BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB V KONSEP. dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. mempertahankan identitas Binus University sebagai kampus Teknologi.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan. Kostel. yang ada didalam. Pelaku kegiatan dalam Kostel ini adalah :

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Adapun pengelompokkan jenis kegiatan berdasarkan sifat, yang ada di dalam asrama

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN. Konsep perancangan makro meliputi perancangan skema organisasi ruang

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU

LP3A REDESAIN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL TIPE B BAB V KONSEP DAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL

BAB V KONSEP. V.1.1. Tata Ruang Luar dan Zoning Bangunan

BAB V KONSEP PERANCANGAN. menggunakan dinding yang sifatnya masif.

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN


BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dan pembeli dapat merasakan kenyamanan dalam berbelanja.

BAB 5 PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB V KONSEP. berkunjung menjenguk anaknya. Kostel yang mengangkat tema mengefisiensikan energi

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. mencari hiburan diluar apartemen karena semua kebutuhan sudah terpenuhi di dalam

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perencanaan dasar pengunaan lahan pada tapak memiliki aturanaturan dan kriteria sebagai berikut :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN ARSITEKTUR

Bab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Penentuan konsep perencanaan dan perancangan di dasar kepada:

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Nusantara ini dibagi menjadi beberapa bagian kegiatan, yaitu :

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

TEMA DAN KONSEP. PUSAT MODE DAN DESAIN Tema : Dinamis KONSEP RUANG KONSEP TAPAK LOKASI OBJEK RANCANG

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan untuk memenuhi

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai

BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN & PERANCANGAN KOLAM RENANG INDOOR UNDIP

Bab V Konsep Perancangan

PUSAT PERBELANJAAN, KANTOR SEWA DAN APARTEMENT DI MEGA KUNINGAN JAKARTA

BAB IV: KONSEP Pendekatan Aspek Kinerja Sistem Pencahayaan Sistem Penghawaan Sistem Jaringan Air Bersih

BAB V KONSEP PERANCANGAN

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115

PUSAT MODIFIKASI MOBIL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP METAFORA PADA BANGUNAN Beban angin pada ban lebih dinamis.

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Rekreasi Peragaan IPTEK ini terletak di Batu,karena

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Main Entrance. Pusat Perbelanjaan. Apartemen 1 Unit Kamar Tidur

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISA. a. Kelompok kegiatan pribadi. pribadi, seperti : tidur, mandi, makan, belajar. b. Kelompok kegiatan bersama (sosial)

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAB V KONSEP. Secara umum, arahan yang diberikan dalam rangka perencanaan Apartemen Di

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perancangan Batu convention and exhibition center merupakan salah satu

KATA PENGANTAR. Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Bina Nusantara, Jakarta. TOPIK : ARSITEKTUR BERKELANJUTAN- HEMAT ENERGI

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

Transkripsi:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan Konsep dasar perancangan kostel ini yaitu untuk memenuhi kebutuhan hunian bagi mahasiswa Binus University, khususnya yang berasal dari luar kota Jakarta. Sebuah hunian yang hemat energi yang dapat memenuhi dan mendukung segala aktifitas mahasiswa dengan menyediakan fasilitas fasilitas untuk mewadahi kegiatan mahasiswa seperti ruang belajar dan juga sebuah hunian yang dapat menjawab mengenai isu krisis energi dan pemanasan global. V. 2 Konsep Perencanaan dan Perancangan V. 2. 1 Lokasi dan Tapak Disediakan area drop off dalam tapak, untuk mengurangi kemacetan disekitar tapak. Gambar 50 : Drop off 94

Diberikan ruang terbuka hijau didalam tapak agar tercipta iklim micro ditengah-tengah kepadatan. Gambar 51 : R.T.H yang disediakan V. 2. 2 Orientasi bangunan Bila dilihat tehadap bentuk tapak orientasi bangunan, bagian panjang bangunan ada yang menghadap ke barat dan ini akan diselesaikan dengan cara seperti penambahan peneduh bisa berupa teritisan, secondary skin, ataupun dengan cara-cara lainnya agar panas matahari dari sebelah barat dapat diminimalkan. 95

V. 2. 3 Pencapaian - Pintu masuk masuk utama dan service dipisahkan agar tidak mengganggu aktifitas. - Pintu masuk utama maupun service diletakkan cukup jauh dari pertigaan, untuk menghindari kemacetan dan kecelakaan. Gambar 52 : Pencapaian V. 2. 4 Zoning Penzoningan pada area tapak dibagi menjadi : Area private. Area ini sebisa mungkin dijauhkan dari sumber bising dan panas.. Area publik. Area ini diletakkan di depan dan merupakan pintu masuk utama ke bangunan. Area semi publik 96

Area ini diletakkan sesudah area publik. Area service. Area ini diletakkan sebagai buffer terhadap kebisingan. Gambar 53 : Penzoningan V. 2. 5 Konsep Sirkulasi dalam Tapak Sirkulasi dalam tapak terbagi jadi 2 yaitu : 1. sirkulasi kendaraan 2. Sirkulasi khusus untuk pejalan kaki. Sirkulasi kendaraan harus jelas, terarah dan dipisahkan dengan sirkulasi pejalan kaki. Sirkulasi kendaraan bermotor hanya dapat sampai ke depan area publik Agar tidak membingungkan pengunjung yang membawa kendaraan. 97

agar pejalan kaki mendapatkan rasa aman dari tabrakan kendaraan bermotor saat sedang berjalan kaki. untuk menghindari kebisingan pada tapak khususnya area private. V. 2. 6 Konsep Dimensi Ruang Luas lahan = 7548 m² KDB 80% = 80% x 7548 = 6038 m² KLB 3.5 = 3.5 x luas tapak yang dapat dibangun = 3.5 x (7548-luas GSB) = 3.5 x (7548 1360) = 21658 m² Jumlah lantai min = KLB / KDB = 21658 / 6038 = 3.5 lantai 98

Tabel 16 : Luas total ruang Nama Ruang Banyak Luas Jumlah Kamar tidur Type single Type standard Type deluxe Type family 192 buah 72 buah 24 buah 12 buah 18.5 m² 24 m² 54 m² 70 m² 3552 m² 1728 m² 1296 m² 840 m² R. manager R. Staff Toilet 2 buah 12 m² 20 m² 7.5 m² 12 m² 20 m² 15 m² Lobby Toilet R. tamu R. komunal Ruang makan Dapur Coffee shop Minimarket Drugstore Fotocopy+warnet R. fitness Locker Kolam renang R. bilas 2 buah 1bh / lt 4bh / lt 2 buah 100 m² 7.5 m² 18 m² 12 m² 140 m² 56 m² 48 m² 50 m² 40 m² 40 m² 84 m² 10 m² 180 m² 24 m² 100 m² 15 m² 90 m² 240 m² 140 m² 56 m² 48 m² 50 m² 40 m² 40 m² 84 m² 10 m² 180 m² 48 m² Pantry R.karyawan Laundry R. genset R. pompa Janitor R. keamanan 1bh / lt 4 m² 8 m² 40 m² 24 m² 24 m² 4.5 m² 4 m² 4 m² 8 m² 40 m² 24 m² 24 m² 27 m² 4 m² Total 8735 m² Sirkulasi 20 % 1747 m² 10482 m² 99

V. 2. 7 Kebutuhan Parkir Parkir mobil : 50 mobil @ 12,5 m² Parkir motor : 100 motor @ 2 m² Parkir service : 2 truk @ 18 m² 2 mobil box @ 12,5 m² Luas kebutuhan parkir = 886 m² Total kebutuhan ruang = 10482 m² Total kebutuhan parkir = 886 m² 11368 m² KLB = 21658 m² KLB lebih besar dari total kebutuhan ruang dan parkir, sehingga parkir dapat dimasukan ke dalam bangunan dan daerah penghijauan di area GSB bisa di perbanyak. V.2.8 Hubungan Ruang Semua kegiatan kecuali service harus melalui lobby, hal ini dikarenakan agar mengawasan menjadi lebih mudah. Tamu yang berkunjung dapat terkontrol dengan mudah. 100

Side Entrance Service Unit Pengelola Lobby Fasilitas penunjang Parkir Main Entrance Gambar 54 : Bubble diagram V. 2. 9 Bentuk Dasar Bangunan Sesuai dengan fungsi kostel yang menyediakan deretan kamar di dalam bangunannya maka bentuk dasar bangunan yang dipilih yaitu segiempat karena mudah dikembangkan ke segala arah dan memiliki efisiensi yang tinggi. Gambar 55 : Bentuk dasar bangunan 101

V. 2. 10 Jenis Pola Bangunan Massa yang digunakan yaitu pola massa tunggal karena pencapaian lebih cepat dan efisien dan kebutuhan lahannya pun tidak terlalu besar sesuai dengan kondisi tapak yang memang tidak terlalu besar. Gambar 56 : Pola massa tunggal V. 2. 11 Sirkulasi Dalam Bangunan Sirkulasi horizontal Sesuai dengan fungsi kostel yang menyediakan deretan kamar di dalam bangunannya maka sirkulasi horisontalnya memakai sirkulasi linier yang jelas dan terarah, bisa dengan sistem single loaded maupun double loaded. Sirkulasi vertikal Sirkulasi vertikal pada bangunan kostel ini akan menggunakan tangga dan juga lift karena bangunan ini akan terdiri dari 6 lantai. 102

V. 2. 12 Sistem Struktur sistem struktur atas (upper structure) Sistem struktur yang akan di pakai yaitu sistem struktur rangka, yang merupakan sistem struktur berupa grid-grid yang terdiri dari balok dan kolom karena bangunan yang terdiri dari deretan kamar, sehingga keberadaan kolom dapat menciptakan modul dan estetika pada bangunan. Gambar 57 : struktur rangka Sistem struktur bawah (sub structure) Sistem struktur bawah / pondasi yang akan dipakai yaitu sistem pondasi hydrolic jack karena dalam pengerjaannya pondasi ini tidak menimbulkan getaran dan juga bising, mengingat lingkungan di sekitar tapak sangat ramai dan padat dengan pemukiman. 103

Konstruksi Konstruksi yang akan digunakan untuk sistem strukturnya yaitu, konstruksi beton bertulang, karena selain tahan api juga bebas korosi, dan tahan lama. Biaya bangunan yang digunakan untuk konstruksi ini pun lebih murah, bahan beton bertulang tidak mahal dan tidak memerlukan energi yang besar dalam pembuatannya dan pengerjaannya seperti baja sehingga cocok untuk arsitektur berkelanjutan. V. 2. 13 Utilitas Sistem penyediaan air bersih Sumber penyediaan air bersih terdapat dari 2 sumber, yaitu sumber air dari PAM, sumber air dari hujan. Sumber air PAM PAM Reservoir bawah Pompa Reservoir atas Kran Dapur / k.mandi Gambar 58: Diagram air bersih, sumber air PAM Sumber air hujan Air hujan Penampungan filter Reservoir atas wastafel Gambar 59 : Diagram air bersih, sumber air hujan 104

Sistem air kotor (grey water) Air kotor WTP Penampungan Siram tanaman Gambar 60 : Diagram sumber air kotor Sistem pembuangan limbah kotoran Toilet Sept ik tank Rembesan Riol kota Gambar 61 : Diagram pembuangan limbah kotoran Sistem instalasi listrik Genset PLN Trafo Panel induk Panel cabang Gambar 62 : Diagram sistem instalasi listrik Agar listrik tidak terbuang percuma, setiap kamar kuncinya menggunakan kartu, dan untuk menyalakan sistem listrik di dalam kamar juga harus menggunakan kartu tersebut. Kartu dimasukkan ke dalam slot yang 105

tersedia untuk menyalakan listrik di dalam kamar. Jadi apabila penghuni keluar kamar harus membawa kartu tersebut agar bisa membuka pintu lagi, dan ketika kartu dicabut dari slotnya maka listrik pun akan mati. Gambar 63 : Card key Proteksi kebakaran Alat pengaman yang digunakan untuk mencegah bahaya kebakaran adalah: Pencegahan aktif o Detektor, untuk mendeteksi bila ada asap maupun suhu yang terlalu tinggi di dalam ruangan. o Hidran dan Selang kebakaran, yang ditempatkan setiap jarak 35 meter. o Sprinkler, yang berguna sebagai pertolongan pertama terhadap kebakaran dimana sprinkler akan pecah bila terdeteksi suhu di ruangan mencapai titik tertentu. o Fire Extinguisher, merupakan pemadam berisi bahan kimia yang bisa digunakan oleh orang awam sekalipun. 106

Pencegahan Pasif a. Konstruksi tahan api, misalnya dengan menggunakan beton. b. Pintu keluar, yang terbuat dari bahan tahan api sekurang-kurangnya 2 jam sehingga bila terjadi kebakaran, api tidak merambat ke dalam tangga kebakaran. c. Koridor dan jalan keluar yang ditandai tanda Exit atau Keluar. d. Tangga kebakaran, dengan persyaratan sebagai berikut : V. 3 Penekanan Khusus Pencahayaan Pencahayaan alami Pada bangunan akan menggunakan sistem single loaded dan di beri bukaan selebarlebarnya pada dinding agar cahaya matahari dapat masuk kemudian akan diberi teritisan agar panas sinar matahari tidak masuk ke dalam ruangan, terutama pada sisi bangunan yang menghadap barat. Cahaya matahari dapat masuk Gambar 64 : teritisan dan single loaded 107

Pencahayaan buatan Pencahayaan buatan sebisa mungkin hanya digunakan hanya pada malam hari. Penerangan luar seperti lampu taman menggunakan timer yang dapat mati dengan sendirinya sehingga energi tidak akan terbuang percuma. Lampu yang akan digunakan pun yaitu lampu hemat energi (LHE) dan bukan lampu pijar yang sangat boros energi. Gambar 65 : Lampu hemat energi Pengudaraan Sistem pengudaraan alami Pengudaraan alami menggunakan sistem ventilasi silang agar angin dapat berhembus ke dalam ruangan. Gambar 66 : Sistem ventilasi silang 108

Bukaan yang akan digunakan yaitu gabungan antara casement dan jalousi karena udara dapat mengalir dengan maksimal tanpa ada halangan bila memakai casement dan pada malam hari jalousi lebih efektif mengalirkan udara ke dalam ruang. Gambar 67 : bukaan casement dan jalousi Sistem pengudaraan buatan Pengudaraan buatan dibuat seminim mungkin hanya ruang tertentu saja yang nantinya akan memakai AC. Jenis AC pun yaitu AC split karena dapat lebih mudah pengaturan dan kontrol pemakaiannya. 109

110