BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia,

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi]

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Purwadany Samuel Pouw, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Welly Yulianti, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, untuk

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. buatan. Diperairan tersebut hidup bermacam-macam jenis ikan. Hal ini merupakan

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

PROFILE DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tabel 1.1 Luas Hutan Mangrove di Indonesia Tahun 2002 No Wilayah Luas (ha) Persen

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

BAB 1 PENDAHULUAN. global saat ini. Sektor ini bahkan berpeluang mengurangi dampak krisis karena masih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. luas dan garis pantai yang panjang menjadi daya dukung yang sangat baik untuk

BAB I PENDAHULUAN. pantai mencapai km dengan luas wilayah laut sebesar 7,7 juta km 2

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi pasca krisis ekonomi saat ini, sub sektor perikanan merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat prioritas utama dalam pembangunan nasional karena. pembangunan ekonomi diharapkan dapat menjadi motor penggerak

I. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. mangrove di Indonesia mencapai 75% dari total mangrove di Asia Tenggara, seperti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan (sustainabel development) merupakan alternatif pembangunan yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau

I. PENDAHULUAN. 4,29 juta ha hutan mangrove. Luas perairan dan hutan mangrove dan ditambah dengan

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Dusun Bauluang termasuk salah satu Dusun di Desa Mattirobaji. Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar dan

Bab IV Deskripsi Tambak Silvofishery di Desa Dabung

Majalah Aplikasi Ipteks NGAYAH : Volume 5, Nomor 1, Juli 2014 ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan usaha diseluruh penjuru Indonesia yang bebas

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%)

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dan beragam, mulai dari sumberdaya yang dapat diperbaharui

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dan maritim terbesar di dunia. Selain

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN Latar Belakang...

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu

2014 KAJIAN KUALITAS AIR TANAH DI SEKITAR KAWASAN BUDIDAYA IKAN PADA KERAMBA JARING APUNG DI WADUK JATILUHUR KABUPATEN PURWAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, maka secara

KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR

Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. lahan budidaya sehingga dapat meningkatkan jumlah lapangan kerja untuk

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

ANALISIS USAHATANI PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI DAN PENGEMBANGANYA DI CV. GELONDONGAN VANNAMEI DESA BANJARSARI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Kepiting bakau (Scylla serrata) dapat dijumpai hampir di seluruh perairan pantai. Kepiting

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa.

Bab V Kajian Keberlanjutan Penerapan Sistem Silvofishery dalam Pengelolaan Ekosistem Mangrove Di Desa Dabung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Wilayah pesisir mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan

Gambar 6. Peta Kabupaten Karawang

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Udang merupakan salah satu komoditas primadona di sub sektor perikanan yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Secara fisik Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia

I PENDAHULUAN Latar Belakang

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2015 HUBUNGAN SIFAT LAHAN SAWAH DENGAN PRODUKTIVITAS PADI DI KAWASAN PESISIR KECAMATAN PASEKAN KABUPATEN INDRAMAYU

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah laut Indonesia dikelilingi garis pantai sepanjang km yang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar sekali. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Dunia atau bumi adalah planet ketiga dari matahari yang merupakan planet

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 70% wilayah perairan dengan daya dukung lingkungan yang

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Agribisnis merupakan serangkaian kegiatan yang terkait dengan upaya

AGROBISNIS BUDI DAYA PERIKANAN KABUPATEN CILACAP

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

Gambar 1. Produksi Perikanan Tangkap, Tahun (Ribu Ton) Sumber: BPS Republik Indonesia, Tahun 2010

berbagai macam sumberdaya yang ada di wilayah pesisir tersebut. Dengan melakukan pengelompokan (zonasi) tipologi pesisir dari aspek fisik lahan

Budidaya ikan sistem karamba jaring apung di Waduk Kedungombo Kabupaten Boyolali. Sutini NIM K UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur. Wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki beragam masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sungai Asahan secara geografis terletak pada ,2 LU dan ,4

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut

BAB I PENDAHULUAN. Kerusakan hutan mangrove di Indonesia, kini semakin merata ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN. besar dan dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu mereka yang bertempat tinggal

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk. meningkatkan taraf hidup manusia. Aktivitas pembangunan tidak terlepas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. dibentuk oleh berbagai komponen biotik dan abiotik, komponen-komponen ini saling

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya

I. PENDAHULUAN. Tahun Budidaya Laut Tambak Kolam Mina Padi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia, dengan sekitar 18. 110 buah pulau, yang terbentang sepanjang 5.210 Km dari Timur ke Barat sepanjang khatulistiwa, dan 1.760 Km dari Utara ke Selatan. Keadaan ini menjadikan Indonesia mempunyai panjang garis pantai ± 81.791 Km. Indonesia mempunyai keanekaragaman hayati yang cukup besar seperti hutan mangrove, terumbu karang, ikan, mamalia, reptilian, dan berbagai jenis moluska. Kesemua potensi sumber daya laut tersebut merupakan salah stu modal dalam pembangunan nasional. Sumber daya laut tersebut tentunya dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dalam rangka kesejahtraan manusia. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya tidak lepas dari lingkungan hidup sekitarnya. Lingkungan hidup manusia tersebut menyediakan berbagai sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Lingkungan hidup setiap wilayah dipermukaan bumi ini memiliki ciri khas masing masing. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor fisik yang mendukung seperti iklim, geologi, hidrologi, morfologi, tanah dan vegetasi. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Nursid Sumaatmadja (1989:26) bahwa lingkungan atau lingkungan hidup, termasuk yaitu tanah, air, udara, mineral, organisme, manusia serta makhluk hidup lannya. Persayaratan tersebut menunjukan 1

2 bahwa di lingkungan fisik yang berbeda akan berpengaruh terhadap aktivitas manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam yang ada di sekitarnya. Wilayah pantai merupakan sumber daya yang banyak menghidupi masyarakat yang bermukim di sekitarnya, yaitu sumber daya perikanan, baik perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Untuk perikanan tangkap, prosesnya di peroleh langsung dari laut, dengan cara penangkapan secara langsung di laut lepas. Sedangkan untuk perikanan budidaya, prosesnya diperoleh dengan cara membudidayakan ikan atau udang di tambak. Sumber daya perikanan tersebut, apabila dimanfaatkan secara optimal maka akan dapat meningkatkan tingkat sosial ekonomi atau tingkat kesejahteraan yang tinggi, sehingga mereka dapat hidup layak. Peningkatan kesejahteraan tersebut dapat dicapai dengan cara meningkatan produksi yang ada di wilayah tersebut, dalam hal ini adalah budidaya tambak udang wndu. Lokasi usaha budidaya tambak udang windu ini berada di Kabupaten Karawang yang berada di bagian Utara Provinsi Jawa Barat yang secara geografis terletak di 107 02-107 40 BT dan antara 5 56-6 34 LS memiliki luas wilayah 1.753,27 Km². Daerah ini berbatasan langsung dengan Laut Jawa di sebelah utara, Kabupaten Subang di sebelah timur, Kabupaten Purwakarta di sebelah tenggara, Kabupaten Bogor dan Cianjur di sebelah selatan, Kabupaten Bekasi di sebelah barat. Kabupaten Karawang mempunyai potensi sumberdaya perikanan, kelautan dan peternakan yang cukup besar. Untuk bidang perikanan, khususnya perikanan tangkap. Kabupaten Karawang memiliki potensi ikan yang beraneka ragam serta mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Potensi perikanan yang dikembangkan di

3 Kabupaten Karawang, antara lain : budidaya ikan tambak / air payau (bandeng dan udang ), budidaya ikan air tawar, dan perikanan hasil tangkap. Udang windu (Penaeus monodon) merupakan salah satu unggulan komoditas perikanan yang saat ini sudah mulai menampakan peningkatan sejak keterpurukannya beberapa tahun yang lalu, dimana dahulu pernah menjadi andalan penghasil devisa Negara. Dalam kondisi perekonomian yang cukup sulit usaha budidaya perikanan air payau tetap menunjukan semangat agar dapat memperoleh hasil berlipat ganda yang akan meningkatkan penjualan udang windu. Pangsa produksi udang windu tersebar di seluruh Nusantara, sehingga Indonesia memiliki sumber daya, usaha pemanfaatan dan prospek pengembangan budidaya yang sangat cerah. Wilayah wilayah pantai potensial untuk dikembangkan menjadi usaha pertambakan di Indonesia seluas 188.257 hektar dimana sekitar 43.270 hektar (15%) terletak di Provinsi Jawa Barat. Sementara itu, permintaan pasar dunia akan udang windu mengalami peningkatan sebesar 50.000 ekor 70.000 ekor ton / tahun menjadi 3 juta ton / tahun. Untuk Kabupaten Karawang sendiri budidaya udang windu sangat potensial karena didukung oleh panjang pantai yang terbentang di bagian utara sepanjang 84,23 km, serta hutan mangrove seluas 8.736 ha. Untuk bidang perikanan budidaya, Kabupaten Karawang memiliki potensi tambak sekitar 18.273,40 ha, dan baru dimanfaatkan sekitar 13.404,99 ha, selain tambak Kabupaten Karawang memiliki potensi kolam budidaya dengan luas 1.276,60 980,00 ha, dan baru dimanfaatkan 980 ha. (Sumber Data : Buku Potensi dan Produksi Perikanan, Kelautan dan Peternakan Tahun 2008 Kabupaten Karawang)

4 Adapun hasil produksi ikan di Kabupaten Karawang pada tahun 2008 mencapai 36.954,56 ton mengalami kenaikan sekitar 7.70% dibandingkan dengan tahun 2007 yang berjumlah 34,311.30 ton, terdiri dari produksi ikan tambak 33.985,91 ton, ikan kolam 2.158,58 ton, ikan sawah 651,91 ton, ikan KJA 160,16 ton dan untuk produksi Udang Windu sendiri sebesar 1,430.70 ton pada tahun 2007 dan naik sebesar 5,415.90 ton pada tahun 2008 yang tersebar di sembilan kecamatan dan salah satunya di Kecamatan Pedes, tepatnya berada di Desa Sungai Buntu. (Sumber Data : Buku Potensi dan Produksi Perikanan, Kelautan dan Peternakan Tahun 2008 Kabupaten Karawang) Uji coba budidaya udang di Karawang, pertama kali dilaksanakan pada tahun 1982, di Desa Sungai Buntu, Kecamatan Pedes. Tambak udang itu muncul di Karawang setelah adanya pelarangan penggunaan jaring trawllarad pada tahun 1981, sehingga produksi udang di Karawang dialihkan menjadi budidaya udang. Salah satu budidaya udang tersebut adalah budidaya udang windu. Budidaya udang windu sendiri bagi masyarakat di Desa Sungai Buntu Kecamatan Pedes merupakan salah satu sumber mata pencaharian yang penting, namun begitu budidaya udang windu tidak mudah dilaksanakan karena udang windu sangat rentan terhadap serangan penyakit dan prosesnya yang panjang mulai dari sistem pengairannya yang menggunakan sistem water close, yaitu air yang dibuang hanya sedikit. Buangan air di tampung dalam tandon. Selanjutnya air akan kembali mengisi tambak. Untuk menjaga agar penyakit tidak ikut masuk, air yang dialirkan ke tambak melalui saringan plankton. Ketinggian air dijaga antara 60 hingga 80 sentimeter. Kincir angin

5 dipasang di tambak sebagai sarana untuk menetralisir ph air. Selain itu, pemberian pakannya juga harus dijaga. Kunci sukses budidaya udang windu dimulai dari persiapan awal. Tanahnya harus lempung berpasir. Untuk meningkatkan kualitas air, dilakukan aplikasi probiotik dan pemupukan yang tujuannya untuk meningkatkan nutrien yang dibutuhkan plankton. Pengendalian hama dilakukan dengan metode bioteknologi. Kegagalan budidaya udang windu kebanyakan karena tidak dapat mengendalikan perkembangan plankton di tambak. Untuk mengatasinya, digunakan bakteri sebagai pengurai untuk menyeimbangkan pertumbuhan plankton. Setelah berusia 100 hingga 120 hari, udang windu dapat dipanen. Untuk satu tambak dapat menghasilkan udang sebanyak 2 ton. Udang yang sehat dapat dilihat dari penampilan fisiknya yang sempurna, mulai dari kepala hingga ekor. Udang yang ditangkap kemudian dikumpulkan di kotak plastik. Setelah dikumpulkan, udang windu kemudian dibawa ke tempat pembersihan. Sebelum dibersihkan udang windu direndam di dalam air dingin agar kesegarannya terjaga. Setelah direndam, barulah udang dibersihkan. Selanjutnya udang disortir berdasarkan ukuran. Hanya udang yang sehat dan ukurannya memenuhi syarat saja yang dipilih untuk dikirim ke pasaran. Pembeli utamanya dari Jepang. Harganya dikategorikan berdasarkan ukuran. Mulai dari ukuran 30 seharga 58 ribu rupiah per Kg, hingga ukuran 100 seharga 120 ribu rupiah per Kg. Keuntungan yang didapat memang cukup besar, sehingga secara tidak langsung budidaya udang windu bisa menciptakan lapangan pekerjaan. Sumitro (1975 :59), mengemukakan bahwa Penciptaan lapangan kerja pada dasarnya menciptakan dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Budidaya udang windu

6 sendiri tidak lepas dari berbagai masalah dimana proses yang panjang dan biaya pemeliharaan yang sangat mahal menyebabkan tidak sedikit pemilik tambak yang gulung tikar dalam usaha budidaya udang windu. Berdasarkan permasalahan dan penelitian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti dan mengkaji Kontribusi Budidaya Tambak Udang Windu Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Petambak di Desa Sungai Buntu Kecamatan Pedes Kabupaten Karawang sebagai bahan untuk penelitian skripsi. B. Rumusan Masalah Permasalah pokok dalam penelitian ini adalah Kontribusi Budidaya Tambak Udang Windu Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Petambak di Desa Sungai Buntu Kecamatan Pedes Kabupaten Karawang untuk membatasi ruang lingkup penelitian sehingga pembahasan materi tidak meluas dan penelitian yang dilakukan menjadi terfokus, maka peneliti membuat sebuah rumusan masalah dalam bentuk-bentuk pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana usaha budidaya tambak udang windu di Desa Sungai Buntu? 2. Faktor-faktor geografis yang mendukung budidaya tambak udang windu di Desa Sungai Buntu? 3. Bagaimana kontribusi budidaya tambak udang windu terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat petambak di Desa Sungai Buntu?

7 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi usaha budidaya tambak udang windu di Desa Sungai Buntu. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor geografis yang mendukung budidaya tambak udang windu di Desa Sungai Buntu 3. Mengidentifikasi kontribusi budidaya tambak udang windu terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di Desa Sungai Buntu. D. Manfaat Penelitian Adapun di dalam penelitian ini manfaat yang dapat diberikan adalah sebagai berikut : 1. Diperolehnya data dan informasi mengenai usaha budidaya tambak udang windu di Desa Sungai Buntu Kecamatan Pedes Kabupaten Karawang 2. Sebagai saran dan bahan pertimbangan bagi Pemda atau Instansi terkait mengenai faktor-faktor geografis yang mendukung budidaya tambak udang windu di Desa Sungai Buntu, dan kontribusi budidaya tambak udang windu terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di Desa Sungai Buntu Kecamatan Pedes Kabupaten Karawang 3. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang budidaya tambak udang windu.

8 E. Definisi Operasional Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam pengertian judul penelitian, maka penulis mendefinisikannya sebagai berikut : 1. Budidaya udang windu adalah kegiatan pembesaran udang windu yang dimulai dari persiapan tambak, penebaran benur, pengelolaan air dan pakan, pembersihan kotoran, pencegahan dan pemberantasan hama, dan pengambilan hasil (panen) serta kendala dan upaya yang dihadapi dalam proses budidaya tambak udang windu. 2. Kontribusi yang dimaksud dalam penelitian adalah berbagai peranan atau sumbangan yang diberikan oleh usaha budidaya tambak udang windu, terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat petambak di Desa Sungai Buntu Kecamatan Pedes Kabupaten Karawang. 3. Kondisi sosial ekonomi adalah keadaan hidup semua orang yang hidupnya tergantung pada usaha budidaya tambak udang windu. Parameter kondisi sosial ekonomi yang diukur yaitu : pendapatan, pendidikan, kesehatan, kondisi tempat tinggal, dan kepemilikan fasilitas hidup. - Pendapatan adalah perolehan barang atau uang yang diterima atau dihasilkan oleh seorang petambak dari hasil tambaknya per tahun. - Pendidikan petambak diukur berdasarkan jenjang/tingkat pendidikan yang dimiliki keluarga petambak.

9 - Kesehatan masyarakat diukur melalui jasa kesehatan yang digunakan oleh keluarga petambak dan juga dari tingkat konsumsi makanan keluarga petambak. - Kondisi tempat tinggal diukur berdasarkan tiga kategori yaitu rumah permanen, rumah semi permanen, dan tidak permanen. - Kepemilikan fasilitas hidup, ini diukur dengan melihat fasilitas apa saja yang sudah dimiliki oleh petambak.