BAB I PENDAHULUAN. dan injuri otot (Evans, 2000) serta menimbulkan respon yang berbeda pada jaringan

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBAHASAN. 6.1 Efek Pelatihan Fisik Berlebih Terhadap Spermatogenesis Mencit. Pada penelitian ini, data menunjukkan bahwa kelompok yang diberi

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan oksidatif dan injuri otot (Evans, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menyebabkan stres oksidatif. Kebutuhan untuk terlihat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya stres oksidatif pada tikus (Senturk et al., 2001) dan manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Aktivitas fisik merupakan setiap pergerakan tubuh akibat kontraksi otot

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di hati dan ginjal, sedangkan di otak aktivitasnya rendah. 2 Enzim

BAB I PENDAHULUAN. mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Aktifitas fisik merupakan kegiatan hidup yang dikembangkan dengan

I. PENDAHULUAN. Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama

Effect of Purple Sweet Potato (Ipomoea Batatas L.) on Reducing Renal Tissue Damage of House Mice (Mus Musculus L.) After Excessive Physical Exercise

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan

I. PENDAHULUAN. tingkat gen akan kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya. Tumor

BAB 1 PENDAHULUAN. berlebihnya asupan nutrisi dibandingkan dengan kebutuhan tubuh sehingga

BAB I PENDAHULUAN. tingginya penyakit infeksi seperti thypus abdominalis, TBC dan diare, di sisi lain

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kebugaran jasmani berhubungan dengan keberadaan hemoglobin di. Jumlah sel darah merah dan jumlah hemoglobin didalam sel-sel sangat

BAB I PENDAHULUAN. manusia dari semua kelompok usia dan ras. Jong (2005) berpendapat bahwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik karbohidrat, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1 (kurangnya sekresi insulin) dan tipe 2 (gabungan antara resistensi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 menjadi 2,1 pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Hasil riset tersebut

BAB I PENDAHULUAN. bidang obstetri, karena merupakan penyulit 2% sampai 20% dari semua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. membunuh serangga (Heller, 2010). Sebanyak dua juta ton pestisida telah

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga sepatu roda (inline skating) merupakan olahraga yang. membutuhkan keseimbangan antara kelincahan, kekuatan, kecepatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam air, tidak berbau dan sangat manis. Pemanis buatan ini mempunyai tingkat kemanisan 550

PENDAHULUAN. Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik Cihateup

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dasar yang sama dengan telepon tetap kabel, namun dapat

BAB I PENDAHULUAN. kadar HDL dalam darah (Linn et al., 2009). Dislipidemia sebagian besar (hingga

I. PENDAHULUAN. sering ditemukan di Amerika Serikat dan di seluruh dunia. The Anxiety and

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari emisi pembakaran bahan bakar bertimbal. Pelepasan timbal oksida ke

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan suatu masalah kesehatan pada masyarakat dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan dalam jumlah kecil karena memiliki tingkat kemanisan yang tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat zaman sekarang terpapar oleh banyaknya makanan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. transparansinya. Katarak merupakan penyebab terbanyak gangguan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara konsumen rokok terbesar di dunia,

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis yang ditandai oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non

BAB I PENDAHULUAN. ini ternyata semakin meningkat. Disektor pertanian, herbisida digunakan

BAB I PENDAHULUAN. pada lingkungan hidup masyarakat terutama perubahan suhu, udara, sinar UV,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Aktifitas fisik merupakan kegiatan hidup yang dikembangkan dengan

I. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan senyawa yang terbentuk secara alamiah di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. LAIs. Golongan antipsikotik tipikal adalah antidopaminergik yang bekerja sebagai

BAB 4 HASIL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Roundup adalah herbisida yang menggunakan bahan aktif glifosat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 8 juta orang di seluruh dunia setiap tahunnya dengan 80% dari

1. PENDAHULUAN. penambah rasa makanan dengan L-Glutamic Acid sebagai komponen asam

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

I. PENDAHULAN. memetabolisme dan mengekskresi zat kimia. Hati juga mendetoksifikasi zat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. berbahaya dari logam berat tersebut ditunjukan oleh sifat fisik dan kimia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jumlah penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia menurut World Health

OLAHRAGA DAN RADIKAL BEBAS

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh sumber utama pencemaran udara yaitu: partikel debu/partikulat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Obat merupakan senyawa yang digunakan untuk mencegah, mengobati,

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas fisik adalah setiap pergerakan tubuh akibat otot-otot skelet yang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Plumbum (Pb) merupakan salah satu jenis logam berat. Logam berat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Molekul ini sangat reaktif sehingga dapat menyerang makromolekul sel seperti lipid,

BAB V PEMBAHASAN. STZ merupakan bahan toksik yang dapat merusak sel ß pankreas secara langsung.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan. Minyak goreng tersusun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. saat ini umur harapan hidup di Indonesia sekitar 72 tahun dengan rerata perempuan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang diakibatkan oleh radikal bebas. Namun tanpa disadari radikal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. serum terhadap kejadian acute coronary syndrome (ACS) telah dilakukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan. Umumnya prevalensi abortus sekitar % dari semua. prevalensi masih bervariasi dari yang terendah 2-3% sampai yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2011) telah mengeluarkan suatu. program yang disebut MPOWER, program tersebut meliputi pemantauan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sebuah budaya sosial di seluruh dunia. 1 Data Survei Sosial Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyaring dan mengeluarkan sisa-sisa metabolisme juga zat-zat toksik

BAB I PENDAHULUAN. lewat reaksi redoks yang terjadi dalam proses metabolisme dan molekul yang

BAB V PEMBAHASAN. asap rokok serta ekstrak akuades biji sirsak (KP 1, KP 2 dan KP 3 ). KN yang tidak

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2-5% dari berat badan pada orang dewasa normal yang terletak pada kwadran

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya sehari-hari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara alamiah. Proses tua disebut sebagai siklus hidup yang normal bila

I. PENDAHULUAN. Rifampisin (RFP) dan isoniazid (INH) merupakan obat lini pertama untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Reactive Oxygen Species (ROS) adalah hasil dari metabolisme aerobik

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk persenyawaan dengan molekul lain seperti PbCl 4 dan PbBr 2.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latihan fisik yang dilakukan dengan teratur dapat mencegah penyakit kronis seperti kanker, hipertensi, obesitas, depresi, diabetes dan osteoporosis (Daniel et al, 2010). Disamping memberikan dampak positif terhadap tubuh latihan fisik juga dapat menimbulkan dampak negatif. Latihan fisik berat pada individu yang tidak terkondisi atau tidak terbiasa melakukan aktifitas fisik akan mengakibatkan kerusakan oksidatif dan injuri otot (Evans, 2000) serta menimbulkan respon yang berbeda pada jaringan organ (Daniel et al, 2010). Latihan fisik dapat meningkatkan konsumsi oksigen karena terjadi peningkatan metabolisme di dalam tubuh seperti pada otot, jantung dan otak (Radak et al, 2013). Selama latihan fisik terjadi peningkatan konsumsi oksigen seluruh tubuh hingga 20 kali lipat, bahkan konsumsi oksigen pada serabut otot diperkirakan akan meningkat sebanyak 100 kali lipat (Ji, 1999), hal ini akan menyebabkan gangguan homeostasis intraselluler (Thirurnalai et al, 2011). Di sisi lain, aliran darah dan metabolisme menurun secara signifikan pada hati dan ginjal selama latihan (Radak et al, 2013). Aliran darah ke ginjal dan laju filtrasi glomerulus akan menurun selama latihan fisik. Penurunan aliran darah tersebut akan menyebabkan terjadinya iskemiareperfusi yang akan mengaktifkan sistem xantin oksidase. Proses iskemia-reperfusi 1

2 dan aktivasi leukosit melalui sistem NADPH oksidase dapat menyebabkan stres oksidatif selama dan setelah latihan pada ginjal. Kedua mekanisme ini sangat bertanggung jawab untuk terjadinya stress oksidatif di dalam organ dan jaringan ekstramuskular setelah latihan fisik (Kocer et al, 2008). Saat kebutuhan metabolisme meningkat seperti pada latihan fisik, sel mungkin mengalami keadaan hipoksia relatif walaupun aliran darah normal pada beberapa organ termasuk ginjal. Setelah latihan fisik selesai darah dengan cepat akan kembali ke ginjal dan bersamaan dengan itu akan terbebaskan oksidan dalam jumlah yang besar (Daniel et al, 2010). Hipoksia pada sel tubulus ginjal dapat menyebabkan terjadinya apopotosis pada sel (Nangaku, 2006). Okolow et al (2006) menemukan bahwa latihan fisik yang intensif dapat menginduksi apoptosis pada sel tubulus distal tikus yang mendapat latihan fisik yaitu treadmill sampai tikus kelelahan selama sembilan puluh menit. Oksidan atau reactive oxygen species (ROS) dihasilkan dari molekul oksigen sebagai akibat dari metabolisme sel normal. ROS dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu radikal bebas dan non-radikal. Radikal bebas adalah molekul yang mengandung satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan sehingga memberikan reaktivitas ke molekul lainnya. Tiga ROS utama yang memiliki pengaruh fisiologis adalah anion superoksida (O - 2 ), radikal hidroksil (OH ), dan hidrogen peroksida (H 2 O 2 ) (Birben et al, 2012). Umumnya 2-5% dari oksigen yang digunakan mitokondria akan membentuk radikal bebas (Urso dan Clarkson, 2003).

3 Pada kondisi stres oksidatif, radikal bebas akan menyebabkan terjadinya peroksidasi lipid membran sel dan merusak organisasi membran sel (Evans, 2000). Malondialdehide (MDA) adalah salah satu hasil dari peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas selama latihan fisik sehingga pada banyak studi Malondialdehide (MDA) digunakan sebagai ukuran stress oksidatif (Urso dan Clarkson, 2003). Disamping menyebabkan peroksidasi lipid pada membran sel, radikal bebas yang dihasilkan selama latihan fisik dapat mempengaruhi beberapa antioksidan yang ada di dalam tubuh. Salah satunya adalah antioksidan enzimatik. Antioksidan enzimatik disebut juga antioksidan pencegah yang terdiri dari superokside dismutase, katalase, glutation reduktase dan glutation perokidase (Urso dan Clarkson, 2003). Kapasitas antioksidan dan pertahanan terhadap stres oksidatif akan meningkat pada semua organ termasuk ginjal (Radak et al, 2013). Antioksidan enzimatik akan diaktifkan pada ginjal sebagai respon terhadap peningkatan konsentrasi oksigen radikal bebas yang dihasilkan selama latihan fisik (Daniel et al, 2010). Beberapa penelitian telah dilakukan untuk melihat hubungan antara aktivitas enzim glutation peroksidase dengan latihan fisik pada ginjal. Aydin et al (2007) menemukan bahwa latihan berenang dapat menurunkan aktivitas glutation peroksidase pada ginjal tikus yang diberi pembatasan kalori dibandingkan dengan tikus yang mendapat makanan secara ad libitum. Gul et al (2002) menemukan bahwa latihan daya tahan dengan menggunakan treadmill selama 8 minggu dapat

4 menurunkan aktivitas glutation peroksidase pada tikus jantan yang di induksi diabetes. Mekanisme reaksi enzim glutation peroksidase merupakan salah satu cara utama yang digunakan oleh tubuh untuk melindungi diri dari kerusakan oksidatif. Enzim glutation peroksidase mengandung selenium sebagai gugus prostetik yang akan mengatalisis penghancuran H 2 O 2 serta senyawa hidroperoksida lipid dengan glutation tereduksi (GSH). Gugus sulfidril pada glutation tereduksi (GSH) berfungsi sebagai donor elektron dan akan dioksidasi menjadi bentuk disulfida (GSSG) selama reaksi tersebut. Apabila disulfida telah terbentuk, disulfida di reduksi kembali menjadi bentuk sulfidril oleh glutation reduktase yaitu enzim flavoprotein yang mengandung FAD. Glutation reduktase memerlukan elektron dari NADPH yang biasanya dihasilkan dari lintasan pentosa fosfat (Murray et al, 2003). Belum sepenuhnya diketahui apakah gangguan keseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan endogen di dalam tubuh menyebabkan perlunya konsumsi antioksidan eksogen. Lebih dari 40% orang yang melakukan latihan fisik mengonsumsi suplemen antioksidan untuk menjaga kesehatan (Bucioli et al, 2011). Nangaku (2006) mengemukakan bahwa antioksidan merupakan salah satu pengobatan yang targetnya adalah hipoksia pada ginjal dengan memperbaiki proses respirasi seluler. Salah satu tumbuhan di Indonesia yang mengandung antioksidan dalam jumlah cukup besar adalah ubi jalar ungu (Ipomoiea batatas L). Warna ungu yang ada pada umbi merupakan akibat dari keberadaan senyawa yang dikenal dengan

5 antosianin. Umbi pada ubi jalar ungu mengandung antosianin yang cukup tinggi yaitu berkisar antara 519 mg/100 g berat basah (Richana, 2013). Antosianin adalah metabolit sekunder tanaman yang bertanggung jawab untuk warna biru, ungu, dan merah dari banyak jaringan tanaman. Banyak penelitian menunjukkan bahwa antosianin dapat meningkatkan kesehatan (Pojer et al, 2013). Antosianin mampu bertindak sebagai antioksidan secara langsung dengan mendonorkan elektron atau mentransfer atom hidrogen dari gugus hidroksil kepada radikal bebas (Prior, 2003) dan dapat berikatan dengan spesies oksigen reaktif (ROS) seperti superoksida (O - 2 ), singlet oksigen ( 1 O 2 ), peroksida (ROO - ), hidrogen peroksida (H 2 O 2 ), dan radikal hidroksil (OH ) (Pojer et al, 2013). Beberapa penelitian mengenai efek antioksidan pada ubi jalar ungu telah dilakukan. Budiasa et al (2011) menemukan bahwa pemberian ekstrak etanol umbi ubi jalar ungu dapat meningkatkan kadar total antioksidan dan menurunkan MDA darah kelinci yang diberi makanan tinggi kolesterol. Jawi et al (2006) menemukan pemberian ekstrak air umbi ubi jalar ungu dapat menurunkan kadar MDA pada darah, hati, jantung dan usus mencit setelah pemberian beban maksimal berupa renang sampai kelelahan. Ekstrak umbi ubi jalar ungu dapat melindungi jaringan hati dari pengaruh radikal bebas akibat aktivitas fisik maksimal pada mencit dengan pengukuran kadar AST (aspartate transaminase) dan ALT (alanine aminotransaminase) darah (Jawi et al, 2007).

6 Penelitian mengenai efek ekstrak antosianin pada beberapa jenis tanaman telah dilakukan. Ekstrak antosianin dari jus cherry (Prunus cerasus cv. Maraska) dapat meningkatkan aktivitas glutation peroksidase hepar pada mencit jantan yang di induksi dengan injeksi intraperitoneal adjuvant freund s (Saric et al, 2009). Hou et al (2010) menemukan bahwa ekstrak antosianin dari beras hitam (Oryza sativa L. Japonica) dapat meningkatkan aktivitas glutation peroksidase pada hepar tikus jantan yang diinduksi dengan alkohol selama empat puluh lima hari. Antosianin dapat melindungi ginjal dari kerusakan pada tikus albino jantan yang diberi injeksi cisplatin yang ditandai dengan adanya penurunan kadar BUN (blood urine nitrogen), kreatinin serum, MDA dan meningkatnya creatinin clearance. Gambaran histologi juga menunjukkan terjadinya nekrosis di tubulus ginjal disertai dengan perdarahan dan adanya inti piknotik (picnotic nuclei) pada tikus yang diinjeksi cisplatin. Pemberian antosianin menunjukkan adanya perubahan degenerasi yang sedang seperti pembesaran pada tubulus ginjal dan inti piknotik (Sreedevi and Pavani, 2012). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa latihan fisik maksimal dapat menyebabkan terjadinya stres oksidatif dan terjadi penurunan aktivitas glutation peroksidase pada ginjal. Oleh karena ubi jalar ungu merupakan salah satu sumber antioksidan yang baik, maka akan dilakukan penelitian tentang pengaruh ekstrak umbi ubi jalar ungu terhadap aktivitas enzim glutation peroksidase ginjal dan gambaran histopatologi tubulus ginjal mencit setelah latihan fisik maksimal.

7 1.2 Permasalahan Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Bagaimana pengaruh pemberian ekstrak umbi ubi jalar ungu (Ipomoiea batatas L) terhadap aktivitas enzim glutation peroksidase ginjal dan gambaran histopatologi tubulus ginjal mencit setelah latihan fisik maksimal. 1.3 Hipotesis Hipotesis pada penelitian ini adalah pemberian ekstrak umbi ubi jalar ungu (Ipomoiea batatas L) dapat meningkatkan aktivitas enzim glutation peroksidase dan memperbaiki kerusakan tubulus pada ginjal mencit setelah latihan fisik maksimal. 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan umum Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak umbi ubi jalur ungu (Ipomoiea batatas L) terhadap aktivitas enzim glutation peroksidase ginjal dan gambaran histopatologi tubulus ginjal mencit setelah latihan fisik maksimal. 1.4.2 Tujuan khusus 1. Mengetahui kadar antosianin dan kandungan gizi pada ubi jalar ungu yang digunakan pada penelitian. 2. Mengetahui perubahan berat badan mencit selama perlakuan. 3. Mengetahui perbedaan berat badan mencit setelah perlakuan. 4. Mengetahui perubahan warna organ ginjal mencit setelah perlakuan.

8 5. Mengetahui perbedaan aktivitas enzim glutation peroksidase pada organ ginjal mencit setelah perlakuan. 6. Mengetahui perbedaan histopatologi tubulus ginjal mencit setelah perlakuan. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: 1. Memberikan informasi ilmiah kepada pembaca tentang potensi umbi ubi jalar ungu (Ipomoiea batatas L) sebagai antioksidan dalam upaya mencegah terjadinya stres oksidatif yang berkontribusi terhadap banyaknya kondisi patologis. 2. Sebagai bahan masukan kepada peneliti yang ingin melakukan penelitian dengan ruang lingkup yang lebih luas lagi.