi Kalimantan Barat adalah 2,26 juta orang, naik 2,71% dibandingkan Agustus 2010. Berdasarkan status pekerjaan utamanya, tenaga kerja di Kalimantan Barat masih didominasi oleh tenaga kerja sektor informal. Pada Februari 2011, tenaga kerja sektor informal di Kalimantan Barat sebanyak 1,54 juta orang atau mengalami peningkatan sebesar 1,60% dibandingkan Agustus 2010. Sementara itu, tenaga kerja sektor formal sebesar 601,63 ribu orang atau meningkat 4,22% dibandingkan Agustus 2010. Berdasarkan pemantauan harga-harga di pedesaan pada bulan Juni 2011, NTP Kalimantan Barat tercatat sebesar 102,60. Nilai ini mengalami sedikit penurunan sebesar -0,35% dibandingkan NTP bulan Mei 2011 yang tercatat sebesar 102,97. Penurunan NTP pada periode laporan dipengaruhi oleh persentase kenaikan indeks harga yang diterima oleh petani sebesar 0,07%, lebih kecil daripada persentase kenaikan indeks harga yang dibayar oleh petani sebesar 0,43%. 4

Ringkasan Eksekutif INDIKATOR 2009 TABEL INFLASI DAN PDRB 2010 2011 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II MAKRO Indeks Harga Konsumen Kota Pontianak 120,54 123,56 123,60 129,47 130,81 132,67 133,19 Laju Inflasi Tahunan Kota Pontianak (%-yoy) 4,91 5,71 5,21 6,46 8,52 7,37 7,76 Indeks Harga Konsumen Kota Singkawang 117,89 122,08 122,20 127,85 126,26 129,18 129,12 Laju Inflasi Tahunan Kota Singkawang (%-yoy) 1,15 4,35 5,40 7,65 7,10 5,82 5,65 PDRB - harga konstan (Miliar Rp) 28.754 7.375 7.261 7.632 8.025 7.754 7.654 - Pertanian 7.276 2.079 1.721 1.846 1.927 2.160 1.801 - Pertambangan & Penggalian 491 129 131 135 140 144 150 - Industri Pengolahan 4.987 1.233 1.250 1.287 1.317 1.266 1.287 - Listrik, Gas & Air Bersih 124 32 32 33 33 34 34 - Bangunan 2.351 582 616 649 682 624 675 - Perdagangan, Hotel & Restoran 6.095 1.548 1.585 1.638 1.656 1.603 1.649 - Pengangkutan & Komunikasi 2.517 657 665 720 772 727 747 - Keuangan, Persewaan & Jasa 1.598 403 414 423 440 435 443 - Jasa 3.315 713 847 900 1.057 761 869 Pertumbuhan PDRB (%-yoy) 4,79 4,48 5,74 5,83 5,79 5,13 5,42 Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 476,71 185,00 285,19 220,66 242,73 316,46 520,11 Volume Ekspor Nonmigas (Ribu Ton) 6.711,86 2.527,71 2.858,70 3.679,72 2.439 3.720 4.412 Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) 55,51 21,91 22,31 23,01 41,29 30,95 44,71 Volume Impor Nonmigas (Ribu Ton) 44,19 17,36 25,57 19,20 33,73 24,95 47,41 Sumber Data : BPS dan Bank Indonesia 5

Ringkasan Eksekutif TABEL PERBANKAN INDIKATOR 2009 2010 2011 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II PERBANKAN Bank Umum : Total Aset (Rp Triliun) 22.731 22.752 24.082 25.111 27.307 27.402 29.342 DPK (Rp Triliun) 18.995 19.400 20.686 21.562 23.071 24.264 25.522 - Giro(Rp Triliun) 3.059 3.947 4.440 4.426 3.432 4.686 5.275 - Deposito (Rp Triliun) 5.232 5.782 5.851 5.888 6.271 6.406 6.589 - Tabungan (Rp Triliun) 10.705 9.671 10.395 11.248 13.368 13.172 13.659 Kredit (Rp Triliun) - berdasarkan lokasi kantor 11.461 11.800 12.971 13.795 15.296 15.549 17.052 - Modal Kerja 8.101 3.588 4.234 4.487 10.595 5.225 5.812 - Investasi 3.305 2.949 2.996 3.234 4.290 3.630 4.056 - Konsumsi 5.028 5.263 5.741 6.074 412 6.693 7.184 - LDR (%) 60,33 60,82 62,70 63,98 66,30 64,08 66,81 NPL Gross (%) 1,99 2,47 1,66 1,73 1,11 1,29 1,28 Kredit MKM (Rp Triliun) 8.804 9.100 9.742 10.289 11.035 11.414 12.401 Kredit Mikro (< Rp50 juta) (Triliun Rp) 2.226 2.165 2.202 2.236 2.217 2.238 2.244 - Kredit Modal Kerja 349 335 361 445 433 459 503 - Kredit Investasi 131 153 130 81 81 95 98 - Kredit Konsumsi 1.746 1.677 1.711 1.711 1.703 1.684 1.643 Kredit Kecil (Rp50 juta < X Rp500 juta) (Triliun Rp) 4.440 4.739 5.121 5.537 5.995 6.305 6.946 - Kredit Modal Kerja 1.028 917 971 1.119 1.142 1.256 - Kredit Investasi 266 408 332 331 405 429 480 - Kredit Konsumsi 3.146 3.414 3.819 4.141 4.471 4.735 5.210 Kredit Menengah (Rp500 juta < X Rp5 miliar) (Triliun R 2.138 2.197 2.419 2.516 2.823 2.870 3.210 - Kredit Modal Kerja 1.392 1.320 1.530 1.587 1.788 1.787 1.988 - Kredit Investasi 610 728 715 735 794 811 904 - Kredit Konsumsi 136 149 174 195 241 272 318 NPL MKM gross (%) 2,18 2,47 1,66 1,86 1,45 1,67 1,64 Bank Perkreditan Rakyat : Total Aset (Rp Milliar) 577.361 571.733 595.079 674.523 680.558 740.505 722.821 DPK (Rp Milliar) 469.743 472.092 485.353 559.193 562.335 618.822 584.946 - Tabungan (Rp Milliar) 191.668 273.253 213.525 283.438 296.935 307.307 311.444 - Deposito (Rp Milliar) 278.075 198.839 271.828 275.755 265.401 311.515 273.502 Kredit (Rp Milliar) - berdasarkan lokasi kantor 309.048 304.636 320.881 335.099 347.247 369.303 422.957 - Modal Kerja 108.046 103.981 113.109 119.061 119.104 125.992 139.261 - Investasi 36.508 35.424 40.653 42.629 45.934 50.855 55.603 - Konsumsi 164.495 165.230 167.119 173.409 182.209 192.456 228.094 LDR (%) 65,79 64,53 66,11 59,93 61,75 59,68 72,31 NPL Gross (%) 6,05 6,55 6,14 5,33 4,88 4,79 4,20 Sumber Data : Bank Indonesia 6

Perkembangan Ekonomi BAB I 5. ` PERKEMBANGAN EKONOMI 1.1. Kajian Umum Perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan II-2011 tumbuh 5,42% (yoy). Pertumbuhan tersebut tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2010 sebesar 5,06% (yoy) maupun dibandingkan triwulan I-2011 yang tumbuh sebesar 5,13% (yoy). Kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan II-2011 terutama disebabkan oleh pengeluaran untuk konsumsi dan investasi. Kondisi tersebut antara lain dipengaruhi oleh masih terjaganya daya beli masyarakat, adanya kegiatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah, serta mulainya pelaksanaan proyek-proyek pemerintah maupun swasta. Grafik 1.1 PDRB Provinsi Kalimantan Barat Miliar Rp 9.000 8.000 7.000 6.000 5.000 4.000 3.000 2.000 1.000 - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% 0% 2008 2009 2010 2011 Nilai Pertumbuhan (yoy) Sumber: Data BPS Prov. Kalimantan Barat 1.2. PDRB Menurut Penggunaan Pada sisi permintaan, komponen yang dominan dalam pembentukan PDRB Kalimantan Barat bersumber dari pengeluaran konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor dimana masing-masing memiliki pangsa sebesar 58,75%, 28,75% dan 25,30% dari total PDRB. Sementara itu, neraca perdagangan luar negeri Provinsi Kalimantan Barat menunjukkan kinerja yang cukup baik dimana pada triwulan II-2011 ekspor luar negeri Provinsi Kalimantan Barat tercatat lebih tinggi daripada impor atau terjadi net ekspor di Provinsi Kalimantan Barat. Laporan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II -2011 7

Perkembangan Ekonomi Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB Penggunaan Kalimantan Barat Jenis Penggunaan 2010 2011 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Konsumsi Rumah Tangga 6,19 3,75 5,85 7,15 5,45 7,74 Konsumsi Nirlaba 3,67 4,06 5,67 8,59 8,55 8,33 Konsumsi Pemerintah 4,11 5,05 5,57 15,82 9,66 7,95 PMTB 4,67 2,14 7,05 9,22 9,34 12,11 Perubahan Stok 12,66 (628,47) 164,84 (64,64) (40,16) (116,74) Ekspor 8,03 1,69 5,12 15,50 15,57 11,90 Impor 13,31 7,81 16,51 18,27 14,65 12,98 PDRB 4,60 5,06 5,89 5,79 5,13 5,42 Sumber: Data BPS Prov. Kalimantan Barat A. Konsumsi Pada triwulan II-2011, konsumsi masyarakat tercatat tumbuh sebesar 7,74% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2011 maupun triwulan II-2010 masing-masing sebesar 5,45% (yoy) dan 3,75% (yoy). Pertumbuhan konsumsi masyarakat pada periode laporan antara lain dipengaruhi oleh masih terjaganya daya beli masyarakat seiring dengan adanya penerimaan gaji ke-13 serta masih tingginya harga karet dan CPO yang memberikan dampak positif khususnya bagi pelaku usaha yang terkait dengan kedua sub sektor tersebut. Grafik 1.2 Indeks Penghasilan Saat Ini Tabel 1.2 Indeks Tendensi Konsumsi 145 140 139,50 Variabel Pembentuk Q1 2011 Pertumbuhan Q2 (qtq) 135 131,5 133 130 125 124 120 115 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2010 2011 Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Pendapatan Rumah Tangga 105,57 110,41 4,58% Kaitan Inflasi dengan konsumsi makanan sehari-hari 99,55 104,04 4,51% Tingkat konsumsi beberapa komoditi makanan dan bukan 93,17 makanan 93,24 0,08% Indeks Tendensi Konsumsi 101,40 105,15 3,70% Sumber: data BPS Prov. Kalbar Peningkatan pendapatan masyarakat tersebut juga sejalan dengan hasil survei konsumen (grafik 1.2) dan indeks tendensi konsumsi (tabel 1.2). Hasil survei konsumen menunjukkan bahwa masyarakat masih cukup optimis bahwa pendapatan yang mereka terima saat ini lebih tinggi dibandingkan 6 bulan yang lalu sebagaimana tercermin dari indeks penghasilan masyarakat sebesar 133 1 pada bulan Juni 2011. Sementara itu, indeks 1 Angka indeks dasar adalah 100 yang mengindikasikan pendapatan yang diterima tetap Laporan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II -2011 8

Perkembangan Ekonomi tendensi konsumsi (ITK) triwulan II-2011 menunjukkan optimisme yang ditandai dengan peningkatan sebesar 3,70% (qtq). Pertumbuhan konsumsi masyarakat juga dipengaruhi oleh meningkatnya kebutuhan masyarakat Kalimantan Barat seiring dengan adanya liburan sekolah sehingga mobilitas dan konsumsi masyarakat mengalami peningkatan. Selanjutnya, adanya gelar bisnis dan dagang serta pesta adat gawai dayak juga mendorong meningkatnya transaksi masyarakat. Peningkatan konsumsi masyarakat pada periode laporan antara lain diindikasikan dengan peningkatan pembelian barang tahan lama yang tercermin dari indeks pembelian barang tahan lama. Sementara, peningkatan, mobilitas penduduk diantaranya tercermin dari peningkatan penjualan premium dimana pada triwulan II-2011 penjualan premium di Kalimantan Barat mencapai 114,28 ribu Kilo Liter atau meningkat 17,72 %(yoy). Grafik 1.3 Pembelian Barang Tahan Lama Grafik 1.4 Penjualan Premium 160,0 120.000 25,00% 140,0 120,0 100,0 80,0 60,0 LevelOptimis Level Pesimis Kilo Liter 100.000 80.000 60.000 40.000 20,00% 15,00% 10,00% 40,0 20,0 0,0 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 20.000 - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 5,00% 0,00% 2007 2008 2009 2010 2011 2009 2010 2011 Pembelian Barang Tahan Lama Penghasilan Saat ini Volume Pertumbuhan (yoy) Sumber: Survei Bank Indonesia Sumber: data Pertamina diolah Sementara itu, konsumsi pemerintah pada triwulan II-2011 tercatat tumbuh sebesar 7,95% (yoy) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan II-2010 sebesar 5,05% (yoy). Pertumbuhan konsumsi pemerintah pada periode laporan antara lain diindikasikan dengan realisasi belanja Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan II-2011 yang mencapai 25%-35% dari total belanja Tahun Anggaran 2011. Meningkatnya konsumsi pemerintah pada periode laporan antara lain dipengaruhi oleh berbagai kegiatan seperti pertemuan, pelatihan dan pameran yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah serta adanya pilkada yang dilanjutkan dengan pelantikan Bupati di Kabupaten Sambas dan Kabupaten Landak. B. Ekspor - Impor Kegiatan ekspor dan impor Provinsi Kalimantan Barat pada periode triwulan II-2011 menunjukkan pertumbuhan. Secara umum, ekspor Provinsi Kalimantan Barat ke luar negeri Laporan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II -2011 9

Perkembangan Ekonomi sebesar 520,11 juta USD. Sementara, nilai impor tercatat sebesar 44,71 juta USD sehingga terjadi net ekspor sebesar 475,40 juta USD pada periode laporan. Grafik 1.5 Nilai Ekspor-Impor Kalimantan Barat Jutaan US$ 600 500 400 300 200 100 0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2009 2010 2011 Ekspor Impor Net Ekspor Sumber: Bank Indonesia Surplus nilai ekspor Kalimantan Barat tersebut antara lain didorong oleh masih tingginya harga karet di tingkat internasional serta meningkatnya ekspor bauksit Kalimantan Barat. Pada triwulan II-2011, harga rata-rata karet berada pada posisi 546,34 USD cent/kg. Sementara itu, penguatan nilai tukar (kurs) Rupiah terhadap USD pada periode laporan belum memberikan dampak signifikan terhadap kinerja ekspor Kalimantan Barat. Grafik 1.6 Volume Ekspor Biji, Kerak, Dan Abu Logam Grafik 1.7 Perkembangan Harga Internasional Karet Ton 4.500.000 4.000.000 3.500.000 3.000.000 2.500.000 2.000.000 1.500.000 1.000.000 500.000 USD Cent/kg 600,00 500,00 400,00 300,00 200,00 100,00 317,88 370,28 546,34 - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 0,00 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2009 2010 2011 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bloomberg Ekspor Kalimantan Barat pada periode laporan tumbuh sebesar 11,90% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2010 sebesar 1,69% (yoy). Berdasarkan volumenya, ekspor Provinsi Kalimantan Barat didominasi oleh barang tambang khususnya bauksit yang dalam perhitungan ekspor HS 2 digit termasuk dalam kategori biji, kerak dan abu logam (HS 26). Pada periode laporan, ekspor biji, kerak, dan abu logam tercatat sebesar 4,26 juta ton dengan nilai sebesar 137,97 juta USD. Volume tersebut tercatat meningkat 54,78%(yoy) Laporan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II -2011 10

Perkembangan Ekonomi dibandingkan triwulan II-2010. Selanjutnya, ekspor karet tercatat mencapai 55,66 ribu ton dengan nilai ekspor sebesar 259,12 juta USD. Tabel 1.3 Ekspor Kalimantan Barat Menurut HS 2 Digit (Ton) Keterangan 2010 2011 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Total 2.527.706 2.858.700 3.679.723 2.438.911 3.719.914 4.411.988 Fish,crustaceans,moluscs,oth.invert 98 257 318 326 284 373 Edible fruits and nuts 377 451 380 809 1.650 2.041 Oil seeds, grains, seeds and fruits 932 197 390 290 590 591 Animal or vegt. fats and oils 108 2.316 9.543 7.475 9.940 1.298 Prep of cereals, flour,starch, milk 687 453 218 84 229 287 Res. and waste from food industries 5.666 7.220 12.369 7.903 13.063 14.745 Ores, slag and ash 2.421.867 2.751.728 3.567.682 2.331.875 3.610.615 4.259.211 Rubber and articles thereof 19.757 23.280 22.128 22.539 28.091 55.665 Wood and articles of wood 74.372 69.418 64.198 64.585 52.561 63.812 Pearls,precious and semi prec.stone 0 3 0 1 0 2 Sumber: Bank Indonesia Tabel 1.4 Impor Kalimantan Barat Menurut HS 2 Digit (Ton) Keterangan 2010 2011 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Total 17.358 25.568 19.197 33.733 27.458 47.410 Edible vegetables and certains root 1.567 1.153 656 47 1.636 968 Oil seeds, grains, seeds and fruits 27 573 225 81 816 1.039 Res. and waste from food industries 195 166 413 463 480 744 Salt; sulphur,earths and stone 200 0 1.511 3.841 2.032 6.139 Fertilizers 1.964 4.846 2.566 3.949 3.184 21.396 Plastics and articles thereof 1.066 638 622 1.655 1.063 624 Iron and steel 0 2.377 209 7.175 3.683 5.014 Articles of iron and steel 187 754 1.236 187 728 573 Nuclear react.,boilers,mech. appli. 967 546 1.352 2.183 4.854 3.167 Ships,boats and floating structures 1.316 5.764 8.191 10.125 6.574 4.999 Sumber: Bank Indonesia Sementara, impor Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan II-2011 tumbuh sebesar 12,98% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2010 sebesar 7,81% (yoy). Pertumbuhan import tersebut antara lain diindikasikan dengan volume impor dari luar negeri yang mencapai 47,41 ribu ton dengan nilai impor mencapai 44,70 juta USD juta. Volume impor Kalimantan Barat pada periode laporan tersebut tumbuh sebesar 85,43% dibandingkan triwulan II-2010. Secara umum, impor Kalimantan Barat masih didominasi oleh pupuk dengan pangsa sebesar 45% terhadap total impor Kalimantan Barat. Laporan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II -2011 11

Perkembangan Ekonomi C. Investasi Investasi di Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan II-2011 masih tumbuh cukup baik. Kondisi ini antara lain tercermin dari Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang tumbuh sebesar 12,11% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2010 sebesar 2,14% (yoy). Pertumbuhan investasi tersebut antara lain dipengaruhi oleh dimulainya proyek-proyek pemerintah seperti pembangunan jalan, perluasan pelabuhan peti kemas PT. Pelindo II Cabang Pontianak, dan pembangunan PLTU di Kecamatan Jungkat dengan daya sebesar 2 X 50 MW. Selanjutnya, investasi swasta juga menunjukkan peningkatan antara lain ditandai dengan pembangunan pabrik pupuk organik Sinka Sinye Agrotama dengan perkiraan kapasitas produksi mencapai 100 ribu ton per tahun serta dimulainya proyek Chemical Grade Alumina (CGA) Tayan senilai sekitar 450 juta USD. Grafik 1.8 Impor Barang Modal Grafik 1.9 Penyaluran Kredit Produktif Ton 50.000 45.000 40.000 35.000 30.000 25.000 20.000 15.000 10.000 5.000 - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Miliar Rp 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2008 2009 2010 2011 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 2009 2010 2011 Kredit Produktif Pertumbuhan Kredit Produktif (yoy) Sumber : Bank Indonesia Sumber : LBU Bank Umum di Kalbar Membaiknya investasi pada periode laporan antara lain diindikasikan dengan impor barang modal Kalimantan Barat sebesar 45,51 ribu ton. Selain itu, meningkatnya penyaluran kredit ke sektor produktif juga mengindikasikan pertumbuhan investasi di Kalimantan Barat. Pada triwulan II-2011, penyaluran kredit produktif oleh perbankan tercatat sebesar Rp11,24 triliun atau meningkat 28,65%(yoy)dibandingkan triwulan II-2010. 1.3. PDRB SEKTORAL Seperti halnya pada sisi penggunaan, kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Barat secara sektoral juga menunjukkan pergerakan yang cukup baik dimana seluruh sektor tercatat mengalami pertumbuhan pada triwulan II-2011. Kinerja perekonomian pada periode laporan tersebut terutama didorong oleh kinerja sektor angkutan dan komunikasi, Laporan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II -2011 12

Perkembangan Ekonomi sektor pertanian, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran dimana kontribusi masingmasing sektor tersebut sebesar 1,13%, 1,10% dan 0,87%. Sektor 2010 2011 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 1. Pertanian 1,24% 0,39% 0,74% 1,72% 1,10% 1,10% 2. Pertambangan & Penggalian 0,13% 0,12% 0,15% 0,19% 0,21% 0,26% 3. Industri Pengolahan 0,27% 0,40% 0,31% 0,40% 0,45% 0,52% 4. Listrik,Gas & Air Bersih 0,01% 0,01% 0,03% 0,03% 0,03% 0,02% 5. Bangunan 0,43% 0,66% 0,83% 0,56% 0,57% 0,81% 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 1,01% 1,44% 1,70% 0,52% 0,75% 0,87% 7. Angkutan & Komunikasi 0,96% 0,88% 1,26% 1,03% 0,95% 1,13% 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0,22% 0,30% 0,32% 0,31% 0,43% 0,40% 9. Jasa - jasa 0,33% 0,85% 0,56% 1,03% 0,65% 0,31% PDRB 4,60% 5,06% 5,89% 5,79% 5,13% 5,42% Sumber: data BPS Prov. Kalbar diolah Tabel 1.5 Pertumbuhan PDRB Sektoral Tabel 1.6 Kontribusi Sektoral Terhadap Pertumbuhan Sektor 2010 2011 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 1. Pertanian 4,40% 1,58% 2,96% 7,24% 3,90% 4,63% 2. Pertambangan & Penggalian 7,53% 7,06% 8,52% 11,32% 12,21% 14,67% 3. Industri Pengolahan 1,54% 2,28% 1,77% 2,37% 2,69% 3,03% 4. Listrik,Gas & Air Bersih 1,88% 2,72% 7,27% 7,88% 6,31% 5,59% 5. Bangunan 5,47% 8,02% 10,14% 6,66% 7,20% 9,51% 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 4,84% 6,71% 8,06% 2,45% 3,57% 4,00% 7. Sumber: Angkutan data & BPS Komunikasi Prov. Kalbar diolah 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 11,43% 4,06% 10,06% 5,23% 14,38% 5,75% 11,26% 5,60% 10,63% 7,87% 12,29% 7,09% 9. Jasa - jasa 3,43% 7,49% 4,73% 8,00% 6,72% 2,63% PDRB 4,60% 5,06% 5,89% 5,8% 5,13% 5,42% Sumber: data BPS Prov. Kalbar diolah Selanjutnya, struktur ekonomi Provinsi Kalimantan Barat masih didominasi oleh sektor pertanian, perdagangan hotel dan restoran, sektor industri pengolahan, serta jasajasa. Keempat sektor tersebut membentuk sekitar 73% terhadap total PDRB sedangkan 37% dibentuk oleh lima sektor lainnya dimana setiap sektor memiliki pangsa kurang dari 10% terhadap total PDRB. Dengan demikian, pergerakan keempat sektor dominan tersebut berpotensi mempengaruhi kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Barat. Laporan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II -2011 13

Perkembangan Ekonomi Grafik 1.10 Pangsa Tiap Sektor Terhadap PDRB 9. Jasa - jasa 11,35% 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 5,79% 7. Angkutan & Komunikasi 9,76% 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 21,54% 5. Bangunan 8,82% 4. Listrik,Gas & Air Bersih 0,44% 3. Industri Pengolahan 16,82% 2. Pertambangan & Penggalian 1,96% 1. Pertanian 23,53% 0% 5% 10% 15% 20% 25% Sumber : data BPS Prov. Kalbar diolah A. Sektor Pertanian Sektor pertanian pada triwulan II-2011 tumbuh sebesar 4,63% (yoy) sedikit lebih tinggi jika dibandingkan pertumbuhan pada triwulan II-2010. Pertumbuhan tersebut antara lain dipengaruhi oleh kinerja perkebunan sawit yang masih cukup baik hingga periode laporan. Pada triwulan II-2011, produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Kalimantan Barat tercatat sebesar 974,70 ribu ton atau mengalami peningkatan sebesar 20% (yoy) dibandingkan produksi pada triwulan II-2010 sebesar 814,62 ribu ton. Peningkatan produksi TBS tersebut antara lain dipengaruhi oleh pertambahan luas kebun sawit yang sudah produktif (grafik 1.12). Selanjutnya, luas panen padi pada periode laporan mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan II-2010 sebesar 22,69 hektar (grafik 1.11). Kondisi ini antara lain disebabkan oleh adanya pencetakan lahan sawah baru. Namun demikian secara triwulanan, kinerja sektor pertanian Kalimantan Barat mengalami penurunan sebesar -16,63% (qtq) dibandingkan triwulan I-2011. Hal ini antara lain dipengaruhi oleh produksi karet Kalimantan Barat juga cenderung tumbuh melambat. Kondisi tersebut antara lain dipengaruhi oleh usia tanaman karet di Kalimantan Barat yang sudah tua sehingga produktivitasnya menurun dimana pada saat ini produktivitas tanaman karet Kalimantan Barat per tahun hanya sebesar 8 ku/ha. Selain itu, produksi padi juga cenderung berkurang yang ditandai oleh menurunnya areal panen padi seiring dengan berakhirnya masa panen. Pada triwulan II-2011, luas panen padi sawah di Kalimantan Barat mencapai 33,37 ribu hektar. Apabila produktivitas padi sebesar 35 ku/ha maka produksi padi Kalimantan Barat pada periode laporan sebesar 116 ribu ton. Secara triwulanan, luas panen padi Kalimantan Barat tersebut tercatat lebih rendah dibandingkan luas panen pada Laporan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II -2011 14

Perkembangan Ekonomi triwulan I-2011 yang tercatat mencapai 148,79 hektar dengan produksi mencapai 416 ribu ton. Tabel 1.7 ATAP dan ARAM II-2011 Produksi Padi Kalimantan Barat JAN-APR MEI-AGT SEP-DES JAN-DES Tahun Luas Panen Ku/Ha Produksi Luas Panen Ku/Ha Produksi Luas Panen Ku/Ha Produksi Luas Panen (Ha) (Ton) (Ha) (Ton) (Ha) (Ton) (Ha) Ku/Ha Produksi (Ton) 2000 273,442 24 656,067 26,773 26 69,765 60,948 29 177,359 361,163 25 903,491 2001 273,167 26 705,572 30,135 27 80,615 58,230 30 176,631 361,531 27 962,616 2002 266,850 28 742,642 14,248 31 44,529 65,474 30 198,318 346,572 28 985,488 2003 242,542 27 661,933 29,378 33 95,856 81,514 33 266,041 353,434 29 1,027,122 2004 247,399 27 677,685 26,458 32 85,268 91,361 33 297,901 365,018 29 1,060,652 2005 281,666 28 790,288 24,836 32 79,956 45,803 34 153,440 346,760 30 1,023,684 2006 300,237 28 849,362 37,846 33 123,184 39,959 34 135,116 378,042 29 1,107,662 2007 301,502 29 879,887 49,085 35 172,745 49,245 35 172,627 399,832 31 1,225,259 2008 298,286 30 890,667 59,141 34 199,759 66,174 35 231,017 423,601 31 1,321,443 2009 269,817 29 787,069 33,723 35 117,325 115,389 34 396,404 418,929 31 1,300,798 2010 266,916 29 780,957 48,062 35 167,256 113,483 35 395,673 428,461 31 1,343,886 2011* 256,665 28 727,855 38,517 35 134,248 Sumber: data Distan Prov. Kalbar diolah Grafik 1.11 Luas Panen Padi Grafik 1.12 Produksi Tandan Buah Segar Sawit Hektar 180.000 160.000 140.000 120.000 100.000 80.000 60.000 40.000 Kg 1.200.000.000 1.000.000.000 800.000.000 600.000.000 400.000.000 200.000.000 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% 20.000 - Q 1 Q 2 Q3 Q4 Q 1 Q 2 Q 3 Q 4 Q1 Q2 - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2009 2010 2011-20% 2009 2010 2011 Volume Pertumbuhan (yoy) Sumber: Data Distan Prov. Kalbar diolah Sumber: Data Disbun Prov. Kalbar diolah B. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pada triwulan II-2011, sektor perdagangan hotel, dan restoran (PHR) tumbuh sebesar 4,00% (yoy). Hal tersebut antara lain tercermin dari volume bongkar PT. Pelindo II Cabang Pontianak sebesar 1,27 juta ton atau meningkat 35,79% (yoy) (grafik 1.13) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 937,57 ribu ton. Selain itu, membaiknya kinerja sektor PHR pada periode laporan juga diindikasikan dengan meningkatnya pembiayaan perbankan ke sektor perdagangan yang mencapai Rp3,76 triliun pada triwulan II-2011 atau meningkat 30,51% secara tahunan (grafik 1.14). Sejalan dengan membaiknya kinerja perdagangan, sub sektor perhotelan dan restoran juga menunjukkan Laporan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II -2011 15

Perkembangan Ekonomi peningkatan sebagaimana ditandai dengan meningkatnya pendapatan daerah dari kegiatan usaha perhotelan dan restoran (grafik 1.15 dan 1.16). Pada triwulan II-2011, pendapatan pajak hotel Kota Pontianak tercatat sebesar Rp2,99 miliar atau meningkat 67%(yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, penerimaan pajak restoran juga mengalami peningkatan sebesar 47% (yoy) atau menjadi sebesar Rp5,16 Miliar. Grafik 1.13 Volume Bongkar Barang Grafik 1.14 Kredit Sektor Perdagangan Ton 1.400.000 1.200.000 1.000.000 800.000 600.000 400.000 200.000 - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% -30% Miliar Rp 4.000 3.500 3.000 2.500 2.000 1.500 1.000 500 - Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011 Luar Negeri Dalam Negeri Pertumbuhan (yoy) Nominal Kredit Pertumbuhan (yoy) Sumber. PT Pelindo II Cab. Pontianak Sumber: LBU Bank Umum di Kalbar Grafik 1.15 Pajak Hotel Grafik 1.16 Pajak Restoran 3.500 80% 6.000 120% Jutaan Rp 3.000 2.500 2.000 1.500 1.000 500 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% Jutaan Rp 5.000 4.000 3.000 2.000 1.000 100% 80% 60% 40% 20% - 0% - 0% Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2008 2009 2010 2011 2008 2009 2010 2011 Nominal Pertumbuhan (yoy) Nominal Pertumbuhan (yoy) Sumber: data Dispenda Kota Pontianak diolah Sumber: data Dispenda Kota Pontanak diolah Secara umum, kinerja sektor PHR pada periode laporan antara lain dipengaruhi oleh adanya pelaksanaan Pilkada dan pelantikan Bupati Kabupaten Sambas dan Kabupaten Landak. Selain itu, kinerja sektor PHR juga dipengaruhi oleh penyelenggaraan pesta adat Gawai Dayak dan Pameran Gelar Expo Bisnis 2011 dalam rangka Peringatan Bulan Bhakti Gotong Royong Masyarakat (BBGRM) ke-viii dan Hari Kesatuan Gerak PKK (HKG PKK) ke- 39. Pameran BBGRM tersebut diikuti oleh 125 peserta selama 5 hari. Total transaksi selama kegiatan tersebut mencapai Rp10 Miliar dan memberikan dampak positif terhadap sektor Laporan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II -2011 16

Perkembangan Ekonomi PHR. Datangnya liburan sekolah juga memberikan dampak positif terhadap kinerja sektor PHR pada periode laporan. C. Sektor Angkutan Dan Komunikasi Sektor angkutan dan komunikasi pada triwulan II-2011 tercatat tumbuh sebesar 12,29% (yoy) dimana pertumbuhan tersebut merupakan tertinggi kedua setelah sektor pertambangan. Pertumbuhan tersebut juga tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan I- 2011 sebesar 10,63% (yoy) maupun pertumbuhan pada triwulan II-2010 sebesar 10,06% (yoy). Pertumbuhan sektor ini antara lain dipengaruhi oleh meningkatnya mobilitas penduduk seiring dengan datangnya masa liburan sekolah dan adanya beberapa kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah. Pertumbuhan sektor angkutan dan komunikasi pada periode laporan antara lain diindikasikan dengan jumlah penumpang angkutan udara pada triwulan II-2011 sebanyak 248,94 ribu orang atau meningkat 10,061% dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Selanjutnya, kinerja sub sektor komunikasi juga menunjukkan kinerja yang baik seiring dengan meningkatnya penggunaan telephone seluler. Grafik 1.17 Penumpang Angutan Udara Grafik 1.18 Penumpang Kapal Orang 300.000 250.000 200.000 150.000 100.000 50.000 - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 25% 20% 15% 10% 5% 0% -5% -10% Orang 50.000 45.000 40.000 35.000 30.000 25.000 20.000 15.000 10.000 5.000-2008 2009 2010 2011 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Domestik Internasional Pertumbuhan Total Kedatangan (yoy) Sumber: PT. Angasa Pura II Pontianak 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber: PT. Pelindo II Cab. Pontianak D. Sektor Lainnya Industri pengolahan merupakan salah satu sektor yang cukup besar dalam membentuk PDRB Provinsi Kalimantan Barat. Pada triwulan II-2011, sektor industri pengolahan tercatat tumbuh 3,03% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2011 maupun triwulan II-2010 masing-masing sebesar 2,69% (yoy) dan 2,28% (yoy). Kinerja sektor industri pengolahan pada periode laporan antara lain dipengaruhi oleh meningkatnya produksi CPO dan karet di Kalimantan Barat. Produksi CPO Kalimantan Barat tercatat Laporan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II -2011 17

Perkembangan Ekonomi sebesar 239,69 ribu ton atau mangalami pertumbuhan sebesar 52,84% secara tahunan pada triwulan II-2011. Sementara, produksi karet di Kalimantan Barat tercatat sebesar 66,21 ribu ton atau meningkat 21,35% (yoy) pada triwulan II-2011. Kinerja industri CPO dan Karet yang cenderung mengalami peningkatan antara lain juga dipengaruhi oleh meningkatnya harga kedua komoditi tersebut di tingkat internasional. Grafik 1.19 Produksi CPO Kalimantan Barat Grafik 1.20 Produksi Karet KalimantanBarat Ton 300,000.00 250,000.00 200,000.00 150,000.00 100,000.00 50,000.00 - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2008 2009 2010 2011 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% -30% -40% Ton 70,000.00 60,000.00 50,000.00 40,000.00 30,000.00 20,000.00 10,000.00 - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Volume Pertumbuhan (yoy) 2009 2010 2011 Sumber: Dinas Perkebunan Prov. Kalbar diolah Sumber: Data Gapkindo Kalbar diolah Sektor pertambangan tercatat sebagai sektor yang mangalami pertumbuhan paling tinggi yaitu sebesar 14,66% (yoy) pada triwulan II-2011. Kinerja sektor pertambangan tersebut menunjukkan trend yang semakin meningkat. Hal ini antara lain mengindikasikan bahwa pemerintah daerah dan pihak swasta mulai mengoptimalkan sektor pertambangan guna mendorong perekonomian Kalimantan Barat. Meningkatnya kinerja sektor pertambangan pada periode laporan antara lain dipengaruhi oleh meningkatnya aktivitas pertambangan bauksit Provinsi Kalimantan Barat. Meskipun demikian, kontribusi sektor pertambangan terhadap pertumbuhan ekonomi tercatat hanya sebesar 0,26%. Kinerja sektor bangunan pada triwulan II-2011 tercatat tumbuh sebesar 9,51% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2011 sebesar 7,20% (yoy) maupun triwulan II-2010 sebesar 8,02% (yoy). Kinerja sektor bangunan pada periode laporan antara lain dipengaruhi oleh mulai meningkatnya aktivitas pembangunan proyek-proyek pemerintah seperti pengerjaan jalan Trans Borneo dan Jembatan Tayan. Selain itu, membaiknya bisnis properti khususnya di Kota Pontianak juga memberikan dampak positif terhadap kinerja sektor bangunan pada periode laporan. Membaiknya kinerja sektor bangunan pada periode laporan antara lain diindikasikan dengan meningkatnya penyaluran semen di Kalimantan Barat yang tercatat sebanyak 225,87 ribu ton pada triwulan II-2011 atau tumbuh 50% dibandingkan triwulan II-2010 sebesar 150,11 ribu ton. Laporan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II -2011 18

Perkembangan Ekonomi Pada triwulan II-2011, sektor keuangan tercatat tumbuh sebesar 7,09% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2010 sebesar 5,23% (yoy). Kinerja sektor keuangan tersebut diindikasikan oleh aset bank umum di Kalimantan Barat yang mencapai Rp29,34 triliun atau meningkat 21,84%(yoy) pada triwulan II-2011. Selanjutnya, kinerja sektor keuangan tersebut juga dipengaruhi oleh pertambahan jaringan kantor perbankan sebanyak 6 kantor dari 305 kantor pada Triwulan I-2011 menjadi 311 kantor pada Triwulan II-2011. Meskipun demikian, laju pertumbuhan sektor keuangan pada triwulan II-2011 tersebut tercatat sedikit lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan I-2011 sebesar 7,87% (yoy). Perlambatan tersebut antara lain dipengaruhi oleh perlambatan penghimpunan DPK oleh BPR pada triwulan II-2011. Kinerja sektor jasa-jasa pada triwulan II-2011 tercatat sebesar 2,63% (yoy) lebih lambat dibandingkan periode triwulan II-2010 maupun triwulan I-2011 masing-masing sebesar 7,49% (yoy) dan 6,72% (yoy). Perlambatan kinerja sektor jasa-jasa antara lain diindikasikan oleh menurunnya penerimaan pajak reklame sebeser 18,97% (yoy). Grafik 1.21 Realisasi Pengadaan Semen Di Kalimantan Barat Grafik 1.22 Aset Bank Umum Di Kalimantan 250.000 60% 35.000 40% Ton 200.000 150.000 100.000 50.000 - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 50% 40% 30% 20% 10% 0% Miliar Rp 30.000 25.000 20.000 15.000 10.000 5.000 - Q2 Q1 Q4 Q3 Q2 Q1 Q4 Q3 Q2 Q1 Q4 Q3 Q2 Q1 Q4 Q3 Q2 Q1 Q4 Q3 Q2 Q1 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% 2010 2011 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Volume Pertumbuhan Nilai Pertumbuhan (yoy) Sumber: Dinas Perdagangan Prov. Kalbar Sumber: LBU Bank Umum Kalimantan Barat Grafik 1.23 Penerimaan Pajak Reklame Grafik 1.24 Penjualan listrik 3.500 200% 400.000 25% Jutaan Rp 3.000 2.500 2.000 1.500 1.000 500 150% 100% 50% 0% MwH 350.000 300.000 250.000 200.000 150.000 100.000 50.000 20% 15% 10% 5% - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2-50% - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 0% 2009 2010 2011 2009 2010 2011 Nilai Pertumbuhan (yoy) Penjualan Pertumbuhan Sumber: data Dispenda Kota Pontianak Sumber: PLN Kanwi Kalimantan Barat Laporan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II -2011 19

Perkembangan Ekonomi Sektor lainnya yang memiliki pangsa PDRB terkecil, yaitu sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (LGA), mengalami pertumbuhan 5,59% (yoy). Laju pertumbuhan sektor LGA pada periode laporan antara lain dipengaruhi oleh berkembangnya bisnis properti di Kalimantan M3 Grafik 1.25 Penjualan Air PDAM Kota Pontianak 6.600.000 12% 6.400.000 6.200.000 10% 6.000.000 8% 5.800.000 5.600.000 6% 5.400.000 4% 5.200.000 5.000.000 2% 4.800.000 0% Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2010 2011 Volume Pertumbuhan Sumber: PDAM Kota Pontianak Barat sehingga meningkatkan jumlah pelanggan baik untuk listrik maupun air bersih. Selain itu, pembangkit listrik yang dapat beroperasi kembali paska perawatan juga memberikan dampak positif terhadap kinerja sektor LGA pada periode laporan. Membaiknya kinerja sektor LGA pada periode laporan, antara lain diindikasikan dengan penjualan listrik PLN yang mencapai 358,99 ribu MwH dan volume penjualan air PDAM Kota Pontianak sebesar 6,36 juta M 3. Laporan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II -2011 20

Perkembangan Inflasi BAB 5. II PERKEMBANGAN INFLASI 2.1. Gambaran Umum Inflasi tahunan Kalimantan Barat 1 pada triwulan II-2011 sebesar 7,38% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,25% (yoy). Inflasi tahunan tersebut lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 5,54% (yoy) (Grafik 2.1). Inflasi tahunan tersebut bersumber dari inflasi Kota Pontianak sebesar 7,76% (yoy) dan inflasi Kota Singkawang sebesar 5,65% (yoy). Sementara secara triwulanan, inflasi Kalimantan Barat pada periode laporan tercatat sebesar 0,32% (qtq), lebih rendah dibandingkan triwulan I-2011 sebesar 1,58% (qtq). Sementara inflasi triwulanan nasional triwulan I-2011 sebesar 0,36% (qtq) (Grafik 2.2). Grafik 2.1 Inflasi Tahunan Kalimantan Barat dan Nasional Grafik 2.2 Inflasi Triwulanan Kalimantan Barat dan Nasional % 10 8 6 4 2 0 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00-1,00-2,00 2010 2011 Kalbar Nasional Sumber: BPS Kalimantan Barat, diolah Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May 2010 2011 Kalbar Nasional Sumber: BPS Kalimantan Barat, diolah Jun Inflasi bulanan Kalimantan Barat pada periode April 2011 Juni 2011 ditandai dengan terjadinya satu kali deflasi pada bulan Mei 2011, sedangkan inflasi terjadi pada bulan April dan Juni. Inflasi Kalimantan Barat pada April 2011 sebesar 0,14% (mtm) sedangkan secara nasional pergerakan harga tercatat mengalami deflasi sebesar -0,31% (mtm). Inflasi Kalimantan Barat pada periode tersebut terjadi seiring dengan inflasi di Kota Pontianak sebesar 0,17% (mtm) sedangkan Kota Singkawang justru mengalami deflasi -0,03% (mtm). Namun demikian, pergerakan harga Kalimantan Barat menunjukkan penurunan harga pada bulan Mei 2011 sebagaimana tercermin dari deflasi sebesar -0,54% (mtm). Pada bulan Mei 2011, dua kota yang menjadi sampel pengukuran harga Kalimantan Barat yaitu Kota Pontianak dan Singkawang tercatat mengalami deflasi masing-masing sebesar -0,58% (mtm) dan -0,39% (mtm). Pada 1 Gabungan dari inflasi dua kota yaitu Pontianak dan Singkawang dengan bobot yang disesuaikan terhadap inflasi nasional. 21

Perkembangan Inflasi bulan Juni 2011, Kalimantan Barat kembali mengalami inflasi sebesar 0,73% (mtm) seiring dengan terjadinya inflasi di Kota Pontianak sebesar 0,80% (mtm) dan Kota Singkawang 0,38% (mtm). % 1.00 0.80 0.60 0.40 0.20 0.00-0.20-0.40-0.60-0.80 Grafik 2.3 Inflasi Bulanan Pontianak Singkawang- Nasional Apr-11 May-11 Jun-11 Apr-11 May-11 Jun-11 Apr-11 May-11 Jun-11 Apr-11 May-11 Jun-11 Singkawang Pontianak Kalbar Nasional Sumber: BPS Kalimantan Barat, diolah 2.2. Inflasi Tahunan Secara tahunan, Kalimantan Barat tercatat mengalami inflasi sebesar 7,38% (yoy) pada triwulan II-2011 atau lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2011 sebesar 7,10% (yoy). Berdasarkan kelompoknya, seluruh kelompok pembentuk inflasi Kalimantan Barat tercatat mengalami inflasi. Kelompok transportasi tercatat sebagai kelompok yang mengalami inflasi tertinggi sebesar 10,96% (yoy). Selain itu, kelompok bahan makanan juga mengalami inflasi yang cukup tinggi sebesar 9,61%. Sementara, kelompok pendidikan tercatat sebagai kelompok yang mengalami inflasi terendah sebesar 2,64% (yoy). Inflasi yang terjadi pada kelompok bahan makanan antara lain dipengaruhi oleh berkurangnya pasokan. Selanjutnya, inflasi kelompok transportasi pada periode laporan antara lain bersumber dari meningkatnya mobilitas masyarakat Kalimantan Barat. Kelompok 2010 2011 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Bahan Makanan 8.51 9.26 10.73 16.51 11.61 9.61 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 4.83 3.80 3.67 3.96 4.42 6.07 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 2.59 3.45 5.54 6.00 6.73 6.34 Sandang 1.65 3.16 4.77 3.79 6.02 4.75 Kesehatan 4.27 3.11 3.72 2.25 3.52 3.62 Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga 12.15 10.76 2.55 1.93 2.57 2.64 Transportasi, Komunikasi, Dan Jasa Keuangan 4.77 2.31 8.49 10.06 6.70 10.96 UMUM 5.46 5.25 6.67 8.27 7.10 7.38 Sumber: BPS Kalimantan Barat, diolah Tabel 2.1 Inflasi Tahunan di Kalimantan Barat Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%-yoy) 22

Perkembangan Inflasi Berdasarkan kotanya, inflasi Kalimantan Barat pada periode laporan terjadi seiring dengan inflasi Kota Pontianak sebesar 7,76% (yoy) dan inflasi Kota Singkawang tercatat sebesar 5,65% (yoy). Inflasi kota Pontianak sebesar 7,76% (yoy) tersebut juga tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,37% (yoy). Tingginya inflasi Kota Pontianak pada periode laporan tersebut seiring dengan inflasi yang terjadi pada seluruh/tujuh kelompok pembentuk inflasi Kota Pontianak. Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok transportasi sebesar 13,14% (yoy) dan kelompok bahan makanan sebesar 10,30% (yoy). Sedangkan, kelompok pendidikan tercatat mengalami inflasi terendah sebesar 2,42% (yoy). Tabel 2.2 Inflasi Tahunan di Kota Pontianak Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%-yoy) Kelompok 2010 2011 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Bahan Makanan 8.91 8.83 10.63 17.22 12.21 10.30 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 4.78 3.48 3.55 4.00 4.37 6.27 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 3.00 3.79 5.67 6.34 6.78 5.79 Sandang 1.79 3.28 5.59 4.12 6.77 5.11 Kesehatan 4.34 2.91 3.58 2.32 4.25 4.02 Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga 13.94 12.54 2.80 1.69 2.50 2.42 Transportasi, Komunikasi, Dan Jasa Keuangan 4.28 1.98 7.21 10.41 7.28 13.14 UMUM 5.71 5.21 6.46 8.52 7.37 7.76 Sumber: BPS Kalimantan Barat, diolah Tabel 2.3 Inflasi Tahunan di Kota Singkawang Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%-yoy) Kelompok 2010 2011 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Bahan Makanan 6.62 11.28 11.23 13.10 8.78 6.39 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 5.07 5.37 4.26 3.74 4.64 5.10 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 0.71 1.82 4.94 4.40 6.43 9.00 Sandang 0.95 2.53 0.78 2.14 2.35 2.97 Kesehatan 3.99 4.00 4.36 1.92 0.33 1.90 Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga 2.93 1.51 1.15 3.29 2.94 3.96 Transportasi, Komunikasi, Dan Jasa Keuangan 6.75 3.59 13.51 8.62 4.40 2.42 UMUM 4.35 5.42 7.65 7.10 5.82 5.65 Sumber: BPS Kalimantan Barat, diolah Sementara itu, meskipun mengalami inflasi, namun laju inflasi Kota Singkawang yang tercatat sebesar 5,65% (yoy) sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,82% (yoy). Kondisi sedikit berbeda dengan pergerakan inflasi Kota Pontianak sehingga dapat meredam laju inflasi Kalimantan Barat pada periode laporan. 23

Perkembangan Inflasi Berdasarkan kelompoknya, inflasi tertinggi kota Singkawang terjadi pada kelompok perumahan sebesar 9,00% (yoy). Selanjutnya 2 kelompok yang mengalami inflasi tahunan di atas 5%, yaitu kelompok bahan makanan dan kelompok makanan jadi masing-masing sebesar 6,39% (yoy) dan 5,10% (yoy). Pada sisi lain, inflasi kelompok transportasi di Kota Singkawang hanya tercatat sebesar 2,42% (yoy). 2.2.1. Kelompok Bahan Makanan Kelompok bahan makanan di Kalimantan Barat tercatat mengalami inflasi sebesar 9,61% (yoy). Meskipun angka inflasi tersebut masih cukup tinggi, namun laju inflasi bahan makanan pada periode laporan menunjukkan adanya perlambatan dibandingkan periode sebelumnya. Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok buahbuahan sebesar 20,04% (yoy) atau lebih redah dibandingkan triwulan I- 2011 sebesar 28,76% (yoy). Kondisi tersebut dipengaruhi oleh kebutuhan buah masyarakat pada triwulan II-2011 yang lebih sedikit dibandingkan triwulan I-2011 seiring dengan berakhirnya beberapa kegiatan adat masyarakat Tionghoa di Kalimantan Barat. Sub kelompok lainnya yang mengalami kenaikan inflasi cukup tinggi adalah sayur-sayuran dan padipadian masing-masing sebesar 18,08% (yoy) dan 13,35% (yoy). Inflasi sayur-sayuran tersebut antara lain dipengaruhi oleh kelancaran arus distribusi khususnya dari daerah sentra sayur-sayuran ke Kota Pontianak seiring dengan adanya antrian solar bersubsidi di beberapa kabupaten/ kotamadya Kalimantan Barat. Sementara, inflasi padi-padian antara lain dipengaruhi oleh berkurangnya pasokan beras seiring dengan telah berakhirnya masa panen padi. Pada triwulan II-2011 luas panen padi di Kalimantan Barat hanya seluas 33,37 ribu hektar lebih rendah dibandingkan luas panen padi pada triwulan I-2011 seluas 148,79 ribu hektar. Grafik 2.4 Inflasi Kelompok Bahan Makanan (yoy,%) Bahan Makanan Lainnya Lemak dan Minyak Bumbu - bumbuan Buah - buahan Kacang - kacangan Sayur-sayuran Telur, Susu dan Hasilhasilnya Ikan Diawetkan Ikan Segar Daging dan Hasilhasilnya Padi-padian, Umbiumbian dan Hasilnya 12.07 12.42 4.18 9.00 10.13 10.85 5.86 1.25 Sumber: BPS Kalimantan Barat Diolah 18.08 13.35 20.04 0 5 10 15 20 25 24

-5 0 5 10 15 20 Perkembangan Inflasi Laju Iinflasi kelompok bahan makanan di kota Pontianak dan kota Singkawang meningkat. Di Kota Pontianak inflasi kelompok bahan makanan sebesar 10,30% (yoy). Seluruh sub kelompok mengalami inflasi, dimana sub Grafik 2.5 Inflasi Kelompok Bahan Makanan Kota Pontianak dan Kota Singkawang (yoy,%) Bahan Makanan Lainnya Lemak dan Minyak Bumbu - bumbuan Buah - buahan Kacang - kacangan kelompok sayur-sayuran mengalami inflasi tertinggi yaitu sebesar 22,91% (yoy). Tren serupa terjadi di Kota Singkawang dimana kelompok bahan makanan mengalami inflasi sebesar 6,39% (yoy). Tekanan inflasi terbesar kelompok bahan makanan di Kota Singkawang berasal dari sub Sayur-sayuran Telur, Susu dan Hasilhasilnya Ikan Diawetkan Ikan Segar Daging dan Hasilhasilnya Padi-padian, Umbiumbian dan Hasilnya -20 0 20 40 Sumber: BPS Kalimantan Barat Diolah Singkawang Pontianak kelompok buah-buahan dengan inflasi sebesar 35,20%. Sementara itu, terdapat sub kelompok yang mengalami deflasi di Kota Singkawang yaitu sub daging dan ikan. 2.2.2. Kelompok Transportasi Kelompok tranportasi tercatat sebagai kelompok yang mengalami inflasi tertinggi sebesar 10,95% (yoy) pada triwulan II-2011 atau lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2011 sebesar 6,70% (yoy). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok transportasi sebesar 15,49% (yoy). Grafik 2.6 Kelompok Inflasi Transportasi Grafik 2.7 Jumlah Penumpang Pesawat Jasa Keuangan 0.01 Sarana dan Penunjang Transpor 10.00 Komunikasi Dan Pengiriman -0.06 Transpor 15.49 Sumber: Bandara Supadio Pontianak Sumber: Bandara Supadio Pontianak 25

Perkembangan Inflasi Kondisi tersebut dipicu oleh tarif angkutan udara seiring dengan meningkatnya jumlah penumpang angkutan udara yang berangkat dari Bandara Supadio Pontianak sebanyak 90,20 ribu orang pada bulan Juni 2011. Peningkatan jumlah penumpang tersebut antara lain dipengaruhi oleh adanya masa liburan sekolah. Selanjutnya, sub kelompok sarana dan penunjang transportasi juga tercatat mengalami inflasi cukup tinggi sebesar 10% (yoy). Laju inflasi kelompok transportasi di Kota Pontianak tercatat cukup tinggi sebesar 13,14% (yoy) pada triwulan II- 2011. Inflasi tersebut terutama terjadi pada sub kelompok transportasi yang tercatat mengalami inflasi 18,87% (yoy). Secara tahunan, sub kelompok transportasi di Kota Pontianak mengalami inflasi yang cukup tinggi di atas 10% selama periode Januari 2011 s/d Juni 2011. Kondisi tersebut mendorong tingginya laju inflasi kelompok transportasi Kalimantan Barat. Sementara itu, sub kelompok sarana dan penunjang transportasi juga tercatat mengalami inflasi cukup tinggi sebesar 9,35% (yoy). Grafik 2.8 Inflasi Transportasi Kota Pontianak & Singkawang (yoy;%) Jasa Keuangan Sarana dan Penunjang Transpor Komunikasi Dan Pengiriman Transpor Sumber: BPS Kalimantan Barat diolah Pontianak Singkawang -5 0 5 10 15 20 Pada sisi lain, laju inflasi kelompok transportasi di Kota Singkawang cukup terkendali pada triwulan II-2011 sebesar 2,42% (yoy). Tekanan inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok sarana dan penunjang transportasi sebesar 12,59% (yoy). Faktor yang mempengaruhi tingginya inflasi sub kelompok sarana dan penunjang transportasi baik di Kota Pontianak maupun Kota Singkawang antara lain bersumber dari kelancaran distribusi dimana kelancaran tersebut dipengaruhi oleh kondisi pelabuhan Pontianak yang berada di tepi Sungai Kapuas sehingga pasang surut serta pendangkalan sungai akan mempengaruhi aktivitas kapal. Selanjutnya, fenomena antrian solar yang terjadi di Kalimantan Barat juga memberikan dampak terhadap kelancaran arus distribusi. 26

Perkembangan Inflasi 2.2.3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar Pada triwulan II-2011, inflasi kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar di Kalimantan Barat tercatat sebesar 6,34% (yoy), terbesar ketiga setelah inflasi transportasi dan inflasi bahan makanan. Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahan bakar, penerangan dan air sebesar 8,12% (yoy) dan sub kelompok perlengkapan rumah tangga sebesar 6,83% (yoy). Grafik 2.9 Inflasi Perumahan, LGA, & Bahan Bakar (yoy; %) Grafik 2.10 Inflasi Perumahan, LGA, & Bahan Bakar Kota Pontianak dan Singkawang (yoy; %) Penyelenggaraan Rumahtangga 5,07 Penyelenggaraan Rumahtangga Pontianak Singkawang Perlengkapan Rumahtangga 6,83 Perlengkapan Rumahtangga Bahan Bakar, Penerangan dan Air 8,12 Bahan Bakar, Penerangan dan Air Biaya Tempat Tinggal 5,69 Biaya Tempat Tinggal 0 2 4 6 8 10 0 10 20 30 Sumber: BPS Kalimantan Barat, diolah Sumber: BPS Kalimantan Barat, diolah Berdasarkan kotanya, inflasi kelompok perumahan, LGA, dan bahan bakar di Kota Pontianak tercatat sebesar 5,79% (yoy). Sub kelompok perlengkapan rumah tangga tercatat sebesar 7,61% (yoy) dan sub kelompok biaya tempat tinggal sebesar 6,23% (yoy). Sementara itu, sub kelompok perlengkapan rumah tangga di Kota Singkawang tercatat mengalami inflasi yang cukup tinggi sebesar 25,43% (yoy). Hal tersebut antara lain dipicu oleh terhambatnya arus distribusi gas elpiji dari Kota Pontianak seiring dengan diterapkannya kebijakan baru yaitu pemberian segel yang berbeda antara gas elpiji yang akan dipasarkan di Kota Pontianak dengan gas elpiji yang dipasarkan untuk kabupaten/kotamadya lainnya yang berlangsung mulai Bulan Mei 2011. 27

Perkembangan Inflasi 2.3. Disagregasi Inflasi Secara tahunan, kelompok komoditas yang harganya diatur pemerintah (administered prices) mengalami inflasi sebesar 12,82% (yoy) lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Tingginya inflasi administered prices tersebut sejalan dengan tingginya inflasi kelompok transportasi khususnya di Kota Pontianak pada periode laporan. Selanjutnya, inflasi kelompok komoditas pangan yang harganya bergejolak (volatile foods) masih cukup tinggi sebesar 9,65%, namun demikian, pergerakan inflasi volatile foods pada periode laporan tersebut menunjukkan kecenderungan melambat dibandingkan periode sebelumnya. Sementara, inflasi inti Kalimantan Barat pada periode laporan tercatat sebesar 4,51% (yoy). Tabel 2.4 Inflasi Tahunan di Kalimantan Barat Menurut Faktor Penyebabnya (%-yoy) Kelompok 2010 2011 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Inflasi Inti 3,78 3,50 3,29 3,34 4,50 4,51 Volatile Foods 9,11 9,59 10,74 16,96 11,72 9,65 Administered Prices 5,55 4,59 10,87 11,88 8,62 12,82 U m u m 5,46 5,25 6,67 8,27 7,10 7,38 Sumber: BPS Kalimantan Barat, diolah Berdasarkan kota, inflasi administered prices Kota Pontianak Grafik 2.11 Disagregasi Inflasi Pontianak dan Singkawang (yoy;%) tercatat sebesar 13,62% (yoy) pada triwulan II-2011 sedangkan di Kota Singkawang tercatat sebesar 9,30% (yoy) dimana inflasi tersebut antara lain dipengaruhi oleh inflasi transportasi. Sementara, inflasi volatile foods pada periode laporan di Kota Pontianak dan Kota Singkawang masing-masing sebesar 6,97% (yoy) dan 10,23% (yoy). Masih tingginya inflasi volatile foods tersebut antara lain dipengaruhi Pontianak Singkawang Administered Prices 9,30 Volatile Foods 6,97 Core 3,67 Administered Prices 13,62 Volatile Foods 10,23 Core 4,69 0 5 10 15 Sumber: BPS Kalimantan Barat diolah oleh berkurangnya produksi beras seiring dengan berakhirnya masa panen dan terhambatnya arus distribusi karena adanya antrian solar. Selanjutnya, inflasi inti Kota Pontianak sebesar 4,69% (yoy) dan Kota Singkawang sebesar 3,67% (yoy). 28

Perkembangan Inflasi 2.3.1. Ekspektasi dan Inflasi Salah satu faktor yang berpengaruh cukup besar terhadap pembentukan inflasi adalah ekspektasi masyarakat terhadap kondisi harga pada beberapa bulan kedepan. Faktor dari sisi permintaan, kenaikan laju inflasi tahunan lebih dipengaruhi oleh peningkatan ekspektasi harga di tingkat konsumen terhadap harga jual pada 3 bulan mendatang. Indeks hasil Survei Konsumen (SK) menunjukkan tren sedikit menurun, meskipun angka Balance Score (BS) berada di atas 100, yang artinya responden masih berada pada level optimis terhadap akan adanya kenaikan harga. Ekspektasi kenaikan harga tertinggi terjadi pada indeks kelompok bahan makanan serta kelompok perumahan, listrik, air, gas dan bahan bakar. Kondisi tersebut sejalan dengan kondisi inflasi riil triwulan II-2011. Grafik 2.12 Ekspektasi Konsumen dan Inflasi Saldo Bersih 200.00 190.00 180.00 170.00 160.00 150.00 140.00 130.00 120.00 Ekspektasi Harga Konsumen 3 bulan yad (MA-3) Ekspektasi Harga Konsumen 6 bulan yad (MA-3) Inflasi Aktual (aksis kanan) %(y-o-y) 16.0 14.0 12.0 10.0 8.0 6.0 4.0 2.0 0.0 Tw II-2011 Tw I-2011 Tw IV-2010 Tw III-2010 Tw II-2010 Tw I-2010 Tw IV-2009 Tw III-2009 Tw II-2009 Tw I-2009 Tw IV-2008 Tw III-2008 Tw II-2008 Tw I-2008 Sumber: BPS Kalimantan Barat diolah dan Survei Bank Indonesia. 29

Perkembangan Inflasi Boks 1 Kelangkaan Solar Di Kota Pontianak Secara umum, pergerakan harga di Kalimantan Barat direfleksikan oleh pergerakan harga pada dua kota yang menjadi sampel penghitungan inflasi oleh BPS yaitu Kota Pontianak dan Kota Singkawang. Berdasarkan data historis selama beberapa periode terakhir, pergerakan harga yang diindikasikan oleh angka inflasi Kalimantan Barat berada di atas laju inflasi nasional. Kondisi ini antara lain terjadi seiring dengan masih besarnya komoditi perdagangan di Kalimantan Barat yang didatangkan dari luar provinsi. Dengan demikian, kelancaran arus distribusi menjadi salah satu faktor penting guna menjaga kecukupan pasokan yang pada akhirnya akan mengurangi tekanan terhadap inflasi. Terkait dengan kelancaran arus distribusi, pasokan BBM khususnya solar bersubsidi menjadi hal yang perlu mendapatkan perhatian dimana pada semester I-2011 terdapat fenomena antrian solar bersubsidi di Kota Pontianak. Berdasarkan survei, antrian solar yang terjadi di Kota Pontianak telah terjadi selama lebih dari 3 bulan yang lalu. Kelangkaan solar tersebut antara lain disebabkan oleh terganggunya pasokan karena adanya pendangkalan Sungai Kapuas sehingga kapal Pertamina yang dapat masuk ke Pelabuhan Pontianak relatif kecil dimana pasokan yang dibawa hanya bisa untuk memenuhi kebutuhan BBM selama 3 hari kedepan. Selain itu, diduga adanya kegiatan pelangsir solar dari solar bersubsidi untuk dijual ke sektor industri juga berdampak terhadap kelangkaan solar di Kota Pontianak. Hal ini terjadi karena disparitas harga antara solar subsidi dengan solar industri yang cukup tinggi. Dugaan adanya kegiatan pelangsir tersebut antara lain diindikasikan dengan meningkatnya realisasi penjualan solar bersubsidi sebesar 13,43%(yoy) sementara realisasi penjualan solar industri turun -14,79% (yoy) pada bulan Juni 2011. Berdasarkan data, realisasi penjualan solar di Kalimantan Barat masih didominasi oleh penjualan solar industri dengan rata-rata pangsa pada periode 2008 Juni 2011 sebesar 58% sedangkan pangsa solar bersudsidi sebesar 42% dari total penjualan solar. Kondisi ini merefleksikan tingginya kebutuhan solar industri di Kalimantan Barat. Meskipun pada saat ini kelangkaan solar belum berpengaruh secara signifikan terhadap inflasi Kota Pontianak namun dalam jangka panjang dikhawatirkan antrian solar dapat mengganggu kelancaran arus distribusi yang pada akhirnya akan menimbulkan tekanan terhadap inflasi. Penjualan Solar di Kalimantan Barat Kilo Liter 60,00% 40,00% 20,00% 0,00% -20,00% -40,00% 60.000 50.000 40.000 30.000 20.000 10.000-23.728 18.565 24.411 16.779 26.714 19.726 28.939 21.123 24.127 22.526 28.152 23.966 Jan Feb Mar Apr May Jun Jan Feb Mar Apr May Jun 13,45% -14,79% Jan Feb Mar Apr May Jun Jan Feb Mar Apr May Jun 2010 2011 Solar Bersubsidi 24.126 23.587 22.678 19.698 23.461 25.672 Solar Industri 24.391 24.113 2010 2011 Solar Subsidi Solar Industri Pertumbuhan (yoy) Sumber: Pertamina di olah Pertumbuhan Penjualan Solar di Kalimantan Barat Sumber: Pertamina di olah 20.486 25.190 23.988 27.189 20% 15% 10% 5% 0% -5% -10% 30

Perkembangan Perbankan Daerah BAB 5. III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 3.1. Struktur Perbankan di Kalimantan Barat Secara triwulanan, aset perbankan Kalimantan Barat selama triwulan II-2011 tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2011. Kinerja perbankan di Kalimantan Barat hingga saat ini masih didominasi oleh bank konvensional sebagaimana tercermin dari pangsa aset bank konvensional sebesar 93,29% terhadap total aset perbankan Kalimantan Barat. Pertumbuhan aset bank konvensional tercatat tumbuh sebesar 7,08% (qtq) dari Rp27,40 triliun menjadi Rp29,34 triliun. Sementara, aset perbankan syariah tercatat sebesar Rp1,38 triliun pada triwulan II-2011 atau tumbuh sebesar 6,42% (qtq) dibanding triwulan I-2011 sebesar Rp1,30 triliun. Pada sisi lain, BPR menjadi satu-satunya bank yang mengalami penurunan aset dari Rp741 miliar pada triwulan I-2011 menjadi Rp723 miliar atau turun 2,39% (qtq) pada triwulan II-2011. Penurunan aset BPR tersebut dipengaruhi oleh menurunnya DPK pada periode laporan dibandingkan triwulan I-2011. Secara tahunan, aset perbankan gabungan (bank umum dan BPR) Kalimantan Barat tumbuh sebesar 21,85% (yoy). Pertumbuhan aset secara tahunan tersebut tercatat lebih tinggi dibandingkan periode triwulan I-2011 maupun triwulan II-2010 masing-masing sebesar 21,20% (yoy) dan 11,97% (yoy). Peningkatan aset perbankan tersebut terutama Miliar Rp Grafik 3.1 Aset Perbankan di Kalimantan Barat (miliar Rupiah) 35.000 30.000 25.000 20.000 15.000 10.000 didorong oleh meningkatnya dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun perbankan 23,62% (yoy) dimana bank syariah tercatat mengalami pertumbuhan DPK terbesar yaitu 34,49% (yoy) dan bank konvensional tercatat tumbuh sebesar 23,38% (yoy). 5.000 - Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Bank Umum Bank Syariah BPR 31

Perkembangan Perbankan Daerah 3.2. Bank Umum 3.2.1. Perkembangan Indikator Bank Umum Hampir semua indikator bank umum pada triwulan II-2011 menunjukkan pertumbuhan dibandingkan periode sebelumnya. Secara triwulanan, total aset dan DPK yang berhasil dihimpun masing-masing tumbuh sebesar 7,08% (qtq) dan 5,19%(qtq), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang masing-masing tumbuh sebesar 0,35% dan 5,17%. Sementara secara tahunan, aset dan DPK tercatat tumbuh sebesar 21,84% (yoy) dan 23,38% (yoy) Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Bank Umum di Kalimantan Barat (miliar Rupiah) Indikator 2010 2011 Pertumbuhan Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 qtq yoy Aset 22.752 24.082 25.111 27.307 27.402 29.342 7,08% 21,84% DPK 19.400 20.686 21.562 23.071 24.264 25.522 5,19% 23,38% - Giro 3.947 4.440 4.426 3.432 4.686 5.275 12,56% 18,81% - Deposito 5.782 5.851 5.888 6.271 6.406 6.589 2,86% 12,61% - Tabungan 9.671 10.395 11.248 13.368 13.172 13.659 3,69% 31,39% Kredit 11.800 12.971 13.795 15.296 15.549 17.052 9,67% 31,47% LDR (%) 60,83 62,70 63,98 66,30 64,08 66,81 NPLs (%) 2,47 1,66 1,73 1,11 1,29 1,28 Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Selanjutnya, fungsi intermediasi juga menunjukkan peningkatan. Hal tersebut tercermin dari persentase penyaluran kredit terhadap penghimpunan DPK (LDR) sebesar 66,81% atau lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Angka persentase tersebut berarti dari Rp29,34 triliun total DPK yang berhasil dihimpun oleh bank umum, sebanyak Rp17,05 triliun atau 66,81% disalurkan dalam bentuk kredit. Total kredit yang disalurkan bank umum tersebut tumbuh sebesar 9,67% (qtq) lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 1,65% (qtq). Secara tahunan, kredit juga tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 31,47% (yoy). Membaiknya penyaluran kredit perbankan tersebut seiring dengan pengelolaan risiko yang membaik oleh bank penyalur. Kondisi tersebut tercermin dari angka persentase kredit non-lancar (NPLs) sebesar 1,28% pada triwulan II-2011, lebih kecil dibandingkan dengan triwulan I-2011. Berdasarkan pangsanya, aset bank konvensional di Kalimantan Barat masih didominasi oleh bank umum pemerintah yang memiliki aset sebesar Rp17,32 triliun dengan pangsa sebesar 59,02%. Aset bank umum pemerintah tersebut tercatat mengalami pertumbuhan secara triwulanan sebesar 7,14% (qtq) sementara secara tahunan tumbuh sebesar 25,97%(yoy). Pertumbuhan aset bank umum pemerintah tersebut didorong oleh peningkatan DPK sebesar 25,23% (yoy). Selain itu, pertumbuhan bank umum pemerintah juga dipengaruhi oleh penambahan 6 jaringan 32

Perkembangan Perbankan Daerah kantor baru Bank BNI, Bank BNI Syariah, dan Bank Kalbar pada triwulan II-2011. Sementara, aset bank umum swasta tercatat tumbuh sebesar 17,27% (yoy) atau meningkat dari Rp9,99 triliun pada triwulan II-2010 menjadi Rp11,71 triliun pada triwulan II-2011. Secara triwulanan, aset bank umum swasta tercatat tumbuh sebesar 7,48% (qtq). Pertumbuhan aset bank swasta tersebut seiring dengan peningkatan DPK sebesar 21,35% (yoy). Grafik 3.2 Perkembangan Aset Bank Umum menurut Kelompok Bank di Kalimantan Barat (miliar Rupiah) 35.000 30.000 25.000 Miliar Rp 20.000 15.000 10.000 5.000 - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing & Campuran Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Pada sisi lain, aset bank umum asing & campuran tercatat lebih rendah, dari Rp349 miliar pada triwulan II-2010 menjadi Rp315 miliar pada triwulan II-2011. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh perlambatan DPK yang dihimpun bank umum asing & campuran dimana pada triwulan II-2011 tumbuh sebesar 6,01% (yoy) atau lebih rendah dari pertumbuhan pada triwulan II-2010 sebesar 27,80% (yoy). 3.2.2. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Jumlah DPK yang berhasil dihimpun bank umum pada triwulan II-2011 mencapai Rp25,52 triliun atau tumbuh 5,19% (qtq). Dana yang bersifat jangka pendek (tabungan dan giro) masih mendominasi porsi dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun bank umum. Secara triwulanan, komponen tabungan tumbuh 3,69% (qtq) dari Rp13,17 triliun menjadi sebesar Rp13,66 triliun. Sementara komponen giro mengalami peningkatan 12,56% (qtq) dari Rp4,69 triliun menjadi sebesar Rp5,28 triliun. 33

Perkembangan Perbankan Daerah Selanjutnya secara triwulanan, simpanan berjangka/deposito di Kalimantan Barat tumbuh lebih tinggi dibandingkan tabungan dan giro. Deposito yang berhasil dihimpun bank umum pada triwulan II-2011 sebesar Rp6,59 triliun atau tumbuh 2,86% (qtq). Berdasarkan banknya, sebagian besar masyarakat Kalimantan Barat menyimpan dananya di bank umum pemerintah dibandingkan bank umum swasta serta bank asing & campuran. Simpanan jangka pendek (giro dan tabungan) masyarakat di bank umum pemerintah mencapai Rp11,94 triliun pada triwulan II-2011 atau meningkat 8,54% (qtq) dibandingkan periode sebelumnya. Sementara itu, simpanan jangka pendek masyarakat di bank umum swasta serta bank umum asing & campuran masing-masing hanya sebesar Rp6,86 triliun dan Rp138 miliar. Namun demikian, simpanan masyarakat dalam bentuk deposito masih didominasi oleh bank umum swasta dimana deposito bank umum swasta tercatat sebesar Rp3,61 triliun pada triwulan II-2011 sedangkan deposito pada bank umum pemerintah serta bank asing & campuran masing-masing sebesar Rp2,85 triliun dan Rp127 miliar pada periode laporan. Peningkatan penghimpunan dana pihak ketiga oleh perbankan tersebut antara lain dipengaruhi oleh kinerja perekonomian di Kalimantan Barat yang cukup baik dimana hal ini juga merefleksikan terjaganya pendapatan masyarakat Kalimantan Barat yang berdampak positif terhadap kemampuan masyarakat untuk menabung. Grafik 3.3 Perkembangan Jenis DPK Bank Umum di Kalimantan Barat (miliar Rupiah) Grafik 3.4 Perkembangan Jenis DPK Bank Umum menurut Kelompok Bank di Kalimantan Barat (miliar Rupiah) Miliar Rp 9.000 8.000 7.000 6.000 5.000 4.000 3.000 2.000 1.000 - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Miliar Rp 16.000 14.000 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2009 2010 2011 2009 2010 2011 Giro Deposito Tabungan Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing & Campuran Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Kelompok bank umum pemerintah menjadi yang paling agresif menghimpun DPK selama triwulan II-2011 dengan pertumbuhan sebesar 6,70% (qtq) atau yang tertinggi dibandingkan kelompok bank lainnya. Lebih tingginya pertumbuhan penghimpunan DPK bank umum pemerintah tersebut antara lain dipengaruhi oleh banyaknya jaringan kantor bank umum pemerintah yang tersebar di 14 kabupaten/kotamadya di 34

Perkembangan Perbankan Daerah Kalimantan barat. Sementara penghimpunan DPK bank umum swasta tumbuh 3,72% (qtq) menjadi sebesar Rp10,47 triliun. Di lain pihak, setelah mengalami pertumbuhan cukup tinggi pada triwulan I-2011, pertumbuhan DPK bank umum asing & campuran tercatat mengalami kontraksi sebesar -14,44% (qtq) pada triwulan II-2011. Kondisi tersebut sejalan dengan kontraksi pada penghimpunan giro dan tabungan oleh bank asing & campuran. Jumlah DPK yang dimiliki nasabah perorangan meningkat sebesar 3,03% (qtq) atau menjadi sebesar Rp19,29 triliun. Seiring dengan peningkatan tersebut, porsi nasabah perorangan sebagai pemilik DPK menjadi 63,48% dari. Seiring dengan siklus belanja pemerintah daerah dimana realisasi proyek pemerintah, DPK milik pemerintah daerah tumbuh melambat sebesar 18,12% (qtq) menjadi sebesar Rp2,99 triliun. Adapun dana dari sektor swasta yang ada pada bank umum meningkat 5,82% (qtq) menjadi sebesar Rp7,23 triliun. Grafik 3.5 Perkembangan DPK Bank Umum menurut Golongan Pemilik (miliar Rupiah) Grafik 3.6 Pangsa DPK Bank Umum menurut Golongan Pemilik Miliar Rp 25.000 20.000 15.000 10.000 23,80% 2,88% 9,84% Pemda Perseorangan Sektor Swasta Lainnya 5.000 - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2009 2010 2011 Pemda Perseorangan Sektor Swasta Lainnya 63,48% Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah 3.2.3. Perkembangan Penyaluran Kredit Penyaluran kredit pada triwulan II-2011 sebesar Rp17,05 triliun atau tumbuh sebesar 9,67% (qtq). Dari sisi bank penyalur, bank umum pemerintah masih merupakan kelompok bank terbesar dengan nilai kredit yang disalurkan mencapai Rp11,72 triliun atau tumbuh sebesar 7,20% (qtq). Kelompok bank penyalur kredit terbesar kedua adalah kelompok bank milik swasta yang tumbuh 14,99% (qtq) atau menjadi sebesar Rp5,17 triliun. Sementara kredit yang disalurkan kelompok bank asing dan campuran tumbuh sebesar 35,18% dibandingkan triwulan sebelumnya, atau turun menjadi sebesar Rp163 miliar. 35

Perkembangan Perbankan Daerah Grafik 3.7 Perkembangan Kredit Bank Umum Di Kalimantan Barat Miliar Rp 20.000 18.000 16.000 14.000 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 - Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 20% 10% 0% -10% -20% -30% -40% 2009 2010 2011 Nilai Pertumbuhan (yoy) Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Berdasarkan pangsanya, kredit masih didominasi oleh kredit produktif (investasi dan modal kerja) yang memiliki pangsa 58% terhadap total kredit yang disalurkan oleh perbankan di Kalimantan Barat sementara kredit konsumsi tercatat sebesar 42% terhadap total kredit. Pada triwulan II-2011, kredit produktif di Kalimantan Barat tercatat sebesar Rp9,87 triliun atau meningkat sebesar 11,43% (qtq). Meningkatnya kredit produktif tersebut seiring dengan semakin baiknya iklim investasi yang ditandai dengan pertumbuhan investasi di Kalimantan Barat. Berdasarkan sektornya, sebagian besar kredit produktif di Kalimantan Barat disalurkan ke sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), serta sektor pertanian sebagaimana tercermin dari pangsa kredit kedua sektor Grafik 3.8 Pangsa Kredit Bank Umum menurut Sektor Ekonomi di Kalimantan Barat (miliar Rupiah) 2,20% Pertanian 8,02% 8,13% 24,24% Pertambangan Industri 1,00% 9,15% Listrik, gas,air 40,88% Bangunan 4,94% 1,45% Perdag,resto Angkutan Jasa Usaha Jasa Sosial Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah tersebut masing-masing sebesar 40,88% dan 24,24%. Kredit ke sektor PHR tercatat sebesar Rp3,76 triliun atau meningkat 9,28% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu, penyaluran kredit ke sektor pertanian tercatat sebesar Rp2,23 triliun pada periode laporan atau 9,77% (qtq). Peningkatan kredit pada kedua sektor tersebut sejalan dengan masih cukup baiknya prospek bisnis di bidang PHR dan pertanian 36

Perkembangan Perbankan Daerah khususnya perkebunan sawit dan karet di Kalimantan Barat. Sementara itu, penyaluran kredit konsumsi oleh perbankan di Kalimantan barat juga tercatat mengalami kenaikan sebesar 7,34% (qtq) dari Rp6,69 triliun pada triwulan I-2011 menjadi Rp718 triliun pada triwulan II-2011. Miliar Rp Grafik 3.9 Perkembangan Kredit Bank Umum menurut Jenis Penggunaan di Kalimantan Barat (miliar Rupiah) 8.000 7.000 6.000 5.000 4.000 3.000 2.000 1.000 - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2010 2011 Modal Kerja Investasi Konsumsi Grafik 3.10 Pangsa Kredit Bank Umum menurut Jenis Penggunaan 42% 24% 34% Modal Kerja Investasi Konsumsi Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Kredit MKM pada triwulan II-2011 tercatat sebesar Rp12,40 triliun atau tumbuh sebesar 8,64% (qtq), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 3,43% (qtq). Porsi terbesar kredit MKM adalah kredit kecil (antara Rp50 Juta s.d. Rp500 Juta) yang sebesar 56,01% dari total penyaluran kredit MKM. Selanjutnya adalah porsi kredit menengah (antara Rp500 Juta s.d Rp5 miliar) sebesar 25,89%, dan sisanya atau 18,10% adalah porsi kredit mikro (kurang dari Rp50 Juta). Secara triwulanan, seluruh jenis kredit MKM mengalami pertumbuhan positif. Kredit kecil dan kredit menengah tumbuh masing-masing sebesar 10,17% (qtq) dan 11,84% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sementara kredit mikro tumbuh 0,25% pada triwulan II-2011.. Miliar Rp Grafik 3.11 Perkembangan Kredit MKM Bank Umum di Kalimantan Barat (miliar Rupiah) 14.000 40% 12.000 35% 10.000 30% 25% 8.000 20% 6.000 15% 4.000 10% 2.000 5% - 0% Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2007 2008 2009 2010 2011 Kredit Mikro Kredit Kecil Kredit Menengah Pertumbuhan (yoy) Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah 37

Perkembangan Perbankan Daerah 3.2.4. Risiko Kredit Grafik 3.12 Perkembangan NPL Gross Kredit Bank Umum di Kalimantan Barat (miliar Rupiah) Miliar Rp 450 400 350 300 250 200 150 100 50 - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2008 2009 2010 2011 Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah NPLs Nom NPLs (%) 4,50 4,00 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 - Dari sisi Kualitas penyaluran kredit, risiko penyaluran kredit di Kalimantan Barat juga cukup rendah. Hal ini tercermin dari angka NPLs gross yang hanya sebesar 1,28%, merupakan perbandingan kredit bermasalah di Kalimantan Barat sebesar Rp218 miliar terhadap total kredit yang disalurkan sebesar Rp17,05 triliun. Angka NPLs tersebut tercatat sedikit lebih baik dibandingkan triwulan I-2011 dimana NPLs sebesar 1,29%. Rendahnya risiko penyaluran kredit tersebut menunjukkan kuatnya sektor riil dan pendapatan masyarakat, sehingga kemampuan untuk pengembalian kredit cukup terjaga. NO. Tabel 3.2 Jumlah Kredit dan NPL Gross Bank Umum menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat (miliar Rupiah) KABUP ATE N UMKM Triwulan II-2011 NPL UMKM (Nom) NPL UMKM (%) 1 Kab. Bengkayang 209 0.25 0.12% 2 Kab. Kapuas Hulu 490 12.31 2.51% 3 Kab. Ketapang 681 6.38 0.94% 4 Kab. Landak 274 0.77 0.28% 5 Kab. Pontianak 584 4.13 0.71% 6 Kab. S ambas 507 2.61 0.51% 7 Kab. S anggau & S ekadau 929 8.14 0.88% 8 Kab. S intang & Melawi (Nanga Pinoh) 895 5.50 0.61% 9 Kab.Kayong Utara 95-0.00% 10 Kota Pontianak 6,440 140.12 2.18% 11 Kota S ingkawang 1,296 22.75 1.76% TOTAL 12,401 202.96 1.64% Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Persentase kredit non lancar (NPLs) tertinggi dialami Kabupaten Kapuas Hulu yaitu sebesar 2,51%. Adapun kota lain yang juga memiliki persentase NPLs gross di atas 1% adalah Kota Pontianak (2,18%) dan Kota Singkawang (1,76%). Sementara, kredit bermasalah di beberapa kabupaten lainnya masih berada dibawah 1%. 38

Perkembangan Perbankan Daerah Miliar Rp Grafik 3.13 Perkembangan Rasio NPLs Gross Kredit Bank Umum di Kalimantan Barat menurut Jenis Penggunaan (miliar Rupiah) 300 250 200 150 100 50 - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2008 2009 2010 2011 Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah NPLs Nominal NPls (%) 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 - Sejalan dengan kondisi di atas, risiko penyaluran kredit MKM di Kalimantan Barat pada triwulan II-2011 juga masih cukup terjaga. Kondisi ini diindikasikan dengan angka NPLs sebesar 1,64% atau kredit MKM yang bermasalah hanya sebesar Rp203 miliar dari total kredit MKM sebesar Rp12,40 triliun. Hal ini menjadi salah satu indikasi bahwa MKM di Kalimantan Barat masih menjadi pasar yang cukup potensial bagi perbankan untuk menyalurkan kredit. 3.3. Perkembangan Perbankan Syariah Miliar Rp Grafik 3.14 Perkembangan Bank Syariah di Kalimantan Barat (miliar Rupiah) 1,600 1,400 1,200 1,000 800 600 400 200 0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2007 2008 2009 2010 2011 Asset Pembiayaan Syariah Dana Pihak Ketiga Jumlah Kantor Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah 14 12 10 8 6 4 2 0 Secara umum, indikator perbankan syariah pada triwulan II-2011 juga mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Jumlah aset bank syariah tumbuh 6,42% (qtq) menjadi Rp1,39 triliun. Pertumbuhan tersebut sejalan dengan meningkatnya kegiatan penghimpunan dana pihak ketiga selama triwulan II- 2011 yang tumbuh sebesar 5,71% menjadi Rp788 miliar. Sementara penyaluran pembiayaan syariah tumbuh meyakinkan sebesar 9,67% menjadi Rp877 miliar. 39

Perkembangan Perbankan Daerah Miliar Rp Grafik 3.15 Perkembangan NPF Bank Syariah di Kalimantan Barat (miliar Rupiah) 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah NPF Nominal NPF (%) 4% 4% 3% 3% 2% 2% 1% 1% 0% Seperti halnya risiko kredit pada bank umum, Risiko penyaluran kredit bank syariah juga cukup terjaga. Hal ini diindikasikan oleh Rasio pembiayaan syariah yang tidak lancar (Non Performing Financing) sebesar 0,55%. Sementara itu pembiayaan bank syariah masih cukup agresif. Rasio pembiayaan syariah terhadap DPK bank syariah (Financing to Deposit Ratio) sebesar 111%. Terjaganya risiko pembiayaan syariah serta tingginya FDR tersebut mengindkasikan bahwa minat pelaku usaha di Kalimantan Barat untuk mendapatkan sumber pembiayaan yang bersumber dari perbankan syariah masih cukup tinggi. 3.4. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Beberapa indikator utama bank perkreditan rakyat (BPR) mengalami penurunan dibandingkan periode sebelumnya. Total aset BPR pada triwulan II-2011 turun sebesar - 2,39% (qtq) menjadi sebesar Rp722 miliar. Penurunan aset tersebut dipicu oleh menurunnya jumlah DPK yang berhasil dihimpun menjadi sebesar Rp584 Miliar Rp 800 700 600 500 400 300 200 100 0 Grafik 3.16 Perkembangan BPR di Kalimantan Barat (miliar Rupiah) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2007 2008 2009 2010 2011 Aset DPK Kredit Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah miliar atau turunh sebesar -5,47%(qtq) dibandingkan tahun sebelumnya. Pada sisi lain, penyaluran kredit BPR pada triwulan II-2011 tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 14,53% (qtq) menjadi Rp422 miliar. 40

Perkembangan Perbankan Daerah Grafik 3.17 Perkembangan Rasio NPLs Gross dan Total Kredit BPR di Kalimantan Barat (miliar Rupiah) Grafik 3.18 Perkembangan Kredit BPR menurut Jenis Penggunaan di Kalimantan Barat (miliar Rupiah) Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Pertumbuhan triwulanan kredit konsumsi mencapai 18,52% (qtq) menjadi sebesar Rp228 miliar dan tercatat mengalami pertumbuhan lebih tinggi daripada kredit investasi dan modal kerja. Pertumbuhan kredit investasi sebesar 9,34% (qtq) menjadi Rp55 miliar. Adapun kredit modal kerja tumbuh 10,53% menjadi Rp139 miliar. Ditinjau dari sisi sektoral, penyaluran kredit masih didominasi sektor ekonomi utama. Kredit sektor perdagangan tumbuh sebesar 8,99% (qtq) menjadi sebesar Rp72 miliar. Sementara kredit yang diserap sektor pertanian tumbuh sebesar 7,55% (qtq) menjadi sebesar Rp60 miliar. Di luar dua sektor utama tersebut, sektor lainnya (konsumsi) masih merupakan sektor terbesar dengan jumlah kredit yang diserap mencapai 56,78% atau sebesar Rp240 miliar. 41

Perkembangan Perbankan Daerah Halaman ini sengaja dikosongkan 42

Perkembangan Keuangan Daerah BAB b IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Secara umum, kinerja keuangan beberapa daerah di Kalimantan Barat yaitu Kabupaten Pontianak, Kabupaten Sanggau, dan Kabupaten Ketapang untuk Tahun Anggaran 2010 cukup baik. Kondisi ini tercermin dari realisasi APBD Tahun Anggaran 2010 1 dimana realisasi pendapatan maupun belanja sedikit di atas target. Realisasi belanja APBD TA 2010 tercatat mencapai 94% sementara realisasi pendapatan TA 2010 tercatat melebihi target yang telah ditetapkan. Kondisi tersebut membuat surplus APBD Provinsi Kalimantan Barat TA 2010. 4.1. Realisasi Pendapatan APBD Tahun Anggaran 2010 2 Berdasarkan laporan pertanggungjawaban realisasi anggaran dari Bagian Akuntansi Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, realisasi pendapatan Tahun Anggaran 2010 daerah Kabupaten Pontianak Rp478,59 miliar di atas target pendapatan tahun 2010 sebesar Rp410,93 miliar. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh meningkatnya realisasi dari Lain-lain pendapatan yang sah sebesar Rp90,66 miliar dari target sebesar Rp11,85 miliar. Berdasarkan komponennya, Lain-lain pendapatan yang sah tersebut didominasi oleh dana penyesuaian sebesar Rp69,57 miliar atau mencapai 77% dari total lain-lain pendapatan yang sah. Sementara, realisasi pendapatan Kabupaten Ketapang tercatat sebesar Rp816,30 miliar, melebihi target tahun 2010 sebesar Rp763,46 miliar. Seperti halnya di Kabupaten Pontianak, realisasi Lain-lain pendapatan yang sah juga tercatat lebih tinggi dari target yaitu sebesar Rp52 miliar. Selain itu, Dana Perimbangan yang diterima Kabupaten Ketapang sebesar Rp735,09 miliar juga lebih besar dari rencana 2010. Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan APBD TA 2010 (Jutaan Rp) Jenis Pendapatan Kab. Pontianak Kab. Sanggau Kab. Ketapang PAD 18.858 22.377 30.122 Dana Perimbangan 380.223 541.957 713.419 Lain-lain Pendapatan yang Sah 11.847 15.762 19.915 Total Pendapatan 410.927 580.096 763.456 Sumber: www.djpk.depkeu.go.id 1 Berdasarkan Data Realisasi APBD TA 2010 masih bersifat sangat sementara 2 Kabupaten Pontianak, Sanggau, dan Ketapang Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II-2011 43

Perkembangan Keuangan Daerah Tabel 4.2 Realisasi Pendapatan APBD TA 2010 (Jutaan Rp) Jenis Pendapatan Kab. Pontianak Kab. Sanggau Kab. Ketapang PAD 15.200 20.525 29.206 Dana Perimbangan 372.725 558.168 735.093 Lain-lain Pendapatan yang Sah 90.663 66.885 52.006 Total Pendapatan 478.587 645.578 816.305 Sumber: data Biro Keuangan Prov. Kalimantan Barat diolah Selanjutnya, realisasi pendapatan Kabupaten Sanggau Tahun Anggaran 2010 sebesar Rp645,58 miliar di atas target yang telah ditetapkan sebesar Rp580,10 miliar. Peningkatan tersebut terutama bersumber dari peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Lain-lain pendapatan yang sah masing masing sebesar Rp20,52 miliar dan Rp66,88 miliar. Penerimaan PAD Kabupaten Sanggau pada periode laporan didominasi oleh pendapatan retribusi sebesar Rp7,51 miliar dan Lain-lain pendapatan yang sah sebesar Rp5,52 miliar. 4.2 Realisasi Belanja APBD Tahun Anggaran 2010 3 Realisasi belanja APBD TA 2010 juga melebihi rencana awal yang ditetapkan dalam APBD TA 2010. Realisasi belanja Kabupaten Pontianak TA 2010 sebesar Rp454,36 miliar atau lebih besar dibandingkan rencana awal sebesar Rp406,62 miliar. Peningkatan khususnya terjadi pada jenis belanja langsung sebesar Rp173,74 miliar. Peningkatan belanja langsung tersebut terutama didorong oleh tingginya realisasi belanja modal tahun 2010 sebesar Rp104,77 miliar. Seperti halnya Kabupaten Pontianak, realisasi belanja Kabupaten Ketapang juga tercatat lebih tinggi dibandingkan anggaran belanja dimana realisasi belanja tercatat sebesar Rp835,85 miliar sedangkan anggaran belanja tercatat sebesar Rp767,46 miliar. Berdasarkan jenis belanjanya, peningkatan realisasi belanja Kabupaten Ketapang terjadi baik pada jenis belanja tidak langsung maupun belanja langsung. Peningkatan biaya belanja tidak langsung terutama terjadi pada belanja pegawai yang mencapai Rp310,43 miliar, sementara terjadinya peningkatan realisasi belanja langsung seiring dengan meningkatnya realisasi belanja modal dan belanja barang dan jasa. Sementara, realisasi belanja Kabupaten Sanggau tercatat sebesar Rp649,26 miliar sedangkan anggaran belanja Kabupaten Sanggau TA 2010 sebesar Rp628,93 miliar. Peningkatan tersebut seiring peningkatan belanja langsung dengan realisasi sebesar Rp275,55 miliar. Peningkatan belanja langsung tersebut antara lain dipengaruhi oleh meningkatnya komponen belanja pegawai dan belanja modal dimana realisasi kedua 3 Kabupaten Pontianak, Sanggau, dan Ketapang 44 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II-2011

Perkembangan Keuangan Daerah komponen belanja langsung tersebut masing-masing sebesar Rp28,53 miliar dan Rp120,75 miliar. Tabel 4.3 Anggaran Belanja TA 2010 (Jutaan) Jenis Belanja Kab. Pontianak Kab. Sanggau Kab. Ketapang Belanja Tidak Langsung 297.385 378.161 371.929 Belanja Langsung 109.231 250.771 395.536 Total 406.616 628.932 767.465 Sumber: www.djpk.depkeu.go.id Tabel 4.4 Realisasi Belanja TA 2010 (Jutaan) Jenis Belanja Kab. Pontianak Kab. Sanggau Kab. Ketapang Belanja Tidak Langsung 280.620 373.714 393.292 Belanja Langsung 173.737 275.549 442.558 Total 454.357 649.263 835.850 Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Barat 4.3 APBD 2011 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah seluruh kabupaten/kotamadya dan provinsi di Kalimantan Barat Tahun 2011 tercatat lebih tinggi dibandingkan APBD TA 2010. Pada sisi pendapatan, APBD TA 2011 ditargetkan sebesar Rp10,53 triliun atau meningkat 19% dibandingkan dengan target APBD TA 2010 sebesar Rp8,86 triliun. Berdasarkan kelompoknya, pendapatan tahun 2011 masih didominasi oleh dana perimbangan yang tercatat sebesar Rp8,39 triliun atau mengalami kenaikan 13% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp7,44 triliun. Sementara, pendapatan asli daerah dan lain-lain pendapatan yang sah tahun 2011 ditargetkan tumbuh sebesar 13% dan 119%. Tabel 4.5 APBD Kalimantan Barat Keterangan 2010 2011 Perubahan PAD 960 1.153 20% Dana Perimbangan 7.444 8.388 13% Lain-lain Pendapatan yang Sah 451 990 119% Total Pendapatan 8.856 10.531 19% Belanja Tidak Langsung 5.053 5.361 6% Belanja Langsung 4.421 5.657 28% Total Belanja 9.474 11.018 16% SURPLUS/ (DEFISIT) (619) (488) -21% Sumber : Data Dirjen Perimbangan Keuangan Peningkatan pendapatan asli daerah tersebut terutama diharapkan berasal dari kekayaan daerah yang dipisahkan. Secara umum, pos pendapatan tersebut berasal dari Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II-2011 45

Perkembangan Keuangan Daerah keuntungan yang diperoleh BUMD dimana sebagian besar BUMD di daerah adalah Perusahaan Air Minum Daerah. Selanjutnya, peningkatan Lain-lain pendapatan yang sah terutama berasal dari dana penyesuaian dan otonomi khusus yang diharapkan dapat mencapai Rp469,53 miliar dimana dana ini antara lain dialokasikan sebagai Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Pada sisi belanja, total belanja APBD TA 2011 dianggarkan sebesar Rp11,02 triliun untuk seluruh kabupaten/kotamadya dan provinsi atau meningkat 16% dibandingkan anggaran tahun 2010. Apabila dibandingkan dengan pendapatan, diperkirakan laju pertumbuhan belanja APBD TA 2011 sedikit di bawah laju pertumbuhan pendapatan sehingga defisit APBD TA 2011 sebesar Rp488 miliar atau sedikit di bawah defisit APBD TA 2010 sebesar Rp619 miliar. Berdasarkan kelompoknya, anggaran untuk belanja langsung TA 2011 tercatat mengalami kenaikan 28% dari anggaran tahun sebelumnya. Sementara, anggaran tidak langsung TA 2011 tercatat naik 6%. Berdasarkan pos belanjanya, anggaran terbesar masih diperuntukkan bagi belanja pegawai dan belanja modal masing-masing sebesar Rp4,26 triliun dan Rp2,76 triliun. Anggaran belanja pegawai tersebut tercatat mengalami peningkatan 13% antara lain dipengaruhi oleh adanya kenaikan gaji PNS dan adanya penerimaan CPNS tahun 2011. Grafik 4.1 Anggaran Belanja Modal TA 2010 dan 2011 Jutaan Rp 400.000 350.000 300.000 250.000 200.000 150.000 100.000 50.000 - TA 2010 TA 2011 Prov. Kab. Bengkayang Kab. Landak Kab. Kapuas Hulu Kab. Ketapang Kab. Pontianak Kab. Sambas Kab. Sanggau Kab. Sintang Kota Pontianak Kota Singkawang Kab. Sekadau Kab. Melawi Kab. Kayong Kab. Kubu Raya Sumber : Data Dirjen Perimbangan Keuangan 46 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II-2011

Perkembangan Keuangan Daerah Sementara terkait dengan belanja modal, anggaran belanja modal seluruh kabupaten yang memiliki daerah perbatasan RI-Malaysia tercatat sebesar Rp917,27 miliar atau mencapai 34% dari total belanja modal APBD TA 2011 seluruh kabupaten/kota dan provinsi Kalimantan Barat. Anggaran tersebut tercatat mengalami peningkatan sebesar 91% dibandingkan anggaran tahun 2010. Hal ini antara lain dipengaruhi oleh dibukanya pintu lintas batas Aruk Biawak di Kabupaten Sambas dan meningkatnya aktivitas perdagangan Jagoibabang Serikin. Di Kalimantan Barat terdapat lima kabupaten yang berbatasan langsung dengan Malaysia, yaitu Kabupaten Sambas, Bengkayang, Sanggau, Sintang dan Kabupaten Kapuas Hulu. Dengan meningkatnya anggaran belanja modal tersebut diharapkan infrastruktur di lima kabupaten tersebut dapat lebih baik. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II-2011 47

Perkembangan Keuangan Daerah Halaman ini sengaja dikosongkan 48 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II-2011

Perkembangan Sistem Pembayaran BAB 5. V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 5.1. SISTEM PEMBAYARAN TUNAI Pada triwulan II-2011 transaksi sistem pembayaran secara tunai di Kalimantan Barat mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan I-2011 maupun triwulan II-2010. Peningkatan tersebut tercermin dari perkembangan aliran uang kartal di Kalimantan Barat yang masih mengalami posisi net outflow, yaitu menunjukkan aliran uang yang keluar dari Bank Indonesia masih lebih besar dibandingkan dengan uang yang masuk ke Bank Indonesia. Peningkatan terjadi pula pada sistem pembayaran non tunai selama triwulan II-2011. Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) baik dari sisi volume maupun nominalnya, serta peningkatan transaksi kliring dari sisi nominalnya dibandingkan periode triwulan sebelumnya. 5.1. 1. Perputaran Uang Tunai Pada triwulan II-2011, jumlah uang yang diedarkan (outflow) oleh Kantor Bank Indonesia (KBI) Pontianak sebesar Rp1,25 triliun. Jumlah tersebut tercatat mengalami peningkatan sebesar 23% (yoy) dibandingkan triwulan II-2010 sebesar Rp1,02 triliun. Jumlah uang yang diedarkan pada triwulan II-2011 tersebut juga tercatat mengalami peningkatan yang cukup besar jika dibandingkan triwulan I-2011 yang tercatat sebesar Rp574 Milyar. Berdasarkan denominasinya, uang yang diedarkan oleh Bank Indonesia Pontianak masih didominasi oleh pecahan Rp50.000 yang mencapai 10,30 juta lembar meliputi 43% dari jumlah lembar uang yang dikeluarkan. Diikuti dengan pecahan Rp100.000 dan pecahan Rp2.000 masing-masing sebanyak 6,90 juta dan 2,42 juta lembar. Sementara, jumlah uang yang masuk (inflow) ke KBI Pontianak pada triwulan II-2011 tercatat sebesar Rp464,73 miliar. Jumlah tersebut lebih besar jika dibandingkan triwulan II-2010 dan triwulan I-2011 masing-masing sebesar Rp162,34 miliar dan Rp354,44 miliar. Berdasarkan denominasinya, uang yang masuk ke Bank Indonesia Pontianak sebagian besar adalah pecahan Rp50.000 yang mencapai 4,82 juta lembar meliputi 33% dari jumlah lembar uang yang masuk ke Bank Indonesia. Diikuti dengan pecahan Rp1.000 dan pecahan Rp100.000 masing-masing sebanyak 2,78 juta dan 1,74 juta lembar. 49

Perkembangan Sistem Pembayaran 1.800.000 1.600.000 1.400.000 1.200.000 1.000.000 800.000 600.000 400.000 200.000 - Grafik 5.1 Inflow Outflow (Jutaan Rp) I II III IV I II III IV I II III IV I II 2.000.000 1.500.000 1.000.000 500.000 - (500.000) (1.000.000) 2008 2009 2010 2011 Inflow Outflow Net Outflow Sumber: Seksi Operasional Kas Bank Indonesia Pontianak 5.1.2. Penukaran Uang Dalam rangka pelaksanaan clean money policy, Kantor Bank Indonesia Pontianak secara rutin melakukan pendistribusian uang baru untuk menggantikan uang yang lusuh dan sudah tidak layak edar melalui sarana: (1) penarikan perbankan; (2) penukaran uang di loket kantor Bank Indonesia; dan (3) kas keliling; Kegiatan penukaran uang langsung di loket Kantor Bank Indonesia Pontianak pada triwulan II-2011 mencapai Rp15,46 Miliar, lebih sedikit dibandingkan triwulan I-2011 yang tercatat sebesar Rp21,12 Miliar. Berdasarkan jenisnya, uang yang masuk ke Bank Indonesia melalui loket penukaran masih didominasi uang kertas terutama untuk pecahan Rp50.000 sebanyak 147,21 ribu lembar dan uang pecahan Rp1.000 sebanyak 103,89 ribu lembar. Ribu Rp PECAHAN 2010 2011 I II III IV I II Uang Kertas 26.007.390 19.037.993 30.637.594 17.990.744 21.115.389 15.454.974 100.000 12.061.700 7.906.800 12.813.300 9.038.900 11.126.000 7.550.000 50.000 13.055.950 10.128.550 16.818.050 7.961.800 9.144.100 7.360.350 20.000 311.840 371.380 335.440 390.000 360.080 194.440 10.000 304.050 326.790 297.980 269.790 214.740 118.070 5.000 162.340 182.420 233.005 179.130 136.775 110.665 2.000 1.214 1.074 4.108 7.522 7.976 15.930 1.000 105.010 118.641 132.098 139.253 124.249 103.899 500 3.811 1.806 2.865 3.095 1.177 894 100 1.476 532 748 1.254 292 726 Uang Logam 6.678 4.777 20.496 24.748 10.320 11.189 1.000 607 880 215 1.208 895 922 500 3.879 1.848 17.456 14.614 6.302 6.323 200 1.048 287 814 4.179 1.180 1.632 100 841 1.422 1.791 3.912 1.158 1.666 50 297 293 204 786 771 620 25 6 47 17 50 13 27 Sumber: Seksi Operasional Kas Bank Indonesia Pontianak Tabel 5.1 Kegiatan Penukaran Uang Kecil 50

Perkembangan Sistem Pembayaran Selain melayani penukaran di loket pelayanan Kantor Bank Indonesia Pontianak, secara rutin Bank Indonesia juga melakukan kegiatan kas keliling. Tujuan dari Kas Keliling adalah untuk menyediakan uang pecahan yang layak edar dengan cara jemput bola langsung kepada masyarakat khususnya di luar Kota Pontianak. Pada triwulan II-2011, jumlah uang yang ditukarkan kepada masyarakat melalui kegiatan kas keliling mencapai Rp7,92 miliar, atau meningkat 19,53% dibandingkan triwulan sebelumnya. Tabel 5.2 Kegiatan Kas Keliling Ribu Rp PECAHAN 2010 2011 I II III IV I II Uang Kertas 4.225.000 4.649.574 3.750.000 3.734.880 6.624.572 7.918.414 100.000 799.000 1.531.800 952.600 1.094.000 1.543.500 2.303.400 50.000 1.347.150 1.486.250 1.141.750 745.600 1.923.850 2.467.650 20.000 739.080 540.900 545.260 717.760 842.800 1.219.420 10.000 750.490 516.260 537.170 556.590 903.100 909.640 5.000 415.200 416.845 465.545 394.955 952.385 723.795 2.000 0 24 1.806 1.814 14.908 27.420 1.000 169.636 157.027 105.560 223.284 443.020 266.543 500 3.055 381 266 630 829 506 100 1.389 88 44 248 180 41 Uang Logam 0 426 0 15.120 428 120 1.000 0 426 0 1.000 0 0 500 0 0 0 13.920 20 0 200 0 0 0 0 30 0 100 0 0 0 50 277 100 50 0 0 0 75 70 20 25 0 0 0 75 31 0 Sumber: Seksi Operasional Kas Bank Indonesia Pontianak 5.1.3. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Dari hasil penukaran uang di loket KBI Pontianak, kegiatan kas keliling, dan setoran uang dari perbankan, secara rutin dilakukan pemusnahan uang lusuh dan sudah tidak layak edar dengan cara Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) melalui peracikan dengan Mesin Racik Uang Kertas (MRUK). Pada triwulan II-2011 jumlah uang kartal yang telah dimusnahkan mencapai Rp282,73 miliar atau lebih besar dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp125,38 miliar. Dilihat dari nominalnya, pecahan Rp50.000 merupakan pecahan yang paling banyak dimusnahkan dengan jumlah mencapai 2,85 juta lembar sementara uang pecahan Rp1.000 yang dimusnahkan pada periode laporan tercatat sebanyak 2,48 juta lembar. 51

Perkembangan Sistem Pembayaran Sementara itu, ratio PTTB terhadap aliran uang masuk (cash inflow) meningkat dari 35% di triwulan I-2011 menjadi 66% di triwulan II-2011 yang mengindikasikan bahwa 66% uang yang masuk ke Bank Indonesia Pontianak adalah Uang Tidak Layak Edar sehingga harus dimusnahkan. Grafik 5.2 Perkembangan Inflow, PTTB dan Rasio PTTB Terhadap Inflow Jutaan Rp 700.000 600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 - I II III IV I II III IV I II III IV I II 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% 2008 2009 2010 2011 Inflow PTTB Rasio PTTB thd Inflow Sumber: Seksi operasional Kas Bank Indonesai Pontianak 5.2. SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI 5.2.1. Transaksi Kliring Transaksi kliring selama triwulan II-2011 mengalami kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini sejalan dengan adanya peningkatan perekonomian Kalimantan Barat. Nilai transaksi kliring tercatat meningkat sebesar 2,98% (qtq) dan meningkat sebesar 40,31% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan yang sama di tahun 2010. Secara nominal, transaksi kliring pada triwulan II-2011 mencapai Rp7.323 miliar dengan jenis terbesar berupa kliring penyerahan yang mencapai Rp7.268 miliar. Sisanya merupakan transaksi kliring pengembalian atau penolakan dengan berbagai alasan. Sementara itu, jumlah warkat kliring tercatat sebanyak 230.778 lembar yang terdiri dari warkat penyerahan sebanyak 228.902 lembar dan warkat yang ditolak sebanyak 1.876 lembar. 52

Perkembangan Sistem Pembayaran Tabel Tabel 5.35.5 Kegiatan Kliring Miliar Rp Keterangan 2008 2009 2010 2011 TOTAL TOTAL Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Kliring Penyerahan - Jumlah Warkat (lbr) 687,042 694,368 199,163 194,259 171,932 195,693 333,576 228,902 - Nominal 19,569 18,720 4,731 5,175 4,381 5,546 7,056 7,268 - Rata-Rata Warkat/Hari (lbr) 11,219 11,328 3,265 3,133 2,773 3,374 5,751 3,752 - Rata-Rata Nominal/Hari 321 306 78 83 71 96 122 119 Kliring Pengembalian - Jumlah Warkat (lbr) 14,339 6,495 1,515 1,570 1,912 45,189 1,821 1,876 - Nominal 701 162 39 44 52 1,552 55 55 - Rata-Rata Warkat/Hari (lbr) 230 106 25 25 31 779 31 31 - Rata-Rata Nominal/Hari 10 3 0.6 0.7 0.8 26.8 0.9 0.9 TOTAL - Jumlah Warkat (lbr) 701,381 700,863 200,678 195,829 173,844 240,882 335,397 230,778 - Nominal 20,270 18,881 4,769 5,219 4,433 7,098 7,111 7,323 Sumber: Seksi LNPK Bank Indonesia Pontianak 5.2.2. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) Transaksi RTGS pada triwulan II-2011 sebesar Rp39,54 triliun, atau meningkat sebesar 2,29% (yoy) dari triwulan II-2010. Kenaikan ini merupakan kontribusi dari transaksi pengiriman uang dari Kalimantan Barat ke luar provinsi yang meningkat menjadi Rp14,62 triliun dan transaksi RTGS lokal yang juga mengalami peningkatan menjadi Rp9,08 triliun. Pada sisi lain, transaksi pengiriman uang masuk ke Kalimantan Barat tercatat sebesar Rp15,84 triliun, yang mana mengalami penurunan sebesar 12,31% (yoy) dari triwulan II-2010. Secara keseluruhan, jika dibandingkan dengan triwulan I-2011, transaksi RTGS mengalami kenaikan baik dari transaksi RTGS masuk ke Kalimantan Barat maupun RTGS lokal. Namun, transaksi RTGS keluar dari Kalimantan Barat mengalami penurunan 9,75% (qtq) dari Rp16,20 triliun menjadi Rp14,62 triliun. Peningkatan RTGS di atas sejalan dengan meningkatnya aktivitas ekonomi masyarakat Kalimantan Barat. Selain itu, kondisi tersebut antara lain juga dipengaruhi oleh peningkatan jumlah Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) baik dari sisi lembar maupun nominal tercermin dari realisasi belanja Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat yang mencapai 25% - 35% selama triwulan II-2011. 53

Perkembangan Sistem Pembayaran Tabel Tabel 5.6 5.4Transaksi Keuangan Keuangan Melalui Melalui RTGS RTGS Miliar Rp Keterangan 2009 2010 2011 TOTAL Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II RTGS Keluar - Jumlah Transaksi 119.074 35.347 19.948 17.475 19.096 14.484 14.968 - Nominal 44.100 12.776 13.643 14.113 16.529 16.204 14.617 RTGS Masuk - Jumlah Transaksi 94.097 30.242 19.407 16.281 9.233 17.249 17.483 - Nominal 52.709 15.689 18.066 18.152 21.078 13.814 15.843 RTGS Lokal - Jumlah Transaksi 73.447 23.749 12.416 10.094 10.050 6.916 7.313 - Nominal 21.305 6.624 6.943 6.766 8.129 6.735 9.078 TOTAL - Jumlah Transaksi 286.617 89.338 51.771 43.850 38.379 38.649 39.764 - Nominal 118.114 35.089 38.652 39.031 45.736 36.753 39.538 Sumber: Bank Indonesia Pontianak 54

Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat BABb VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 6.1. Ketenagakerjaan 6.1.1. Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) BPS bulan Februari 2011, jumlah angkatan kerja Provinsi Kalimantan Barat adalah 2.256.867 orang, naik 2,71% dibandingkan Agustus 2010. Dengan jumlah penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) sebanyak 3.010.513 orang, maka tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang merupakan rasio antara jumlah angkatan kerja dengan jumlah penduduk usia kerja naik dari 73,17% pada Agustus 2010 menjadi 74,97% pada Februari 2011. Jumlah penduduk yang bekerja mencatat kenaikan sebesar 2,32% selama Agustus 2010 hingga Februari 2011. Jumlah penduduk bekerja naik dari 2.095.705 orang menjadi 2.144.342 orang dengan penyerapan terbesar terjadi di sektor pertanian. Faktor pendorongnya adalah membaiknya usaha perkebunan karet dan kelapa sawit sehingga mendorong kebutuhan terhadap tenaga kerja di sektor pertanian. Jumlah pengangguran juga naik dari 101.620 orang menjadi 112.525 orang atau meningkat 10,73%. Secara keseluruhan, peningkatan jumlah pengangguran tersebut mengakibatkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) naik dari 4,62% menjadi 4,99%. Tabel 6.1 Indikator Ketenagakerjaan Kalimantan Barat NO KE T E R ANGAN F eb 2010 Agt 2010 F eb 2011 1 J umlah P enduduk Usia Kerja 3,037,972 3,002,953 3,010,513 2 Angkatan Kerja 2,277,435 2,197,325.0 2,256,867 a. Bekerja 2,152,247 2,095,705 2,144,342 b. P engangguran 125,188 101,620 112,525 3 Bukan Angkatan Kerja 760,537 805,628 753,646 4 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 74.97 73.17 74.97 5 T ingkat P enggangguran T erbuka (%) 5.50 4.62 4.99 Sumber: BPS Prov. Kalimantan Barat Dari 2,14 juta orang yang bekerja pada Februari 2011, status pekerjaan utama yang terbanyak sebagai buruh/karyawan sebesar 556,6 ribu orang (25,95%) dan pekerja tidak dibayar 597 ribu orang (27,80%), diikuti berusaha dibantu buruh tidak tetap/keluarga sebesar 513 ribu (23,93%), dan terkecil pekerja bebas di non pertanian yaitu sebesar 36,2 ribu orang (1,69%). Dari tujuh kategori status pekerjaan utama, pekerja formal terdiri dari Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II-2011 55

Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Grafik 6.1 Tenaga Kerja Berdasarkan Status Pekerjaan Utama Formal Informal Feb-11 Agust-10 Feb-10 Feb-11 Agust-10 Feb-10 1.542.708 1.518.416 1.589.759 601.634 577.289 562.488-1.000.000 2.000.000 Sumber: BPS Kalimantan Barat diolah mereka yang berstatus berusaha dibantu buruh tetap/dibayar dan kategori buruh/karyawan, sedangkan lainnya termasuk dalam kategori pekerja informal. Berdasarkan penggolongan tersebut, karakteristik tenaga kerja di Kalimantan Barat masih didominasi oleh tenaga kerja sektor informal. Pada Februari 2011, tenaga kerja sektor informal di Kalimantan Barat sebanyak 1,54 juta orang atau mengalami peningkatan sebesar 1,60% dibandingkan Agustus 2010. Sementara itu, tenaga kerja sektor formal sebesar 601,63 ribu orang atau meningkat 4,22% dibandingkan Agustus 2010. Peningkatan ini antara lain dipengaruhi oleh semakin membaiknya iklim investasi yang dapat menyerap tenaga kerja di Kalimantan Barat. Selanjutnya berdasarkan jumlah jam kerjanya, pada Februari 2011 penduduk yang bekerja kurang dari 8 jam per minggu sebesar 30 ribu orang. Sementara pekerja penuh waktu (full time worker), yaitu pekerja pada kelompok 35 jam keatas jumlahnya mencapai 1,25 juta orang atau memiliki pangsa 58,51% dari total tenaga kerja Kalimantan Barat Februari 2011. Tabel 6.2 Tenaga Kerja Berdasarkan Tingkat Pendidikannya Tingkat Pendidikan Feb-10 Agust-10 Feb-11 Pertumbuhan Feb-11 thd Agust-10 SD Ke bawah 1.375.932 1.279.877 1.293.249 1,04% SMP 346.479 372.338 389.177 4,52% SMU 244.525 257.814 234.381-9,09% SMK 86.925 92.733 114.349 23,31% Diploma 52.133 45.743 55.183 20,64% Universitas 46.253 47.200 58.003 22,89% Sumber: BPS Prov. Kalimantan Barat Pada Februari 2011, komposisi tenaga kerja di Kalimantan Barat masih didominasi oleh tenaga kerja dengan pendidikan SD ke bawah sebanyak 1,29 juta atau meningkat 1,04% dibandingkan bulan Agustus 2010. Sementara, jumlah tenaga kerja dengan pendidikan diploma dan universitas masing-masing sebesar 55,18 ribu orang dan 58 ribu orang dimana tenaga kerja dengan pendidikan diploma meningkat 20,64% dan tenaga kerja dengan pendidikan universitas 22,89% dibandingkan Agustus 2010. Kondisi tersebut, 56 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II-2011

Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat mengindikasikan bahwa kualitas tenaga kerja di Kalimantan Barat semakin meningkat dimana hal ini juga sejalan dengan meningkatnya tenaga kerja sektor formal di Kalimantan Barat. 6.2. Kesejahteraan Salah satu indikator kesejahteraan adalah Nilai Tukar Petani (NTP) yang menggambarkan indikator relatif tingkat kesejahteraan petani. Nilai tukar petani diperoleh dengan cara membandingkan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani. NTP juga mengukur daya tukar produk pertanian terhadap barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Dengan demikian, semakin tinggi NTP maka semakin tinggi tingkat kesejahteraan petani. Berdasarkan pemantauan harga-harga di pedesaan pada bulan Juni 2011, NTP Kalimantan Barat tercatat sebesar 102,60. Nilai ini mengalami sedikit penurunan sebesar - 0,35% dibandingkan NTP bulan Mei 2011 yang tercatat sebesar 102,97 (grafik 6.2). Penurunan NTP pada periode laporan dipengaruhi oleh persentase kenaikan indeks harga yang diterima oleh petani sebesar 0,07%, lebih kecil daripada persentase kenaikan indeks harga yang dibayar oleh petani sebesar 0,43%. Secara umum pergerakan NTP di Kalimantan Barat sampai dengan bulan Juni 2011 menunjukkan kecenderungan yang meningkat jika dibandingkan tahun sebelumnya, dimana pada bulan Juni 2011 dan Desember 2010 NTP Kalimantan Barat masing masing tercatat sebesar 102,60 dan 101,83. Dari sisi pendapatan, kesejahteraan petani di Kalimantan Barat cenderung mengalami peningkatan sebagaimana diindikasikan oleh indeks yang diterima petani pada bulan Juni 2011 sebesar 132,90 lebih tinggi dibandingkan dengan bulan Desember 2010 sebesar 128,55. Namun demikian, peningkatan indeks yang diterima petani tersebut juga dibarengi dengan indeks yang dibayar petani yang juga cenderung mengalami peningkatan. Pada bulan Juni 2011 indeks yang dibayar petani tercatat sebesar 129,53 lebih tinggi dibandingkan dengan indeks yang dibayar petani pada bulan Desember 2010 sebesar 126,24. Selanjutnya, sebagaimana terlihat pada grafik 6.3, kurva pergerakan indeks yang diterima oleh petani berada di atas kurva pergerakan indeks yang dibayar oleh petani. Hal ini mencerminkan bahwa penghasilan yang diterima oleh petani tidak habis dibelanjakan baik untuk konsumsi maupun pembelian barang modal, yang artinya masih ada sebagian penghasilan petani yang disisihkan untuk menabung (saving). Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II-2011 57

Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Grafik 6.2 NTP Petani Kalimantan Barat Grafik 6.3 Indeks Bayar dan Indeks Diterima Petani Sumber: data BPS Prov. Kalbar diolah Sumber: data BPS Prov. Kalbar diolah 6.2.1. Pergerakan NTP Bulan Juni 2011 Sebagaimana telah disebutkan pada bagian terdahulu, NTP Kalimantan Barat pada bulan Juni 2011 tercatat mengalami penurunan dibandingkan dengan bulan Mei 2011. Pada sisi pendapatan, terdapat 4 sub sektor yang mengalami kenaikan dan hanya terdapat 1 sub sektor yang tercatat mengalami penurunan indeks yang diterima yaitu sub sektor perkebunan rakyat. Sedangkan pada sisi pengeluaran, seluruh sub sektor mengalami kenaikan indeks yang dibayarkan. Kenaikan indeks yang dibayar tersebut terutama terjadi untuk indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,47% sementara kenaikan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) tercatat sebesar 0,27%. Sumber: Data BPS Prov. Kalbar diolah Tabel 6.3 NTP Per Sub Sektor No Uraian 2010 2011 % Perubahan Juni 2011 Thd Dec Jan Feb Mar Apr Mei Jun Mei 2011 Dec 2010 1. Indeks Harga Yang Diterima Petani 128,55 130,22 131,90 131,46 132,91 132,81 132,90 0,07 3,38 1.1. Padi Palawija 120,25 121,32 123,47 123,27 122,91 123,90 124,07 0,14 3,18 1.2. Hortikultura 128,9 131,42 134,07 133,39 133,24 133,93 134,75 0,61 4,54 1.3. Perkebunan Rakyat 152,22 155,22 157,07 155,78 161,80 159,26 158,80-0,29 4,32 1.4. Peternakan 104,08 104,54 104,54 104,47 104,41 104,42 104,44 0,02 0,35 1.5. Perikanan 131,08 132,05 130,53 131,64 132,63 133,14 133,94 0,60 2,18 2. Indeks Harga Yang Dibayar Petani 126,24 127,11 128,15 128,81 128,45 128,98 129,53 0,43 2,61 1.1. Padi Palawija 125,98 130,06 128,81 129,46 129,28 129,71 130,28 0,43 3,41 1.2. Hortikultura 128,18 129,12 130,14 130,79 130,30 130,69 131,31 0,48 2,44 1.3. Perkebunan Rakyat 126,61 127,72 128,79 129,45 128,76 129,53 130,11 0,45 2,76 1.4. Peternakan 122,46 123,11 124,15 124,88 124,59 125,16 125,49 0,26 2,47 1.5. Perikanan 121,78 122,38 123,42 124,15 123,86 124,32 124,91 0,48 2,57 3. Nilai Tukar Petani 101,83 102,45 102,93 102,05 103,47 102,97 102,60-0,35 0,76 1.1. Padi Palawija (NTPP) 94,69 94,94 95,86 95,22 95,07 95,52 95,23-0,30 0,57 1.2. Hortikultura (NTPH) 100,56 101,78 103,03 101,99 102,26 102,49 102,62 0,13 2,05 1.3. Perkebunan Rakyat (NTPR) 120,23 121,54 121,95 120,34 125,67 122,96 122,05-0,73 1,51 1.4. Peternakan (NTPT) 84,99 84,92 84,20 83,66 83,80 83,43 83,23-0,24-2,07 1.5. Perikanan (NTPN) 107,64 107,89 105,76 106,04 107,08 107,09 107,23 0,13-0,38 58 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II-2011

Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat NTP sub sektor tanaman padi dan palawija pada bulan Juni 2011 mengalami penurunan sebesar -0,30% dibandingkan bulan Mei 2011. Hal ini disebabkan karena indeks harga yang diterima petani tanaman padi dan palawija naik 0,14%, sedangkan indeks harga yang dibayar petani naik sebesar 0,43%. Kenaikan indeks yang diterima petani dipengaruhi oleh naiknya indeks tanaman padi dan palawija masing-masing sebesar 0,07% dan 0,29%. Sementara, kenaikan indeks yang dibayar oleh petani dipengaruhi oleh komponen pendukungnya yaitu indeks konsumsi rumah tangga yang naik sebesar 0,41% serta indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) pertanian yang naik sebesar 0,52%. NTP sub sektor hortikultura pada bulan Juni 2011 tercatat mengalami kenaikan sebesar 0,13% dibandingkan bulan Mei 2011. Hal ini disebabkan karena indeks harga yang diterima petani hortikultura mengalami kenaikan sebesar 0,61%, sedangkan indeks harga yang dibayar petani naik sebesar 0,48%. Kenaikan indeks yang diterima petani dipengaruhi oleh turunnya indeks sayur-sayuran sebesar 1,52% dan naiknya indeks buah-buahan sebesar 1,79%. Sementara, kenaikan indeks yang dibayar petani terjadi seiring dengan kenaikan indeks konsumsi rumah tangga dan indeks BPPBM masing-masing sebesar 0,55% dan 0,06%. NTP sub sektor perkebunan rakyat mengalami penurunan sebesar -0,73% dibandingkan bulan Mei 2011. Kondisi ini disebabkan oleh turunnya indeks yang diterima petani perkebunan rakyat sebesar -0,29%, sedangkan indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,45%. Penurunan indeks yang diterima petani dipengaruhi oleh turunnya indeks tanaman perkebunan rakyat sebesar -0,29%. Sementara, kenaikan indeks yang dibayar petani tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,57%, sedangkan indeks BPPBM tidak mengalami perubahan. NTP sub sektor peternakan pada bulan Juni 2011 tercatat mengalami penurunan sebesar -0,24% dibandingkan bulan Mei 2011. Hal tersebut disebabkan karena indeks harga yang diterima pelaku usaha peternakan mengalami kenaikan sebesar 0,02%, sedangkan indeks harga yang dibayar naik sebesar 0,26%. Naiknya indeks harga yang diterima oleh pelaku usaha peternakan seiring dengan turunnya indeks ternak kecil sebesar -0,02%, naiknya indeks unggas sebesar 0,15%, tetapi indeks ternak besar dan indeks hasil ternak tidak mengalami perubahan. Indeks yang dibayarkan oleh pelaku usaha peternakan mengalami kenaikan karena indeks konsumsi rumah tangga naik sebesar 0,26%, sementara indeks BPPBM tidak mengalami perubahan. NTP sub sektor perikanan pada bulan Juni 2011 tercatat mengalami kenaikan sebesar 0,13%. Hal ini disebabkan karena indeks yang dibayar oleh pelaku usaha sub sektor perikanan mengalami kenaikan sebesar 0,48%, namun kenaikan tersebut dapat diimbangi Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II-2011 59

Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat dengan kenaikan indeks harga yang diterima pelaku usaha sub sektor perikanan sebesar 0,60%. Kenaikan indeks yang diterima tersebut antara lain dipengaruhi oleh kenaikan indeks penangkapan dan indeks budidaya masing-masing sebesar 0,56% dan 0,92%. Pada sisi lain, kenaikan indeks yang dibayar oleh pelaku usaha sub sektor perikanan pada bulan Juni 2011 dipengaruhi oleh kenaikan indeks BPPBM sebesar 0,26% dan kenaikan indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,57%. 6.2.2. Perbandingan Dengan Provinsi Lain Di Kalimantan Pada bulan Juni 2011, hampir semua provinsi di Kalimantan tercatat mengalami penurunan NTP dimana penurunan terbesar terjadi di Provinsi Kalimantan Selatan yang kemudian diikuti oleh Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Pada sisi lain, Provinsi Kalimantan Timur tercatat sebagai satu-satunya provinsi yang mengalami kenaikan NTP. Selanjutnya apabila dibandingkan dengan provinsi lainnya, angka NTP Kalimantan Barat berkisar sebesar 102,60 lebih kecil dibandingkan Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 108,18 namun lebih besar daripada Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur masingmasing sebesar 101,26 dan 98,65. Kondisi tersebut mencerminkan bahwa kesejahteraan petani di Kalimantan Barat masih di bawah Kalimantan Selatan namun di atas Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Tabel 6.4 Perbandingan dengan NTP Provinsi di Kalimantan No Uraian 2010 2011 % Perubahan Juni 2011 Thd Dec Jan Feb Mar Apr Mei Jun Mei 2011 Dec 2010 1 Kalimantan Barat 101,83 102,45 102,93 102,05 103,47 102,97 102,60-0,35 0,76 2 Kalimantan Tengah 103,67 103,81 103,19 102,14 101,94 101,55 101,26-0,29-2,32 3 Kalimantan S elatan 108,07 108,59 107,83 107,64 107,75 108,59 108,18-0,38 0,10 4 Kalimantan Timur 98,91 98,67 98,94 99,83 99,27 98,36 98,65 0,29-0,26 Sumber: Data BPS Prov. Kalbar diolah 60 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II-2011

Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah BAB b VII PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH 7.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Perekonomian Kalimantan Barat di triwulan III-2011 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan tiwulan II-2011 dengan kisaran 5,7% (yoy. Penyebab utama pertumbuhan bersumber dari sisi permintaan yaitu peningkatan konsumsi rumah tangga yang dipengaruhi oleh meningkatnya kebutuhan seiring dengan dimulainya tahun ajaran baru sekolah, datangnya Bulan Suci Ramadhan dan Idul Fitri 1432 H, serta adanya kegiatan sembahyang kubur. Sementara, pendapatan masyarakat diperkirakan masih cukup kuat pada triwulan III-2011. Peningkatan konsumsi yang diimbangi dengan pendapatan tersebut antara lain diindikasikan dengan kenaikan indeks tendensi konsumen (tabel 7.1). Selain itu, pengeluaran pemerintah diperkirakan akan mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya aktivitas realisasi proyek-proyek pemerintah dan kinerja ekspor diperkirakan masih tumbuh cukup baik terutama untuk komoditi bauksit, karet dan CPO. Tabel 7.1 Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen triwulan III-2011 Variabel Pembentuk 2011 Triwulan III Perkiraan pendapatan Rumah Tangga mendatang 111,10 Rencana pembelian barang tahan lama 102,31 Indeks Tendensi Konsumsi 108,24 Sumber: BPS Prov. Kalimantan Barat Sementara dari sisi penawaran, sektor utama yang diperkirakan akan tumbuh adalah sektor pertambangan, perdagangan, angkutan dan komunikasi, serta bangunan/konstruksi. Sektor pertambangan diperkirakan mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya pertambangan bauksit terutama oleh PT. Antam di Kecamatan Tayan Kabupaten Sanggau. Selanjutnya, perdagangan juga diperkirakan mengalami pertumbuhan yang cukup baik seiring dengan dimulainya tahun ajaran baru sekolah, datangnya Bulan Suci Ramadhan dan Idul Fitri 1432 H, serta adaya kegiatan sembahyang kubur. Sektor bangunan diperkirakan juga meningkat seiring dengan realisasi proyek-proyek pemerintah dan maraknya pembangunan properti. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II-2011 65

Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah 7.2. Inflasi Tekanan harga secara umum di kota Pontianak pada triwulan mendatang diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya dan berada pada kisaran 7,6%-8,5% (yoy). Kemungkinan tekanan inflasi akan terjadi pada kelompok bahan makanan, dan kelompok makanan jadi serta kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan. Faktor yang berpotensi memberikan tekanan terhadap inflasi Kota Pontianak diantaranya hari raya keagamaan, masuknya tahun ajaran baru, serta kebijakan pemerintah terkait dengan harga BBM bersubsidi dan gas elpiji 12 kg. Selanjutnya, antrian solar yang masih berlangsung di Kalimantan Barat berpotensi menghambat kelancaran distribusi barang yang pada akhirnya akan memberikan tekanan kepada inflasi. Sementara, tekanan dari luar diperkirakan bersumber dari harga pangan dan energi di tingkat internasional yang masih tinggi. 66 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II-2011

LAMPIRAN L A M P I R A N Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II-2011 67

LAMPIRAN Halaman ini sengaja dikosongkan 68 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II-2011

LAMPIRAN PDRB Kalimantan Barat Atas Dasar Harga Konstan Berdasarkan Sektor Ekonomi Sektor Sumber: Data BPS Provinsi Kalimantan Barat Miliar Rp 2010 2011 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II 1. Pertanian 2.079 1.721 1.846 1.927 2.160 1.801 2. Pertambangan & Penggalian 129 131 135 140 144 150 3. Industri Pengolahan 1.233 1.250 1.287 1.317 1.266 1.287 4. Listrik,Gas & Air Bersih 32 32 33 33 34 34 5. Bangunan 582 616 649 682 624 675 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 1.548 1.585 1.638 1.656 1.603 1.649 7. Angkutan & Komunikasi 657 665 720 772 727 747 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 403 414 423 440 435 443 9. Jasa - jasa 713 847 900 1.057 761 869 PDRB 7.375 7.261 7.632 8.025 7.754 7.654 PDRB Kalimantan Barat Atas Dasar Harga Konstan Berdasarkan Jenis Penggunaan Miliar Rp Jenis Penggunaan 2010 2011 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II 1. Konsumsi Rumah Tangga 3.996 3.928 4.063 4.210 4.214 4.232 2. Konsumsi Nirlaba 68 69 73 77 74 75 3. Konsumsi Pemerintah 788 920 1.000 1.322 864 993 4. PMTB 1.965 1.919 2.012 2.139 2.149 2.152 5. Perubahan Stok 377 194 336 102 225-33 6. Ekspor 2.172 2.272 2.360 2.453 2.510 2.542 7. Dikurangi Impor 1.991 2.042 2.212 2.278 2.282 2.307 PDRB 7.375 7.261 7.632 8.025 7.754 7.654 Sumber: Data BPS Provinsi Kalimantan Barat Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II-2011 69

LAMPIRAN Inflasi Triwulanan Menurut Kota 2010 2011 No. Kelompok Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw 1 Bahan makanan 7,04 7,66 0,12 0,70 8,29 3,64 1,01 0,65 2,46 3,55-1,58-1,51 2 Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,69 2,10 0,10 0,39 2,12 0,91 1,05 0,30 1,05 2,98 1,92 0,84 3 Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 1,08 0,05 1,38 0,90 2,80 3,04 0,94 0,37 1,50 1,99 0,43 3,34 4 Sandang -1,62-0,12 1,27 0,43 2,70 0,44 1,76 1,38 0,88 0,08-0,30 1,04 5 Kesehatan 0,66 1,81 0,69 0,15 1,16 0,34-0,20-0,39 2,55 0,23 0,47 1,72 6 Pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,21 0,54 0,01-0,58 1,65 1,48-0,17 1,83 1,01 0,21-0,07 0,41 7 Transpor, komunikasi dan jasa keuangan 3,00 5,90-2,94-2,18 8,51 15,45 1,78-9,17 0,08 1,78 2,37-4,03 Umum 2,51 3,55 0,03 0,11 4,75 4,61 1,03-1,24 1,42 2,31 0,39-0,05 Sumber: Data BPS Provinsi Kalimantan Barat Inflasi Triwulanan Kalimantan Barat No. Kelompok 2010 2011 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II 1 Bahan makanan 7,15 0,23 7,47 0,94 2,65-1,57 2 Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,94 0,14 1,90 0,93 1,38 1,72 3 Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,90 1,30 2,84 0,85 1,59 0,93 4 Sandang -1,37 1,13 2,32 1,70 0,75-0,08 5 Kesehatan 0,87 0,60 1,00-0,24 2,13 0,70 6 Pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,25-0,08 1,62 0,13 0,88-0,01 7 Transpor, komunikasi dan jasa keuangan 3,57-2,78 9,92-0,56 0,41 1,10 Umum 2,69 0,05 4,73 0,63 1,58 0,32 Sumber: Data BPS Provinsi Kalimantan Barat Inflasi Tahunan Kalimantan Barat No. Kelompok 2010 2011 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II 1 Bahan makanan 8,51 9,26 10,73 16,51 11,61 9,61 2 Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 4,83 3,80 3,67 3,96 4,42 6,07 3 Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 2,59 3,45 5,54 6,00 6,73 6,34 4 Sandang 1,65 3,16 4,77 3,79 6,02 4,75 5 Kesehatan 4,27 3,11 3,72 2,25 3,52 3,62 6 Pendidikan, rekreasi dan olahraga 12,15 10,76 2,55 1,93 2,57 2,64 7 Transpor, komunikasi dan jasa keuangan 4,77 2,31 8,49 10,06 6,70 10,96 Umum 5,46 5,25 6,67 8,27 7,10 7,38 Sumber: Data BPS Provinsi Kalimantan Barat 70 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II-2011

LAMPIRAN Inflasi Triwulanan Kota Pontianak Dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Bahan Makanan Kelompok Bahan Makanan - Padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya - Daging dan hasil-hasilnya - Ikan segar - Ikan diawetkan - Telur, susu dan hasil-hasilnya - Sayur-sayuran - Kacang-kacangan - Buah-buahan - Bumbu-bumbuan - Lemak dan minyak - Bahan makanan lainnya 2010 2011 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw 7,04 7,66 0,12 0,70 8,29 3,64 1,01 0,65 2,46 3,55-1,58-1,51 10,39 1,78 2,35 0,62 8,28 6,41 2,90 8,39 2,73 1,55-1,66 0,08-4,60 13,33 12,67 5,14 3,29-2,57-2,77-5,13-1,75 7,56 2,92 0,49 10,91 14,16-3,70 2,08 8,05 3,93-3,33-10,52-0,46 6,22 3,69-3,74-1,88 3,98 2,05 0,87 7,19-0,29-0,80-1,78 3,41 0,85 2,70 0,64 0,74 3,22 0,58 1,24 7,15 2,33-2,34 0,32 2,90-0,26 3,42 1,72 27,90 18,57-18,60-7,82 29,43 9,37 3,27 3,68-0,64-4,00-7,45-7,83 14,25 0,08-2,50 1,10 4,74 1,10 0,16 2,92 5,96-0,69-1,10 2,38-2,02 1,20 2,07 4,81 3,61 2,51 6,67-0,60 11,34 33,15-5,44-0,35 9,91 3,50 3,02-0,26 8,34 7,36 10,70 1,78 7,40 1,10-19,31-4,68 7,52 6,33-1,76-0,56 5,28 1,66 5,97 7,57 7,88 1,44-5,61-3,44 1,47 1,26-1,23 0,64 2,96 1,24 2,42 0,63 1,27 2,26 2,83 18,31 Sumber: Data BPS Provinsi Kalimantan Barat Inflasi Triwulanan Kota Pontianak Dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Makanan Jadi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau - Makanan jadi - Minuman tidak beralkohol - Tembakau dan minuman beralkohol 2010 2011 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw 0,69 2,10 0,10 0,39 2,12 0,91 1,05 0,30 1,05 2,98 1,92 0,84 0,07 0,68 0,00 0,30 2,04 0,64 0,53 0,11 0,38 3,67 0,75 1,63 1,84 2,64-0,61-4,83 0,21 1,31 0,89 1,27 2,46-0,18 1,17-0,47 1,42 4,53 1,07 4,32 4,14 1,13 2,69 0,00 1,66 3,84 5,75 0,20 Sumber: Data BPS Provinsi Kalimantan Barat Inflasi Triwulanan Kota Pontianak Dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Perumahan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar - Biaya tempat tinggal - Bahan bakar, penerangan dan air - Perlengkapan rumah tangga - Penyelenggaraan rumah tangga 2010 2011 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw 1,08 0,05 1,38 0,90 2,80 3,04 0,94 0,37 1,50 1,99 0,43 3,34 1,20-0,19 2,09 0,38 2,75 0,34 0,96 0,50 2,01 2,25 0,38-0,10 1,01 0,47 0,64 2,53 3,95 9,71 0,14 0,19 0,15 2,18-0,01 11,67 0,33 0,13-0,26-0,12 0,82 2,66 3,12 0,20 2,04 0,81 1,44-0,06 1,21 0,29 0,92 0,17 2,01 0,10 1,08 0,19 1,65 0,42 0,91 0,59 Sumber: Data BPS Provinsi Kalimantan Barat Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II-2011 71

LAMPIRAN Inflasi Triwulanan Kota Pontianak Dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Sandang Kelompok Sandang - Sandang laki-laki - Sandang wanita - Sandang anak-anak - Barang pribadi dan sandang lain 2010 2011 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw -1,62-0,12 1,27 0,43 2,70 0,44 1,76 1,38 0,88 0,08-0,30 1,04 0,49 0,11 2,63 0,00 5,44 0,37 0,89 0,66 1,26 0,00 0,50 0,00 0,24 0,07-1,31 0,00 2,72 0,88-0,20-0,13 0,65 0,00-0,64 0,04 0,09 2,19 0,82-0,74-6,05 0,00 2,84 0,00-0,35-0,12 0,24 2,13-6,14-4,03 2,63 3,60 6,12 0,51 3,57 6,95 1,46 0,65-1,05 2,69 Sumber: Data BPS Provinsi Kalimantan Barat Inflasi Triwulanan Kota Pontianak Dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Kesehatan Kelompok Kesehatan - Jasa kesehatan - Obat-obatan - Jasa perawatan jasmani - Perawatan jasmani dan kosmetik 2010 2011 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw 0,66 1,81 0,69 0,15 1,16 0,34-0,20-0,39 2,55 0,23 0,47 1,72 0,69 0,71 1,55 0,00 1,26 0,00 0,95 0,00 0,16 0,00 0,12 0,00 0,74 2,12 0,62 0,10 0,51 0,04 0,70-1,61 0,88-0,15 0,27 5,98 0,00 5,07 0,15 1,72 0,42 0,00 1,44 0,00 3,79 0,00 0,71 0,00 0,74 2,18 0,27 0,08 1,48 0,96-1,67 0,03 4,61 0,75 0,74 0,69 Sumber: Data BPS Provinsi Kalimantan Barat Inflasi Triwulanan Kota Pontianak Dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Pendidikan 2010 2011 Kelompok Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0,21 0,54 0,01-0,58 1,65 1,48-0,17 1,83 1,01 0,21-0,07 0,41 - Jasa pendidikan 0,00 0,00 0,00 0,00 1,21 0,67 0,00 3,62 0,00 0,01 0,00 0,94 - Kursus-kursus/pelatihan 0,16 0,10 0,00 0,00 0,46 0,00 0,73 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 - Perlengkapan/peralatan pendidikan 0,56 0,06-0,31 0,00 2,50 5,89-0,83-0,07 1,18 0,00 0,05 0,00 - Rekreasi 0,65 1,89-0,25-2,05 3,24 0,15-0,68 0,41 4,63 0,76-0,43-0,19 - Olahraga 0,61 0,00 4,72 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,46 0,00 0,35 0,00 Sumber: Data BPS Provinsi Kalimantan Barat Inflasi Triwulanan Kota Pontianak Dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Transpor Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan - Transpor - Komunikasi dan pengiriman - Sarana dan penunjang transpor - Jasa keuangan 2010 2011 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw Ptk Skw 3,00 5,90-2,94-2,18 8,51 15,45 1,78-9,17 0,08 1,78 2,37-4,03 5,85 8,75-4,00-3,44 12,18 22,50 2,55-13,91-0,15 2,82 3,48-6,34-3,20 0,06-1,53 0,00 0,00 0,00 0,04 0,00 0,07 0,00-0,20 0,00 0,26 4,30 0,05 0,01 6,19 11,95 0,61 0,56 1,70-0,01 0,63 0,03 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Sumber: Data BPS Provinsi Kalimantan Barat 72 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II-2011

LAMPIRAN Data Perbankan Bulan Juni 2011 Menurut Lokasi Kantor Jutaan Rp NPL NPL No. Kabupaten Asset Kredit Dana LDR Kredit Kredit UMKM UMKM (%) (%) 1 Kab. Bengkayang 233.097 208.891 209.545 99,69% 0,12% 208.888 0,12% 2 Kab. Kapuas Hulu 719.693 490.064 678.386 72,24% 2,51% 490.081 2,51% 3 Kab. Ketapang 1.153.020 690.542 1.119.868 61,66% 0,92% 681.243 0,94% 4 Kab. Landak 307.121 274.036 256.502 106,84% 0,28% 274.002 0,28% 5 Kab. Pontianak 667.943 583.839 595.089 98,11% 0,71% 583.909 0,71% 6 Kab. Sambas 666.427 507.158 549.016 92,38% 0,51% 507.164 0,51% 7 Kab. Sanggau & Sekadau 1.395.399 943.234 1.325.439 71,16% 0,86% 929.359 0,88% 8 Kab. Sintang & Melawi (Nanga Pinoh) 1.564.266 1.053.263 1.475.409 71,39% 0,52% 894.665 0,61% 9 Kab. Kayong Utara 142.759 95.296 139.154 68,48% 0,00% 95.274 0,00% 10 Kota Pontianak 20.114.702 10.789.186 16.936.784 63,70% 1,44% 6.439.689 2,18% 11 Kota Singkawang 2.377.714 1.416.983 2.237.332 63,33% 1,61% 1.296.251 1,76% Total 29.342.141 17.052.492 25.522.524 66,81% 1,28% 12.400.525 1,64% Sumber: Data LBU Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan II-2011 73