I. PENDAHULUAN. Produksi ubi jalar di Indonesia pada tahun 2013 dilaporkan sebesar ton

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Ubi jalar ungu (Ipomea batatas L. Poir) mengandung antosianin yang bermanfaat

I. PENDAHULUAN. Pemanfaatan ubi jalar ungu sebagai alternatif makanan pokok memerlukan

I PENDAHULUAN. diantaranya adalah umbi-umbian. Pemanfaatan umbi-umbian di Indonesia belum

BAB I PENDAHULUAN. sehingga tidak hanya menginginkan makanan yang enak dengan mouthfeel yang

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar merupakan sumber karbohidrat yang banyak mengandung pati

PENDAHULUAN. penduduk sehingga terjadi masalah hal ketersediaan pangan. Ketergantungan pada

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan daerah penghasil ubi kayu terbesar di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2007 BPS mencatat rata-rata konsumsi ubi jalar orang Indonesia

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan tepung terigu di Indonesia saat ini terus meningkat. Asosiasi Produsen

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pati merupakan polisakarida yang terdiri atas unit-unit glukosa anhidrat.

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar mengandung karbohidrat sebanyak 27,9 g yang dapat menghasilkan

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar adalah salah satu komoditas pertanian yang bergizi tinggi, berumur

I. PENDAHULUAN. Singkong ( Manihot esculenta) merupakan salah satu komoditas yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. bumi. Karena dengan memahami ciptaan-nya, keimanan kita akan senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. Orde Baru bersamaan dengan dibentuknya Bulog (Badan Urusan Logistik) pada

I. PENDAHULUAN. Permintaan tapioka di Indonesia cenderung terus meningkat. Peningkatan

I. PENDAHULUAN. Saat ini masyarakat mengkonsumsi mie sebagai bahan pangan pokok

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar merupakan jenis umbi-umbian yang dapat digunakan sebagai pengganti

I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

TINJAUAN PUSTAKA. empat di dunia. Ubi jalar merupakan salah satu sumber karbohidrat dan memiliki

I PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan palawija sumber karbohidrat yang memegang peranan penting kedua setelah beras.

KAJIAN SIFAT FISIKOKIMIA DAN SENSORI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas blackie) DENGAN VARIASI PROSES PENGERINGAN

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah umbi-umbian. Umbi-umbian dapat tumbuh dengan baik

II TINJAUAN PUSTAKA. yang sangat baik. Kandungan betakarotennya lebih tinggi dibandingkan ubi jalar

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Ubi jalar (Ipomea batatas L.) di Indonesia belum dianggap sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. berat kering beras adalah pati. Pati beras terbentuk oleh dua komponen yang

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

DAFTAR TABEL. 1. Kandungan gizi tepung ubi jalar per 100 g Karakteristik amilosa dan amilopektin... 11

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

I PENDAHULUAN. Pasta sebagai salah satu sumber karbohidrat merupakan jenis produk pangan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik oleh industri atau rumah tangga, sedangkan kapasitas produksi tepung terigu

BAB I PENDAHULUAN. kolagen alami hewan yang terdapat pada kulit, tulang, tulang rawan, dan

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesa Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. Indonesia merupakan negara yang rawan terkena bencana.

I. PENDAHULUAN. tahun. Menurut data FAO (2008), pada tahun konsumsi kentang. di Indonesia adalah 1,92 kg/kapita/tahun.

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing sebesar ton dan hektar. Selama lima

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap flavor dan berperan terhadap pembentukan warna.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit pada konsumen (Silalahi, 2006). Salah satu produk yang. makanan ringan, jajanan atau cemilan. Makanan ringan, jajanan atau

Bab I. Pendahuluan I-10 BAB I PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA. sebanyak 200 kuintal per hektar luas pertanaman kuintal per hektar luas pertanaman.

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. Indonesia memiliki beraneka ragam jenis umbi-umbian yang belum

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ketergantungan masyarakat terhadap tepung terigu untuk

BAB I PENDAHULUAN. ubi jalar merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA POHON (Manihot utilissima Pohl) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA HIDROLISIS AMILUM (PATI)

I. PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. beberapa asupan kedalam tubuh. Beberapa asupan yang dibutuhkan oleh tubuh

PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR

KARBOHIDRAT. Karbohidrat berasal dari kata karbon (C) dan hidrat atau air (H 2 O). Rumus umum karborhidrat dikenal : (CH 2 O)n

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Pertama. Tabel 6. Komposisi Kimia TDTLA Pedaging

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. seperti selulosa, hemiselulosa, dan pektin. Karbohidrat pada ubi jalar juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Energi Protein (KEP) merupakan salah satu. permasalahan gizi di Indonesia (Herman, 2007). Balita yang menderita KEP

PEMBUATAN GULA CAIR DARI PATI SINGKONG DENGAN MENGGUNAKAN HIDROLISIS ENZIMATIS

BAB I PENDAHULUAN. dan jagung, dan ubi kayu. Namun, perkembangan produksinya dari tahun ke tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. penderita DM pada tahun 2013 (2,1%) mengalami peningkatan dibandingkan

Karakteristik Dekstrin dari Pati Ubi Kayu yang Diproduksi dengan Metode Pragelatinisasi Parsial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. hemiselulosa dan lignin dan telah dikondensasi. Asap cair masih mengandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

BAB I PENDAHULUAN. Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah. dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. Dilihat dari karakter fisiknya, murbei merupakan buah yang berasa segar manis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBUATAN MIE KERING DARI TEPUNG KOMPOSIT (TERIGU DAN SERBUK UBI KAYU) YANG DIFORTIFIKASI TEPUNG KACANG TUNGGAK

I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan sumber daya tanaman umbi-umbian, termasuk aneka

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pengepresan (Abbas et al., 1985). Onggok yang dihasilkan dari proses pembuatan

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH:

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2010 mengimpor terigu sebesar kg, untuk tahun

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki potensi di sektor

BAB I PENDAHULUAN. baik di daerah tropis salah satunya yaitu tanaman munggur. Tanaman ini

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang

PRODUKSI DEKSTRIN DARI UBI JALAR ASAL PONTIANAK SECARA ENZIMATIS

BAB I PENDAHULUAN. bahan yang memiliki sifat rentan terhadap kerusakan oleh lingkungan luar dengan

I. PENDAHULUAN. selama penyimpanan (teroksidasinya senyawa fenol, perubahan warna), kurang praktis dalam penanganan, distribusi dan aplikasinya.

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

Produksi Glukosa Cair dari Pati Ubi Jalar Melalui Proses Likuifikasi dan Sakarifikasi Secara Enzimatis

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wilayah di permukaan bumi memiliki karakteristik dan ciri khasnya

Karakterisasi Tepung Ubi Kayu Modifikasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adhita Dwi Septiani, 2014

BAB I PENDAHULUAN. industri pangan karena mempunyai banyak kelebihan, diantaranya adalah proses

PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi

APLIKASI BAKTERI ASAM LAKTAT UNTUK MEMODIFIKASI TEPUNG SINGKONG SECARA FERMENTASI

BAB I PENDAHULUAN. berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah. Produksi ubi jalar di Indonesia pada tahun 2013 dilaporkan sebesar 2.366.410 ton dari luas lahan 166.332 Ha (BPS, 2013). Ubi jalar ungu ( Ipomea batatas) merupakan salah satu sumber karbohidrat utama di Indonesia yang menempati urutan ke empat setelah padi, jagung dan ubi kayu. Selain mengandung karbohidrat, kandungan antosianin ubi jalar ungu tergolong tinggi, sehingga hal ini merupakan salah satu keunggulan ubi jalar ungu dibandingkan jenis umbi yang lain. Antosianin bermanfaat bagi kesehatan karena berfungsi sebagai antioksidan, antihipertensi dan mencegah gangguan fungsi hati (Suda et al., 2003). Menurut Astawan dan Widowati (2005), ubi jalar ungu memiliki antosianin yang berkisar antara 51,5 sampai 174,7 mg/100gram. Pengolahan ubi jalar menjadi tepung dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam rangka menganekaragamkan produk olahan ubi jalar. Selain itu tepung ubi jalar fleksibel dalam penggunaannya, mudah dicampur (dibuat komposit) dan dapat diolah menjadi beraneka ragam produk makanan (Winarno, 2004). Tepung ubi

2 jalar dapat digunakan untuk produk rerotian, mie, makanan ringan, biskuit dan dapat mengurangi penggunaan tepung terigu. Menurut Suprapti (2009) masalah yang timbul akibat proses pembuatan tepung ubi jalar ungu yaitu penurunan kandungan antosianin ubi jalar ungu dan reaksi pencoklatan enzimatik yang disebabkan oleh enzim fenolase. Selain itu, aplikasi tepung tepung ubi jalar pada produk pangan mempunyai beberapa kelemahan seperti sifat fisiko-kimia, sehingga perlu dilakukan modifikasi terhadap tepung ubi jalar ungu pada saat pengolahan, sehingga menghasilkan tepung ubi jalar yang memiliki yang sifat yang lebih baik dan dapat diterima oleh konsumen. Modifikasi pati dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk memperbaiki sifat tepung ubi jalar, hal ini disebabkan tepung ubi jalar mengandung 60 % pati (Antarlina dan Utomo, 1999). Modifikasi pati dapat dilakukan secara fisik yaitu (gelatinisasi parsial) melalui pemanasan ubi jalar ungu sebelum ditepungkan menggunakan pemanasan drum berputar, pemanasan dapat menyebabkan sebagian pati tergradasi atau terfragmentasi menjadi polimer yang lebih pendek rantainya atau bahkan tergelatinisasi sebagian. Chung et al. (2006) mel aporkan apabila pemanasan dilakukan dengan suhu dan air yang terbatas maka pati akan tergelatinisasi sebagian. Surfiana et al. (2013) melaporkan bahwa tapioka yang dipanaskan pada suhu 90 o C pada berbagai kadar air menyebabkan sebagian pati terdegradasi menjadi dekstrin, hal ini menunjukkan bahwa pemanasan menyebabkan perubahan pada struktur pati, sehingga diharapkan dapat

3 memperbaiki sifat fungsional tepung ubi jalar ungu meliputi penampakan granula, kandungan antosianin, kapasitas antioksidan dan tingkat hidrolisis pati. Penelitian ini mengkaji penampakan granula pati, kandungan antosianin, kapasitas antioksidan dan tingkat hidrolisis enzimatis tepung ubi jalar ungu yang dibuat melalui proses gelatinisasi parsial dengan menggunakan pemanasan berputar pada suhu 90 o C dengan lama pemanasan 0, 15, 30, 45, 60 dan 75 menit. Oleh karena itu masalah yang dikaji adalah berapa lama waktu pemanasan yang terbaik untuk mendapatkan tepung ubi jalar ungu termodifikasi secara fisik namun kandungan antosianin dan kapasitas antioksidan dapat dipertahankan. B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengkaji pengaruh lama pemanasan terhadap penampakan granula pati, tingkat hidrolisis enzimatis, kandungan antosianin dan kapasitas antioksidan tepung ubi jalar ungu termodifikasi. 2. Menentukan lama pemanasan yang terbaik untuk mempertahankan kandungan antosianin dan kapasitas antioksidan tepung ubi jalar ungu termodifikasi C. Kerangka Pemikiran Upaya peningkatan kualitas tepung ubi jalar telah dilakukan oleh beberapa peneliti, seperti penggunaan enzim dan modifikasi secara asetilasi (Yadav et al.,

4 2007) dan modifikasi pati ubi jalar secara Heat Moisture Treatment (Pranoto et al., 2009), serta penambahan bahan kimia seperti sodium alginat. Metode modifikasi secara asetilasi maupun penambahan bahan kimia dapat memperbaiki sifat alami tepung dan pati ubi jalar, akan tetapi berpengaruh terhadap kestabilan antosianin ubi jalar ungu. Menurut Yadav et al. (2007), penggunaan enzim mampu memperbaiki karakteristik tepung ubi jalar ungu, tetapi metode ini kurang cocok diterapkan untuk industri rumah tangga dan industri kecil karena harus membeli enzim dengan harga yang relatif mahal, sehingga perlu dicari alternatif teknologi yang lebih sederhana. Modifikasi tepung secara fisik merupakan salah satu teknologi yang dapat diterapkan yaitu menggunakan pemanasan dalam pemanas berputar. Penggunaan pemanasan dalam drum berputar telah dilaporkan dapat memperbaiki kualitas tepung ubi kayu (Hidayat et al., 2009), akan tetapi penggunaannya dalam memodifikasi tepung ubi jalar ungu untuk memperbaiki sifat fisik kimia dan untuk mempertahankan kandungan antosianin yang tinggi dan kapasitas antioksidan tepung ubi jalar ungu belum pernah dilaporkan. Modifikasi tepung ubi jalar secara fisik menggunakan pemanasan dalam drum berputar dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada struktur pati yang akan mempengaruhi stabilitas antosianin ubi jalar ungu (Kim et al., 2012). Kandungan pati pada tepung ubi jalar sebesar 60 % (Antarlina dan Utomo, 1999), sehingga upaya perbaikan karakteristik tepung dapat dilakukan melalui perbaikan

5 karakteristik patinya. Salah satu metode untuk memperbaiki karakteristik pati adalah dengan proses gelatinisasi parsial. Gelatinisasi pati dipengaruhi oleh suhu, ketersediaan air dan lama pemanasan (Beynum dan Roels, 1985). Proses gelatinisasi parsial dapat dilakukan dengan cara pemanasan dengan kebutuhan air yang terbatas (Chung et al., 2006). Umumnya makanan bertepung selama proses pengolahan sebagian pati tidak tergelatinisasi, karena kadar air dan pemanasan tidak mencukupi. Kisaran suhu gelatinisasi pada ubi jalar yaitu 75-88 o C (Eliasson, 2004). Hidayat et al. (2009) melaporkan bahwa pembuatan tepung singkong menggunakan suhu 90 o C selama 90 menit dapat menggelatinisasi pati sebagian. Oleh karena itu suhu pemanasan yang ditetapkan pada penelitian ini yaitu suhu 90 o C dengan pengaturan lama pemanasan. Hernanto (2014) melaporkan lama pemanasan mempengaruhi penampakan granula pati dan derajat gelatinisasi. Proses gelatinisasi parsial menyebabkan terbentuknya lapisan ( film) karena perubahan pada amilosa amilopektin granula pati (Piyada et al., 2013), juga diharapkan pemanasan berputar dapat menggelatinisasi pati sebagian dan menjadi lapisan pelindung antosianin pada tepung ubi jalar. Kearsley and Dziedic (1995) menyatakan gelatinisasi parsial akan dihasilkan produk turunan pati terutama dalam bentuk dekstrin dan oligosakarida. Terbentuknya dekstrin selama proses pemanasan selain diharapkan dapat memperbaiki kualitas tepung ubi jalar juga diharapkan dapat mempertahankan kandungan antosianin, kapasitas antioksidan serta dapat menghidrolis pati menjadi gula-gula sederhana.

6 Menurut Yudiono (2011), semakin tinggi suhu akan mendorong terlepasnya bagian glikosil pada antosianin dengan menghidrolisis ikatan glikosidik, sehingga terbentuk aglikon tidak stabil dan selanjutnya antosianin kehilangan warna. Menurut Rhim (2002) stabilitas antosianin wortel pada pemanasan antara 70 o C dan 90 o C. Kumalaningsih (2006) meng atakan bahwa antosianin ubi jalar lebih stabil dibandingkan antosianin dari sumber lain seperti kubis merah, blueberries dan jagung merah. Khaldun et al. (2014) kestabilan warna ekstrak ubi jalar ungu mengalami penurunan terhadap lamanya waktu pemanasan pada suhu 100º C. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menentukan lama pemanasan dalam pemanas berputar yang terbaik pada suhu 90º C dengan 6 taraf waktu 0, 15, 30, 45, 60, dan 75 menit yang dapat digunakan untuk memodifikasi tepung ubi jalar ungu secara fisik agar pati ubi jalar tergelatinisasi sebagian, sedangkan kandungan antosianin dan kapasitas antioksidan dapat dipertahankan serta meningkatkan hidrolisis pati. D. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : 1. Lama pemanasan berpengaruh terhadap penampakan granula pati, tingkat hidrolisis enzimatis, kandungan antosianin dan kapasitas antioksidan tepung ubi jalar ungu termodifikasi. 2. Terdapat lama pemanasan yang terbaik untuk mempertahankan kandungan antosianin dan kapasitas antioksidan tepung ubi jalar ungu termodifikasi.