V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Tolitoli di sebelah Utara, Provinsi Sulawesi Selatan di sebelah Selatan, Selat Makassar di sebelah Barat dan Kabupaten ParigiMoutong di sebelah Timur. Kecamatan yang dipilih menjadi lokasi contoh adalah Kecamatan Sirenja dan Kecamatan Damsol, yang berjarak masingmasing 124 km dan 182 km dari ibukota kabupaten Donggala. Berdasarkan topografinya, Kecamatan Sirenja dan Kecamatan Damsol termasuk wilayah dataran tinggi dengan ketinggian ratarata antara 500 sampai dengan 700 meter di atas permukaan laut. Permukaan tanah terdiri dari dataran, perbukitan dan pegunungan, dengan persentase tertinggi untuk Kecamatan Damsol adalah wilayah pegunungan, sehingga curah hujan di daerah ini tergolong tinggi. Sedangkan untuk wilayah Kecamatan Sirenja, berdasarkan bentuk permukaan tanah terdiri dari dataran dan pegunungan, dengan persentase yang hampir sama antara wilayah dataran dan pegunungan. 5.2. Keadaan Iklim Kabupaten Donggala memiliki dua musim, yaitu musim panas dan musim hujan. Musim panas terjadi antara bulan April sampai bulan September, sedangkan musim hujan terjadi pada bulan Oktober sampai bulan Maret. Suhu udara berkisar antara 25.4 0 C 28.1 0 C dengan kelembaban antara 70 82 persen.
Banyaknya curah hujan dan hari hujan di wilayah penelitian disajikan pada Tabel 1 dimana curah hujan dan hari hujan ini sangat menentukan pola tanam di wilayah tersebut. Tabel 1. Curah Hujan per Bulan di Kabupaten Donggala dan Kecamatan Contoh Tahun 2006 Kabupaten Kecamatan Damsol Donggala Bulan Curah Hujan Hari Curah Hujan (mm) Hujan (mm) Januari 2.6 15 190 Pebruari 0.6 10 106 Maret 2.0 14 154 April 3.3 11 107 Mei 4.9 11 805 Juni 6.5 8 70 Juli 2.5 6 60 Agustus 2.5 7 110 September 2.6 9 55 Oktober 4.9 10 180 Nopember 3.3 8 105 Desember 3.2 5 160 Sumber : BPS Kabupaten Donggala, 2006a; 2006b; 2006c Kecamatan Sirenja Hari Hujan 10 12 13 15 11 13 9 10 17 8 15 16 Curah Hujan (mm) 216 196 224 239 228 254 187 267 219 114 227 269 5.3. Kependudukan Jumlah penduduk Kabupaten Donggala mencapai 486 316 jiwa, yang terdiri dari penduduk lakilaki 243 630 jiwa (50.1 persen) dan penduduk perempuan 242 686 jiwa (49.9 persen), sehingga perbandingan antara jumlah penduduk lakilaki dan perempuan (seks rasio) adalah 100. Pertumbuhan penduduk pada tahun 2006 adalah sebesar 2.76 persen dengan kepadatan penduduk sebanyak 46 jiwa/km². Ditinjau dari jumlah rumah tangga, terdapat 114 863 jiwa kepala keluarga, dengan ratarata anggota keluarga adalah 4 jiwa/keluarga. Jumlah penduduk di Kecamatan Damsol 29 109 jiwa dengan jumlah penduduk lakilaki sebanyak 50.3 persen dan perempuan 49.7 persen dan seks rasio 101. Sedangkan jumlah penduduk di Kecamatan Sirenja sebanyak
18 398 jiwa, yang terdiri dari 50.8 persen penduduk lakilaki dan 49.2 persen perempuan. Tabel 2. Komposisi Penduduk di Kabupaten Donggala dan Kecamatan Contoh Berdasarkan Kelompok Usia Produktif Tahun 2006 (Jiwa) Uraian Usia Produktif (1664th) Usia Sekolah Dasar (715 th) Kabupaten Donggala 350 981 192 449 Kecamatan Damsol 20 039 5 409 Sumber : Diolah dari BPS Kabupaten Donggala, 2006a; 2006b; 2006c Kecamatan Sirenja 12 941 4 330 Jumlah penduduk di Kabupaten Donggala ini merupakan sumber tenaga kerja untuk wilayah tersebut. Dengan demikian untuk mengetahui ketersediaan sumberdaya tenaga kerja di wilayah ini dapat dilihat dari komposisi penduduk berdasarkan struktur usia. Sebagaimana diketahui bahwa usia kerja atau usia produktif adalah penduduk yang berusia antara 16 sampai dengan 65 tahun, sedangkan kelompok usia dibawah 16 tahun dan usia 65 tahun ke atas dikategorikan ke dalam penduduk yang tidak produktif. Tabel 2 menampilkan komposisi penduduk berdasarkan usia angkatan kerja di Kabupaten Donggala, Kecamatan Damsol dan Kecamatan Sirenja. 5.4. Keadaan Pertanian Penggunaan lahan untuk usahatani di Kabupaten Donggala terdiri dari 33 112 hektar lahan sawah, baik yang ditanami padi maupun tanaman pertanian lainnya dan 1 013 780 hektar lahan kering untuk berbagai pemanfaatan. Luas lahan sawah dapat dibedakan berdasarkan sistem pengairannya (disajikan pada Tabel 3). Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa 87.79 persen lahan sawah di Kabupaten Donggala ditanami padi dengan frekuensi penanaman dua kali
dalam satu tahun dan 9.97 persen ditanami padi dengan sekali penanaman dalam setahun. Tabel 3. Luas Lahan Sawah di Kabupaten Donggala Berdasarkan Frekuensi Penanaman Padi dalam Setahun dan Tanaman Non Padi untuk Masing Masing Jenis Irigasi. Jenis Pengairan Irigasi Teknis Irigasi Setengah Teknis Irigasi Sederhana Irigasi Desa/Non PU Tadah Hujan Frekuensi Penanaman Padi dalam Setahun Satu kali Dua Kali 677 1 739 281 467 138 10 370 7 687 1 891 8 560 562 (Hektar) Tidak Ditanami Padi 27 234 75 244 160 Jumlah 3 302 29 070 740 Sumber : Diolah dari Data Luas Lahan Menurut Penggunaan Sulawesi Tengah, BPS Provinsi Sulawesi Tengah, 2006. Lahan selain lahan sawah (lahan kering) dapat dimanfaatkan untuk pekarangan/bangunan dan halaman, tegal/kebun, ladang/huma, padang rumput dan sebagainya, sebagaimana disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Luas Lahan Kering Menurut Jenis Penggunaan di Kabupaten Donggala Jenis Penggunaan Luas Lahan Persentase (ha) (%) Pekarangan Tegal/Kebun Ladang/Huma Lahan Penggembalaan/Padang Rumput Hutan Rakyat (Tanaman Kayukayuan) Hutan Negara Perkebunan Rawa yang Tidak Ditanami Padi Tambak Empang Lainnya Sementara Tidak Diusahakan 13 020 71 031 258 461 65 224 97 394 256 169 85 193 2 384 4 081 593 69 989 90 221 1.28 7.01 25.49 6.43 9.61 25.27 8.40 0.24 0.40 0.06 6.90 8.90 Jumlah 1 013 780 100.00 Sumber : Diolah dari Data Luas Lahan Menurut Penggunaan Sulawesi Tengah, BPS Provinsi Sulawesi Tengah, 2006.
Persentase terbesar dari pemanfaatan lahan kering adalah untuk ladang dan hutan Negara. Ladang biasanya ditanami tanaman musiman seperti padi ladang, palawija atau hortikultura. 5.5. Keadaan Peternakan Selain mengusahakan tanaman pertanian, petani juga memelihara ternak sebagai cabang usahataninya. Ternak yang banyak dipelihara di wilayah Kabupaten Donggala adalah ternak besar maupun ternak kecil seperti sapi, kerbau, babi, kambing dan domba serta unggas, baik ayam buras maupun ayam ras. Sebaran populasi ternak di Kabupaten Donggala, Kecamatan Damsol dan Kecamatan Sirenja ditampilkan pada Tabel 5. Tabel 5. Populasi Ternak di Kabupaten Donggala, Kecamatan Damsol dan Kecamatan Sirenja (Ekor) Jenis Ternak Kabupaten Kecamatan Donggala Damsol Kecamatan Sirenja Sapi Kerbau Kambing Domba Babi Ayam Buras Ayam Ras Itik 38 419 456 33 305 970 23 458 389 403 1 186 083 10 574 2 632 1 360 1 250 28 043 1 670 5 763 6 1 893 19 375 466 Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kab. Donggala, 2006. Produksi Daging dari ternak yang di potong di Kabupaten Donggala pada tahun 2006 adalah: kerbau 5 ton, sapi 440 ton, kambing 321 ton, domba 4 ton, dan babi 334 ton, sedangkan unggas 1.377 ton. Sedangkan produksi telur unggas pada tahun 2006 adalah: telur ayam ras 1.613 ton, ayam buras 164 ton dan itik 49 ton. Jenis ternak terbanyak yang dipelihara di Kabupaten Donggala adalah ternak sapi,
kambing dan babi, demikian pula di kecamatan contoh, ternak sapi dan kambing juga dominan di pelihara, ditunjukkan dengan jumlah populasi ternak terbesar. Hal ini terutama disebabkan oleh sistem pemeliharaan ternak yang relatif mudah serta sesuai dengan kondisi alam di wilayah tersebut. Sedangkan untuk ternak unggas, yang terbanyak di pelihara adalah ayam ras, dalam hal ini terdiri dari ayam ras petelur maupun ayam ras pedaging (broiler). 5.6. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah petani yang mengusahakan tanaman pertanian baik tanaman pangan maupun tanaman perkebunan, sekaligus memelihara ternak sapi sebagai cabang usahataninya. Karakteristik petani secara umum diantaranya umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, mata pencaharian pokok dan mata pencaharian sampingan ditampilkan pada Tabel 6. Usia responden secara keseluruhan berkisar antara 26 sampai dengan 65 tahun dengan ratarata 47.2 tahun. Persentasi tertinggi yaitu 34.78 persen diantaranya berusia antara 34 sampai 45 tahun dan 26.09 persen berusia antara 46 sampai 55 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar petani di lokasi penelitian masih berada pada usia produktif, yang masih memungkinkan mereka untuk melakukan pekerjaan secara fisik. Ditinjau dari sisi pendidikan, maka sekitar 70 persen responden berpendidikan relatif rendah, yaitu setara sekolah dasar, baik yang tamat maupun tidak tamat sekolah dasar. Tingkat pendidikan yang relatif rendah ini menjadi salah satu faktor yang membatasi petani dalam menangkap peluangpeluang ekonomi guna pengembangan usahatani yang dijalankannya, terutama dari kemampuan analisisnya. Pengalaman petani yang ratarata telah berusahatani
selama lebih dari sepuluh tahun, ditambah dengan pengetahuan melalui penyuluhan dan pelatihan di sisi lain, akan sangat membantu keberhasilan petani dalam mengelola usahataninya. Tabel 6. Karakteristik Responden di Kabupaten Donggala Karakteristik Responden Ratarata Umur Petani (tahun) 47.2 Tingkat Pendidikan Formal (tahun) 6.93 Jumlah Tanggungan Keluarga (orang) 3.37 Jumlah anak sekolah (orang) 1.76 Jumlah anggota keluarga >15 th (org) 1.10 Jumlah Tenaga Kerja Pria (orang) 1.39 Jumlah Tenaga Kerja Wanita (orang) 1.07 Tabel 6 juga menyajikan komposisi anggota keluarga, dimana jumlah tanggungan keluarga terbanyak adalah antara 3 sampai 4 orang, dengan ratarata 3.37 orang, dan hampir seluruh responden merupakan kepala keluarga. Ditinjau dari jumlah angkatan kerja, maka ratarata tenaga kerja pria yang tersedia adalah 1.39 orang, tenaga kerja wanita 1.07 orang. Jumlah anak sekolah ratarata 1.76 orang. 5.7. Karakteristik Usahatani Produktivitas usahatani sangat ditentukan olah banyak faktor, terutama input produksi. Perbedaan dalam penggunaan faktor produksi akan memberikan penampilan produksi yang berbeda bagi masingmasing petani dalam menjalankan usahataninya. Profil usahatani responden di lokasi penelitian disajikan pada Tabel 7. Sebagai salah satu input produksi, lahan sangat menentukan tingkat produksi yang dihasilkan. Ditinjau dari pemanfaatan lahan, responden di lokasi penelitian umumnya menggarap lahan sawah dan tegalan atau kebun. Dari 46 jumlah responden, 45.65 persen menggarap lahan sawah sekaligus
menggarap lahan kebun, 36.96 persen hanya menggarap kebun dan 17.39 persen hanya menggarap lahan sawah. Jika dipisahkan berdasarkan jenis lahan garapan, maka jumlah responden yang mengusahakan lahan sawah sebanyak 29 orang dan yang mengusahakan lahan perkebunan sebanyak 38 orang. Setiap responden ratarata memiliki lebih dari satu persil lahan, dengan jumlah persil lahan keseluruhan adalah 81 persil, yang terbagi antara lahan sawah dan lahan kering. Luas lahan sawah garapan responden bervariasi antara 0.25 2.5 hektar, dengan luas garapan terbanyak di atas 0.5 sampai dengan 1 hektar (48.28 persen), dan ratarata luas lahan garapan adalah 0.81 hektar, sebagaimana terlihat pada Tabel 7. Lahan sawah umumnya ditanami dua kali dalam setahun, dengan pola tanam padipadi. Namun ada sebagian responden yang menanam padi hanya sekali dalam setahun dan setelah itu dibiarkan kosong. Hal ini terutama dilakukan oleh responden di desa Jonooge, karena sistem pengairan yang diterapkan adalah sistem irigasi bergilir. Jika pergiliran irigasi bertepatan dengan musim hujan, maka untuk musim tanam berikutnya bertepatan dengan musim kering, sehingga petani tidak menanami lahan sawahnya. Beberapa responden menanami lahannya bergiliran antara padi dengan kacang kedelai dalam dua kali musim tanam, terutama jika musim tanam bertepatan pada bulan April. Tanaman pangan lainnya seperti palawija ditanam tidak bergiliran dengan padi, namun ditanam pada lahan yang berbeda. Responden umumnya mengusahakan lahan kebun dengan luasan yang lebih luas dibandingkan dengan lahan sawah. Hal ini berkaitan dengan komoditi tanaman perkebunan yang membutuhkan lahan lebih luas dibandingkan tanaman pangan yang ditanam pada areal persawahan, dengan ratarata luas lahan garapan
adalah 1.28 hektar. Kisaran luas lahan kering garapan responden adalah antara 0.25 3 hektar. Tabel 7. Karakteristik Usahatani Responden Karakteristik Usahatani Frekuensi Persentase (%) Kegiatan Usahatani Hanya Lahan Sawah Hanya Lahan Kebun Lahan Sawah + Kebun Luas Lahan Sawah Garapan (ha) < 0.50 0.50 1.00 1.01 2.00 > 2.00 Luas Lahan Kebun (ha) < 0.50 0.50 1.00 1.01 2.00 > 2.00 Pola Tanam Lahan Sawah Padi bera Padi padi Padi kedelai Pola Usahatani Tanaman Pertanian Padi Padi dan Kacang Kedelai Padi dan Kakao Padi, Kakao dan Kelapa/Cengkeh Padi, Kakao, Kelapa, cengkeh Kakao Kakao dan Kelapa Kakao dan Cengkeh Kepemilikan Ternak Sapi (ekor) Kambing (ekor) 8 17 21 8 14 6 1 9 15 10 4 2 25 2 8 2 9 7 2 4 9 5 2.77 5.25 17.39 36.96 45.65 27.59 48.28 20.69 3.44 23.68 39.47 26.32 10.53 6.90 86.20 6.90 17.39 4.35 19.56 15.22 4.35 8.70 19.56 10.87 Petani pada umumnya mananami lahannya dengan tanaman perkebunan seperti kakao, kelapa dan cengkeh serta tanaman perkebunan lain seperti lada dan vanili, serta tanaman buah seperti durian. Tanaman tahunan ini ditanam pada lahan yang berbeda, dengan jarak antara masingmasing lahan yang cukup
berjauhan, terutama untuk lahan cengkeh. Cengkeh umumnya ditanam pada lahan dengan topografi lahan dataran sedang sampai tinggi. Responden selain mengusahakan tanaman pertanian, juga memelihara ternak sebagai cabang usahataninya. Ternak yang dipelihara terdiri dari sapi, kambing, ayam dan itik. Namun data yang diambil dalam penelitian ini hanya ternak ruminansia, dalam hal ini sapi dan kambing, sesuai dengan ruang lingkup dan tujuan penelitian. Jumlah kepemilikan ternak dari tiap responden bervariasi, untuk sapi antara 1 sampai 5 ekor, dengan ratarata 2.77 ekor dan kambing antara 1 sampai 12 ekor, dengan ratarata 5.25 ekor. Bangsa sapi yang banyak dipelihara adalah sapi Bali, Peranakan Ongole dan sapi lokal. Sedangkan untuk ternak kambing yang banyak dipelihara adalah dari bangsa kambing Kacang serta Peranakan Etawah.