BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Latihan Fisik Pada dasarnya aktivitas fisik berbeda dengan latihan fisik. Aktivitas fisik merupakan segala kegiatan atau aktivitas yang menyebabkan peningkatan penggunaan energi/kalori oleh tubuh. Sementara latihan fisik merupakan serangkaian aktivitas fisik yang terstruktur dan berirama dengan intensitas tertentu dalam jangka waktu tertentu yang bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani (Afriwardi, 2010). Latihan fisik berdasarkan sumber tenaganya atau pembentukan ATP melalui tiga sistem, Yaitu 1) Sistem aerobik. 2) Sistem glikolisis anaerobik (Lactic acid system dan 3) Sistem fosfat kreatin (Pate et al, 1964). Latihan aerobik dapat di defenisikan sebagai latihan di bawah titik di mana kadar asam laktat darah naik dengan cepat, di bawah ambang laktat. Metabolisme aerobik jauh lebih efisien dari pada nonaerobik yang menghasilkan 38 molekul ATP per molekul glukosa dan hanya 2 molekul melalui rute nonaerobik, karena menghasilkan sedikit asam laktat latihan aerobik relatif menyenangkan (Sharkey, 2011). Selama latihan dengan intensitas sedang dan rendah, metabolisme aerobik benar-benar menyediakan seluruh energi ATP yang dibutuhkan oleh otot. Ini dapat terjadi karena dalam keadaan seperti ini sistem pernafasan dan jantung dapat menggerakkan oksigen ke otot secara teratur. 9

2 10 Peran oksigen dalam metabolisme aerobik sangat penting yang akan dipakai di dalam mitokondria. Selama latihan metabolisme aerobik selalu menyediakan energi sesuai dengan seluruh kebutuhan otot. Besarnya energi ini tergantung pada kecepatan penyaluran oksigen kepada otot yang bekerja. Dalam berbagai bentuk latihan khususnya dengan intensitas tinggi, metabolisme aerobik tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhan energi karena adanya keterbatasan sistem penyaluran oksigen. Dalam hal ini proses anaerobik melengkapi metabolisme aerobik sehingga kebutuhan energi otot dapat dipenuhi (Pate et al, 1964). Latihan anaerobik merupakan latihan dengan intensitas tinggi yang membutuhkan energi yang cepat dalam waktu yang singkat namun tidak dapat dilakukan secara kontinu untuk durasi waktu yang lama. Latihan ini juga biasanya memerlukan interval istirahat agar ATP (Adenosine Tripospat) dapat di regenerasi sehingga kegiatannya dapat dilanjutkan kembali. Latihan fisik akan menyebabkan perubahan perubahan pada faal tubuh manusia, baik bersifat sementara/sewaktu-sewaktu (respons) maupun yang bersifat menetap (adaptasi). Latihan fisik dengan aktifitas tinggi (antara sub makasimal hingga maksimal) akan menyebabkan otot berkontraksi secara anaerobik. Kontraksi otot secara anaerobik membutuhkan penyediaan energi (ATP) melalui proses glikolisis anaerobik atau system asam laktat (lactid acid system). Glikolisis anaerobik akan menghasilkan produk akhir berupa asam laktat. Jadi, aktifitas dengan intensitas

3 11 submaksimal hingga intensitas maksimal akan menyebabkan akumulasi asam laktat dalam otot dan darah (Bompa dan Haff, 2009). Latihan fisik dapat meningkatkan VO 2 max. VO 2 max adalah jumlah maksimum oksigen dalam milliliter yang dapat digunakan dalam satu menit per kilogam berat badan atau jumlah maksimal oksigen yang dapat dikonsumsi selama latihan fisik yang intens sampai akhirnya terjadi kelelahan. VO 2 max merupakan suatu indikator yang dapat digunakan untuk menilai kebugaran aerobik. Fungsi VO 2 max dipengaruhi oleh beberapa fungsi fisiologis seperti jantung, paru, pembuluh darah dan mitokondria. Pada orang yang mempunyai fungsi fisiologis normal mempunyai kemampuan mengkonsumsi oksigen yang tidak terbatas (Ismaryati et al, 2009). 2.2 Radikal Bebas dan Reactive Oxygen Species (ROS) Sel secara rutin menghasilkan radikal bebas dan kelompok oksigen reaktif (reactive oxygen species/ros) yang merupakan bagian dari proses metabolisme (Urso dan Clarkson, 2003). Radikal bebas dapat terbentuk melalui dua cara yaitu secara endogen atau sebagai respon normal proses biokimia intrasel maupun ekstrasel dan secara eksogen seperti dari polusi, makanan serta injeksi ataupun absorpsi melalui kulit (Winarsi, 2007). Radikal bebas adalah atom atau molekul yang mempunyai elektron yang tidak berpasangan pada orbital terluarnya (Clarkson dan Thompson, 2000) dan memiliki reaktivitas yang sangat tinggi (Sugianto, 2011). Radikal bebas merupakan molekul aktif yang berpartisipasi dalam reaksi berantai dimana substrat radikal bebas

4 12 menyebabkan produksi molekul radikal bebas lainnya yang dalam reaksi lain memberikan produk yang merupakan radikal bebas juga. Radikal bebas yang mendapatkan elektron dari molekul yang berada didekatnya dan memicu reaksi kaskade dapat menyebabkan perubahan struktur sel dan menghambat berbagai aktivitas enzim (Marciniak et al, 2009). Radikal bebas dapat berinteraksi dengan lipid, DNA dan protein. Interaksi ini merusak protein dan meningkatkan kerusakan pada untai DNA serta kerusakan struktur genomik lainnya (Clarkson dan Thomson, 2000). Produksi yang tinggi dari ROS di dalam tubuh dapat mengubah struktur DNA, mengakibatkan modifikasi protein dan lipid, aktivasi beberapa faktor transkripsi yang disebabkan oleh stres, dan produksi proinflamasi dan sitokin anti-inflamasi (Birben et al, 2012). Radikal bebas dibagi menjadi dua kelompok yang berbeda yaitu Reactive Oxygen Species (ROS) dan NOS (Marciniak et al., 2009). ROS (Reactive Oxygen Species) adalah senyawa pengoksidasi turunan oksigen yang bersifat sangat reaktif yang terdiri atas kelompok radikal bebas dan kelompok nonradikal (Birben et al, 2012). Semua radikal oksigen merupakan ROS, tetapi tidak semua ROS adalah radikal oksigen. Kelompok radikal bebas antara lain superoxide anion (O2 - ), hydroxyl radicals (OH ), dan peroxyl radicals (RO 2 ). Yang nonradikal misalnya hydrogen peroxide (H 2 O 2 ), dan organic peroxides (ROOH) (Halliwell, 2006).

5 13 Superoxide anion (O2 - ) memiliki reaktifitas selektif dibentuk oleh sejumlah sistem enzim melalui reaksi-reaksi autooksidasi dan oleh elektron transfer enzimatik. Hydroxyl radicals (OH ) terjadi karena radiolisis air dalam sistem biologis. Radikal hidroksil menyerang semua protein, DNA, PUFA dalam membran dan semua molekul yang disentuhnya. Radikal peroksida merupakan senyawa antara yang terbentuk dalam rangkaian reaksi oksidasi lipida, misalnya oksidasi lemah jenuh ganda. Hidrogen peroksida dapat melewati membran dan secara perlahan akan mengoksidasi sejumlah senyawa jika kadarnya cukup tinggi, tetapi kurang reaktif pada kadar yang rendah (Silalahi, 2006). 2.3 Produksi Radikal Bebas Akibat Latihan Fisik Latihan dapat menghasilkan ketidakseimbangan antara senyawa oksigen reaktif dan antioksidan, yang disebut sebagai stres oksidatif (Urso dan Clarkson, 2003). Banyak hasil studi melaporkan bahwa aktifitas fisik aerobik akut berkontribusi terhadap stress oksidatif khususnya ketika latihan dengan intensitas tinggi. Dua mekanisme yang menghubungkan latihan aerobik akut dan stres oksidatif adalah meningkatnya pro-oksidan melalui efek peningkatan konsumsi oksigen yang meningkat 10 sampai 15 kali dibandingkan pada saat istirahat dan antioksidan yang relatif tidak mencukupi dibandingkan pro-oksidan (Belviranli dan Gokbel, 2006). Selama aktifitas fisik maksimal konsumsi oksigen seluruh tubuh meningkat sampai 20 kali, sedangkan konsumsi oksigen pada serabut otot diperkirakan meningkat sampai 100 kali lipat (Ji, 1999). Penggunaan oksigen oleh otot selama

6 14 latihan fisik maksimal dapat meningkat sekitar kali dibandingkan saat istirahat (Chevion et al, 2003). Radikal bebas atau senyawa oksigen reaktif dapat diproduksi selama latihan dari beberapa sumber seluler yang potensial. Beberapa sumber mungkin lebih penting dari pada yang lain dalam suatu organ tertentu, pada waktu tertentu, atau dengan cara latihan khusus. Namun, sumber-sumber ini tidak berdiri sendiri dan dapat diaktifkan secara bersamaan (Ji, 1999). Sejumlah jalur potensial yang berhubungan dengan produksi senyawa oksigen reaktif adalah sebagai berikut (Belviranli dan Gokbel, 2006) : 1. Konsumsi oksigen meningkat beberapa kali lipat selama latihan fisik. Kebocoran elektron pada rantai transfer elektron di mitokondria akan menghasilkan anion superoksida. 2. Enzim xantin dehidrogenase akan mengoksidasi hipoksantin menjadi xantin dan selanjutnya xantin membentuk asam urat menggunakan NAD + sebagai akseptor elektron membentuk NADH. Selama iskemia, pada otot aktif xantin akan diubah menjadi xantin oksidase melalui metabolisme anaerobik oleh ATP dan enzim dehidrogenase ATP. Selama reperfusi, dengan hasil peningkatan beban oksigen, xantin oksidase mengkonversi hipoksantin menjadi asam urat, tetapi menggunakan oksigen sebagai akseptor elektron membentuk superoksida. 3. Kerusakan jaringan akibat latihan dapat menyebabkan aktivasi sel inflamasi seperti neutrofil, yang akhirnya menghasilkan radikal bebas dengan menggunakan NADPH oksidase.

7 15 4. Konsentrasi katekolamin yang meningkat selama latihan, dan ROS dapat dihasilkan dari hasil autooksidasi. 5. Mitokondria otot mengalami peningkatan uncoupling dan generasi superoksida dengan peningkatan suhu. Oleh karena itu, latihan yang dipicu hipertermia dapat menyebabkan stres oksidatif. 6. Autooksidasi oksihemoglobin menghasilkan methemoglobin dalam produksi superoksida dan laju pembentukan methemoglobin dapat meningkat dengan latihan fisik. Senyawa oksigen reaktif juga dapat diproduksi oleh sel dalam kondisi stres ataupun tidak stres. Pada kondisi tidak stres, terdapat keseimbangan antara proses pembentukan dan pemusnahan senyawa oksigen reaktif. Sementara pada kondisi stres, pembentukan senyawa oksigen reaktif lebih tinggi dibandingkan dengan pemusnahannya. Adapun tahapan pembentukan senyawa oksigen reaktif adalah sebagai berikut (Winarsi, 2007) : O 2 + e - O 2 + e - + H + O 2 - OOH O 2 + 2e - + 2H + H 2 O 2 O 2 + 3e - + 3H + O 2 + 4e - + 4H + OH + H 2 O 2H 2 O

8 Ginjal Ginjal terletak di area retroperitoneal pada bagian belakang dinding abdomen di samping depan vertebra setinggi torakal 12 sampai lumbal ke 3. Ginjal memiliki panjang sekitar 11 cm dan lebarnya 5-7,5 cm dengan tebal 2,5 cm dan beratnya sekitar 150 g. Ginjal terdiri atas tiga area yaitu (Tarwoto et al, 2009): 1. Korteks, merupakan bagian paling luar ginjal dibawah kapsula fibrosa sampai dengan lapisan medulla. Semua glomerulus berada di korteks dan 90% aliran darah menuju pada korteks. Korteks tersusun atas nefron-nefron yang jumlahnya lebih dari 1 juta. Nefron merupakan unit fungsional ginjal, nefron terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler. Komponen vaskuler atau pembuluh darah kapiler diantaranya arteriole aferen, glomerulus, arteriole eferen dan kapiler peritubuler. Sedangkan komponen tubuler merupakan penampung hasil filtrasi dari glomerulus yang terdiri atas kapsul bowman, tubulus proksimal, ansa henle, tubulus distal, tubulus koligens dan duktus pengumpul. 2. Medulla, terdiri dari saluran-saluran atau duktus collecting yang disebut pyramid ginjal yang tersusun antara 8-18 buah. 3. Pelvis, merupakan area yang terdiri dari kaliks minor yang kemudian bergabung menjadi kaliks mayor. Empat sampai lima kaliks minor bergabung menjadi kaliks mayor dan dua sampai tiga kaliks mayor bergabung menjadi pelvis ginjal yang berhubungan dengan ureter bagian proksimal.

9 17 Ginjal menerima darah 20 25% dari cardiac output pada kondisi istirahat atau rata-rata lebih dari 1 liter permenit dari arteri renalis kanan dan kiri yang merupakan cabang dari aorta abdomen pada setingkat vertebra lumbal ke dua. Dari arteri renalis bercabang menjadi arteri segmental selanjutnya berturut-turut masuk ke arteri interlobaris, arteri arkuatus, arteri interlobular, arteriole aferen masuk ke glomerulus, arteriole eferen, kapiler peritubuler kemudaian masuk dalam venula, vena interlobular, vena arkuata, vena interlobaris dan vena renalis yang meninggalkan ginjal di samping arteri renalis dan ureter (Guyton dan Hall, 2006). 2.5 Tubulus Ginjal Sewaktu filtrat glomerulus memasuki tubulus ginjal, filtrat ini mengalir melalui bagian-bagian mulai dari tubulus proksimal, ansa henle, tubulus distal, tubulus koligens dan duktus pengumpul sebelum akhirnya diekskresikan sebagai urin. Tubulus proksimal manusia memiliki panjang kira-kira 15 mm dengan diameter 55 µm. Dindingnya terdiri dari selapis sel yang saling berinterdigitasi dan membentuk taut erat (tight junction) di daerah apikal. Di daerah basis sel, antara dua sel yang bersebelahan terdapat perluasan ruang ekstrasel yang disebut ruang intersel lateral. Tepi sel yang menghadap ke lumen memiliki garis-garis brush border karena terdapat sangat banyak mikrovilli yang berukuran 1 x 0,7 µm. Bagian tubulus proksimal yang bergelung mengalirkan cairan filtrat ke dalam bagian yang lurus yang membentuk awal dari ansa henle. Tubulus proksimal berakhir di segmen tipis pars desendens ansa henle yang epitelnya terdiri dari sel-sel yang tipis dan gepeng (Barrett et al, 2010). Tubulus proksimal memiliki lumen kecil tidak rata dan dibentuk oleh

10 18 selapis sel kuboid besar dengan sitoplasma eosinofilik kuat dan berganul. Tubulus distal dimulai dari makula densa dan memiliki panjang kira-kira 5 mm. Jumlah tubulus distal lebih sedikit dan memiliki lumen lebih besar yang dilapisi sel-sel kuboid lebih kecil. Sitoplasmanya kurang terpulas tanpa brush border (Eroschenko, 2003). Gambar tubulus ginjal dapat dilihat pada gambar 2.1. Gambar 2.1 Gambar juxtamedullary nefron (Sumber : dan Barrett et al, 2010). Tubulus proksimal mereabsorpsi sekitar 65% natrium, klorida, bikarbonat dan kalium yang difiltrasi dan terutama sekali semua glukosa dan asam amino yang telah difiltrasi. Tubulus proksimal juga menyekresi asam-asam organik, basa-basa

11 19 dan ion-ion hidrogen ke dalam lumen tubulus. Kapasitas reabsorpsi yang besar dari tubulus proksimal adalah hasil dari sifat-sifat selularnya yang khusus. Sel-sel epitel tubulus proksimal bersifat sangat metabolik dan mempunyai sejumlah besar mitokondria untuk mendukung proses transport aktif yang kuat. Tubulus distal banyak mereabsorbsi ion-ion termasuk natrium, kalium dan klorida, tetapi sesungguhnya tidak permeabel terhadap air dan ureum (Guyton dan Hall, 2006). 2.6 Stres Oksidatif pada Ginjal Akibat Latihan Fisik Latihan fisik dapat meningkatkan produksi Reactive Oxygen Species (ROS). Mitokondria merupakan penghasil radikal bebas utama di sel selama otot rangka berkontraksi. Stres oksidatif akibat latihan dapat menyebabkan kerusakan otot dan juga mempengaruhi beberapa jaringan termasuk jantung, ginjal, hati, otak dan eritrosit (Kocer et al, 2008). Aliran darah dan filtrasi glomerulus akan menurun pada ginjal selama melakukan latihan fisik. Penurunan aliran darah tersebut akan menyebabkan terjadinya iskemia-reperfusi, dengan adanya mekanisme iskemia-reperfusi maka sistem xantin oksidase akan diaktifkan. Latihan fisik juga menyebabkan aktivasi leukosit dan meningkatnya produksi ROS melalui mekanisme yang melibatkan sistem NADPH oksidase. Aktivasi leukosit (sistem enzim NADPH oksidase) dan proses iskemia-reperfusi (sistem enzim xantin oksidase) diduga sebagai sumber ROS yang dihasilkan oleh jaringan ekstramuskular selama latihan. Sumber stres oksidatif yang bekerja pada ginjal mungkin didasarkan pada dua sistem enzim ini (Kocer et al, 2008).

12 20 Saat kebutuhan metabolisme meningkat seperti pada latihan fisik, sel mungkin mengalami keadaan hipoksia relatif walaupun aliran darah normal pada beberapa organ termasuk ginjal. Ginjal menerima aliran darah per unit masa, lebih tinggi dibandingkan organ tubuh yang lain. Fraksi oksigen yang diekstraksi oleh seluruh organ tubuh relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan ginjal, namun ginjal sangat sensitif dengan keadaan hipoksia. Hal ini berhubungan dengan tingginya kadar konsumsi oksigen lokal oleh sel epitel tubulus dan vaskuler ginjal (Maxwell, 2003). Perubahan hemodinamik pada glomerulus merupakan awal dari progesifitas penyakit ginjal. Laju filtrasi glomerulus dapat turun karena adanya kerusakan tubulointerstisial melalui berbagai cara sehingga aliran darah akan terganggu dan mengakibatkan jejas iskemi pada nefron (Nangaku, 2006). Beberapa keadaan dapat menyebabkan hipoksia pada ginjal. Fibrosis pada ginjal akan menyebabkan terjadinya gangguan asupan darah pada kapiler peritubuler dan oksigenasi pada daerah tersebut. Sel tubulus ginjal yang mengalami hipoksia berat yang berkepanjangan menyebabkan gangguan fungsi mitokondria sehingga terjadi defisit energi yang persisten dan memicu terjadinya apoptosis (Sastrawan dan Suwitra, 2008). Gangguan keseimbangan bahan-bahan vasoaktif yang berhubungan dengan vasokonstriksi intrarenal dapat mengakibatkan hipoksia kronik pada fase awal dari penyakit ginjal, sebelum terjadi perubahan histologis pada tubulointerstisial (Sastrawan dan Suwitra, 2008). Aktivasi sistem renin-angiotensin lokal mempunyai peran yang sangat penting karena dapat mengakibatkan konstriksi arteriol eferen,

13 21 hipoperfusi kapiler peritubuler postglomerulus dan hipoksia tubulointerstisial pada kompartemen dibawahnya. Angiotensin II secara langsung merusak sel endotel. Angiotensin II menyebabkan hipoksia melalui respirasi sel yang tidak efektif dan stress oksidatif dengan jalan merangsang NAPDH oksidase (Nangaku, 2006). Eritrosit merupakan salah satu komponen antioksidan darah yang utama sehingga anemia yang terjadi pada ginjal dapat berperan dalam terjadinya stress oksidatif. Superoksida yang terbentuk dapat menekan nitric oxide (NO) dan dapat menstimulasi respirasi mitokondria dan memisahkan dari konsumsi energi kimia sehingga terjadi hipoksia jaringan. Pengurangan stress oksidatif akan memperbaiki oksigenasi ginjal (Palm et al, 2003). 2.7 Cedera sel (cell injury) pada ginjal Sel selalu menyesuaikan struktur dan fungsinya terhadap lingkungan sekitar. Sel cenderung mempertahankan lingkungan intraselulernya dalam keadaan homeostasis. Ketika sel mengalami tekanan fisiologis atau rangsangan patologis, mereka dapat menjalani adaptasi, mencapai steady state yang baru dan melestarikan kelangsungan hidup dan fungsi, tetapi ketika perubahan lingkungan melebihi kapasitas sel untuk mempertahankan homeostasis yang normal maka cedera sel akan terjadi. Cedera sel ada yang bersifat reversibel dan irreversibel. Cedera reversibel pada sel adalah cedera yang terjadi dimana sel dapat kembali menjadi normal sedangkan irreversibel sel tidak dapat kembali normal bahkan dapat terjadi kematian sel. Kematian sel juga merupakan proses normal dan penting dalam embriogenesis, perkembangan organ, dan pemeliharaan homeostasis (Kumar et al, 2007). Tahapan

14 22 dalam respon seluler terhadap stres dan stimulus yang merugikan dapat dilihat pada gambar 2.2. Normal cell (Homeostasis) Stress, increased demand Injurious stimulus Adaptation Cell injury In ability to adapt Reversible cell injury Subcellular alterations Point of irreversibility Necrosis Apoptosis Gambar 2.2 Gambar tahapan dalam respon seluler terhadap stres dan stimulus yang merugikan (Kumar et al, 2007). Ada banyak penyebab terjadinya cedera sel salah satunya adalah Reactive Oxygen Species (ROS) dan hipoksia. Sel pada ginjal dapat mengalami cedera selama melakukan latihan fisik yang disebabkan oleh ROS dan hipoksia. Mekanisme cedera

15 23 sel oleh ROS dapat dilihat pada gambar 2.3. Cedera sel pada ginjal dapat bersifat reversibel dan irreversibel. Gambar 2.3 Gambar mekanisme cedera sel oleh ROS (Williams dan Wilkins, 2009). Cedera reversibel ditandai dengan adanya pembengkakan sel (cellular swelling) dan perubahan pada lemak. Pembengkakan seluler terjadi karena kegagalan pompa ion dalam membran plasma, yang menyebabkan ketidakmampuan untuk mempertahankan ion dan cairan dalam keadaan homeostasis. Perubahan lemak terjadi karena hipoksia yang ditandai dengan munculnya vakuola lipid yang kecil atau besar dalam sitoplasma (Kumar et al, 2007). Pembengkakan sel adalah manifestasi pertama pada semua bentuk cedera sel. Ketika hal ini terjadi pada organ akan menyebabkan organ menjadi pucat, adanya peningkatan turgor dan berat organ. Pada pemeriksaan mikroskopis akan terlihat

16 24 vakuola yang jelas dalam sitoplasma. Cedera seperti ini sering disebut sebagai perubahan hidrofik atau degenerasi vakuola. Pembengkakan sel bersifat reversibel (Williams dan Wilkins, 2009). Perubahan lemak dimanifestasikan dengan munculnya vakuola lipid dalam sitoplasma. Hal ini terutama ditemukan dalam sel-sel yang berperan dalam metabolisme lemak dan ini juga bersifat reversibel. Perubahan struktur pada cedera sel yang bersifat reversibel terdiri dari: perubahan membran plasma seperti blebbing, blunting atau distorsi dari mikrovili, dan melonggarnya keterikatan interselular; perubahan mitokondria seperti pembengkakan dan munculnya kepadatan bentuk amorf yang kaya fosfolipid; pelebaran retikulum endoplasma dengan terlepasnya ribosom dan pemisahan polysome; perubahan pada inti, dengan penggumpalan kromatin (Kumar et al, 2007). Cedera yang bersifat irreversibel ditandai dengan adanya nekrosis. Nekrosis terjadi karena adanya degadasi enzim pada sel. Sel-sel nekrotik tidak mampu untuk mempertahankan kesatuan membran, sehingga isi dari sel sering keluar. Dengan mikroskop elektron sel-sel nekrotik ditandai dengan adanya: kerusakan membran plasma dan membran organel; pelebaran mitokondria dengan munculnya densitas besar yang berbentuk amorf; terganggunya lisosom dan perubahan inti sel yang berakhir dengan rusaknya (dissolution) inti sel. Cedera sel pada ginjal khususnya bagian tubulus dapat dilihat pada gambar 2.4.

17 25 Gambar 2.4 Gambar perubahan bentuk cedera sel yang bersifat reversibel dan ireversibel (nekrosis) pada tubulus ginjal. (A) normal; (B) cedera reversibel; (C) cedera ireversibel (nekrosis) (Kumar et al, 2007). 2.8 Glutation Peroksidase Penggunaan oksigen untuk pernafasan oleh organisme hidup berhubungan dengan pembentukan radikal bebas. Untuk melindungi tubuh dari dampak merugikan radikal bebas maka diciptakanlah beberapa molekul berbeda yang dapat menetralkan radikal bebas yang dikenal dengan antioksidan (Marciniak et al, 2009). Antioksidan atau reduktor berfungsi untuk mencegah terjadinya oksidasi atau menetralkan senyawa yang telah teroksidasi dengan cara menyumbangkan hidrogen dan atau elektron (Silalahi, 2006). Di antara banyak zat kimia, sistem antioksidan enzimatik dan nonenzimatik yang paling penting untuk menghilangkan radikal bebas. Kedua sistem ini dikenal sebagai kapasitas oksidan plasma (Marciniak et al, 2009). Antioksidan nonenzimatik disebut juga antioksidan pemecah rantai yang terdiri dari vitamin C, vitamin E, dan beta karoten. Antioksidan enzimatik disebut

18 26 juga antioksidan pencegah, terdiri dari superoksid dismutase, katalase dan glutation perokidase. (Chevion, 2003; Ji, 1999). Glutation peroksidase (GPx) adalah selenocysteine yang mengandung enzim antioksidan mamalia yang mengkatalisis reduksi peroksida berbahaya dengan adanya glutation (GSH) sebagai kofaktor thiol dan melindungi sel / biomolekul dari kerusakan oksidatif dan peradangan (Bhabak et al, 2013). Selenium (Se) adalah mineral kelumit yang penting untuk sintesis protein dan aktivitas enzim glutation peroksidase (Winarsi, 2007). Mekanisme reaksi enzim glutation peroksidase merupakan salah satu cara utama yang digunakan oleh tubuh untuk melindungi diri dari kerusakan oksidatif. Enzim glutation peroksidase mengandung selenium sebagai gugus prostetik yang akan mengatalisis penghancuran H 2 O 2 serta senyawa hidroperoksida lipid dengan glutation tereduksi (GSH). Gugus sulfidril pada glutation tereduksi (GSH) berfungsi sebagai donor elektron dan akan dioksidasi menjadi bentuk disulfida (GSSG) selama reaksi tersebut. Apabila disulfida telah terbentuk, disulfida di reduksi kembali menjadi bentuk sulfidril oleh glutation reduktase yaitu enzim flavoprotein yang mengandung FAD. Glutation reduktase memerlukan elektron dari NADPH yang biasanya dihasilkan dari lintasan pentosa fosfat (Murray et al, 2003). GSSG + NADPH GR 2GSH + NADP +

19 27 Aktivitas enzim glutation peroksidase mampu mereduksi 70% peroksida organik dan lebih dari 90% H 2 O 2. Glutation peroksidase adalah enzim intraseluler yang terdispersi dalam sitoplasma namun aktivitasnya juga ditemukan dalam mitokondria. Glutation peroksidase ekstraseluler terdeteksi dalam berbagai jaringan (Winarsi, 2007). Sampai saat ini telah ditemukan beberapa isoform glutation peroksidase yaitu GPx1 ditemukan pada sitosol dan mereduksi hidrogen peroksida tetapi tidak esterifikasi lipid peroksil. GPx2 berada pada sel epitel gastrointestinal dan berfungsi untuk mengurangi peroksida makanan. GPx3 berada di kompartemen ekstraseluler dan diyakini menjadi salah satu enzim antioksidan ekstraseluler yang paling penting pada mamalia. GPx4 merupakan enzim yang mereduksi hidroperoksida lipid. GPx5 berada pada epididymal dan GPx6 berada pada kelenjar Bowman dan sistem olfactory (Arthur, 2000; Birben et al, 2012). Dalam hepar dan sel darah merah terdapat glutation peroksidase dengan konsentrasi tinggi. Pada jantung, ginjal, paru-paru, adrenal, lambung dan jaringan adipose mengandung kadar glutation peroksidase dalam kadar sedang. Glutation peroksidase kadar rendah sering ditemukan dalam otak, otot, testis dan lensa mata (Winarsi, 2007).

20 Ubi Jalar Ubi jalar (Ipomoea batatas L) atau ketela atau sweet potato diduga berasal dari Benua Amerika. Para ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah asal tanaman ubi jalar adalah Selendia Baru, Polinesia dan Amerika bagian tengah. Nikolai Ivanovich Vavilov, seorang ahli botani Soviet, memastikan daerah sentrum primer asal tanaman ubi jalar adalah Amerika bagian tengah (Gardjito et al, 2013). Ubi jalar mulai menyebar ke seluruh dunia, terutama negara-negara beriklim tropik diperkirakan pada abad ke-16. Pada tahun 1960-an penanaman ubi jalar sudah meluas hampir di semua provinsi di Indonesia. Pada tahun 1968 Indonesia merupakan negara penghasil ubi jalar nomor empat di dunia karena berbagai daerah di Indonesia menanam ubi jalar. Sentra produksi ubi jalar yang termasuk lima daerah terluas penanaman komoditas ini, dari tahun adalah provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Papua dan Sumatera Utara (Gardjito et al, 2013). Tumbuhan ubi jalar dapat di klasifikasikan sebagai berikut (Richana, 2013) : Kingdom Divisi Klas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Solanales : Convolvulaceae : Ipomea : Ipomea batatas L

21 29 Secara morfologi tumbuhan ubi jalar adalah tumbuhan merambat. Batang ubi jalar tidak berkayu, berbentuk bulat dengan teras di bagian tengah yang terdiri dari gabus. Warna batang bervariasi antara hijau dan ungu. Daun ubi jalar berdasarkan bentuknya dibagi menjadi 3 golongan yaitu bulat, lonjong dan runcing. Warna daun hijau tua dan hijau kuning. Warna tangkai daun dan tulang daun bervariasi antara hijau dan ungu, sesuai dengan warna batangnya, seperti yang terlihat pada gambar 2.5. Bunga ubi jalar menyerupai terompet, warna mahkota bunga ungu-putih pada bagian pangkal dan putih pada bagian ujung, seperti yang terlihat pada gambar 2.5. Buah ubi jalar berkotak tiga dengan kulit biji keras. Bentuk ubi jalar umumnya dapat dibedakan dalam dua golongan yaitu bulat dan lonjong dengan permukaan rata dan tidak rata. Ubi yang ideal adalah yang lonjong agak panjang dan beratnya g/ubi. Kulit ubi jalar dibedakan menjadi dua tipe yaitu tebal dan tipis dengan warna yang beragam yaitu putih, kuning, ungu dan ungu-merah. Sedangkan daging ubi warnanya putih, kuning, jingga dan ungu, seperti yang terlihat pada gambar 2.6. Gambar 2.5 Gambar ubi jalar dan bunga ubi jalar. ( Sumber: )

22 30 Gambar 2.6 Gambar beberapa varietas ubi jalar. ( Sumber : ) Komposisi kimia ubi jalar sebagian besar terdiri atas air (72,8%), karbohidrat (24,3%), protein, lemak, vitamin A, vitamin C, kalsium dan zat besi, seperti yang terlihat pada Tabel 2.1. Komposisi kimia ubi jalar dipengaruhi oleh varietas, lokasi dan musim tanam. Tabel 2.1 Komposisi kimia ubi jalar Parameter Komposisi Parameter Komposisi Energi 457,0 KJ Vitamin A 0,01 mg Air 71,1 g Thiamin 0,09 mg Abu 0,74 g Riboflavin 0,03 mg Protein 1,43 g Asam nikotinat 0,60 mg Lemak 0,17 g Vitamin C 24 mg Pati 22,4 g Oksalat 81 mg Gula 2,38 g Malat 116 mg Serat 1,60 g Sitrat 81 mg Ca 29 mg Asam amino (mg/100 g Protein) P 51 mg Threonin 82 Mg 26 mg Valin 108 Na 52 mg Sulfur 54 K 260 mg Isoleusin 82 S 13 mg Leusin 121 Fe 0,49 mg Aromatik 167 Zn 0,59 mg Lisin 81 Al 0,82 mg Triptofan 20 Sumber : (Bradbury dan Woofle dalam Richana, 2013).

23 31 Dengan demikian ubi jalar merupakan sumber pangan berenergi yaitu dalam bentuk gula atau karbohidrat. Saat ini ubi jalar dikenal mengandung antioksidan yaitu antosianin, terutama pada ubi jalar ungu (Richana, 2013) Ubi Jalar Ungu Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas var Ayamurasaki) biasa disebut Ipomoea batatas blackie karena memiliki kulit dan daging umbi yang berwarna ungu kehitaman atau ungu pekat (Ferichani et al, 2012). Ubi jalar ungu mengandung pigmen antosianin yang lebih tinggi daripada ubi jalar jenis lain. Pigmennya lebih stabil bila dibandingkan antosianin dari sumber lain seperti kubis merah, elderberries, blueberries dan jagung merah. Keberadaan senyawa antosianin pada ubi jalar ungu dapat berfungsi sebagai komponen pangan sehat dan paling lengkap. Antosianin adalah pigmen larut air yang secara alami terdapat pada berbagai jenis tumbuhan. Pigmen ini memberikan warna pada bunga, buah dan daun tumbuhan hijau. Antosianin merupakan sub-tipe senyawa organik dari keluarga flavonoid, dan merupakan anggota kelompok senyawa yang lebih besar yaitu polifenol. Beberapa senyawa antosianin yang paling banyak ditemukan adalah pelargonidin, peonidin, sianidin, malvidin, petunidin dan delfinidin, seperti yang terlihat pada gambar 2.7.

24 32 Gambar 2.7 Gambar struktur kimia dan struktur beberapa senyawa klasifikasi dari antosianin (Pojer et al, 2013). Kestabilan antosianin dipengaruhi oleh ph, oksigen, sulfur dioksida, protein dan enzim. Warna yang ditimbulkan oleh antosianin tergantung pada tingkat keasaman lingkungannya. Antosianin bermanfaat bagi kesehatan tubuh karena dapat berfungsi sebagai antioksidan, antihipertensi dan pencegah kanker. Antosianin juga

25 33 mampu menghalangi laju perusakan sel radikal bebas. Total kandungan antosianin bervariasi pada setiap tanaman dan berkisar antara 20 mg/100 g sampai 600 mg/100g berat basah (Richana, 2013). Farmakokinetik antosianin : Studi pada hewan coba menunjukkan bahwa antosianin diserap dengan cepat, muncul dalam aliran darah dalam beberapa menit (6 sampai 20 menit) setelah konsumsi dan mencapai tingkat maksimum pada darah setelah 15 sampai 60 menit. Baik pada manusia dan hewan, antosianin diserap dengan utuh dan beredar dalam plasma dan masuk ke urin tanpa mengalami perubahan metabolik. Pada tikus T 1/2 dari antosianin adalah 0,36 menit (Pojer et al, 2013). Ginjal juga merupakan target antosianin. Konsentrasi antosianin dalam ginjal tikus 2 sampai 4 kali lebih tinggi daripada di hati tikus hal ini menunjukkan bahwa dalam jangka pendek ginjal lebih efisien daripada hati pada pengambilan antosianin. Antosianin mengalami metabolisme dalam sel tubular ginjal, dengan keterlibatan COMT (catechol-o-methyl transferase). Antosianin diekskresikan dengan cepat. Pada tikus antosianin diekskresikan ke dalam empedu dan urin sebagai bentuk utuh dan bentuk yang telah dimetabolisme yang dapat terdeteksi setelah 20 menit (Pojer et al, 2013).

26 Kerangka Teori Latihan fisik akan menyebabkan metabolisme tubuh meningkat sehingga konsumsi oksigen tubuh meningkat. Konsumsi oksigen yang meningkat akan menyebabkan terbentuknya radikal bebas. Di sisi lain, pada beberapa organ akan terjadi penurunan aliran darah. Ginjal akan mengalami penurunan aliran darah dan filtrasi glomerulus selama latihan fisik. Keadaan ini akan menyebabkan terjadinya iskemia-reperfusi pada ginjal. Mekanisme iskemia-reperfusi tersebut akan mengaktifkan sistem xantin oksidase yang akan membentuk superoksida/radikal bebas. Ginjal juga mengaktifkan leukosit (sel inflamasi) karena adanya kerusakan jaringan dengan menggunakan sistem NADPH oksidase dan pada akhirnya akan menghasilkan radikal bebas juga. Banyaknya radikal bebas yang terbentuk akan mengganggu keseimbangan antara antioksidan endogen tubuh dengan radikal bebas sehingga aktivitas antioksidan endogen termasuk glutation peroksidase menurun. Hal ini akan menyebabkan terjadinya stres oksidatif. Saat kebutuhan metabolisme meningkat seperti pada latihan fisik, sel mungkin mengalami keadaan hipoksia relatif walaupun aliran darah normal pada beberapa organ termasuk ginjal. Hipoksia relatif juga akan menghasilkan stres oksidatif pada ginjal. Semua mekanisme ini menyebabkan kerusakan jaringan pada ginjal. Kerangka teori dapat dilihat pada gambar 2.8.

27 35 Latihan Fisik Metabolisme Aliran darah & filtrasi glomerulus ginjal Konsumsi O 2 Iskemia-reperfusi ginjal Aktivasi leukosit ginjal Hipoksia relatif ginjal Sistem xantin oksidase Sistem NADPH oksidase Radikal bebas Antioksidan endogen : SOD, Katalase, GPx, Vitamin C & E. Stres oksidatif Kerusakan jaringan ginjal Gambar 2.8 Kerangka Teori.

28 Kerangka Konsep Latihan fisik maksimal dapat meningkatkan produksi radikal bebas. Tubuh memiliki sistem pertahanan terhadap radikal bebas yang dikenal dengan antioksidan endogen. Bila terjadi ketidakseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan endogen akan menyebabkan penurunan aktivitas antioksidan endogen salah satunya GPx. Hal ini menyebabkan stress oksidatif sehingga terjadi kerusakan pada jaringan ginjal. Kerusakan jaringan ginjal tersebut ditandai dengan perubahan pada bentuk makroskopik ginjal dan histopatologi tubulus ginjal. Proses kerusakan jaringan ginjal ini dapat dihambat dengan memberikan antioksidan eksogen yang dapat menangkap radikal bebas. Salah satunya adalah dengan pemberian ekstrak umbi ubi jalar ungu. Ubi jalar ungu mengandung antioksidan yang dikenal dengan antosianin. Kerangka konsep dapat dilihat pada gambar 2.9. Latihan fisik maksimal Radikal bebas pada ginjal sementara itu GPx Stress oksidatif pada ginjal Pemberian ekstrak umbi ubi jalar ungu ( Ipomoiea batatas L ) Antosianin Latihan fisik maksimal Radikal bebas pada ginjal sementara itu GPx Stress oksidatif pada ginjal Kerusakan jaringan ginjal Perbaikan jaringan ginjal - Makroskopik (BB dan warna ginjal) - Histopatologi tubulus ginjal - Makroskopik (BB dan warna ginjal) - Histopatologi tubulus ginjal Gambar 2.9 Kerangka Konsep Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. dan injuri otot (Evans, 2000) serta menimbulkan respon yang berbeda pada jaringan

BAB I PENDAHULUAN. dan injuri otot (Evans, 2000) serta menimbulkan respon yang berbeda pada jaringan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latihan fisik yang dilakukan dengan teratur dapat mencegah penyakit kronis seperti kanker, hipertensi, obesitas, depresi, diabetes dan osteoporosis (Daniel et al, 2010).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya stres oksidatif pada tikus (Senturk et al., 2001) dan manusia

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya stres oksidatif pada tikus (Senturk et al., 2001) dan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Latihan fisik merupakan pergerakan tubuh yang dilakukan oleh otot dengan terencana dan berulang yang menyebabkan peningkatan pemakaian energi dengan tujuan untuk memperbaiki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang paling mendasar manusia memerlukan oksigen, air serta sumber bahan makanan yang disediakan alam.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit degeneratif, seperti kardiovaskuler, tekanan darah tinggi, stroke, sirosis hati, katarak,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah diketahui bahwa ketinggian menimbulkan stress pada berbagai sistem organ manusia. Tekanan atmosfer menurun pada ketinggian, sehingga terjadi penurunan tekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan pola hidup serta terjadinya penurunan kualitas lingkungan hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan pada persoalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Aktivitas fisik adalah kegiatan hidup yang harus dikembangkan dengan harapan dapat memberikan nilai tambah berupa peningkatan kualitas, kesejahteraan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam masyarakat latihan fisik dipahami sebagai olahraga. Olahraga dapat mempertahankan dan meningkatkan kesehatan tubuh, serta berdampak pada kinerja fisik. Olahraga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan yang sangat signifikan, banyak sekali aktivitas lingkungan yang menghasilkan radikal bebas sehingga

Lebih terperinci

M.Nuralamsyah,S.Kep.Ns

M.Nuralamsyah,S.Kep.Ns M.Nuralamsyah,S.Kep.Ns Pendahuluan Ginjal mempertahankan komposisi dan volume cairan supaya tetap konstan Ginjal terletak retroperitoneal Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya menghadap ke

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Bangsa-bangsa itik lokal yang ada umumnya diberi nama berdasarkan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Bangsa-bangsa itik lokal yang ada umumnya diberi nama berdasarkan II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Itik Cihateup Bangsa-bangsa itik lokal yang ada umumnya diberi nama berdasarkan tempat asalnya. Itik Cihateup berasal dari Desa Cihateup, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. struktur parenkhim masih normal. Corpusculum renalis malpighi disusun oleh komponen

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. struktur parenkhim masih normal. Corpusculum renalis malpighi disusun oleh komponen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Perubahan pada Parenkhim Ginjal 4.1.1 Perubahan pada Copusculum Malphigi Ginjal Gambaran kualitatif corpusculum malphigi ginjal pada kelompok tikus normal tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan oksidatif dan injuri otot (Evans, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan oksidatif dan injuri otot (Evans, 2000). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latihan fisik secara teratur memberikan banyak manfaat bagi kesehatan termasuk mengurangi risiko penyakit kardiovaskuler, osteoporosis, dan penyakit diabetes (Senturk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama

I. PENDAHULUAN. Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama digunakan di dunia. Parasetamol merupakan obat yang efektif, sederhana dan dianggap paling aman sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebugaran jasmani berhubungan dengan keberadaan hemoglobin di. Jumlah sel darah merah dan jumlah hemoglobin didalam sel-sel sangat

BAB I PENDAHULUAN. Kebugaran jasmani berhubungan dengan keberadaan hemoglobin di. Jumlah sel darah merah dan jumlah hemoglobin didalam sel-sel sangat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebugaran jasmani adalah harta yang sangat berharga bagi setiap individu manusia. Kebugaran jasmani adalah suatu kondisi tubuh seseorang dimana dia memiliki

Lebih terperinci

Struktur Ginjal: nefron. kapsul cortex. medula. arteri renalis vena renalis pelvis renalis. ureter

Struktur Ginjal: nefron. kapsul cortex. medula. arteri renalis vena renalis pelvis renalis. ureter Ginjal adalah organ pengeluaran (ekskresi) utama pada manusia yang berfungsi untik mengekskresikan urine. Ginjal berbentuk seperti kacang merah, terletak di daerah pinggang, di sebelah kiri dan kanan tulang

Lebih terperinci

Struktur bagian dalam ginjal

Struktur bagian dalam ginjal Sitem perkemihan Sistem perkemihan Terdiri atas: dua ginjal, dua ureter, vesika urinaria dan uretra Fungsi ginjal pembentukan urine Yang lain berfungsi sebagai pembuangan urine Fungsi lain ginjal: Pengaturan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan jumlah penderitanya terus meningkat di seluruh dunia seiring dengan bertambahnya jumlah populasi,

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1 1. Perhatikan gambar nefron di bawah ini! SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1 Urin sesungguhnya dihasilkan di bagian nomor... A. B. C. D. 1 2 3 4 E. Kunci Jawaban : D

Lebih terperinci

HISTOLOGI URINARIA dr d.. K a K r a ti t k i a a R at a n t a n a P e P r e ti t w i i

HISTOLOGI URINARIA dr d.. K a K r a ti t k i a a R at a n t a n a P e P r e ti t w i i HISTOLOGI URINARIA dr. Kartika Ratna Pertiwi 132319831 SISTEM URINARIA Sistem urinaria terdiri atas - Sepasang ginjal, - Sepasang ureter - Kandung kemih - Uretra Terdapat pula - Sepasang arteri renalis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aktifitas fisik merupakan kegiatan hidup yang dikembangkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Aktifitas fisik merupakan kegiatan hidup yang dikembangkan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktifitas fisik merupakan kegiatan hidup yang dikembangkan dengan harapan dapat memberikan nilai tambah berupa peningkatan kualitas, kesejahteraan dan martabat manusia.

Lebih terperinci

Secara sederhana, oksidasi berarti reaksi dari material dengan oksigen. Secara kimiawi: OKSIDASI BIOLOGI

Secara sederhana, oksidasi berarti reaksi dari material dengan oksigen. Secara kimiawi: OKSIDASI BIOLOGI Proses oksidasi Peranan enzim, koenzim dan logam dalam oksidasi biologi Transfer elektron dalam sel Hubungan rantai pernapasan dengan senyawa fosfat berenergi tinggi Oksidasi hidrogen (H) dalam mitokondria

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. 6.1 Efek Pelatihan Fisik Berlebih Terhadap Spermatogenesis Mencit. Pada penelitian ini, data menunjukkan bahwa kelompok yang diberi

PEMBAHASAN. 6.1 Efek Pelatihan Fisik Berlebih Terhadap Spermatogenesis Mencit. Pada penelitian ini, data menunjukkan bahwa kelompok yang diberi 1 BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Efek Pelatihan Fisik Berlebih Terhadap Spermatogenesis Mencit Pada penelitian ini, data menunjukkan bahwa kelompok yang diberi pelatihan fisik berlebih selama 35 hari berupa latihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anti nyamuk merupakan benda yang sudah tak asing lagi bagi kita. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi gigitan nyamuk. Jenis formula

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kesehatan, bahkan pada bungkus rokok-pun sudah diberikan peringatan mengenai

I. PENDAHULUAN. kesehatan, bahkan pada bungkus rokok-pun sudah diberikan peringatan mengenai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok merupakan hal yang sudah tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Bahkan menurut data WHO tahun 2011, jumlah perokok Indonesia mencapai 33% dari total jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dari semua kelompok usia dan ras. Jong (2005) berpendapat bahwa

BAB I PENDAHULUAN. manusia dari semua kelompok usia dan ras. Jong (2005) berpendapat bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kanker merupakan suatu jenis penyakit berupa pertumbuhan sel yang tidak terkendali secara normal. Penyakit ini dapat menyerang semua bagian organ tubuh dan dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 menjadi 2,1 pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Hasil riset tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 menjadi 2,1 pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Hasil riset tersebut BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 yang diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan RI, rerata prevalensi diabetes di Indonesia meningkat dari 1,1 pada tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah sepasang organ berbentuk kacang yang masing-masing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah sepasang organ berbentuk kacang yang masing-masing BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ginjal Ginjal adalah sepasang organ berbentuk kacang yang masing-masing berukuran satu kepalan tangan, dan terletak tepat di bawah tulang rusuk. Setiap hari kedua ginjal menyaring

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada

I. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring bertambahnya usia, daya fungsi makhluk hidup akan menurun secara progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada beberapa faktor yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Molekul ini sangat reaktif sehingga dapat menyerang makromolekul sel seperti lipid,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Molekul ini sangat reaktif sehingga dapat menyerang makromolekul sel seperti lipid, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang tidak stabil karena memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan pada orbital terluarnya. Molekul

Lebih terperinci

FUNGSI SISTEM GINJAL DALAM HOMEOSTASIS ph

FUNGSI SISTEM GINJAL DALAM HOMEOSTASIS ph FUNGSI SISTEM GINJAL DALAM HOMEOSTASIS ph Dr. MUTIARA INDAH SARI NIP: 132 296 973 2007 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN.......... 1 II. ASAM BASA DEFINISI dan ARTINYA............ 2 III. PENGATURAN KESEIMBANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingginya penyakit infeksi seperti thypus abdominalis, TBC dan diare, di sisi lain

BAB I PENDAHULUAN. tingginya penyakit infeksi seperti thypus abdominalis, TBC dan diare, di sisi lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia saat ini terjadi transisi epidemiologi yakni di satu sisi masih tingginya penyakit infeksi seperti thypus abdominalis, TBC dan diare, di sisi lain mulai meningkatnya

Lebih terperinci

GINJAL KEDUDUKAN GINJAL DI BELAKANG DARI KAVUM ABDOMINALIS DI BELAKANG PERITONEUM PADA KEDUA SISI VERTEBRA LUMBALIS III MELEKAT LANGSUNG PADA DINDING

GINJAL KEDUDUKAN GINJAL DI BELAKANG DARI KAVUM ABDOMINALIS DI BELAKANG PERITONEUM PADA KEDUA SISI VERTEBRA LUMBALIS III MELEKAT LANGSUNG PADA DINDING Ginjal dilihat dari depan BAGIAN-BAGIAN SISTEM PERKEMIHAN Sistem urinary adalah sistem organ yang memproduksi, menyimpan, dan mengalirkan urin. Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter,

Lebih terperinci

Secara sederhana, oksidasi berarti reaksi dari material dengan oksigen OKSIDASI BIOLOGI

Secara sederhana, oksidasi berarti reaksi dari material dengan oksigen OKSIDASI BIOLOGI Proses oksidasi Peranan enzim, koenzim dan logam dalam oksidasi biologi Transfer elektron dalam sel Hubungan rantai pernapasan dengan senyawa fosfat berenergi tinggi Oksidasi hidrogen (H) dalam mitokondria

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Subjek penelitian ini adalah anak yang diperoleh dari induk tikus Rattus norvegicus galur Sprague-dawley yang telah diinduksi hipoksia iskemik pada usia kehamilan 7

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latihan fisik secara teratur mempunyai efek yang baik terutama mencegah obesitas, penyumbatan pembuluh darah, penyakit jantung koroner, dan osteoporosis (Thirumalai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME Telah dilakukan penelitian pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia dibandingkan dengan jabatan, kekuasaan ataupun kekayaan. Tanpa kesehatan yang optimal, semuanya akan menjadi

Lebih terperinci

FUNGSI PHOSPOR DALAM METABOLISME ATP

FUNGSI PHOSPOR DALAM METABOLISME ATP TUGAS MATA KULIAH NUTRISI TANAMAN FUNGSI PHOSPOR DALAM METABOLISME ATP Oleh : Dewi Ma rufah H0106006 Lamria Silitonga H 0106076 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2008 Pendahuluan Fosfor

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada setiap sediaan otot gastrocnemius dilakukan tiga kali perekaman mekanomiogram. Perekaman yang pertama adalah ketika otot direndam dalam ringer laktat, kemudian dilanjutkan

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka A. Tinjauan Umum Tanaman Ubi Jalar (Ipomoea batatas) 1. Sejarah Singkat Ubi jalar (Ipomoea batatas) termasuk tanaman palawija penting yang diduga berasal dari Benua Amerika. Para

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metabolisme Energi Otot Rangka Kreatin fosfat merupakan sumber energi pertama yang digunakan pada awal aktivitas kontraktil. Suatu karakteristik khusus dari energi yang dihantarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari emisi pembakaran bahan bakar bertimbal. Pelepasan timbal oksida ke

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari emisi pembakaran bahan bakar bertimbal. Pelepasan timbal oksida ke 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran atau polusi merupakan perubahan yang tidak dikehendaki yang meliputi perubahan fisik, kimia, dan biologi. Pencemaran banyak mengarah kepada pembuangan

Lebih terperinci

organel yang tersebar dalam sitosol organisme

organel yang tersebar dalam sitosol organisme STRUKTUR DAN FUNGSI MITOKONDRIA Mitokondria Mitokondria merupakan organel yang tersebar dalam sitosol organisme eukariot. STRUKTUR MITOKONDRIA Ukuran : diameter 0.2 1.0 μm panjang 1-4 μm mitokondria dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan

BAB I PENDAHULUAN. mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup remaja yang telah digemari oleh masyarakat yaitu mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan mengakibatkan gangguan pada organ hati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di hati dan ginjal, sedangkan di otak aktivitasnya rendah. 2 Enzim

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di hati dan ginjal, sedangkan di otak aktivitasnya rendah. 2 Enzim BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Enzim katalase bersifat antioksidan ditemukan pada hampir sebagian besar sel. 1 Enzim ini terutama terletak di dalam organel peroksisom. Katalase ditemukan di semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan, manusia menghabiskan sebagian besar waktu sadar mereka (kurang lebih 85-90%) untuk beraktivitas (Gibney et al., 2009). Menurut World Health

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik Cihateup

PENDAHULUAN. Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik Cihateup I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Itik merupakan jenis unggas petelur maupun pedaging yang cukup produktif dan potensial disamping ayam. Itik Cihateup berasal dari Desa Cihateup, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia telah mengenal kehidupan di tempat tinggi sejak ribuan tahun lalu. Secara alami telah terjadi proses adaptasi fisiologis sebagai mekanisme kompensasi terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Aktifitas fisik merupakan kegiatan hidup yang dikembangkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Aktifitas fisik merupakan kegiatan hidup yang dikembangkan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktifitas fisik merupakan kegiatan hidup yang dikembangkan dengan harapan dapat memberikan nilai tambah berupa peningkatan kualitas, kesejahteraan dan martabat manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang baik pun meningkat. Salah satu sumber gizi yang paling penting adalah protein

BAB I PENDAHULUAN. yang baik pun meningkat. Salah satu sumber gizi yang paling penting adalah protein BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dari tahun ke tahun jumlah penduduk di negara Republik Indonesia semakin meningkat yang menyebabkan kebutuhan akan sumber makanan yang memiliki gizi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minuman isotonik atau dikenal juga sebagai sport drink kini banyak dijual

BAB I PENDAHULUAN. Minuman isotonik atau dikenal juga sebagai sport drink kini banyak dijual BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Minuman isotonik atau dikenal juga sebagai sport drink kini banyak dijual di pasaran. Menurut Badan Standar Nasional (1998), minuman isotonik merupakan salah satu produk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2-5% dari berat badan pada orang dewasa normal yang terletak pada kwadran

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2-5% dari berat badan pada orang dewasa normal yang terletak pada kwadran BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Hati Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh dengan berat 1500 gr atau 2-5% dari berat badan pada orang dewasa normal yang terletak pada kwadran kanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berlebihnya asupan nutrisi dibandingkan dengan kebutuhan tubuh sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. berlebihnya asupan nutrisi dibandingkan dengan kebutuhan tubuh sehingga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas adalah kondisi berlebihnya berat badan akibat banyaknya lemak pada tubuh, yang umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah kulit), di sekitar organ tubuh,

Lebih terperinci

Metabolisme karbohidrat

Metabolisme karbohidrat Metabolisme karbohidrat Dr. Syazili Mustofa, M.Biomed Lektor mata kuliah ilmu biomedik Departemen Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi Fakultas Kedokteran Unila PENCERNAAN KARBOHIDRAT Rongga mulut

Lebih terperinci

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA A. GINJAL SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA Sebagian besar produk sisa metabolisme sel berasal dari perombakan protein, misalnya amonia dan urea. Kedua senyawa tersebut beracun bagi tubuh dan harus dikeluarkan

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.1

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.1 . Perhatikan gambar nefron di bawah ini! SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal. Urin sesungguhnya dihasilkan di bagian nomor... Berdasarkan pada gambar di atas yang dimaksud dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tingkat gen akan kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya. Tumor

I. PENDAHULUAN. tingkat gen akan kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya. Tumor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumor adalah jaringan baru (neoplasma) yang timbul dalam tubuh akibat berbagai faktor penyebab tumor yang menyebabkan jaringan setempat pada tingkat gen akan kehilangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. berat kering beras adalah pati. Pati beras terbentuk oleh dua komponen yang

TINJAUAN PUSTAKA. berat kering beras adalah pati. Pati beras terbentuk oleh dua komponen yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Beras diperoleh dari butir padi yang telah dibuang kulit luarnya (sekam), merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Sebagian besar butir beras

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal mempunyai peran yang sangat penting dalam mengaja kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital dalam tubuh. Ginjal berfungsi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. penambah rasa makanan dengan L-Glutamic Acid sebagai komponen asam

1. PENDAHULUAN. penambah rasa makanan dengan L-Glutamic Acid sebagai komponen asam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Monosodium Glutamat (MSG) sudah lama digunakan diseluruh dunia sebagai penambah rasa makanan dengan L-Glutamic Acid sebagai komponen asam amino (Geha et al., 2000), dikarenakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal Ginjal merupakan organ ekskresi utama pada manusia. Ginjal mempunyai peran penting dalam mempertahankan kestabilan tubuh. Ginjal memiliki fungsi yaitu mempertahankan keseimbangan

Lebih terperinci

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru O R G A N P E N Y U S U N S I S T E M E K S K R E S I K U L I T G I N J A L H A T I P A R U - P A R U kulit K ULIT K U L I T A D A L A H O R G A

Lebih terperinci

Sistem Ekskresi Manusia

Sistem Ekskresi Manusia Sistem Ekskresi Manusia Sistem ekskresi merupakan sistem dalam tubuh kita yang berfungsi mengeluarkan zatzat yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh dan zat yang keberadaannya dalam tubuh akan mengganggu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang

BAB I PENDAHULUAN. proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anti Aging Medicine (AAM) adalah ilmu yang berupaya memperlambat proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang akan terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menyebabkan stres oksidatif. Kebutuhan untuk terlihat

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menyebabkan stres oksidatif. Kebutuhan untuk terlihat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini manusia dituntut untuk bekerja lebih keras untuk memenuhi besarnya kebutuhan hidup sehingga sering kali waktu istirahat berkurang. Kerja keras tanpa istirahat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Roundup adalah herbisida yang menggunakan bahan aktif glifosat yang banyak

I. PENDAHULUAN. Roundup adalah herbisida yang menggunakan bahan aktif glifosat yang banyak 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Roundup adalah herbisida yang menggunakan bahan aktif glifosat yang banyak digunakan di dunia. Glifosat (N-phosphonomethyl-glycine) digunakan untuk mengontrol gulma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini ternyata semakin meningkat. Disektor pertanian, herbisida digunakan

BAB I PENDAHULUAN. ini ternyata semakin meningkat. Disektor pertanian, herbisida digunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan herbisida di Indonesia terutama di sektor pertanian akhir akhir ini ternyata semakin meningkat. Disektor pertanian, herbisida digunakan secara intensif

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepar merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia, dengan berat 1.200-1.500 gram. Pada orang dewasa ± 1/50 dari berat badannya sedangkan pada bayi ± 1/18 dari berat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, dunia kedokteran dan kesehatan banyak membahas tentang radikal bebas dan antioksidan. Hal ini terjadi karena sebagian besar penyakit diawali oleh adanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik karbohidrat, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik karbohidrat, yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik karbohidrat, yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat berkurangnya sekresi insulin,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar penyakit diawali oleh adanya reaksi oksidasi yang berlebihan di dalam tubuh. Reaksi oksidasi ini memicu terbentuknya radikal bebas yang sangat aktif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbahaya dari logam berat tersebut ditunjukan oleh sifat fisik dan kimia.

BAB 1 PENDAHULUAN. berbahaya dari logam berat tersebut ditunjukan oleh sifat fisik dan kimia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era industrialisasi terjadi peningkatan jumlah industri, akan selalu diikuti oleh pertambahan jumlah limbah, baik berupa limbah padat, cair maupun gas. Limbah

Lebih terperinci

biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. ORGAN EKSKRESI

biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. ORGAN EKSKRESI 15 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI Pengeluaran zat di dalam tubuh berlangsung melalui defekasi yaitu pengeluaran sisa pencernaan berupa feses. Ekskresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk persenyawaan dengan molekul lain seperti PbCl 4 dan PbBr 2.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk persenyawaan dengan molekul lain seperti PbCl 4 dan PbBr 2. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Timbal merupakan logam yang secara alamiah dapat ditemukan dalam bentuk persenyawaan dengan molekul lain seperti PbCl 4 dan PbBr 2. Logam ini telah digunakan sejak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dibandingkan dengan unggas-unggas lainnya seperti ayam. Fakultas Peternakan

PENDAHULUAN. dibandingkan dengan unggas-unggas lainnya seperti ayam. Fakultas Peternakan I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Itik Cihateup termasuk kedalam jenis unggas air yang memiliki sifat fisiologik terbiasa dengan air dan kemampuan thermoregulasi yang rendah dibandingkan dengan unggas-unggas

Lebih terperinci

Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah SEKOLAH DASAR TETUM BUNAYA Kelas Yupiter Nama Pengajar: Kak Winni Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah A. Bagian-Bagian Darah Terdiri atas apakah darah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plumbum adalah salah satu logam berat yang bersifat toksik dan paling banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non essential trace element

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Senyawa 2-Methoxyethanol (2-ME) tergolong senyawa ptalate ester (ester

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Senyawa 2-Methoxyethanol (2-ME) tergolong senyawa ptalate ester (ester BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Infertilitas merupakan masalah yang memiliki angka kejadian yang cukup besar di Indonesia. Penyebab infertilitas pria dipengaruhi oleh banyak faktor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh sumber utama pencemaran udara yaitu: partikel debu/partikulat

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh sumber utama pencemaran udara yaitu: partikel debu/partikulat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuh sumber utama pencemaran udara yaitu: partikel debu/partikulat dengan diameter kurang dari 10 µm, sulfur dioksida (SO2), ozon troposferik, karbon monoksida (CO),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1 (kurangnya sekresi insulin) dan tipe 2 (gabungan antara resistensi

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1 (kurangnya sekresi insulin) dan tipe 2 (gabungan antara resistensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolisme lemak, karbohidrat, dan protein yang disebabkan kurangnya sekresi insulin, kurangnya sensitivitas insulin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing sebesar ton dan hektar. Selama lima

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing sebesar ton dan hektar. Selama lima BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ubi jalar merupakan salah satu komoditas tanaman pangan sumber karbohidrat di Indonesia. Berdasarkan data statistik, produktivitas ubi jalar pada tahun 2015 mencapai

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Kacang betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transparansinya. Katarak merupakan penyebab terbanyak gangguan

BAB I PENDAHULUAN. transparansinya. Katarak merupakan penyebab terbanyak gangguan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Katarak adalah keadaan dimana lensa menjadi keruh atau kehilangan transparansinya. Katarak merupakan penyebab terbanyak gangguan penglihatan, yang bisa menyebabkan

Lebih terperinci

OLAHRAGA DAN RADIKAL BEBAS

OLAHRAGA DAN RADIKAL BEBAS OLAHRAGA DAN RADIKAL BEBAS Rika Nailuvar Sinaga Abstrak Saat ini sedang terjadi perubahan gaya hidup di kota-kota besar termasuk dalam bidang olahraga. Olahraga yang dilakukan dengan baik dan benar akan

Lebih terperinci

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc.

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc. BIO210 Mikrobiologi Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc. Kuliah 4-5. METABOLISME Ada 2 reaksi penting yang berlangsung dalam sel: Anabolisme reaksi kimia yang menggabungkan bahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Tanaman alpukat.

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Tanaman alpukat. 3 TINJAUAN PUSTAKA Alpukat Tanaman alpukat berasal dari dataran tinggi Amerika Tengah dan diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad ke-18, namun secara resmi antara tahun 1920-1930 (Anonim 2009). Kata

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumping merupakan makanan tradisional yang berasal dari Bali, pada di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumping merupakan makanan tradisional yang berasal dari Bali, pada di 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumping Sumping merupakan makanan tradisional yang berasal dari Bali, pada di Indonesia sumping dikenal dengan kue nagasari. Sumping umumnya dibuat dari tepung beras, santan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan dalam jumlah kecil karena memiliki tingkat kemanisan yang tinggi,

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan dalam jumlah kecil karena memiliki tingkat kemanisan yang tinggi, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sakarin merupakan pemanis buatan yang memberikan rasa manis. Sakarin digunakan dalam jumlah kecil karena memiliki tingkat kemanisan yang tinggi, yaitu 200-700 kali

Lebih terperinci

SEL OLEH: NINING WIDYAH KUSNANIK

SEL OLEH: NINING WIDYAH KUSNANIK SEL OLEH: NINING WIDYAH KUSNANIK DEFINISI Sel adalah unit kehidupan struktural dan fungsional terkecil dari tubuh. Sebagian besar reaksi kimia untuk mempertahankan kehidupan berlangsung dalam sel. Sel

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Rhodamine B merupakan zat warna golongan xanthenes dyes. Pewarna

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Rhodamine B merupakan zat warna golongan xanthenes dyes. Pewarna BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rhodamine B Rhodamine B merupakan zat warna golongan xanthenes dyes. Pewarna ini terbuat dari dietillaminophenol dan phatalic anchidria dimana kedua bahan baku ini sangat toksik

Lebih terperinci

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel ORGANISASI KEHIDUPAN Sel Sel adalah unit terkecil dari makhluk hidup. Ukuran sangat kecil untuk melihat harus dibantu dengan mikroskop. Kata sel berasal dari bahasa latin cellulae, yang berarti bilik kecil.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang diakibatkan oleh radikal bebas. Namun tanpa disadari radikal

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang diakibatkan oleh radikal bebas. Namun tanpa disadari radikal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini meningkatnya pencemaran lingkungan berdampak negatif pada kesehatan yang diakibatkan oleh radikal bebas. Namun tanpa disadari radikal bebas secara alami

Lebih terperinci

PENGATURAN JANGKA PENDEK. perannya sebagian besar dilakukan oleh pembuluh darah itu sendiri dan hanya berpengaruh di daerah sekitarnya

PENGATURAN JANGKA PENDEK. perannya sebagian besar dilakukan oleh pembuluh darah itu sendiri dan hanya berpengaruh di daerah sekitarnya MAPPING CONCEPT PENGATURAN SIRKULASI Salah satu prinsip paling mendasar dari sirkulasi adalah kemampuan setiap jaringan untuk mengatur alirannya sesuai dengan kebutuhan metaboliknya. Terbagi ke dalam pengaturan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. asap rokok serta ekstrak akuades biji sirsak (KP 1, KP 2 dan KP 3 ). KN yang tidak

BAB V PEMBAHASAN. asap rokok serta ekstrak akuades biji sirsak (KP 1, KP 2 dan KP 3 ). KN yang tidak BAB V PEMBAHASAN A. Tebal Epitel Tubulus Seminiferus Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil berupa terdapat perbedaan tebal epitel tubulus seminiferus yang bermakna antara kelompok

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 10. SISTEM ORGANISASI KEHIDUPANLatihan Soal 10.5

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 10. SISTEM ORGANISASI KEHIDUPANLatihan Soal 10.5 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 10. SISTEM ORGANISASI KEHIDUPANLatihan Soal 10.5 1. Perubahan energi yang trjadi didalam kloropas adalah.... Energi kimia menjadi energi gerak Energi cahaya menjadi energi potensial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya seharihari.

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya seharihari. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya seharihari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup tinggi, kontaminasi dalam makanan, air, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hati adalah organ terbesar dalam tubuh. Penyakit pada hati merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius. Hepatitis adalah suatu peradangan difus jaringan hati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas fisik adalah setiap pergerakan tubuh akibat otot-otot skelet yang

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas fisik adalah setiap pergerakan tubuh akibat otot-otot skelet yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas fisik adalah setiap pergerakan tubuh akibat otot-otot skelet yang mengakibatkan pengeluaran energi. 1 Aktivitas fisik dapat memberi pengaruh positif pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya hidup sehat, tuntutan terhadap bahan pangan juga bergeser. Bahan pangan yang banyak diminati konsumen

Lebih terperinci