BAB I PENDAHULUAN. sikap masyarakat yang terbentuk dan diwariskan dari generasi ke generasi dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

PLEASE BE PATIENT!!!

Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin. Topik Makalah. RUH 4 PILAR KEBANGSAAN DIBENTUK OLEH AKAR BUDAYA BANGSA Kelas : 1-IA21

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

Wawasan Kebangsaan. Dewi Fortuna Anwar

WAWASAN KEBANGSAAN a) Pengertian Wawasan Kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya

MEMBANGUN INTEGRASI NASIONAL DENGAN BINGKAI BHINNEKA TUNGGAL IKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis,

Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin. Topik Makalah/Tulisan RUH 4 PILAR KEBANGSAAN DIBENTUK OLEH AKAR BUDAYA BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pancasila merupakan dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

Mata Kuliah Kewarganegaraan

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

LETAK ADMINISTRATIB LAMONGAN

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

I. PENDAHULUAN. yang dicita-citakan. Sejalan dengan Mukadimah Undang Undang Dasar 1945,

BAB I PENDAHULUAN. agama. Hal tersebut sangat berkaitan dengan jiwa Nasionalisme bangsa Indonesia.

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PROGRAM PENYEBARAN DAN PENGIBARAN BENDERA MERAH PUTIH Dl PERSADA NUSANTARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

PERAN PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. Membangun Nasionalisme kebangsaan tidak bisa dilepas pisaahkan dari konteks

BAB I PENDAHULUAN. dan dasar negara membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila harus selalu

Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa negara Indonesia adalah negara kepulauan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki wilayah laut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada

Modul ke: Geopolitik. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi.

PENDIDIKAN PANCASILA. Pancasila Sebagai Ideologi Negara. Modul ke: 05Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen S1

BAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH.

Eksistensi Pancasila dalam Konteks Modern dan Global Pasca Reformasi

RUANG LINGKUP MATA KULIAH PANCASILA

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pergaulan Mahasiswa dan Kehidupan Sosial dalam Menerapkan Sila Persatuan Indonesia

PENDIDIKAN PANCASILA. Pendahuluan. Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc. Teknik Sipil. Modul ke: Fakultas. Program Studi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini globalisasi berkembang begitu pesat, globalisasi mempengaruhi

DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG

Maukuf, S,Pd. M.Pd. Pertemuan ke:

BAB I PENDAHULUAN. adil, makmur, sejahtera, dan bermartabat. Melalui nilai-nilai Empat Pilar,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

2.4 Uraian Materi Pengertian dan Hakikat dari Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Sebagai pendangan hidup bangsa Indonesia,

PENGAMALAN PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI DAN REFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

Menguatkan Nasionalisme Baru Generasi Muda yang Berkarakter (dalam Upaya Mengembangkan Model Pencegahan Radikalisme dan Terorisme di Kampus)

BAB I PENDAHULUAN. yakni Bhineka Tunggal Ika yang berarti walaupun berbeda-beda tetapi tetap

Pancasila Nilai Karakter Bangsa

BAB I P E N G A N T A R

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sosial. Didalamnya sekaligus terkandung makna tugas-pekerjaan yang harus

Mencukupkan Keteladanan Empat Pilar Menuju Indonesia Emas 2045

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai alat pemersatu bangsa demi merebut kemerdekaan (Rawantina,

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola

2) Sanggupkah Pancasila menjawab berbagai tantangan di era globalisasi tersebut?

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PENTAS SENI DAN BUDAYA, FESTIVAL DAN LOMBA CIPTA LAGU CAMPUR SARI

BAB I PENDAHULUAN. memberi dorongan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi.

SAMBUTAN KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN PADA PERINGATAN HARI LAHIR PANCASILA SAYA INDONESIA, SAYA PANCASILA. Jakarta, 1 Juni 2017

13MKCU. PENDIDIKAN PANCASILA Makna dan aktualisasi sila Persatuan Indonesia dalam kehidupan bernegara. Drs. Sugeng Baskoro,M.M. Modul ke: Fakultas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA DISKUSI KEBANGSAAN TENTANG NILAI-NILAI LUHUR BUDAYA BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai

WAWASAN NUSANTARA. Dewi Triwahyuni. Page 1

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

LAPORAN TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN DASAR NEGARA

B. Arti Penting Persatuan dan Kesatuan Indonesia

ESENSI DAN URGENSI IDENTITAS NASIONAL SEBAGAI SALAH SATU DETERMINAN PEMBANGUNAN BANGSA DAN KARAKTER

Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

BAB 1 KEUTUHAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

1. Pancasila sbg Pandangan Hidup Bangsa

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH

PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

VISI DAN STRATEGI PENDIDIKAN KEBANGSAAN DI ERA GLOBAL

PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIKULTURAL DALAM MEWUJUDKAN PENDIDIKAN YANG BERKARAKTER. Muh.Anwar Widyaiswara LPMP SulSel

KEWARGANEGARAAN WAWASAN NUSANTARA. Modul ke: Fakultas FEB. Syahlan A. Sume. Program Studi MANAJEMEN.

Waktu: 8 x 45 Menit (Keseluruhan KD) Standar Kompetensi: Memahami Hakikat Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

I. PENDAHULUAN. membuat negera kita aman, bahkan sampai saat ini ancaman dan gangguan

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI WAWASAN KEBANGSAAN BERBASIS KEORGANISASIAN MAHASISWA DALAM MENINGKATKAN NASIONALISME

MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESETARAAN. by. EVY SOPHIA

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

I. PENDAHULUAN. suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demokrasi menjadi bagian bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beragam mempunyai perbedaan antar wilayah. Hubungan hidup antar sesama

A. Pengertian dan Kategori Nasionalisme

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan aspirasi yang berbeda-beda satu sama lain tetapi memiliki kedudukan setara,

4.4 Uraian Materi Nilai-Nilai Pancasila dalam Hidup Bermasyarakat. Ideologi merupakan seperangkat sistem yang menjadi dasar pemikiran setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi membuat dunia transparan seolah olah tidak mengenal batas antar Negara.

I. PENDAHULUAN. tinggi yang mencapai puncaknya. Seiring berkembangnya zaman, rasa. nasionalisme dikalangan pemuda kini semakin memudar.

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kewarganegaraan. Pengembangan dan Pemeliharaan sikap dan nilai-nilai kewarganegaraan. Uly Amrina ST, MM. Kode : Semester 1 2 SKS.

Bung Karno, pohon sukun dan Pancasila

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR

BAB I PENDAHULUAN. Nasionalisme melahirkan sebuah kesadaran melalui anak-anak bangsa. penindasan, eksploitasi dan dominasi.

PANCASILA HAK ASASI MANUSIA. Dr. Achmad Jamil M.Si. Modul ke: 06Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi S1 Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan, diharapkan dapat

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SAMBUTAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Adicita itu pulalah yang merupakan dorongan para pemuda Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

PANCASILA. Pancasila Merupakan Bagian Matakuliah Pengembangan Kepribadian. Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap negara-bangsa memiliki nilai-nilai yang menjadi falsafah hidup dan sikap masyarakat yang terbentuk dan diwariskan dari generasi ke generasi dalam menjaga keberlangsungan serta eksistensi suatu negara. Nilai tersebut disebut nilai kebangsaan, merupakan nilai yang digali dan diambil dari kekayaan rohani, moral, dan budaya masyarakat pada suatu bangsa menjadi identitas atau kepribadian suatu bangsa. Dipengaruhi dari latar belakang negaranya mulai dari letak geografis, sejarah, kebudayaan dan kepercayaan. Hal tersebut membentuk setiap negara memiliki nilai kebangsaan yang berbeda-beda. Untuk itu sebagai upaya menjaga suatu integritas bangsa terutama dalam melawan radikalisme dan menjaga rasa nasionalisme suatu bangsa, perlu ditanamkan dan dijaga nilai-nilai kebangsaan pada setiap generasi. Indonesia sebagai negara-bangsa yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas sampai pulau Rote dengan berjajar pulau-pulau, mengikat lebih dari 1.128 (seribu seratus dua puluh delapan) suku bangsa dan lebih dari 700 (tujuh ratus) bahasa. Tersebar di seluruh pulau-pulau di Indonesia, secara keseluruhan berjumlah 17.508 (tujuh belas ribu lima ratus delapan) pulau baik besar atau kecil. Hal tersebut menjadikan karakteristik Indonesia sebagai negara-bangsa yang majemuk, besar dan luas karena di huni oleh berbagai ragam suku bangsa, bahasa, budaya, agama, adat istiadat, dan ras. Keberagaman ini 1

melahirkan semboyan Bhineka Tunggal Ika yaitu berbeda-beda tapi satu jua dimana Ke-bhinneka-an merupakan realitas sosial, sedangkan Ke-tunggal-ika-an adalah sebuah cita-cita kebangsaan. Semboyan tersebut menjadi kesadaran akan keberagaman dibutuhkan persatuan untuk membangun bangsa sesuai cita-cita yang telah disepakati. Kemajemukan bukanlah alasan untuk tidak bersatunya Indonesia sebab bangsa Indonesia terbangun bukan didasarkan pada bahasa ibu yang sama atau tercipta dari satu kelompok etnis, agama, maupun ras. Tetapi dari adanya penderitaan, penindasan, dan perjuangan melawan penjajahan yang membuat adanya kesamaan nasib untuk meraih kemerdekaan. Tujuan inilah yang menjadi tonggak untuk bersatunya bangsa Indonesia dan memunculkan rasa kebangsaan. Bersatu dalam satu bangsa yaitu bangsa Indonesia dan berbahasa satu, yaitu bahasa Indonesia menjadi satu dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan kesatuan dari kemajemukan tersebut dibutuhkan kesadaran kebangsaan. Indonesia dengan keberagaman memerlukan keseragaman atau konsensus (kesepakatan semua warga bangsa). Konsensus negara Indonesia terdapat empat macam yang dikenal dengan empat pilar kebangsaan karena masing-masing komponen memiliki nilai kebangsaan. Pancasila sebagai ideologi negara bersifat religius dan prinsip-prinsip kemanusiaan yang menjadi landasan dalam mengatur kehidupan berbangsa dan kehidupan bernegara. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945), sebagai konstitusi negara mengandung nilai cita-cita dan tujuan bangsa menjadi pondasi dalam membangun bangsa. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai konsepsi bentuk 2

negaranya yang berkepulauan dengan tujuan mengintegrasikan berbagai pemisah secara geografis sehingga menjadi negara kesatuan, dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai cerminan walaupun masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku,ras,etnis, budaya, agama, dan norma-norma tetapi merupakan satu kesatuan. Setiap pilar memiliki tingkat, fungsi dan konteks yang berbeda. Sebagai gambarannya Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara kedudukannya berada di atas tiga pilar lainnya. Pancasila adalah landasan ideologi dan dasar negara Indonesia, menjadi jiwa yang menjadi falsafah hidup bangsa Indonesia. Menjadi pedoman penuntun bagi pilar kebangsaan lainnya. Nilai kebangsaan bersifat instrinsik yang terkandung dalam hati, sebagai sumber kekuatan untuk membangun rasa kebangsaan untuk mewujudkan cita-cita bangsa. Berisi etika yang sangat berperan dalam membentuk sikap menghargai berbagai perbedaan dalam masyarakat, mematuhi hukum yang berlaku, serta turut ikut dalam kegiatan bernegara. Sehingga segenap komponen bangsa dari penyelenggara negara hingga masyarakat Indonesia harus memiliki keyakinan terhadap nilai kebangsaan Indonesia dalam memandu tercapainya perikehidupan bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Nilai kebangsaan yang terbentuk dalam dasar negara, ideologi nasional dan jati diri bangsa bersifat statis, sehingga membutuhkan pendorong atau penggerak dalam setiap jiwa yaitu semangat kebangsaan. Semangat kebangsaan sebagai nilai instrumental berubah sesuai dengan konteks dan situasi yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini. Dalam menghadapi setiap tantangan seiring berjalannya waktu, bangsa Indonesia mengalami perubahan sesuai dengan 3

kebutuhannya, situasi dan perkembangan zaman. Namun, identitas atau kepribadian nasional Indonesia tetap bersifat statis. Memasuki era globalisasi, bangsa Indonesia mengalami degradasi (kemunduran) semangat kebangsaan dan pemahaman akan nilai kebangsaan ditandai dengan adanya krisis identitas, gerakan-gerakan yang bertujuan memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Masyarakat terbagi kedalam kelompok-kelompok berdasarkan identitas kultural mereka, memunculkan disintegrasi atau perpecahan bangsa dengan memunculkan konflikkonlik berbau SARA (suku, agama, ras, dan antar golongan). Konflik sosial pun terjadi dalam kehidupan antar suku, budaya, dan agama. Bahkan, konflik seperti ini seperti bom waktu yang dapat meledak pada saat kapanpun dan dimanapun di wilayah daulat negara Indonesia. Padahal konflik ini terjadi juga dikarenakan tekanan ketimpangan ekonomi dan politik yang terjadi. Belum lagi masalah globalisasi. Kasus Konflik Tolikara yang terjadi pada 17 Juli 2015 di Kabupaten Tolikara, Papua, Indonesia pada saat kegiatan salat Id yang dilakukan oleh umat Muslim dan pertemuan para pemuka masyarakat gereja diadakan pada saat yang bersamaan. Terkait kasus ini, Zainal dalam portal berita CNN Indonesia.com 20 Juli 2015 mengatakan bahwa Insiden Tolikara bukan hanya konflik agama tetapi kepada politik lokal yang menggunakan agama dikarenakan adanya kecemburuan sosial antara pendatang dan warga asli. Dalam portal berita Bangkapos.com pada 6 agustus 2015 di Kota Semarang terjadi penangkapan lima siswa SMK dan MTs yang kedapan membolos di warnet. Ketika diminta menghafal Pancasila dan lagi kemerdekaan 4

17 Agustus, tidak ada satupun yang dapat melafalkan dengan baik. Hal tersebut sedikit memberi gambaran telah terjadinya degradasi akan pemahaman nilai kebangsaan. Globalisasi seharusnya dapat menjadi tiket bagi negara untuk eksis di panggung dunia, apabila kualitas wawasan persatuan dan kesatuan bangsa dapat berjalan dengan baik. Terutama dikalangan pemuda, karena merupakan calon pemimpin dan penerus generasi selanjutnya. Setiap generasi bertanggung jawab sebagai dalam menjaga nilai kebangsaan sebagai pemegang tongkat estafet yang akan diserahkan pada generasi yang akan datang. Sehingga, generasi berikutnya merupakan perwujudan dari nilai kebangsaan karena mereka tidak kehilangan jati diri sebagai bangsa Indonesia. Generasi bangsa tidak dapat memunculkan kesadarannya sendiri akan nilai kebangsaannya, tetapi perlu adanya pengenalan dan penanaman atau internalisasi nilai kebangsaan dalam kehidupannya. Terwujudnya dan terbentuknya bangsa Indonesia tidak berjalan dengan sendirinya tetapi memerlukan upaya, usaha dan perjuangan terus-menerus. Internalisasi nilai kebangsaan dalam kehidupan berbangsa pada generasi muda diharapkan dapat dicerminkan dengan sikap dan perilaku yang menjunjung nilai kebangsaan karena tujuan internalisasi adalah menjadikannya nilai-nilai kebangsaan menjadi bagian dari kepribadian individu. Dalam upaya menanamkan nilai-nilai kebangsaan diperlukan institusi yang melaksanakan, memantau dan mengevaluasi usaha-usaha pembangunan bangsa Indonesia secara terus-menerus. Untuk itu pemerintah maupun swasta/perseorangan berupaya membuat berbagai program yang bertujuan memperkenalkan kembali dan menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Terutama melibatkan para pemuda bangsa, sebagai 5

generasi bangsa yang akan memperjuangkan eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kegiatan Kemah Pemuda Kebangsaan merupakan salah satu program kerjasama antar pemimpin agama untuk menjaga keharmonisan antar agama, yang mendorong pemerintah melakukan regulasi undang-undang No. 4 tahun 2009 tentang kepemudaan. Dalam Pasal 1 dikatakan, Pemuda adalah warga Negara yang masuk dalam periode perkembangan dan pertumbuhan berusia 16 30 tahun. Lebih kurang 62.000.000 pemuda Indonesia atau sekitar 17% dari penduduk Indonesia. Dalam kegiatan Kemah Pemuda Kebangsaan yang diadakan oleh organisasi pemuda gereja dan Islam untuk menjunjung persatuan dengan tidak memandang suku, agama, ras, dan kelompok. Persatuan tersebut dicerminkan dengan adanya ikrar atau janji dan himne yang menjunjung persatuan seperti pada tahun 1928. Terutama memerangi adanya radikalisme, perselisihan antar umat beragama. Generasi muda harus memiliki karakter yang kuat untuk membangun bangsa dan negaranya, memiliki kepribadian tinggi, semangat nasionalisme, berjiwa kompetitif, mampu memahami pengetahuan dan teknologi untuk bersaing secara global. Pemerintah melalui salah satu kegiatan yang bernama Ekspedisi NKRI juga mencoba meninternalisasikan nilai-nilai kebangsaan, seperti halnya pada kegiatan kemah pemuda. Kegiatan ini telah dilaksanakan sebanyak 4 (empat) kali, dan dalam penelitian ini adalah pelaksanaan yang kelima kalinya dengan nama Ekspedisi NKRI Koridor Kepulauan Nusa Tenggara 2015. Terdapat 3 (tiga) misi pemerintah dalam Ekspedisi NKRI adalah: Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera serta mewujudkan Indonesia menjadi 6

negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasis kepentingan nasional. Kegiatan Ekspedisi NKRI tetap dilaksanakan hingga hari ini, karena juga mendukung Agenda Nawacita kebijakan pemerintah saat ini. Terdapat 4 (empat) Agenda Nawacita dalam Ekspedisi NKRI adalah: Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa, Membangun Indonesia dari pinggiran, Melakukan revolusi karakter bangsa, dan Memperteguh ke-bhineka-an bangsa Indonesia. Ekspedisi NKRI adalah sarana mendata, mencatat, dan memetakan sumber daya manusia, Sumber daya alam dan sosial guna kelestarian alam, meningkatkan kesejahteraan dan pertahanan keamanan. Sebagai kegiatan mengeksplore dan mengenal kekayaan nusantara untuk meningkatkan kesadaran akan beragamnya Indonesia dan pembangunan di daerah-daerah yang kurang mendapat perhatian pemerintah. Mengenalkan kembali harta Indonesia yaitu keragaman budaya, kepercayaan, kekayaan alam, sebagai upaya menggali kesadaran akan nilai kebangsaan, membangkitkan semangat kebangsaan, dan meningkatkan wawasan kebangsaan, merupakan salah satu cara untuk menginternalisasikan nilai kebangsaan. Kegiatan Ekspedisi NKRI melibatkan pemuda terutama dari kelompok intelektual (mahasiswa) yang merupakan pelaku dari pembangunan bangsa, harus mencerminkan nilai kebangsaan sebagai kesadaran dirinya menjadi bagian dari bangsanya. Mahasiswa merupakan satu golongan dari masyarakat yang mempunyai dua sifat, yaitu manusia muda dan calon intelektual. Mahasiswa sebagai calon intelektual, harus mampu untuk berpikir kritis terhadap kenyataan sosial. Berpikir kritis akan masalah yang mengancam kesatuan bangsa sudah seharusnya disadari dan diwujudkan dalam kehidupan 7

bermasyarakat seperti tertuang dalam Tri Dharma perguruan tinggi yang menjadi tanggung jawab yaitu, Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian. Dalam pelaksanaan kegiatan Ekspedisi, mahasiswa sebagai salah satu komponen bangsa yang termasuk dalam masyarakat akademisi, memiliki kesempatan yang cukup luas dalam pelaksanaan kegiatan Ekspedisi NKRI. Mahasiswa dapat belajar memimpin dan dipimpin, menyusun, melaksanakan, mengevaluasi program, membuat serta menulis laporan dan berinteraksi dengan sesama komponen bangsa lainnya baik antar anggota tim Ekspedisi NKRI interdisipliner, institusional serta kemitraan dengan masyarakat luas. Dengan Pengenalan secara langsung pada kehidupan di daerah tujuan ekspedisi, mahasiswa dapat berinteraksi dan secara langsung merasakan bagaimana norma dan nilai yang berbeda dengan sukunya atau daerahnya. Melihat kenyataan bahwa di berbagai daerah mengalami masalah yang hampir serupa yaitu, kemiskinan, kemunduran dalam dunia pendidikan, memudarnya rasa nasionalisme, dan memudarnya kearifan lokal. Selanjutnya diharapkan dapat mendorong mahasiswa yang berkumpul dari berbagai suku untuk lebih membangun solidaritas dan membentuk sikap cinta tanah air serta kepedulian sosial dalam menjaga kekayaan bangsa Indonesia. Mahasiswa sebagai manusia muda, seringkali tidak mengukur resiko yang menimpa dirinya. Manusia dengan semangatnya adalah sebuah penggerak baik dalam dirinya maupun masyarakat untuk menuju perubahan seperti peran pemuda dalam perubahan orde baru menuju era reformasi. Dalam kegiatan Ekspedisi NKRI mahasiswa dibina mental dan fisiknya secara militer dengan latihan-latihan seperti berlari, mendaki gunung, jiwa korsa, team work untuk menjadikan karakter 8

pemuda yang mandiri dan dapat bertanggung jawab. Menciptakan karakter pemuda yang sehat jiwa dan jasmani dalam membangun kehidupan berbangsa. Mahasiswa sebagai individu memiliki hasrat, perasaan, emosi, nilai yang menjadi pembentuk kepribadiannya sejak awal. Stimulasi dari lingkungan sekitarnya yang membentuk penilaian seseorang terhadap nilai-nilai yang dipegangnya. Pertama kali individu mendapatkan pengenalan nilai dari lingkungan keluarga sebagai internalisasi dalam sosialisasi primer. Internalisasi merupakan proses yang berlangsung sepanjang hayatnya. internalisasi yang dilakukan dalam kegiatan ekspedisi ini merupakan internalisasi dalam sosialisasi sekunder. Berger dan Luckmann (Manuaba, 2011) mengatakan sosialisasi primer, akan berakhir manakala konsep tentang orang lain pada umumnya (dan segala sesuatu yang menyertainya) telah terbentuk dan tertanam dalam kesadaran individu. Ia sudah merupakan anggota masyarakat dan secara subjektif telah memiliki suatu diri dan sebuah dunia. Namun, internalisasi masyarakat, identitas, dan kenyataan, tidak terjadi sekali jadi dan selesai tuntas. Sosialisasi tidak pernah total dan tidak pernah selesai. Hal ini menghadapkan pada dua masalah lain, yakni: pertama, bagaimana kenyataan yang sudah diinternalisasi dalam sosialisasi primer dipertahankan dalam kesadaran; kedua, bagaimana sosialisasi berikutnya berlangsung. Dalam hal ini, ada kecenderungan dalam masyarakat--yang khasanah pengetahuannya sederhana--tidak akan terjadi sosialisasi lebih lanjut. Setiap masyarakat memiliki pembagian kerja sehingga adanya distribusi pengetahuan yang berbeda, dan menyebabkan adanya sosialisasi sekunder. 9

Berger dan Luckmann (Manuaba, 2011) menegaskan bahwa sosialisasi sekunder adalah sosialisasi sejumlah subdunia kelembagaan, atau yang berlandaskan lembaga. Lingkup jangkauan dan sifat sosialisasi ini, ditentukan oleh kompleksitas pembagian kerja dan distribusi pengetahuan dalam masyarakat yang menyertainya. Sosialisasi sekunder adalah proses memperoleh pengetahuan khusus sesuai dengan peranannya (role specific knowledge), dan peranan ditentukan berdasarkan pembagian kerja. Dalam Ekspedisi NKRI sebagai suatu bagian sosialisasi sekunder dalam menanankam nilai kebangsaan. Bahwa individu mendapatkan pendidikan dan pengajaran tentang berbagai perbedaan nilai, yang berebeda dari nilai yang didapatnya dari sosialisasi primer dikeluarganya. Seperti halnya korupsi yang terjadi karena proses internalisasi nilai yang salah sehingga mendukung seseorang melakukan korupsi. Dewasa ini, penting dan perlu adanya penanaman nilai kebangsaan pada diri generasi muda atau pemuda saat ini. Internalisasi nilai kebangsaan pada kegiatan Ekspedisi NKRI 2015 berusaha agar peserta mengenal dan menerima nilai budaya dan karakter bangsa sebagai milik dan bertanggung jawab atas keputusannya. Peserta mengenal, menilai, menentukan pendirian dan menjadikan nilai tersebut sesuai keyakinan diri menjadi suatu proses berpikir, bersikap dan berbuat. Proses internalisasi tersebut dalam pengamatan peneliti selama mengikuti kegiatan Ekspedisi NKRI 2015 menjadi suatu ketertarikan. Sehingga Peneliti merasa tertarik dengan permasalahan tersebut dan mengangkat judul Internalisasi Nilai Kebangsaan Terhadap Mahasiswa Peserta Ekspedisi NKRI Koridor Kepulauan Nusa Tenggara 2015 sebagai penelitian. 10

1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan Uraian yang sudah dikemukakan pada latar belakang diatas, maka dapat dibuat beberapa rumusan masalah yaitu : 1. Bagaimana Internalisasi nilai Kebangsaan terhadap mahasiswa peserta kegiatan Ekspedisi NKRI Koridor Kepulauan Nusa Tenggara 2015? 2. Bagaimana tahapan perjalanan dan rute perjalanan Ekspedisi NKRI Koridor Kepulauan Nusa Tenggara 2015 1.3 Tujuan Penelitan Penelitian merupakan bagian pokok ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk lebih mendalami segala aspek kehidupan, disamping itu juga merupakan sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, baik dari segi teoritis maupun praktis. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Mengetahui tentang Internalisasi yang terjadi dalam kegiatan Ekspedisi NKRI Koridor Kepulauan Nusa Tenggara 2015. 2. Mengetahui tahapan dan rute perjalanan Ekspedisi NKRI Koridor Kepulauan Nusa Tenggara 2015. 1.4 Manfaat Penelitian Setiap penelitian mampu memberikan manfaat, baik untuk diri sendiri, orang lain maupun ilmu pengetahuan. Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: 1.4.1 Manfaat Teoritis 11

1. Hasil penelitian ini diharapkan agar dapat menambah wawasan kajian ilmiah dari mahasiswa khususnya bagi mahasiswa departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara serta dapat memberikan informasi kepada para pembaca tentang Internalisasi Nilai Kebangsaan terhadap mahasiswa dalam kegiatan Ekspedisi NKRI 2015. 2. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberi pengetahuan atau informasi tentang kegiatan Ekspedisi NKRI 2015 dalam menginternalisasikan nilai kebangsaan pada mahasiswa. Dalam Ilmu Sosiologi diharapkan dapat menambah referensi hasil penelitian tentang nilai kebangsaan. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi organisasi penyelenggara kegiatan Ekspedisi NKRI dapat mengetahui tentang proses internalisasi nilai kebangsaan yang dapat digunakan untuk meningkatkan dan mempertahankan nilai-nilai positif dalam kegiatan tersebut. 2. Bagi peserta mahasiswa sebagai bahan masukan sebelum mengikuti kegiatan tersebut. 1.5 Definisi Konsep 1.5.1 Internalisasi Internalisasi adalah proses menanamkan, membudayakan dan menumbuhkan suatu nilai atau budaya pada seseorang, sehingga orang tersebut dapat menghayati dan memaknai nilai atau budaya yang 12

membentuk pola pikirnya dalam melihat makna realitas di sekelilingnya dan mampu mempraktekkan nilai tersebut dalam perilakunya. Internalisasi terjadi dalam kehidupan manusia yang berlangsung sepanjang hidupnya, melalui bertambahnya pengetahuan, pengalaman, dan pembelajaran yang berlangsung sepanjang kehidupan manusia. Jika suatu proses internalisasi berhasil maka seseorang sudah mampu melekatkan nilai dan norma yang diterimanya dalam kehidupan kesehariannya dengan kesadaran dan tanpa paksaan. Jika terjadi pada anggota suatu kelompok maka seorang individu akan mampu mengidentifikasi perilaku kelompok dan mematuhi sistem norma kelompok termasuk sikap sosial yang dimiliki kelompok yang berkaitan. Dalam penelitian ini Internalisasi yang dimaksud adalah proses internalisasi atau penanaman nilai kebangsaan yang terjadi pada mahasiswa dalam kegiatan Ekspedisi NKRI 2015. Internalisasi yang terjadi berupaya agar peserta mengenal dan menerima nilai kebangsaan dan disadari peserta sehingga peserta dapat bersikap sesuai nilai yang di Internalisasikan. 1.5.2 Nilai Kebangsaan Nilai-nilai dasar kebangsaan bersumber dari nilai-nilai budaya yang dimiliki bangsa itu. Mewujudkan diri menjadi dasar negara, ideologi nasional, dan jati diri bangsa. Sebagai jati diri bangsa, nilai-nilai kebangsaan merupakan nilai yang diwujudkan dengan sikap dan berperilaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai-nilai kebangsaan Indonesia adalah sistem nilai yang bersumber dari dan mengakar dalam budaya bangsa Indonesia yang menjadi ideologi 13

bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Sebagai dasar negara nilai-nila kebangsaan tersebut melandasi segala kegiatan pemerintahan negara, baik dalam pengelolaan maupun dalam membangun hubungan kerjasama dengan negara lain, serta menjadi etika bagi penyelenggara negara. Disamping berlandaskan Pancasila, secara konsekuensi dalam menjaga sendi-sendi utama lainnya, yakni Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Dimana masing-masing mengandung nilai-nilai kebangsaan yang telah disepakati bersama dalam berjalannya pembangunan bangsa Indonesia. Kita sebgai bangsa diharuskan mentransformasikan nilai-nilai tersebut ke dalam sikap dan perilaku nyata baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dalam penelitian ini nilai-nilai kebangsaan yang dimaksud adalah, nilai toleransi (kesediaan bekerjasama dengan berbeda suku), nilai solidaritas (kerjasama antara sipil dan militer dalam menjaga kedaulatan rakyat), mengenal wilayah Indonesia, memperteguh ke-bhineka-an bangsa Indonesia, peduli Lingkungan, dan cinta tanah air. 1.5.3 Mahasiswa Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan tinggi. Mahasiswa merupakan satu golongan dari masyarakat yang mempunyai dua sifat, yaitu manusia muda dan calon intelektual, dan sebagai calon intelektual, mahasiswa harus mampu untuk berpikir kritis terhadap kenyataan sosial, sedangkan sebagai manusia muda, mahasiswa 14

seringkali tidak mengukur resiko yang menimpa dirinya. Mahasiswa dalam peraturan pemerintah RI No.30 tahun 1990 adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu, mahasiswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang mengikuti Ekspedisi NKRI 2015. Mahasiswa dipilih menjadi anggota Ekspedisi NKRI karena merupakan pemuda yang intelektual dan merupakan komponen pembangunan bangsa, yang seharusnya memiliki wawasan kebangsaan dalam menghayati nilai-nilai kebangsaan. Selain itu seorang mahasiswa yang berbasis semangat Tri Dharma Pengguruan Tinggi menjalankan tugasnya dalam hal pengabdian kepada masyarakat. Namun yang marak terjadi mahasiswa mengalami kemerosotan nilai-nilai kebangsaan, sehingga perlu mendapatkan perhatian. 1.5.4 Ekspedisi Ekspedisi merupakan suatu perjalanan yang dilakukan untuk menjelajahi atau meneliti suatu wilayah dengan tujuan menemukan hal-hal baru, mengkaji ulang fakta-fakta, dan menyelidiki suatu informasi. Perjalanan yang dilakukan biasanya berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama untuk menghasilkan pengetahuan baru tentang suatu wilayah. Kegiatan Ekspedisi NKRI 2015 yang dilaksanakan KOPASSUS dengan melibatkan TNI beserta POLRI dan beberapa elemen masyarakat, Akademisi dan Pemerintah Pusat maupun Daerah. Kegiatan yang berlandaskan rasa cinta dan bangga terhadap bangsa Indonesia, berinisiatif untuk menggali potensi sumber daya alam di wilayah Indonesia baik berupa budaya, kehutanan, flora fauna, bahan tambang, sumber energi 15

terbaru dan pengabdian masyarakat supaya tercatat oleh putra-putri bangsa Indonesia. Sekaligus menanamkan nilai-nilai kebangsaan pada peserta ekspedisi. Ekspedisi ini adalah penyelenggaraan yang kelima diadakan di wilayah Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan nama Ekspedisi NKRI Koridor Kepulauan Nusa Tenggara 2015. Terbagi kedalam 8 (delapan) SubKorwil atau wilayah yang menjadi pusat penelitian, seperti halnya kegiatan ekspedisi lainnya Ekspedisi NKRI juga dilakukan dengan menjelajah dan meniliti pada suatu wilayah dalam menemukan informasi atau data. 16