ANALISA KEKUATAN KONSTRUKSI MODIFIKASI DOUBLE BOTTOM AKIBAT ALIH FUNGSI PADA KAPAL ACCOMODATION WORK BARGE (AWB) 5640 DWT DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISA KEKUATAN MODIFIKASI MAIN DECK AKIBAT PENGGANTIAN MOORING WINCH PADA KAPAL ACCOMODATION WORK BARGE 5640 DWT DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA KEKUATAN KONSTRUKSI TANK TOP

ANALISA KEKUATAN DECK PADA PONTON BATUBARA PRAWIRAMAS PURI PRIMA II 1036 DWT DENGAN SOFTWARE BERBASIS METODE ELEMEN HINGGA

STUDI ANALISA KONTRUKSI DECK KAPAL ACCOMMODATION WORK BARGE PADA FR 0-12 AKIBAT PENAMBAHAN CRANE BERBASIS FEM

KAJIAN TEKNIK KEKUATAN KONSTRUKSI KAPAL TUGBOAT 2 x 800 HP DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

KONTRUKSI DOUBLE BOTTOM

ANALISA KEKUATAN DECK TONGKANG MUATAN TIANG PANCANG 750 DWT DENGAN SOFTWARE BERBASIS METODE ELEMEN HINGGA

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

STRENGTH ANALYSIS OF CONTAINER DECK CONSTRUCTION MV. SINAR DEMAK EFECT OF CHARGES CONTAINER USING FINITE ELEMENT METHOD

ANALISA KEKUATAN KONSTRUKSI CAR DECK AKIBAT PENAMBAHAN DECK PADA RUANG MUAT KAPAL MOTOR ZAISAN STAR 411 DWT DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

Jurnal Teknik Perkapalan - Vol. 4, No. 4 Oktober Yolanda Adhi Pratama 1), Hartono Yudo 1), Berlian Arswendo Adietya 1) 1)

KAJIAN TEKNIS DAN EKONOMIS KONSTRUKSI SINGLE

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Tipikal struktur mekanika (a) struktur batang (b) struktur bertingkat [2]

Studi Perancangan Sistem Konstruksi Kapal Liquified Natural Gas (LNG) CBM

ANALISA KEKUATAN POROS KEMUDI KAPAL PENAMPUNG IKAN TRADISIONAL 200 GT KABUPATEN BATANG DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA SHEAR STRESS PADA STRUKTUR CINCIN KAPAL CRUDE OIL TANKER 6500 DWT BERBASIS METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA KEKUATAN PONDASI Z PELLER KARENA ADANYA PERUBAHAN KONSTRUKSI PADA KAPAL TUG BOAT ANOMAN V DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

PENENTUAN PERBANDINGAN DIAMETER NOZZLE TERHADAP DIAMETER SHELL MAKSIMUM PADA AIR RECEIVER TANK HORISONTAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA PERKIRAAN UMUR PADA CROSS DECK KAPAL IKAN KATAMARAN 10 GT MENGGUNAKAN METODE FRACTURE MECHANICS BERBASIS METODE ELEMEN HINGGA

STUDI KARAKTERISTIK BUCKLING PADA KOLOM CRANE KAPAL FLOATING LOADING FACILITY (FLF) BERBASIS FINITE ELEMENT METHOD (FEM)

ANALISA STRUKTUR KONTRUKSI GELADAK AKIBAT PENAMBAHAN DECK CRANE PADA LANDING CRAFT TANK 1500DWT BERBASIS METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA KEKUATAN KONSTRUKSI RUANG MUAT KAPAL SELF PROPELLED OIL BARGE SALRA 115 MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA LINEAR DAN NONLINEAR

BAB III OPTIMASI KETEBALAN TABUNG COPV

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

Analisis Kekuatan Konstruksi Sekat Melintang Kapal Tanker dengan Metode Elemen Hingga

ANALISA FATIGUE KONTRUKSI MAIN DECK SEBAGAI PENUMPU TOWING HOOK AKIBAT BEBAN TARIK PADA KAPAL TUG BOAT 2 x 800 HP DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Berikut adalah data data awal dari Upper Hinge Pass yang menjadi dasar dalam

ANALISA KEKUATAN KONSTRUKSI CAR DECK PADA KAPAL KAPAL ROPAX 5000GT DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Oleh : Fadhila Sahari Dosen Pembimbing : Budianto, ST. MT.

ANALISA KEKUATAN SPREAD MOORING PADA SISTEM TAMBAT FDPSO BERBENTUK SILINDER DI PERAIRAN LEPAS PANTAI BARAT NATUNA-INDONESIA MENGGUNAKAN FEM

Analisis Kekuatan Konstruksi Wing Tank Kapal Tanker Menggunakan Metode Elemen Hingga

Jurnal Teknika Atw 1

III. METODELOGI. satunya adalah menggunakan metode elemen hingga (Finite Elemen Methods,

Bagaimana menentukan spesifikasi kantung udara yang efektif dengan memvariasikan ukuran tongkang, spesifikasi airbag dan jarak antar airbag?

ANALISA KEKUATAN STRUKTUR TANK DECK PADA KAPAL (LST) LANDING SHIP TANK KRI.TELUK BINTUNI 7000 DWT MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

METODE PENELITIAN. Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh

Analisis Desain Struktur Integritas Single Point Mooring (SPM) DWT PT. Pertamina (Persero) Terminal BBM Tuban Dengan Metode Elemen Hingga

BAB I PENDAHULUAN. fisik menuntut perkembangan model struktur yang variatif, ekonomis, dan aman. Hal

BAB IV METODE PENELITIAN

ANALISIS DESAIN MOBILE STAND VOLVO FH16-SST45 MENGGUNAKAN CATIA V5

LAMPIRAN A. Tabel A-1 Angka Praktis Plat Datar

ANALISIS DESAIN MOBILE STAND VOLVO FH16-SST45 MENGGUNAKAN CATIA V5

III. METODE PENELITIAN

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul D Uji Lentur dan Kekakuan

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

ANALISA KEKUATAN KONSTRUKSI INTERNAL RAMP SISTEM STEEL WIRE ROPE PADA KM. DHARMA KENCANA VIII DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

PRESENTASI TUGAS AKHIR (P3)

SUSTAINABLE PRODUCT DEVELOPMENT FOR SHIP DESIGN USING FINITE ELEMENT APLICATION AND PUGH S CONCEPT SELECTION METHOD

ANALISA KEKUATAN KONSTRUKSI SIDE RAMP DOOR SISTEM STEEL WIRE ROPE PADA KM. DHARMA KENCANA II AKIBAT BEBAN STATIS DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

Analisis Kekuatan Konstruksi Underframe Pada Prototype Light Rail Transit (LRT)

ANALISA KEKUATAN KONSTRUKSI INTERNAL RAMP SISTEM STEEL WIRE ROPE PADA KM. DHARMA KENCANA VIII DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA KEKUATAN KONSTRUKSI KAPAL TUGBOAT ARI 400 HP DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

TEGANGAN DAN REGANGAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA KEKUATAN KONSTRUKSI TRANSVERSE BULKHEAD RUANG MUAT NO.I PADA DWT DRY CARGO VESSEL BERBASIS METODE ELEMEN HINGGA

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA KEKUATAN KONSTRUKSI CAR DECK PADA KAPAL KM. DHARMA FERRY 3 DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

Analisis Kekuatan Struktur Konstruksi Tower untuk Catwalk dan Chain Conveyor pada Silo (Studi Kasus di PT. Srikaya Putra Mas)

ANALISA KEKUATAN KONSTRUKSI INTERNAL RAMP SISTEM STEEL WIRE ROPE PADA KM. DHARMA KENCANA VIII DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

PERANCANGAN MEKANISME ALAT ANGKUT KAPASITAS 10 TON TESIS

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA PROGRAM STUDI TEKNIK DESAIN DAN MANUFAKTUR

ANALISIS CANTILEVER BEAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SOLUSI NUMERIK TUGAS KULIAH

KAPAL JURNAL ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI KELAUTAN

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

BEARING STRESS PADA BASEPLATE DENGAN CARA TEORITIS DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM SIMULASI ANSYS

STUDI ANALISIS PEMODELAN BENDA UJI BALOK BETON UNTUK MENENTUKAN KUAT LENTUR DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE KOMPUTER

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Perencanaan Interior 2. Perencanaan Gedung 3. Perencanaan Kapal

DAFTAR ISI. LEMBAR JUDUL... i KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK...

Diktat-elmes-agustinus purna irawan-tm.ft.untar BAB 2 BEBAN, TEGANGAN DAN FAKTOR KEAMANAN

PERKIRAAN UMUR KONSTRUKSI KAPAL DENGAN ANALISA FATIGUE: STUDI KASUS PADA KAPAL TANKER DWT. Oleh: OKY ADITYA PUTRA

ANALISA STRUKTUR RANGKA DUDUKAN WINCH PADA SALUTE GUN 75 mm WINCH SYSTEM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Laporan Tugas Akhir Analisis Pondasi Jembatan dengan Permodelan Metoda Elemen Hingga dan Beda Hingga BAB III METODOLOGI

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

Kajian Kekuatan Struktur Semi-submersible dengan Konfigurasi Enam Kaki Berpenampang Persegi Empat Akibat Eksitasi Gelombang

Mekanika Bahan TEGANGAN DAN REGANGAN

5ton 5ton 5ton 4m 4m 4m. Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul

BAB IV PEMBAHASAN Analisis Tekanan Isi Pipa

Kajian Kekuatan Kolom-Ponton Semisubmersible dengan Konfigurasi Delapan Kolom Berpenampang Persegi Empat Akibat Eksitasi Gelombang

ANALISIS SIMULASI ELEMEN HINGGA KEKUATAN CRANE HOOK MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK BERBASIS SUMBER TERBUKA

APLIKASI METODE ELEMEN HINGGA UNTUK ANALISA STRUKTUR STATIK LINIER DENGAN PROGRAM MSC/NASTRAN

I.1 Latar Belakang I-1

ANALISA TEGANGAN SISTEM PERPIPAAN BALLAST LANDING CRAFT TANK 200 GT

Gambar 2.1 Bagian-bagian mesin press BTPTP [9]

Oleh: Agus Tri Wahyu Dosen Pembimbing: Aries Sulisetyono, ST.,MASc.,Ph.D Dosen Pembimbing: Totok Yulianto. ST.,MT.

ANALISIS KAPASITAS TEKAN PROFIL-C BAJA CANAI DINGIN MENGGUNAKAN SNI 7971:2013 DAN AISI 2002

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Untuk mempermudah perancangan Tugas Akhir, maka dibuat suatu alur

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI BAB I.

l l Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

Oleh : MUHAMMAD AMITABH PATTISIA ( )

PEMASANGAN STRUKTUR RANGKA ATAP YANG EFISIEN

Pertemuan I,II,III I. Tegangan dan Regangan

Analisis Tegangan Plat Penghubung Bucket Elevator Menggunakan Metode Elemen Hingga. Ully Muzakir 1 ABSTRAK

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Mesin CNC turning

Gambar 2.1 Bagian-bagian mesin press BTPTP[3]

Transkripsi:

ANALISA KEKUATAN KONSTRUKSI MODIFIKASI DOUBLE BOTTOM AKIBAT ALIH FUNGSI PADA KAPAL ACCOMODATION WORK BARGE (AWB) 5640 DWT DENGAN METODE ELEMEN HINGGA Yuli Prastyo, Imam Pujo Mulyatno, Hartono Yudho S1 Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Email : prastyo.yuli92@gmail.com Abstrak Accomodation Work Barge (AWB) 5640 DWT merupakan jenis kapal tongkang kerja yang tidak memiliki sistem propulsi sendiri. Kapal ini digunakan sebagai tempat akomodasi bagi karyawan perusahaan migas dan industri kemaritiman. Untuk mendukung sistem tambat, owner kapal melakukan modifikasi fresh water tank menjadi ruang mooring winch. Akibat alih fungsi, double bottom mengalami perubahan pembebanan. Penelitian ini membandingkan double bottom sebelum dan sesudah dimodifikasi saat berada pada kondisi beban statis, sagging dan hogging. Adapun skenario pembebanan meliputi muatan penuh pada model sebelum dimodifikasi, beban mooring winch dan beban tarik pada model sesudah dimodifikasi. Hasil analisa dengan software berbasis metode elemen hingga berupa tegangan von mises dan konstruksi double bottom yang paling kritis pada beberapa kondisi pembebanan. Tegangan von mises terbesar terjadi ketika kondisi hogging pada model sebelum dimodifikasi sebesar 168 N/mm 2 dan sebesar 183 N/mm 2 ketika pembebanan full load + beban tarik saat kondisi hogging. komponen konstruksi paling kritis terjadi ketika kondisi hogging pada model sebelum dimodifikasi dan ketika pembebanan full load + beban tarik saat kondisi hogging. Kata Kunci: Analisa kekuatan, Accomodation Work Barge, Double Bottom, mooring winch 1. PENDAHULUAN Cara meningkatkan produksi migas salah satunya adalah dengan mengalihkan daerah operasi pengeboran minyak lepas pantai dari perairan dangkal menuju perairan dalam (deep water). Untuk memenuhi kebutuhan akomodasi pengeboran minyak diperairan dalam, maka Owner Kapal Accomodation Work Barge ( AWB ) 5640 DWT melakukan modifikasi kapal dengan menambah jumlah jangkar dan mengganti Mooring Winch yang mempunyai kapasitas lebih besar. Dengan adanya penggantian Mooring Winch yang mempunyai kapasitas lebih besar dari sebelumnya, maka dibutuhkan ruangan yang lebih besar untuk penempatan Mooring Winch tersebut. Oleh karena itu ruangan Mooring Winch diperluas dengan jalan memodifikasi Fresh Water Tank yang terletak didepan ruang Mooring Winch, sehingga ruangan yang semula berupa Fresh Water Tank beralih fungsi menjadi ruangan Mooring Winch yang baru. Karena alih fungsi ini mengakibatkan beban yang diterima oleh Double Bottom berubah dengan adanya perubahan jenis muatan. Oleh karena itu diperlukan analisa kekuatan dengan metode elemen hingga. Dengan memperhatikan pokok permasalahan yang terdapat pada latar belakang di atas maka diambil beberapa rumusan masalah pada Tugas Akhir ini sebagai berikut: 1. Berapa nilai kekuatan pada system konstruksi double bottom kapal AWB 5640 DWT sebelum dan sesudah dilakukan modifikasi? 2. Berapa nilai tegangan maksimum yang terjadi pada Sistem konstruksi double bottom Kapal AWB 5640 DWT sebelum dan sesudah dilakukan modifikasi? 3. Dimana Letak komponen konstruksi double bottom pada kapal AWB 5640 DWT yang paling kritis sebelum dan setelah dilakukan alih fungsi terhadap pembebanan maksimum? Batasan masalah digunakan sebagai arahan serta acuan dalam penulisan tugas akhir Jurnal Teknik Perkapalan - Vol. 4, No.1 Januari 2016 83

sehingga sesuai dengan permasalahan serta tujuan yang diharapkan. Adapun batasan permasalahan yang dibahas dalam tugas akhir ini adalah: 1. Asumsi perhitungan menggunakan analisa linier statis. 2. Analisa dilakukan pada bagian double bottom dibawah fresh water tank yang telah dimodifikasi menjadi ruang Mooring Winch. 3. Hasil analisa yang dilakukan berupa besarnya tegangan yang terjadi pada konstruksi double bottom kapal. 4. Analisa berdasarkan local stress 5. Material baja yang digunakan adalah baja grade A 6. Analisa menggunakan software berbasis finite elemen method Berdasarkan perumusan masalah dan pembatasan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mendapatkan nilai kekuatan sebelum dan sesudah dilakukan modifikasi pada konstruksi Double Bottom kapal AWB 5640 DWT 2. Mendapatkan data tegangan maksimum yang terjadi pada system konstruksi double bottom sebelum dan sesudah dilakukan alih fungsi pada kapal AWB 5640 DWT 3. Mendapatkan data mengenai letak komponen komponen yang paling kritis dan perlu mendapat perhatian lebih pada system konstruksi double bottom 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Accomodation Work Barge Menurut American Bureau of Shipping (2014), Accomodation Work Barge atau disingkat AWB merupakan jenis kapal tongkang kerja yang tidak memiliki alat penggerak sendiri yang pada prinsipnya dipakai sebagai tempat akomodasi bagi karyawan perusahaan yang bergerak dibidang pengeboran minyak lepas pantai maupun perusahaan lainnya yang bergerak dibidang kemaritiman. Kapal AWB ini dibuat agar dapat menampung lebih dari 36 orang termasuk ABK. Kapal AWB ini dapat melayani akomodasi bagi karyawan perusahaan saat kapal telah ditambatkan, oleh karena itu kapal ini cenderung diam dan baru dapat dipindahkan dengan bantuan Tugboat. [1] 2.2. Teori Elastisitas Menurut Szilard (1989), Teori Elastisitas merupakan cabang dari fisika matematis yang mengkaji hubungan gaya, perpindahan, tegangan, regangan, dan beda elastis. Bila suatu pejal di bebani gaya dari luar, benda tersebut akan berubah bentuk/berdeformasi, sehingga timbul tegangan dan regangan dalam. Perubahan bentuk ini tergantung pada konfigurasi geometris benda tersebut dan mekanis bahannya. Teori Elastisitas menganggap bahan bersifat homogen dan Isotropik, dengan demikian sifat mekanis bahan sama dalam segala arah. [4] 2.3. Tegangan Pada umumnya tegangan adalah gaya dalam yang bekerja pada luasan yang kecil tak hingga pada sebuah potongan dan terdiri dari bermacam-macam besaran dan arah. gaya gaya dalam ini merupakan vektor dalam alam dan bertahan dalam keseimbangan terhadap gayagaya luar terpakai. Dalam mekanika bahan kita perlu menentukan intensitas dari gaya-gaya ini dalam berbagai bagian dari potongan, sebagai perlawanan terhadap deformasi sedang kemampuan bahan untuk menahan gaya tersebut tergantung pada intensitas ini. Pada umumnya, intensitas gaya yang bekerja pada luas yang kecil tak berhingga suatu potongan berubah-ubah dari satu titik ke titik yang lain, umumnya intensitas ini berarah miring pada bidang potongan. Intensitas gaya yang tegak lurus atau normal terhadap irisan disebut tegangan normal (normal stress) pada suatu titik. Suatu tegangan tertentu yang dianggap benar-benar bertitik tangkap pada sebuah titik, secara matematis didefinisikan sebagai Di mana F adalah suatu gaya yang bekerja tegak lurus terhadap potongan, sedangkan A merupakan luas yang bersangkutan. [2] 2.3. Regangan Menurut Popov (1987), perpanjangan per satuan luas disebut regangan (strain). Ia adalah besaran yang tidak berdimensi, tetapi lebih baik kita memberinya memiliki dimensi meter per meter atau m/m. Kadang-kadang regangan diberikan dalam bentuk proses. Besaran regangan ԑ sangat kecil, kecuali untuk beberapa bahan seperti karet. Bila regangan tersebut diketahui, maka deformasi total dari pembebanan aksial adalah ԑl. Hubungan ini Jurnal Teknik Perkapalan - Vol. 4, No.1 Januari 2016 84

berlaku untuk setiap panjang ukur sampai beberapa deformasi lokal mengambil bagian pada skala yang cukup besar. Dimana : ԑ = Regangan = Panjangan total L = Panjang awal [2] 2.3 Faktor Keamanan ( Factor of Safety ) faktor keamanan adalah faktor yang menunjukkan tingkat kemampuan suatu bahan teknik menerima beban dari luar, yaitu beban tekan maupun tarik. Gaya yang diperlukan agar terjadi tingkat optimal bahan di dalam menahan beban dari luar sampai akhirnya menjadi pecah disebut dengan beban ultimat (ultimate load). Dengan membagi beban ultimate ini dengan luas penampang, kita akan memperoleh kekuatan ultimate (ultimate strength) atau tegangan ultimate (ultimate stress) dari suatu bahan.untuk desain bagian bagian struktur tingkat tegangan disebut tegangan ijin (alloweble stress) dibuat benar benar lebih rendah dari pada kekuatan ultimate yang diperoleh dari pengujian statis. Hal ini penting untuk berbagai pertimbangan. Besar gaya yang dapat bekerja pada bangunan yang dirancang jarang diketahui secara pasti. Karena tegangan dikalikan luas sama dengan gaya, maka tegangan ijin dari ultimate dapat diubah dalam bentuk gaya atau beban yang diijinkan dan ultimate yang dapat ditahan oleh sebuah batang. Suatu perbandingan (ratio) yang penting dapat ditulis : FS = [2] 2.3 Metode Elemen Hingga Metode elemen hingga/finite Element Method (FEM) adalah prosedur numerik untuk memperoleh solusi permasalahan yang ditemukan dalam analisa teknik. Metode elemen hingga mengkombinasikan beberapa konsep matematika untuk menghasilkan persamaan sistem linier atau nonlinier. Dalam metode elemen hingga, model elemen matematik dibentuk dengan membagi struktur menjadi bagian-bagian kecil (diskretisasi) yang disebut elemen. Masing-masing elemen yang bersebelahan dihubungkan dengan sejumlah titik tertentu yang disebut titik grid. [3] 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Studi Lapangan Pada saat studi lapangan, pengambilan data dilakukan dengan 2 metode, yaitu metode observasi dan wawancara langsung dengan pihak terkait, seperti Owner Surveyor Kapal AWB 5640 DWT dan pihak galangan. Pada Penelitian ini, Studi lapangan dilaksanakan di PT.Marcopolo Shipyard Batam dan ditempat Owner Surveyor. Adapun materi penelitian yang diperoleh antara lain : 1. Data ukuran utama kapal. Nama Kapal : AWB 5640 DWT Lpp : 90,00 meter Breadth : 30,00 meter Draft : 6,10 meter Depth : 4,00 meter 2. Data gambar-gambar desain konstruksi. 3.2 Studi Literatur Setelah melakukan pengumpulan data serta observasi lapangan, penulis melakukan pengkajian melalui referensi literatur baik dari buku maupun publikasi di internet antara lain tentang: 1. Buku dan jurnal-jurnal tentang Metode Elemen Hingga. 2. Pedoman NASTRAN PATRAN 3.3. Pengolahan Data Setelah semua data data penelitian diperoleh, langkah selanjutnya adalah pengolahan data. Pengolahan data bertujuan untuk mempermudah dalam proses analisa nantinya. Adapun pengolahan data yang dikerjakan penulis dalam penelitian tugas akhir ini antara lain : - Penentuan jenis dan ukuran komponen konstruksi pada double bottom - Pemilihan material yang digunakan - Perhitungan Pembebanan - Perhitungan longitudinal strength 3.4 Pembuatan Model Setelah data data penelitian selesai diolah, langkah selanjutnya adalah pembuatan model Double Bottom. Pada permodelan double bottom ini dibuat 2 model, yaitu model double bottom sebelum dan sesudah dimodifikasi. Model Double bottom yang dibuat berdasarkan double bottom yang sebenarnya dilapangan. 3.5. Validasi Sebelum masuk tahap analisa, model yang telah jadi harus melalui proses validasi. Validasi Jurnal Teknik Perkapalan - Vol. 4, No.1 Januari 2016 85

merupakan proses perbandingan antara analisa software dengan perhitungan manual. Adapun hasil perbandingan antara analisa software harus mendekati hasil perhitungan manual. 3.6. Analisa dan Pembahasan Merupakan bagian akhir untuk mencapai hasil penelitian, yaitu didapatkannya kesimpulan final Tugas Akhir sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dari semua hasil pengolahan data berupa gambar, serta perhitungan yang diperoleh dan telah dikelompokkan maka kemudian dilakukan proses analisa kekuatan kapal. Proses analisa yang dilakukan tetap mengacu pada teori dan literatur (pustaka) yang ada. 3.7 Penarikan Kesimpulan Pada tahap ini diambil kesimpulan, kesimpulan diperoleh dari data yang telah diolah dan dianalisa sesuai dengan tujuan awal yang telah di tetapkan pada penelitian serta saran mengenai pengembangan penelitian lanjutan. 3.8 Diagram Alir Metodologi Penelitian STUDI LAPANGAN : Mendapatkan data-data kapal Mendapatkan gambar RU, profil serta gambar pendukung lainnya. Wawancara dengan pihakpihak lain yang berkaitan dengan kebutuhan. tidak Input Start PENGOLAHAN DATA Data diolah terlebih dahulu, untuk memudahkan dalam pembuatan model yang nantinya akan di analisa PEMBUATAN MODEL Menggunakan software berbasis Finite Elemen Method Validasi model ya ANALISA Menggunakan Software FEM Perhitungan Factor Of Safety Kesimpulan dan Saran FINISH ya STUDI LITELATUR : 1. Buku 2. Jurnal 3. FEM Software 4. Laboratorium ship structure and vibration tidak 4. ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1.Tinjauan Umum Modfikasi Double Bottom Double Bottom merupakan konstruksi paling bawah dari bagian kapal, sehingga konstruksinya harus kuat. Double Bottom yang terletak dibawah ruang mooring winch yang baru antara frame no.24 sampai frame no.42 merupakan hasil modifikasi dari double bottom dibawah tangki air tawar frame no 24 sampai frame no 42. Sebelum dilakukan modifikasi, tinggi double bottom setinggi 0,75 meter, namun setelah dimodifikasi tinggi double bottom menjadi 1,9 meter. modifikasi dilakukan dengan jalan menambah tinggi bottom transverse setinggi 1,15 meter, sehingga tanktop dan inner bottom setinggi 1,9 meter diatas baseline. Selain itu ditambah profil memanjang sebagai penumpu mooring winch. 4.2. Permodelan Double Bottom Dalam pembuatan model double bottom pada software Msc Patran menggunakan ukuran dan dimensi sesuai dengan double bottom yang sesungguhnya. Selain itu, material dan properti dari elemen ditentukan sesuai dengan desain double bottom yang sebenarnya. Pembuatan model double bottom dimulai dengan mendefinisikan geometri untuk tiap elemen yang akan dibuat sesuai dengan bentuk, ukuran dan jenis propertinya Geometri model dibuat menjadi sebuah sistem yang saling terhubung hingga menjadi kesatuan pada sistem double bottom. Setelah model selesai dibuat, proses selanjutnya adalah proses meshing. Meshing merupakan proses pembuatan model menjadi kumpulan nodal elemen hingga yang lebih kecil yang dimana antar elemen saling terhubung satu dengan yang lainnya. Pada proses meshing, tiap bagian dari sistem double bottom didefinisikan dengan ukuran yang berbeda. Setelah proses meshing selesai, langkah selanjutnya adalah penentuan jenis material sesuai dengan material sebenarnya. Untuk jenis material yang digunakan dalam model ini adalah baja KI-A36 Dimana kriteria bahan baja tersebut adalah : Gambar 1. Diagram alir metodologi penelitian Jurnal Teknik Perkapalan - Vol. 4, No.1 Januari 2016 86

Modulus Elastisity = 2,06 x 10 5 Mpa Yield = 235 Mpa Ultimate Stress = 400 Mpa Shear Modulus = 79230,76 Mpa Poisson s Ratio = 0,3 Density = 7.862,3 Kg/m 3 Kemudian langkah selanjutnya menentukan boundary condition. Boundary Conditions dapat diartikan juga sebagai kondisi jepit yang fungsinya menjaga agar tiap-tiap ujung benda tetap kaku (rigid), tidak bergerak-gerak saat analisa dilakukan Adapun Boundary Conditions untuk analisa kekuatan modifikasi konstruksi Double Bottom ini sesuai ketentuan dibawah ini : Independent Point on aft end : Translasional (x, y, z) = < -, 0, 0> Rotational (x, y, z) = <0, -, - > Independent Point on fore end : Translasional (x, y, z) = <0, 0, 0> Rotational (x, y, z) = < 0, -, -> 4.3. Validasi Sebelum masuk ke tahap analisa, suatu model yang dibuat dengan bantuan software harus dilakukan validasi model. Hal ini akan menunjukkan keakuratan pemodelan pada software dengan model yang sebenarnya. Cara yang digunakan dalam validasi model yaitu dengan membandingkan perbandingan hasil deformasi antara analisa pada software dan perhitungan menggunakan rumus mekanika teknik. Adapun rumus yang dipakai dalam perhitungan deformasi yaitu : Berdasarkan perbandingan hasil perhitungan menggunakan rumus mekanika teknik dan hasil analisa software yang presentase validitas masih dibawah 10%, sehingga dapat disimpulkan model dianggap valid. 4.4. Pembebanan Beban (load) yang akan diinputkan pada model double bottom diasumsikan sebagai berikut : Beban Fresh water (sebelum modifikasi) Beban Mooring Winch + rantai jangkar (full load) = 40 ton + 9 ton Beban Mooring Winch + rantai jangkar + Pull load = 40 ton + 9 ton + 118.097,6 N Berat pembebanan pada double bottom sebelum dimodifikasi dihitung menggunakan rumus : P = x g x h Sedangkan berat pembebanan pada double bottom sesudah dimodifikasi dihitung menggunakan rumus : W = m x g Sehingga didapat berat masing masing kondisi pembebanan sebagai berikut : Berat beban fresh water = 48.020 N/m 2 Berat Mooring winch+ rantai (full load) = 480.200 N Berat Mooring winch+ rantai (full load) + beban tarik = 480.200 N + 118.097,6 N Beban pada masing masing kondisi diinputkan pada masing masing tumpuan mooring winch ( winch pad ), dimana terdapat 6 winch pad pada double bottom dengan rincian 4 winch pad A ( 0,7 m x 0,4 m ) dan 2 winch pad B ( 0,9 mx 0,4 m ). Adapun berat per luasan pada masing masing kondisi pembebanan adalah sebagai berikut : Dimana : M = momen, I= momen inersia, E=modulus elastisitas, Vmax= defleksi maksimum, f4=deformasi tengah. Fresh water = 48.020 N/m 2 winch full load = 260.978,26 N/m 2 Pull Load = 64.183,48 N/m 2 Tabel 1. Perbandingan Perhitungan manual dan analisa software Analisa Software Manual Validitas Deformasi 3,53 x 10-8 3,44 x 10-8 97,56 % Jurnal Teknik Perkapalan - Vol. 4, No.1 Januari 2016 87

4.4. Hasil Analisa Double Bottom Sebelum Modifikasi Kondisi Beban 4.5. Hasil Analisa Double Bottom Sesudah Modifikasi Pembebanan Gambar 2. Hasil analisa beban statis Hasil analisa pembebanan pada saat kondisi beban statis didapat tegangan maksimum sebesar 8,44 x 10 7 N/m 2 atau 84,4 Mpa terletak pada node @38948 ( pelat tanktop ) Kondisi Gambar 5. Hasil analisa beban full load kondisi beban statis Hasil analisa pembebanan full load pada saat kondisi beban statis didapat tegangan maksimum sebesar 1,11 x 10 8 Pa atau 111 Mpa terletak pada node @21334 ( pelat tanktop ) Gambar 3. Hasil analisa beban kondisi Hasil analisa pembebanan pada saat kondisi didapat tegangan maksimum sebesar 1,18 x 10 8 N/m 2 atau 118 Mpa terletak pada node @34366 ( pelat tanktop ) Kondisi Gambar 6. Hasil analisa Full load + beban tarik kondisi pembebanan statis Hasil analisa pembebanan full load + beban tarik pada saat kondisi beban statis didapat tegangan maksimum sebesar 1,17 x 10 8 N/m 2 atau 117 Mpa terletak pada node @21334 ( pelat tanktop ) Pembebanan kondisi Gambar 4. Hasil Analisa Beban Kondisi Hasil analisa pembebanan pada saat kondisi didapat tegangan maksimum sebesar 1,68 x 10 8 N/m 2 atau 168 Mpa terletak pada node @33458 ( pelat tanktop ) Gambar 7. Hasil analisa Full load kondisi Hasil analisa pembebanan full load pada saat kondisi didapat tegangan maksimum sebesar 5,53 x 10 7 N/m 2 atau 55,3 Mpa terletak pada node @3869 ( bulkhead frame 42) Gambar 8. Hasil analisa Full load +beban tarik kondisi sagging Jurnal Teknik Perkapalan - Vol. 4, No.1 Januari 2016 88

Hasil analisa pembebanan full load + beban tarik pada saat kondisi sagging didapat tegangan maksimum sebesar 1,51 x 10 8 N/m 2 atau 151 Mpa terletak pada node @20459 ( pelat tanktop ) Pembebanan kondisi Tabel 2. Perhitungan Factor of Safety menurut tegangan rules BKI Double Bottom sebelum modifikasi Kondisi σ mak Lokasi Nodal σiji n Fs Ket 84,4 38948 190 2,24 Pass 118 34366 190 1,61 Pass 168 33458 190 1,13 Pass Gambar 9. Hasil analisa Full load kondisi hogging Hasil analisa pembebanan full load pada saat kondisi hogging didapat tegangan maksimum sebesar 1,19 x 10 8 N/m 2 atau 119 Mpa terletak pada node @3869 ( Bulkhead Frame 42 ). Tabel 3. Perhitungan Factor of Safety menurut tegangan rules BKI Double Bottom sesudah modifikasi Kondisi Beban σ mak Lokasi Nodal σijin Fs Ket Full load 111 21334 190 1,71 Pass beban tarik 117 21334 190 1,62 Pass Full load 55,3 3869 190 3,44 Pass beban tarik 151 20459 190 1,26 Pass Gambar 10. Hasil analisa Full load + beban tarik kondisi hogging Hasil analisa pembebanan full load + beban tarik pada saat kondisi hogging didapat tegangan maksimum sebesar 1,83 x 10 8 N/m 2 atau 183 Mpa terletak pada node @20461 ( Pelat Tanktop ). 4.5. Nilai Kekuatan Nilai Kekuatan Berdasarkan Tegangan Ijin BKI Besarnya nilai kekuatan bisa dilihat dari faktor keamanan ( Factor of Safety ) dimana syarat faktor keamanan nilainya harus lebih dari 1 atau tegangan maksimum lebih kecil dari tegangan ijin. Nilai tegangan ijin yang sesuai dengan peraturan Biro Klasifikasi Indonesia dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : ( Rules BKI 2013 Vol.II Sec.5D.1.2 ) Full load beban tarik 119 3869 190 1,59 Pass 183 20461 190 1,04 Pass Nilai Kekuatan Berdasarkan Kriteria Material Besarnya nilai kekuatan bisa dilihat dari faktor keamanan ( Factor of Safety ) dimana syarat faktor keamanan nilainya harus lebih dari 1. Nilai factor safety (FS) dapat dihitung dengan rumus : FS = (σ yield / σ max) Dimana : FS = factor safety σ max = tegangan maksimum yang terjadi σ yield = kemampuan kekuatan luluh material Kriteria baja grade KI-A36 Modulus elastisitas = 210 GPA Ultimate stress = 400 N/mm 2 Yield stress = 235 N/mm 2 Jurnal Teknik Perkapalan - Vol. 4, No.1 Januari 2016 89

Tabel 4. Perhitungan Factor of Safety ( FS ) menurut kriteria bahan BKI Double bottom sebelum modifikasi Kondisi σ mak Lokasi Nodal σijin Fs Ket 84,4 38948 235 2,78 Pass 118 34366 235 1,99 Pass 168 33458 235 1,39 Pass Tabel 5. Perhitungan Factor of Safety menurut kriteria material BKI Kondisi Beban σmak Lokasi Nodal σijin Fs Ket Full load 111 21334 235 2,12 Pass beban tarik 117 21334 235 2,01 Pass Full load 55,3 3869 235 4,25 Pass beban tarik Full load beban tarik 151 20459 235 1,56 Pass 119 3869 235 1,97 Pass 183 20461 235 1,28 Pass DWT ini sebesar 168 pada kondisi hogging model Double bottom sebelum dimodifikasi dan 183 N/mm 2 pada model double bottom setelah dimodifikasi pembebanan full load + Pull load ketika kondisi hogging. 3. Letak daerah paling kritis terjadi pada node 33548 model double bottom sebelum dimodifikasi tepatnya pada tanktop dibagian tepi pada kondisi hogging dan node 20461 model double bottom setelah dimodifikasi tepatnya pada tanktop disekitar winch pad pada pembebanan Full load + beban tarik kondisi hogging. 5.2 Saran 1. Pemodelan dengan menggunakan metode Elemen hingga sangat bergantung kepada jumlah elemen yang dipergunakan dan kesesuaian pemberian constraint dan load sesuai tempatnya pada suatu model. Sehingga untuk mendapatkan hasil pemodelan yang lebih baik hendaknya pembuatan model dilakukan dengan pembagian mesh yang lebih banyak lagi, terutama pada daerah yang mengalami pemusatan tegangan. Dengan demikian hasil yang akan didapat mendekati kondisi sesungguhnya. 5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Nilai kekuatan pada double bottom frame 24-42 dibawah ruang mooring winch portside hasil modifikasi ini memiliki nilai yang berbeda tiap pembebanan dan kondisi. Nilai ini didapat dari nilai factor of safety baik berdasarkan tegangan ijin BKI maupun dari kriteria material. Pada double bottom sebelum dimodifikasi, nilai kekuatan terbesar pada pembebanan statis yaitu sebesar 2,24 berdasarkan rules BKI dan 2,78 berdasarkan kriteria bahan BKI. Sedangkan pada model double bottom setelah modifikasi nilai kekuatan terbesar pada saat pembebanan full load kondisi sagging yaitu sebesar 3,44 berdasarkan rules BKI dan 4,25 berdasarkan kriteria bahan BKI 2. Tegangan (stress) maksimum terbesar yang terjadi pada Double bottom frame 24-42 kapal accommodation work barge 5640 2. Perlu dilakukan optimasi kondisi pembebanan untuk mendapatkan pembebanan maksimum yang memungkinkan dari struktur konstruksi double bottom frame 24-42 dibawah ruang mooring winch hasil modifikasi pada kapal Accomodation work barge 5640 DWT DAFTAR PUSTAKA [1] American Bureau Of Shipping (ABS).2014. Guide for Bulding And Classing Accomodation Barge,New York:ABS [2] Popov, E.P. 1978. Mechanics of Materials, 2nd edition, New Jersey: Prentice-Hall [3] Sonief, A.As ad.2003. Diktat Metode Elemen Hingga.Malang:Universitas Brawijaya. [4] Szilard,R.1989. Theory and Analysis of Plates classical and Numerical Methods. University of Hawai. Hawai. Jurnal Teknik Perkapalan - Vol. 4, No.1 Januari 2016 90