BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat

dokumen-dokumen yang mirip
BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 Februari Penanaman

I. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian Tanjung Selamat, Kecamatan Tuntungan, Kabupaten Deli Serdang

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dari Oktober 2013 sampai dengan Januari 2014.

MATERI DAN METODE. Urea, TSP, KCl dan pestisida. Alat-alat yang digunakan adalah meteran, parang,

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

PELAKSANAAN PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penanaman dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian,

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dilahan percobaan Fakultas Pertanian dan

III. BAHAN DAN MATODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai Agustus 2013 di

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO

BAHAN DAN METODE. 1. Studi Radiosensitivitas Buru Hotong terhadap Irradiasi Sinar Gamma. 3. Keragaan Karakter Agronomi dari Populasi M3 Hasil Seleksi

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

III. MATERI DAN METODE. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru, selama 3 bulan dimulai dari

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di lahan

III. MATERI DAN METODE

TATA CARA PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: cangkul, parang, ajir,

KERAGAMAN KARAKTER TANAMAN

III. MATERI DAN METODE

I. BAHAN DAN METODE. dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru,

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan di jalan Depag, Komplek Perumahan. Wengga 1 Blok B Nomor 54 Kelurahan Kasongan Lama, Kecamatan Katingan

III. MATERI DAN WAKTU

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan milik petani di Desa Dolat Rakyat-

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

III. BAHAN DAN METODE. Penanaman dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE

III. MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli sampai dengan Oktober 2013 di lahan

III. MATERI DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari sampai Mei. Baru Panam, Kecamatan Tampan, Kotamadya Pekanbaru.

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing NIP NIP Mengetahui : Ketua Program Studi Agroekoteknologi

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. MATERI DAN METODE. beralamat di Jl. H.R. Soebrantas No. 155 Km 18 Kelurahan Simpang Baru Panam,

I. MATERI DAN METODE. OT1 = Tanpa Olah Tanah OT2 =Olah Tanah Maksimum Faktor kedua :Mulsa (M)

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

BAHAN DAN METODE. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Kelurahan

Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Jawa Barat, dengan ketinggian 725 m di atas permukaan laut.

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

III. MATERI DAN METODE

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Labolatorium Lapangan Terpadu Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

PENDAHULUAN. telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE. Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian dilakukan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi,

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

III. MATERI DAN METODE. Laboratorium Agronomi. Waktu penelitian dilakaukan selama ± 4 bulan dimulai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Laboratorium Ilmu

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

III. MATERI DAN METODE

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret B. Penyiapan Bahan Bio-slurry

III. MATERI DAN METODE

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan memberi perlakuan (treatment) terhadap objek. penelitian serta adanya kontrol penelitian.

Transkripsi:

Tempat dan Waktu Penelitian BAHAN DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dilahan Pertanian, Fakultas Pertanian, Medan, dengan ketinggian tempat 25 meter di atas permukaan laut, yang di mulai dari bulan Agustus 2015 sampai dengan selesai. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai hasil radiasi sinar gamma Anjasmoro yang merupakan benih generasi ke-3, dengan taraf 100 Gy, 200 Gy dan 300 Gy sebagai objek yang diamati, kapur dolomit sebagai bahan tambahan untuk menggemburkan dan menetralkan ph tanah, pupuk kandang sebagai tambahan bahan organik, pupuk anorganik (Urea, KCl, TSP), insektisida untuk mengendalikan hama, fungisida untuk mengendalikan jamur, dan bahan-bahan lainnya yang mendukung penelitian ini. Alat yang digunakan adalah cangkul, parang, pacak sampel, handsprayer sebagai alat aplikasi insektisida dan fungisida, timbangan analitik, gembor, meteran untuk mengukur luas lahan dan tinggi tanaman, tali plastik, alat tulis, kalkulator, kertas label dan alat-alat lainnya yang mendukung penelitian ini. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan benih M 3 Anjasmoro hasil dari perlakuan iradiasi sinar gamma (I) dengan 3 taraf, yaitu : P 0 = Benih A 0 (Anjasmorodengan perlakuan kontrol) P 1 = Benih M 3 A 100 (Anjasmoro hasil dari perlakuan dosis radiasi 100 Gray) P 2 =Benih M 3 A 200 (Anjasmoro hasil dari perlakuan dosis radiasi 200 Gray) P 3 = Benih M 3 A 300 (Anjasmoro hasil dari perlakuan dosis radiasi 300 Gray) 13

Jarak Tanam Jumlah plot Ukuran plot Jarak antar plot : 40 cm x 20 cm : 16 plot : 100 cm x 100 cm : 50 cm Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam berdasarkan model linier sebagai berikut: Yij = µ + ρi + αj + Σij Yij = Hasil pengamatan blok ke-i akibat perbedaan aksesi tanaman jenis ke-j µ = Nilai tengah ρi αj = Efek dari blok ke-i = Efek perbedaan aksesi tanaman dari jenis ke-j Σij = Galat percobaan dari blok ke-i dan aksesi tanaman jenis ke-j Data dianalisis dengan analisis sidik ragam, perlakuan yang nyata dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf α=5% (Steel dan Torrie, 1995). σ² G h² = --------- σ ² P Heritabilitas σ ² G = varians Genotipe σ ² P = varians Fenotipe Kriteria heritabilitas adalah sebagai berikut : h 2 > 0,5 : tinggi h 2 0,2 0,5 : sedang h 2 < 0,2 : rendah (Stansfield, 1991 ). 14

Koefisien Keragaman Genotipe (KKG) σ²g X = akar kuadrat varians genotipe = nilai contoh suatu sifat Kriteria pembagian koefisiensi keragaman genotipe menurut Murdaningsih (1988 dalam Masnenah, 1997) sebagai berikut : 1. Rendah (KKG = 0 %-6.8%) 2. Agak Rendah (KKG= 6.9 %- 13.6 %) 3. Agak tinggi (KKG = 13.7 %- 22%) 4. tinggi (KKG > 22 %) Koefisien Keragaman Fenotipe (KKF) σf X = akar kuadrat varians fenotipe = nilai contoh suatu sifat Sedangkan kriteria pembagian koefisiensi keragaman fenotipe sebagai berikut: 1. Rendah (KKF = 0 % -5.4%) 2. Agak Rendah (KKF= 5.5 % - 10.84 %) 3. Agak tinggi (KKF = 10.85 % - 16%) 4. tinggi (KKF > 16 %) 15

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Persiapan lahan dilakukan dengan membersihkan vegetasi gulma, sampah/kotoran, bebatuan, dan bongkahan kayu. Tempat penelitian dekat dengan sumber air, bebas mendapat cahaya matahari dan areal tanam tidak tergenang air. Kemudian dibuat bedengan atau plot dengan ukuran 80 cm x 200 cm, kemudian dibuat saluran drainase antar plot atau bedengan dengan lebar 50 cm. Bedengan diolah menggunakan cangkul dan digemburkan pada tahap ke-2 dicampur dengan kompos. Penanaman Benih kedelai M 3 dengan 4 taraf, yaitu 0 Gy (Kontrol), 100 Gy, 200 Gy dan 300 Gy di rendam dalam air selama + 15 Menit. Lubang tanam dibuat dengan menggunakan tugal sedalam ± 3cm, dengan jarak tanam 40cm x 20cm. Dimana setiap lubang tanam dimasukkan 1 biji per lubang tanam kemudian ditutupi dengan kompos atau top soil. Pemupukan Pemupukan dilakukan pada saat awal penanaman sesuai dengan dosis anjuran kebutuhan pupuk kedelai yaitu 100 kg Urea/ha (0,625 g/lubang tanam), 200 kg TSP/ha (1,25 g/lubang tanam) dan 100 kg KCl/ha (0,625 g/lubang tanam). Pemeliharaan Tanaman Penyiraman Penyiraman dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi hari dan sore hari, disesuaikan dengan keadaan cuaca. 16

Penyiangan Penyiangan bertujuan untuk membebaskantanaman dari tanaman pengganggu (gulma).penyiangan dapat dilakukan dua kali tergantung kondisi, yaitu padasaat tanaman berumur 2-3 minggu dan 5-6minggu setelah tanam, tergantung pada keadaangulma. Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama dilakukan jika terjadi serangan, dengan menyemprotkan insektisida dengan konsentrasi 2 cc/liter air. Sedangkan pengendalian penyakit dengan menggunakan fungisida dengan dosis 2 cc/liter. Pengendalian disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Panen Panen dilakukan dengan cara memetik polong satu persatu dengan menggunakan tangan. Panen dilakukan pada tanaman yang berumur 76 85 hari. Kriteria panen kedelai ditandai dengan kulit polong sudah berwarna kuning kecoklatan sebanyak 95% dan daun sudah berguguran tetapi bukan karena adanya serangan hama dan penyakit. Parameter Pengamatan Kehijauan Daun Pengukuran tingkat Kehijauan daun dilakukan pada saat V 5 (masa vegetatif tertinggi sebelum memasuki fase generatif) dan R 6 (masa pementukan biji penuh dalam polong) dengan menggunakan alat yaitu, klorofil meter. Umur Tanaman Berbunga (hari) Pengamatan umurtanaman berbunga diamati tiap tanaman dilakukan apabilabunga telah keluar dari ketiak daun, diamati tiap tanaman. 17

Umur Panen (hari) Pengamatan umur panen dihitung ketika polong kedelai telah mencapai warna polong matang 90 % yang ditandai dengan warna kecoklatan pada polong. Tinggi Tanaman (cm) Pengukuran tinggi tanaman kedelai dilakukan hingga titik tumbuh batang utama pada akhir penelitian dengan menggunakan meteran. Jumlah Cabang Produktif per Tanaman (cabang) Cabang yang dihitung adalah cabang yang keluar dari batang utama dan dilakukan pada saat panen. Jumlah Polong Berisi per tanaman (polong) Polong berisi diamati saat panen, dengan cara menghitung polong yang berisi sempurna pada tiap tanaman. Jumlah Biji per Polong (biji) Jumlah biji dihitung dengan cara menghitung banyaknya biji yang terdapat dalam satu polong, dan biji yang dihitung adalah biji yang berisi sempurna. Caranya polong dibuka dan biji didalamnya dihitung tiap polong per tanaman. Bobot 100 Biji (g) Pengamatan dilakukan setelah panen, bobot dari 100 butir biji kering ditimbang dari setiap tanaman. Bobot Biji per Tanaman (g) Penimbangan dilakukan dengan menimbang seluruh biji per tanaman dari masing-masing perlakuan pada tanaman sampel dengan menggunakan timbangan analitik. 18

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kehijauan Daun Hasil pengamatan kehijauan daun beserta analisis sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 6 dan Lampiran 7 diketahui bahwa pada tanaman kedelai anjasmoro turunan ketiga hasil perlakuan dosis iradiasi sinar gamma tidak berbeda nyata terhadap peubah amatan tingkat kehijauan daun pada pengamatan masa vegetatif (V5), tetapi berbeda nyata pada pengamatan masa gen eratif (R6). Tabel 1. Rataan pengamatan tingkat kehijauan daun pada masa vegetative (V5) dan masa generatif (R6) dengan perlakuan tanaman kedelai anjasmoro turunan ketiga hasil iradiasi sinar gamma. Minggu pengamatan Perlakuan Masa Vegetatif (V 5 ) Masa Generatif (R 6 ) A 0 39,12 49,36a M 3 A 100 39,08 44,29c M 3 A 200 39,67 45,90b M 3 A 300 37,61 43,86c Keterangan : angka-angka dengan huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata pada uji Duncan pada taraf α = 5% Berdasarkan Tabel 1 pengamatan tingkat kehijauan daun pada masa generatif (R6) dapat dilihat bahwa rataan perlakuan tertinggi terdapat pada A 0 (49,36) yang berbeda nyata dengan M 3 A 200 (45,90) yang berbeda nyata denganm 3 A 100 (44,29) dan M 3 A 300 (43,86). Umur Berbunga Tanaman (HST) dan Umur Panen (HST) Hasil pengamatan umur berbunga tanaman beserta analisis sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 8 dan hasil pengamatan umur panen tanaman beserta analisis sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 9. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa pada tanaman kedelai anjasmoro turunan ketiga hasil perlakuan 19

dosis iradiasi sinar gamma berbeda nyata terhadap parameter umur berbunga dan umur panen tanaman. Tabel 2. Rataan pengamatan umur berbunga tanaman (HST) dan umur panen tanaman (HST) dengan perlakuan tanaman kedelai anjasmoro turunan ketiga hasil iradiasi sinar gamma. Perlakuan Umur berbunga (HST) Umur panen (HST) A 0 35,20b 89,25b M 3 A 100 36,50a 89,95b M 3 A 200 36,60a 89,80b M 3 A 300 36,75a 100,05a Keterangan : angka-angka dengan huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata pada uji Duncan pada taraf α = 5% Berdasarkan Tabel 2 pengamatan umur berbunga tanaman dapat dilihat bahwa rataan perlakuan tertinggi terdapat pada M 3 A 300 (36,75 HST), M3A200 (36,60 HST), dan M 3 A 100 (36,50 HST) yang berbeda nyata terhadap A 0 (35,20). Sedangkan untuk umur panen tanaman dapat dilihat bahwa rataan perlakuan tertinggi terdapat pada M 3 A 300 (100,05 HST) yang berbeda nyata terhadap M 3 A 100 (89,95 HST), M 3 A 200 (89,80 HST) dan M 3 A 0 (35,20 HST). Tinggi Tanaman (cm) dan Jumlah Cabang Produktif per Tanaman Hasil pengamatan tinggi tanaman beserta analisis sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 10. Sedangkan hasil pengamatan jumlah cabang tanaman beserta analisis sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 11. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa pada tanaman kedelai anjasmoro turunan ketiga hasil perlakuan dosis iradiasi sinar gamma tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman dan berbeda sangat nyata terhadap parameter jumlah cabang. 20

Tabel 3. Rataan tinggi tanaman (cm) dengan perlakuan tanaman kedelai anjasmoro turunan ketiga hasil iradiasi sinar gamma. Perlakuan Tinggi tanaman (cm) Jumlah cabang A 0 54,22 4,3c M 3 A 100 56,63 7,9b M 3 A 200 54,18 9,7a M 3 A 300 49,39 6,7b Keterangan : angka-angka dengan huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata pada uji Duncan pada taraf α = 5% Berdasarkan Tabel 3 pengamatan tinggi tanaman dapat dilihat bahwa perlakuan iradiasi sinar gamma dengan taraf yang berbeda tidak nyata terhadap tinggi tanaman kedelai anjasmoro. Sedangkan pada pengamatan jumlah cabang tanaman dapat dilihat bahwa rataan perlakuan tertinggi terdapat pada M 3 A 200 (9,7) yang berbeda nyata terhadap M 3 A 100 (7,9), M 3 A 300 (6,7) dan A 0 (4,3) tetapi pada perlakuan M 3 A 100 berbeda tidak nyata terhadap perlakuan M 3 A 300. Jumlah Polong Hasil pengamatan polong berisi 1 tanaman beserta analisis sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 12. Berdasarkan hasil analisis statistik diketahui pada generasi M 3 jumlah polong berisi 1, 2, 3,dan 4 berbeda nyata. Rataan jumlah polong berisi 1, 2, 3 dan 4 dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan polong berisi tanaman dengan perlakuan tanaman kedelai anjasmoro turunan ketiga hasil iradiasi sinar gamma. Perlakuan polong isi 1 polong isi 2 polong isi 3 polong isi 4 A 0 7,6b 36,6c 27,35b 0b M 3 A 100 9,25b 61,75b 38,9a 0,25ab M 3 A 200 16,3a 85,65a 42,75a 0,65a M 3 A 300 8,9b 53,2b 28,2b 0,35ab Keterangan : angka-angka dengan huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata pada uji Duncan pada taraf α = 5% 21

Berdasarkan Tabel 4 pengamatan polong berisi 1 tanaman dapat dilihat bahwa rataan perlakuan tertinggi terdapat pada M 3 A 200 (16,3) yang berbeda nyata terhadap M 3 A 100 (9,25), M 3 A 300 (8,9) dan A 0 (7,6) tetapi pada perlakuan M 3 A 100 berbeda tidak nyata terhadap perlakuan M 3 A 300 dan A 0. Pada polong berisi 2 tanaman dapat dilihat bahwa rataan perlakuan tertinggi terdapat pada M 3 A 200 (85,65) yang berbeda nyata terhadap M 3 A 100 (61,75) dan A 0 (36,6) tetapi pada perlakuan M 3 A 0 berbeda tidak nyata terhadap perlakuan M 3 A 300. Pada polong berisi 3 tanaman dapat dilihat bahwa rataan perlakuan tertinggi terdapat pada M 3 A 200 (42,75) yang berbeda nyata terhadap M 3 A 300 (28,2) dan A 0 (27,35) tetapi pada perlakuan M 3 A 200 berbeda tidak nyata terhadap perlakuan M 3 A 100. Serta polong berisi 4 tanaman dapat dilihat bahwa rataan perlakuan tertinggi terdapat pada M 3 A 200 (0,65) yang berbeda nyata terhadap M 3 A 300 (0,35), M 3 A 100 (0,25), dan A 0 (0) tetapi pada perlakuan M3A300 berbeda tidak nyata terhadap perlakuan M 3 A 100. Jumlah Polong Per Tanaman Hasil pengamatan jumlah polong per tanaman beserta analisis sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 16. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa pada tanaman kedelai anjasmoro turunan ketiga hasil perlakuan dosis iradiasi sinar gamma berbeda sangat nyata terhadap parameter jumlah polong per tanaman. 22

Tabel 5. Rataan jumlah polong per tanaman dengan perlakuan tanaman kedelai anjasmoro turunan ketiga hasil iradiasi sinar gamma. Perlakuan Rataan jumlah polong per tanaman A 0 71,55c M 3 A 100 110,15b M 3 A 200 145,4a M 3 A 300 90,65c Keterangan : angka-angka dengan huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata pada uji Duncan pada taraf α = 5% Berdasarkan Tabel 5 pengamatan bobot biji tanaman dapat dilihat bahwa rataan perlakuan tertinggi terdapat pada M 3 A 200 (145,4) yang berbeda nyata terhadap M 3 A 100 (110,15), M 3 A 300 (90,65), dan A 0 (75,55) tetapi pada perlakuan M 3 A 300 berbeda tidak nyata terhadap perlakuan M 3 A 0. Jumlah Biji per Polong (biji) Hasil pengamatan biji polong berisi 1 tanaman beserta analisis sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 17. Berdasarkan hasil analisis statistik diketahui pada generasi M 3 jumlah biji 1, 2, 3,dan 4 berbeda nyata. Rataan jumlah biji 1, 2, 3 dan 4 dapat dilihat pada Tabel 11 Tabel 6. Rataan biji polong berisi tanaman dengan perlakuan tanaman kedelai anjasmoro turunan ketiga hasil iradiasi sinar gamma. jumlah biji jumlah biji jumlah biji jumlah biji Perlakuan polong isi 1 polong isi2 polong isi3 polong isi4 A 0 7,6b 60,55c 68,95b 0b M 3 A 100 8,8b 108,65b 96a 0,65ab M 3 A 200 15,8a 148,95a 101,6a 1,7a M 3 A 300 8,2b 81,35c 56b 0,8ab Keterangan : angka-angka dengan huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata pada uji Duncan pada taraf α = 5% Berdasarkan Tabel 6 pengamatan biji polong berisi 1tanaman dapat dilihat bahwa rataan perlakuan tertinggi terdapat pada M 3 A 200 (15,8) yang berbeda nyata 23

terhadap M 3 A 100 (8,8), M 3 A 300 (8,2), dan A 0 (7,6) tetapi pada perlakuan M 3 A 300 berbeda tidak nyata terhadap perlakuan M 3 A 100 dan A 0. Pada biji polong berisi 2 tanaman dapat dilihat bahwa rataan perlakuan tertinggi terdapat pada M 3 A 200 (148,95) yang berbeda nyata terhadap M 3 A 100 (108,65), M 3 A 300 (81,35), dan A 0 (60,55) tetapi pada perlakuan M 3 A 100 berbeda tidak nyata terhadap perlakuan M 3 A 300. Padabiji polong berisi 3 tanaman dapat dilihat bahwa rataan perlakuan tertinggi terdapat pada M 3 A 200 (101,6) yang berbeda nyata terhadap A 0 (68,95) dan M 3 A 300 (56) tetapi pada perlakuan M 3 A 200 berbeda tidak nyata terhadap perlakuan M 3 A 100 dan perlakuan A 0 berbeda tidak nyata terhadap perlakuan M 3 A 300. Dan padabiji polong berisi 4 tanaman dapat dilihat bahwa rataan perlakuan tertinggi terdapat pada M 3 A 200 (1,7) yang berbeda nyata terhadap M 3 A 300 (0,8), M 3 A 100 (0,65), dan A 0 (0) tetapi pada perlakuan M 3 A 300 berbeda tidak nyata terhadap perlakuan M 3 A 100. Jumlah Biji Per Tanaman Hasil pengamatan jumlah biji per tanaman beserta analisis sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 21. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa pada tanaman kedelai anjasmoro turunan ketiga hasil perlakuan dosis iradiasi sinar gamma berbeda sangat nyata terhadap parameter jumlah biji per tanaman. Tabel 7. Rataan jumlah biji per tanaman dengan perlakuan tanaman kedelai anjasmoro turunan ketiga hasil iradiasi sinar gamma. Perlakuan Rataan jumlah biji per tanaman A 0 137,1c M 3 A 100 214,1b M 3 A 200 268,05a M 3 A 300 146,35c Keterangan : angka-angka dengan huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata pada uji Duncan pada taraf α = 5% 24

Berdasarkan Tabel 7 pengamatan bobot biji tanaman dapat dilihat bahwa rataan perlakuan tertinggi terdapat pada M 3 A 200 (268,05) yang berbeda nyata terhadap M 3 A 100 (214,1), M 3 A 300 (146,35), dan A 0 (137,1) tetapi pada perlakuan M 3 A 300 berbeda tidak nyata terhadap perlakuan A 0. Bobot Biji per Tanaman Hasil pengamatan bobot biji tanaman beserta analisis sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 22. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa pada tanaman kedelai anjasmoro turunan ketiga hasil perlakuan dosis iradiasi sinar gamma berbeda sangat nyata terhadap parameter bobot biji. Tabel 8. Rataan bobot biji per tanaman dengan perlakuan tanaman kedelai anjasmoro turunan ketiga hasil iradiasi sinar gamma. Perlakuan Rataan bobot biji / tanaman A 0 24,5c M 3 A 100 35,01b M 3 A 200 43,76a M 3 A 300 27,275c Keterangan : angka-angka dengan huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata pada uji Duncan pada taraf α = 5% Dari Tabel 8 pengamatan bobot biji tanaman dapat dilihat bahwa rataan perlakuan tertinggi terdapat pada M 3 A 200 (43,7) yang berbeda nyata terhadap M 3 A 100 (35,01), M 3 A 300 (27,275), dan A 0 (24,5) tetapi pada perlakuan M 3 A 300 berbeda tidak nyata terhadap perlakuan A 0. Bobot 100 Biji Hasil pengamatan bobot 100 biji tanaman beserta analisis sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 23. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa pada tanaman kedelai anjasmoro turunan ketiga hasil perlakuan dosis iradiasi sinar gamma tidak nyata terhadap parameter bobot 100 biji. 25

Tabel 9. Rataan bobot 100 biji tanaman dengan perlakuan tanaman kedelai anjasmoro turunan ketiga hasil iradiasi sinar gamma. Perlakuan Rataan bobot 100 biji tanaman A 0 14,1055 M 3 A 100 16,6 M 3 A 200 16,185 M 3 A 300 15,27 Keterangan : angka-angka dengan huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata pada uji Duncan pada taraf α = 5% Berdasarkan Tabel 9 pengamatan bobot 100 biji tanaman dapat dilihat bahwa perlakuan iradiasi sinar gamma dengan taraf yang berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman kedelai anjasmoro. Parameter Genetik Tabel 10. Variabilitas genetik (σ²g), variabilitas fenotipe (σ²p), koefisien variabilitas genetik (KKG), koefisien variabilitas fenotipe (KKF), dan nilai duga heritabilitas arti luas Karakter ragam g ragam p KKG KKF Nilai h 2 (δ 2 g) (δ 2 p) (%) (%) (%) kehijauan daun (V5) 2,486 5,196 4,056r 5,864ar 0,479s kehijauan daun (R6) 39,858 41,592 13,769at 14,065at 0,958t Umur Berbunga 3,195 3,415 4,929r 5,096ar 0,936t Umur Panen 178,501 180,293 14,481at 14,553at 0,990t Tinggi Tanaman 34,251 61,390 10,917ar 14,615at 0,558t Jumlah Cabang 32,315 34,200 79,505t 81,791t 0,945t Jumlah polong Berisi 1 88,246 103,894 89,253t 96,844t 0,849t Jumlah polong Berisi 2 2627,436 2784,056 86,439t 88,978t 0,944t Jumlah polong Berisi 3 360,522 395,722 55,357t 57,996t 0,911t Jumlah polong Berisi 4 0,311 0,482 178,356t 222,151t 0,645t Jumlah Polong per Tanaman 6318,184 6627,204 76,110t 77,949t 0,953t Jumlah biji polong 1 82,911 97,867 90,154t 97,948t 0,847t Jumlah Biji polong 2 9240,590 9722,194 96,248t 98,725t 0,950t Jumlah Biji polong 3 2848,217 3153,415 66,183t 69,639t 0,903t Jumlah Biji polong 4 2,286 3,271 192,007t 229,656t 0,699t Jumlah Biji per Tanaman 24011,967 25263,344 80,960t 83,043t 0,950t Bobot Biji per Tanaman 466,725 498,476 66,196t 68,410t 0,936t Bobot 100 Biji per Tanaman -1,298 8,156 7,332ar 18,378t 0,000r Keterangan: r = rendah, ar=agak rendah, s=sedang, at=agak tinggi, dan t =tinggi 26

Pembahasan Berdasarkaan hasil penelitian menunjukkan bahwa kehijauan daun pada fase V 5 tertinggi terdapat pada perlakuan 200 Gy (39,67) berbeda nyata dengan perlakuan 300 Gy (37,61). Sedangkan kehijauan daun pada fase R 6 tertinggi terdapat pada perlakuan 0 Gy (49,36) berbeda nyata dengan perlakuan 300 Gy (43,86). Terjadi penurunan tingkat kehijauan daun pada tanaman yang di irradiasi dari fase V 5 ke fase R 6, sedangkan tanaman tanpa iradiasi mengalami peningkatan. Muhuria (2006) menyatakan bahwa ada hubungan yang kuat antara klorofil total dengan tingkat kehijauan, semakin hijau suatu helaian daun kandungan klorofilnya akan semakin tinggi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa umur berbunga tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan 300 Gy (36,75) berbeda nyata dengan perlakuan 0 Gy (35,2). Umur berbunga tanaman dosis 0 Gy lebih cepat dibandingkan dengan populasi tanaman dosis 100 Gy, 200 Gy dan 300 Gy. Hal ini dikarenakan umur berbunga dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Semakin tinggi dosis iradiasi sinar gamma yang diberikan menyebabkan umur berbunga tanaman semakin lama. Hal ini sesuai dengan yang di kemukakan oleh Khan dan Tyagi (2013) yang menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman akan terhambat dan menurun seiring dengan meningkatnya dosis iradiasi yang diberikan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa umur panen tertinggi terdapat pada perlakuan 300 Gy (100,05) berbeda nyata dengan perlakuan 0 Gy (89,25). Hal ini dikarenakan dosis radiasi yang diberikan pada benih kedelai menyebabkan terjadinya mutasi dan memperpanjang umur panen sehingga berbeda dengan benih yang tidak mendapat perlakuan irradiasi. Umur panen 27

dipengaruhi oleh sifat genetik dan juga faktor lingkungan. Hal ini sesuai dengan literatur Iqbal et al. (2007) yang menyatakan karakter umur panen dikendalikan oleh adanya pengaruh aditif dan keturunan yang diperoleh dari induknya. Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa terjadi penurunan tinggi tanaman antara perlakuan 0 Gy (54,22cm) dengan perlakuan 300 Gy (49,395cm). Semakin tinggi dosis irradiasi yang diberikan mengakibatkan penurunan tinggi tanaman pada tanaman kedelai yang dihasilkan, diduga dosis irradiasi yang berlebihan menyebabkan jaringan yang berperan pada pertumbuhan tanaman menjadi rusak. Hal ini sesuai dengan penelitian Wegadara (2008) yang menyatakan bahwa terhambatannya tinggi tanaman yang dihasilkan terjadi seiring dengan meningkatnya dosis irradiasi jika dibandingkan dengan tanaman kontrol. Dosis yang tinggi dapat menghambat tinggi tanaman karena banyak sel atau jaringan tanaman yang rusak. Berdasarkan penelitin yang telah dilakukan terdapat jumlah cabang primer produktif tertinggi terdapat pada perlakuan 200 Gy (9,7) berbeda nyata dengan perlakuan 0 Gy (4,3). Iradiasi meningkatkan jumlah cabang produktif dengan dosis optimal pada 200 Gy. Hal ini sejalan dengan Khan dan Tyagi (2013) yang menyatakan bahwa semakin tinggi dosis iradiasi yang diberikan maka pertumbuhan jumlah cabang akan semakin padat. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah polong berisi total meningkat dengan adanya iradiasi, rataan tertinggi terdapat pada populasi 200 Gy (128,88). Hal ini dikarenakan benih yang diberikan iradiasi sinar gamma dengan dosis tertentu dapat membuat produktivitas tanaman meningkat dibandingkan dengan kontrol. Hal ini sesuai yang di kemukakan Hanafiah, et al., 28

(2010) yang menyatakan bahwa terjadi peningkatan produksi jumlah polong akibat iradiasi sinar gamma yang mencapai 15-23% dari populasi kontrol. Pemberian dosis terlalu tinggi juga akan menyebabkan produksi polong per tanaman semakin menurun. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah biji total per tanaman yang diberikan iradiasi sinar gamma menunjukkan hasil yang positif, dimana ada beberapa tanaman yang mengalami peningkatan produksi. Rataan tertinggi terdapat pada dosis iradiasi 200 Gy (236,76) berbeda sangat nyata dengantanpa iradiasi. Seperti yang dikemukakan oleh Suryowinoto (1987) yang mengatakan bahwa penggunaan energi seperti sinar gamma pada tanaman akan memberikan pengaruh yang baik di bidang pertanian, dengan perlakuan dosis radiasi sinar gamma dengan dosis yang tepat diperoleh tanaman yang mempunyai sifat-sifat yang seperti hasil tinggi, umur pendek, tahan terhadap penyakit. Berdasarkan hasil analisis pada karakter bobot biji per tanaman rataan tertinggi terdapat pada dosis iradiasi 200 Gy (43,76) dan bobot 100 biji menunjukkan bahwa iradiasi sinar gamma tidak berbeda nyata dengan tanpa iradiasi. Hal ini dapat dilihat dari ukuran biji yang dihasilkan pada tanaman iradiasi lebih besar, sehingga bobot yang dihasilkan akan semakin berat. Peningkatan yang sama juga terjadi pada tanaman M 1 yang diteliti oleh Tah (2006), dimana peningkatan jumlah polong akibat adanya iradiasi sinar gamma mencapai 15-23% dan mencapai jumlah maksimum pada dosis iradiasi 30 Krad. Berdasarkan hasil analisis pada populasi tanaman 100 Gy memiiki nilai KKG tertinggi terdapat pada parameter tinggi tanaman dan nilai KKF tertinggi terdapat pada parameter jumlah polong berisi empat. Pada populasi 200 Gy nilai 29

KKG tertinggi terdapat pada parameter jumlah polong berisi empat dan nilai KKF tertinggi terdapat pada parameter jumlah polong berisi empat. Sedangkan pada populasi 300 Gy nilai KKG tertinggi terdapat pada parameter berat 100 biji dan nilai KKF tertinggi terdapat pada parameter jumlah biji polong berisi empat. Ini menandakan adanya variasi yang timbul pada populasi tanaman mutasi yang berasal dari genotip individu anggota populasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mangoendidjojo (2003) yang menyatakan bahwa perbedaan kondisi lingkunga memberikan kemungkinan mmunculnya variasi yang akan menentukan penampilan akhir tanaman tersebut. Bila ada variasi yang timbul atau tampak pada populasi tanaman yang ditanam pada kondisi lingkungan yang sama maka variasi tersebut merupakan variasi atau perbedaan yang berasal dari genotip individu anggota populasi. Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat bahwa nilai heritabilitas kriteria tinggi (>50%)pada dosis iradiasi 100 Gy pada parameter kehijauan daun fase R 6,pada dosis 200 Gy seluruh parameter kecuali parameter kehijauan daun fase V 5 dan bobot 100 biji, sertadosis 300 Gyseluruh parameter kecuali jumlah polong berisi 1,2,3,dan 4, jumlah biji polong berisi 1,2,3,dan 4. Heritabilitas tinggi menunjukkan bahwa variabilitas genetik besar dan variabilitas lingkungan kecil. Mangoendidjojo (2003) menyatakan bahwa heritabilitas tinggi dikatakan bila h 2 >50% dikatakan sedang bila h 2 terletak antara 20%-50% dan dikatakan rendah bila h 2 < 20%. Knight (1979) menyatakan bahwa nilai heritabilitas tinggi menunjukkan bahwa faktor genetik relatif lebih berperan dalam mengendalikan suatu sifat dibandingkan faktor lingkungan. 30

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai heritabilitas yang beragam baik positif dan negatif. Terdapat juga nilai heritabilitas yang rendah yaitu negatif. Ini menandakan bahwa faktor lingkungan lebih besar dibandingan dengan factor genetik. Populasi tanaman dengan sifat-sifat heritabilitas tinggi memungkinkan dilakukan seleksi, sebaliknya dengan heritabilitas rendah masih harus dilihat tingkat rendahnya, yakni bila terlalu rendah (hampir mendekati nol), berarti tidak akan banyak berguna bagi pekerjaan seleksi tersebut. Menurut Makmur (1985), besaran nilai heritabilitas dapat digunakan untuk menentukan apakah seleksi yang dilakukan terhadap suatu sifat dari populasi tanaman pada lingkungan tertentu mengalami kemajua genetik atau tidak. 31

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Populasi generasi ke 3 (M 3 ) tanaman kedelai anjasmoro yang diberi penyinaran 200 gy menunjukkan perbedaan produksi yang nyata terhadap populasi lainnya. 2. Populasi generasi ke 3 (M 3 ) tanaman kedelai anjasmoro yang diberi penyinaran 100 gy menunjukkan perbedaan yang nyata pada karakter kehijauan daun (R6) terhadap populasi lainnya. 3. Seluruh populasi tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada karakter kehijauan daun (V5). 4. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa nilai KKG dan KKF tinggi terdapat pada karakter jumlah cabang produktif, jumlah polong dan jumlah biji 1, 2, 3, dan 4; jumlah polong dan jumlah biji per tanaman serta bobot biji per tanaman sedangkan pada karakter bobot 100 biji nilai KKF juga memiliki kriteria tinggi meskipun kriteria KKG agak rendah. 5. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa nilai duga heritabilitas pada hampir keseluruhan karakter memiliki kriteria tinggi kecuali pada karakter bobot 100 biji per tanaman memiliki kriteria rendah serta pada karakter tingkat kehijauan daun dengan kriteria sedang. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui karakteristik individu M 4 tanaman kedelai (Glycine max L. (Merrill)) berdasarkan tingkat kehijauan daun dan produksi tinggi. 32