BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Emisi karbon dioksida global dari bahan bakar fosil meningkat secara signifikan dari tahun 1990 hingga tahun 2008. Fakta ini dirujuk dari data tingkat emisi karbon dioksida (CO 2 ) dari bahan bakar fosil tahun 1990-2008 yang dirilis oleh United States Environmental Protection Agency (EPA) pada tahun 2012. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 1.1. Gambar 1.1. Global Carbon Dioxide Emissions from Fossil-Fuels 1990-2008 (EPA, 2012) Indonesia merupakan salah satu negara kontributor emisi CO 2 dari bahan bakar fosil. Adapun penyumbang emisi CO 2 di Indonesia terdiri dari beberapa sektor dan kontribusinya terlihat dari Gambar 1.2. 1
2 Gambar 1.2. Kontributor Emisi CO 2 Indonesia Tahun 2005 (Sinaga, 2012) Berdasarkan Gambar 1.2., sektor transportasi menyumbangkan emisi CO 2 dari bahan bakar fosil sebesar 23% dan 90,7% dari emisi tersebut disumbangkan oleh transportasi darat. Tingginya kadar emisi CO 2 dari sektor transportasi darat dapat diturunkan dengan cara meningkatkan penggunaan kendaraan ramah lingkungan, misalnya kendaraan yang sumber energinya berasal dari sumber energi terbarukan, kendaraan yang kadar emisi gas buangnya rendah, dan lain sebagainya. Selain untuk menurunkan kadar emisi CO 2, penggunaan kendaraan ramah lingkungan dapat menurunkan konsumsi bahan bakar fosil yang dewasa ini jumlah ketersediaanya berkurang dan harganya yang melonjak naik seiring berjalannya waktu. Saat ini, Indonesia telah membuat dua program untuk mendukung penggunaan kendaraan ramah lingkungan (Kementrian Perindustrian Republik Indonesia, 2013). Program tersebut diantaranya sebagai berikut. 1. Peningkatan pengunaaan low cost green car (LCGC). Landasan hukum dari program ini adalah Peraturan Menteri Perindustrian RI no. 33 Tahun 2013 tentang pengembangan produksi kendaraan bermotor roda empat yang hemat energi dan harga terjangkau. Program ini dilakukan karena LCGC menggunakan bahan bakar pertamax yang memiliki nilai Reasearch Octane Number (RON) lebih tinggi dibanding premium/solar. Selain itu, dengan
3 penggunaan pertamax sebagai bahan bakarnya, maka subsidi BBM pun bisa diturunkan. Implementasi dari program ini dilakukan dengan cara diluncurkannya beberapa produk LCGC dari produsen mobil kenamaan, misalnya: Toyota Agya, Daihatsu Ayla, Honda Brio Satya, dan Suzuki Karimun Wagon R. Sejak diluncurkan mulai September 2013, berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) tercatat total penjualan LCGC di tahun 2013 adalah 51.180 unit atau sekitar 4% dari total penjualan mobil di Indonesia dan potensi pasar penjualan LCGC pada tahun 2014 diprediksikan Vincent Cobee, selaku Head of Datsun Corporate Vice President, naik menjadi 250.000 unit (Kurniawan, 2014). 2. Penggunaan bahan bakar gas hidrokarbon untuk transportasi. Berdasarkan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (2011), program ini dipilih karena gas hidrokarbon memiliki RON yang sangat tinggi, sehingga dapat memenuhi kebutuhan teknologi permesinan kendaraan dan tidak menimbulkan pencemaran udara. Sasaran utamanya adalah kota/kabupaten yang memiliki sumber gas bumi atau dilalui jaringan distribusi gas bumi atau mempunyai tingkat pertumbuhan kendaraan/emisi gas buang yang tinggi. Implementasi program ini diwujudkan melalui penggunaan CNG (Compressed Natural Gas) konverter kit pada kendaraan transportasi. Indonesia sendiri telah memiliki regulasi mengenai penggunaan CNG konverter kit ini yang terdiri dari: Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral RI No. 19 Tahun 2010 mengenai pemanfaatan gas bumi untuk bahan bakar gas yang digunakan untuk transportasi, Peraturan Presiden RI No. 64 Tahun 2012 tentang penyedian, pendistribusian, dan penetapan harga bahan bakar gas untuk transportasi jalan, Peraturan Menteri Perhubungan RI No. 39 Tahun 2012 tentang penggunaan bahan bakar gas jenis CNG pada kendaraan bermotor, Peraturan Menteri Perindustrian RI No. 70 Tahun 2012 mengenai pemberlakuan persyaratan teknis rangkaian komponen konverter kit untuk kendaraan bermotor secara wajib, dan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 141 Tahun 2007 tentang penggunaan bahan bakar gas untuk angkutan umum dan kendaraan operasional pemerintah daerah.
4 Namun dalam prakteknya, realisasi program penggunaan bahan bakar gas tersebut memiliki tantangan tersendiri bagi setiap pihak terkait, berbeda dengan realisasi program LCGC yang menunjukkan hasil positif dalam kurun waktu singkat. Menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (2011), beberapa tantangan yang harus dilewati adalah sebagai berikut. a. Bagi konsumen; persepsi mengenai gas sebagai bahan bakar yang berbahaya dan mudah meledak, kurangnya informasi mengenai keselamatan dan keekonomisan pemakai bahan bakar gas serta cara mendapatkan konverter kit, dan sulitnya menemukan stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG). b. Bagi pemerintah; besarnya biaya investasi dan biaya operasional dari pembangunan infrastruktur pengisian bahan bakar. c. Bagi produsen; rendahnya minat konsumen untuk menggunakan bahan bakar gas, rendahnya jumlah infrastruktur pengisian bahan bakar gas, dan masih ragu akan kepastian hukum dan pengembalian investasi. Dari fakta tersebut, maka penelitian ini difokuskan pada kendaraan berbahan bakar gas. Tantangan pada adopsi kendaraan berbahan bakar gas ini saling berhubungan satu sama lain, sehingga membuat permasalahan menjadi kompleks. Permasalahan yang kompleks sendiri dapat diselesaikan dengan metode penelitian pemodelan dan simulasi sistem. Pemodelan dan simulasi sistem memiliki beberapa pendekatan, yaitu: discrete event simulation (DES), system dynamic (SD), dan agent-based modeling (ABM). Pada kasus adopsi teknologi, pendekatan yang dapat digunakan adalah SD dan ABM. Pendekatan DES bukan menjadi pendekatan yang tepat dikarenakan model simulasinya berdasarkan pada proses dan agen/entitas yang dimodelkan tidak memiliki otonomi untuk melakukan aktivitas, misalnya berinteraksi satu sama lain dan sebagainya. Pada penelitian ini, riset yang dibahas adalah pengembangan model simulasi adopsi kendaraan berbahan bakar gas yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran. Pendekatan yang dipilih penulis adalah ABM yang dipadukan dengan riset empiris yang bertujuan untuk mendapatkan data. ABM dipilih karena model simulasinya mewakili tiap individu agen dalam suatu sistem
5 sosial yang dinamis (Macal dan North, 2007). Hal ini tidak diakomodir oleh pendekatan SD karena asumsi yang digunakan dalam pendekatan SD adalah tiap agen dianggap homogen dan tidak terdapat interaksi antaragennya, berbeda dengan SD, agen pada ABM bersifat kebalikannya, heterogen dan dapat berinteraksi serta mempengaruhi satu sama lain yang selanjutnya bisa memunculkan emerging properties akibat segala interaksi yang terjadi (Macal dan North, 2007). Oleh karena itu, pendekatan ABM dipilih agar model lebih dapat merepresentasikan sistem nyata. 1.2. Rumusan Masalah Masalah yang ditelaah dalam penelitian ini adalah bagaimana mengevaluasi intervensi yang efektif dalam meningkatkan adopsi kendaraan berbahan bakar gas dengan pemodelan dan simulasi berbasis agen. 1.3. Asumsi dan Batasan Masalah Hal yang menjadi asumsi dan batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Subjek penelitian ini adalah masyarakat yang berdomisili di Provinsi DKI Jakarta dan sekitarnya serta menggunakan kendaraan pribadi roda empat sebagai alat transportasi harian. b. Objek penelitian yang dipilih adalah kendaraan berbahan bakar gas dengan menggunakan CNG konverter kit. c. Kompetisi teknologi yang dimodelkan adalah kompetisi teknologi antara objek penelitian dengan LCGC (tanpa penggunaan CNG konverter kit) dan kendaraan pribadi roda empat yang saat ini digunakan subjek penelitian. Ketika subjek penelitian memilih menggunakan LCGC, maka diasumsikan bahwa kendaraan yang digunakan saat ini dijual. d. Hal yang dimodelkan dalam penelitian ini adalah mekanisme proses pengambilan keputusan adopsi kendaraan dari perspektif end-user.
6 e. Subjek penelitian diasumsikan telah mengetahui dan memahami teknologi penggunaan CNG konverter kit dan LCGC. f. Jenis jaringan sosial yang digunakan untuk membangun model adalah small world. 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dipenuhi pada penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Membagun model simulasi berbasis agen untuk adopsi kendaraan berbahan bakar gas dengan penggunaan CNG konverter kit. b. Mengevaluasi intervensi yang efektif dalam meningkatkan adopsi kendaraan berbahan bakar gas secara signifikan. c. Memberikan rekomendasi intervensi yang paling tepat dilakukan agar adopsi kendaraan berbahan bakar gas dengan penggunaan CNG konverter kit tumbuh lebih cepat. 1.5. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah dihasilkannya sebuah model simulasi adopsi kendaraan berbahan bakar gas. Model ini dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran untuk menganalisis intervensi yang tepat agar adopsi kendaraan berbahan bakar gas bisa tumbuh dengan cepat. Pertumbuhan kendaraan berbahan bakar gas yang cepat ini diharapkan memberi kontribusi positif untuk mewujudkan kondisi udara yang lebih bersih karena dapat menurunkan kadar CO 2 dari sektor transportasi darat, menurunkan ketergantungan akan bahan bakar minyak pada kegiatan transportasi darat, dan menurunkan subsidi bahan bakar minyak.