PENGARUH ZAT ADITIF PADA PENANDAAN 1,4,8,11-TETRAAZASIKLOTETRA DESIL- 1,4,8,11-TETRAMETILENFOSFONAT (CTMP) DENGAN TEKNESIUM-99m

dokumen-dokumen yang mirip
UJI TOKSISITAS AKUT RADIOFARMAKA 99m Tc- CTMP PADA MENCIT (Mus musculus)

EVALUASI PENGGUNAAN PENCACAH BETA DAN GAMMA PADA PENENTUAN KEMURNIAN RADIOKIMIA 188/186 Re-CTMP

STUDI BANDING KARAKTERISTIK FISIKO-KIMIA SEBAGAI RADIOFARMAKA PENYIDIK TULANG

PEMILIHAN SISTEM KROMATOGRAFI PADA PENENTUAN

PERBANDINGAN POLA BIODISTRIBUSI 99m Tc-CTMP dan 99m Tc-MDP PADA HEWAN UJI SEBAGAI RADIOFARMAKA PENYIDIK TULANG

PENANDAAAN 1,4,8,11-TETRAAZASIKOTETRADESIL-1,4,8,11- TETRAMETILEN FOSFONAT (CTMP) DENGAN RENIUM-186

PENANDAAN CTMP DENGAN TEKNESIUM-99m UNTUK RADIOFARMAKA PENYIDIK KANKER TULANG. Misyetti dan Isti Daruwati

PENANDAAN CTMP DENGAN TEKNESIUM-99m UNTUK RADIOFARMAKA PENYIDIK KANKER TULANG

PENANDAAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAMETILEN FOSFONAT (EDTMP) DENGAN RADIONUKLIDA 175 Yb

KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA KIT KERING KANAMYCIN * Eva Maria Widyasari, Misyetti, Teguh Hafiz Ambar W dan Witri Nuraeni

PENENTUAN KONDISI OPTIMUM DALAM PENANDAAN LIGAN EDTMP DENGAN RADIOISOTOP 170 Tm

PENGARUH PEMBERIAN AMLODIPIN PADA POLA BIODISTRIBUSI 99m Tc-MIBI SEBAGAI SEDIAAN SIDIK PERFUSI JANTUNG (UJI NON KLINIS PADA HEWAN PERCOBAAN)

STABILITAS DAN UJI PRAKLINIS 99mTc-EC UNTUK RADIOFARMAKA PENATAH FUNGSI GINJAL

EVALUASI BIOLOGIS RADIOFARMAKA 175 Yb-EDTMP UNTUK TERAPI PALIATIF PADA TULANG 1. Rizky Juwita Sugiharti, Iim Halimah, Azmairit Azis

PEMBUATAN 177LU-CTMP UNTUK PALIATIF NYERI TULANG METASTASIS : PENINGKATAN KEMURNIAN RADIOKIMIA 177LU CTMP DAN UJI STABILITASNYA

STABILITAS RADIOFARMAKA 99M Tc-KANAMYCIN SEBAGAI SEDIAAN UNTUK DETEKSI INFEKSI

FORMULASI KIT HUMAN SERUM ALBUMIN (HSA)-NANOSFER SEBAGAI RADIOFARMAKA UNTUK STUDI LIMFOSINTIGRAFI DI KEDOKTERAN NUKLIR

PENANDAAN MIBI (METOKSI ISOBUTIL ISONITRIL) DENGAN TEKNESIUM-99m SEBAGAI RADIOFARMAKA SIDIK PERFUSI JANTUNG

KARAKTERISTIK RADIOFARMAKA 99m Tc-GLUTATION. Nurlaila Z., Maula Eka Sriyani

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

PEMBUATAN KIT MIBI SEBAGAI PENATAH JANTUNG

Penandaan Human Serum Albumin (HSA)nanospheres dengan radionuklida teknesium-99m

UJI TOKSISITAS RADIOFARMAKA

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI RADIOISOTOP TULIUM-170 ( 170 Tm) Azmairit Aziz, Muhamad Basit Febrian, Marlina

PENANDAAN ASAM LINOLENAT SEBAGAI MODEL ISOLAT BENALU TEH UNTUK DIAGNOSIS KANKER DENGAN RADIONUKLIDA IODIUM-131

KARAKTERISTIK PENYIMPANAN KIT CAIR RADIOFARMAKA SIPROFLOKSASIN DALAM WADAH TUNGGAL

Eva Maria Widyasari, Nurlaila Zainuddin dan Witri Nuraeni

EVALUASI PROSES PRODUKSI RADIOISOTOP 153 Sm DAN SEDIAAN RADIOFARMAKA 153 Sm-EDTMP

EVALUASI PROSES PRODUKSI RADIOISOTOP 153 Sm DAN SEDIAAN RADIOFARMAKA 153 Sm-EDTMP

ANALISIS SISA RADIOFARMAKA TC 99M MDP PADA PASIEN KANKER PAYUDARA

FORMULASI RADIOFARMAKA 99m Tc-GLUTATION UNTUK DIAGNOSIS KANKER

3 METODOLOGI PENELITIAN

Pengembangan formulasi radiofarmaka siprofloksasin dalam wadah tunggal

PENGARUH PENCUCIAN LARUTAN NaOCl DAN PENAMBAHAN KOLOM KEDUA ALUMINA TERHADAP YIELD DAN LOLOSAN 99 Mo DARI GENERATOR 99 Mo/ 99m Tc BERBASIS PZC

PENINGKATAN KEMURNIAN RADIOKIMIA IODIUM -125 PRODUKSI PRR DENGAN NATRIUM METABISULFIT DAN REDUKTOR JONES

KARAKTERISTIK FISIKO-KIMIA SENYAWA BERTANDA 170 Tm-EDTMP

PENGARUH PENCUCIAN LARUTAN NaOCl DAN PENAMBAHAN KOLOM KEDUA ALUMINA TERHADAP YIELD DAN LOLOSAN 99 Mo (Mo BREAKTHROUGH) DARI GENERATOR

KARAKTERISTIK FISIKO-KIMIA SENYAWA BERTANDA 175 Yb-EDTMP. Azmairit Aziz, Marlina, Muhammad Basit Febrian

EVALUASI BIOLOGIS SENYAWA KOMPLEKS RENIUM-186 FOSFONAT SEBAGAI RADIOFARMAKA TERAPI PALIATIF KANKER TULANG

Azmairit Aziz. Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri, BATAN - Bandung

PREPARASI 99m TC-HYNIC-TOC DAN PENCITRAAN PADA PASIEN PENDERITA TUMOR

KARAKTERISTIK FISIKO-KIMIA RADIOFARMAKA. Nanny Kartini Oekar, Eva Maria Widyasari, Epy Isabela

BAB 3 METODE PERCOBAAN. Yang dilakukan mulai 26 Januari sampai 26 Februari Pemanas listrik. 3. Chamber. 4. Kertas kromatografi No.

KARAKTERISTIK PENYIMPANAN KIT CAIR RADIOFARMAKA SIPROFLOKSASIN DALAM WADAH TUNGGAL

PREPARASI 99m Tc-HYNIC-IMUNOGLOBULIN-G SEBAGAI RADIOFARMAKA UNTUK PENCITRAAN INFEKSI/INFLAMASI

Profil Kit-Kering Radiofarmaka Siprofloksasin Wadah Tunggal Profile of Radiopharmaceutical Single Vial Dried-Kit of Ciprofloxacin

ANALISIS UPTAKE TIROID MENGGUNAKAN TEKNIK ROI (REGION OF INTEREST) PADA PASIEN NODUL TIROID

PENANDAAN METAIODOBENZYLGUANIDIN (MIBG) DENGAN RADIONUKLIDA TEKNESIUM-99m

OPTIMASI PREPARASI SENYAWA BERTANDA 131 I-MIBG SEBAGAI RADIOFARMAKA TERAPI ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN

PEMISAHAN 54 Mn DARI HASIL IRADIASI Fe 2 O 3 ALAM MENGGUNAKAN RESIN PENUKAR ANION

PREPARASI 99m Tc-HYNIC-TOC YANG AKAN DIGUNAKAN UNTUK PENCITRAAN TUMOR

Peningkatan Kemurnian Radiokimia Iodium-125 Produksi PRR dengan Natrium Metabisulfit dan Reduktor Jones

PENGARUH PENCUCIAN LARUTAN NaOCl DAN PENAMBAHAN KOLOM KEDUA ALUMINA TERHADAP YIELD DAN LOLOSAN BERBASIS PZC (POLY ZIRCONIUM COMPOUND)

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

PENGEMBANGAN DAN APLIKASI KLINIS KIT-KERING RADIOFARMAKA SIPROFLOKSASIN. Jln. Tamansari 71 Bandung Jln. Pasir Kaliki 192, Bandung

EVALUASI KENDALI MUTU SENYAWA BERTANDA 153 SAMARIUM-EDTMP (ETHYLENE DIAMINE TETRA METHYLEN PHOSPHONATE )

Produk. Pemeriksaan pemeriksaan kalibrasi, g Spektroskopik. Kemurnian kimia kemurnian konsentrasi radionuklida (radioaktif) radioaktif

ANALISIS FISIKO KIMIA RADIOISOTOP PRASEODIMIUM-143 ( 143 Pr) UNTUK APLIKASI RADIOTERAPI

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI SEDIAAN RADIOISOTOP 169 ErCl 3 HASIL IRADIASI BAHAN SASARAN ERBIUM-168 DIPERKAYA 97,75% Azmairit Aziz

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

EVALUASI PEMBUATAN SENYAWA BERTANDA 131 I-HIPPURAN UNTUK DIAGNOSIS FUNGSI GINJAL

3 METODOLOGI PENELITIAN

FORMULASI KIT MIBI SEBAGAI PREPARA T PENATAH JANTUNG. Widyastuti, Hanafiah A., Yunilda, Laksmi A., Sri Setiyowati, dan Veronika Y.

UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN SIRUP RACIKAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang

Evaluasi biologis radiofarmaka 99m Tc-Etambutol untuk deteksi dini infeksi tuberkulosis pada hewan percobaan

Karakterisasi radiofarmaka sin sebagai penyidik infeksi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

EVALUASI BIOLOGIS 99m Tc-GLUKOSA-6-FOSFAT PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) STOCK SPRAGUE DAWLEY. Iim Halimah*, Hendris Wongso dan Isti Daruwati

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

KARAKTERISTIK FISIKO-KIMIA DAN BIOAFINITAS 99m Tc-GLUKOSA-6-FOSFAT TERHADAP JARINGAN TUMOR DALAM HEWAN MODEL

BIODISTRIBUSI RADIOFARMAKA 99m Tc-KETOKONAZOL PADA INFEKSI YANG DISEBABKAN OLEH CANDIDA ALBICANS, STAPHYLOCOCCUS AUREUS DAN ESCHERICHIA COLI

PENENTUAN KONDISI OPTIMUM PENANDAAN PARTIKEL HIDROKSIAPATIT DENGAN SEDIAAN RADIOISOTOP 175 YbCl 3 HASIL IRADIASI BAHAN SASARAN 174 Yb DIPERKAYA

PENGEMBANGAN SEDIAAN 99m Tc-HUMAN SERUM ALBUMIN (HSA)- NANOSFER SEBAGAI RADIOFARMAKA UNTUK LIMFOSINTIGRAFI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai dengan Juni 2013 di

3 Metodologi Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

kanker yang berkembang dari sel-sel yang berada pada kelenjar payudara. Dalam

PRODUKSI RADIOISOTOP. NANIK DWI NURHAYATI,M.SI

3 Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

UJI PRAKLINIS 99m Tc-KANAMISIN SEBAGAI RADIOFARMAKA UNTUK PENCITRAAN INFEKSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN Waktu Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Juni 2013 dan berakhir pada bulan Desember 2013.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT

J. Iptek Nuklir Ganendra Vol. 16 No. 1, Januari 2013 : ISSN

ANALISIS UPTAKE TIROID MENGGUNAKAN TEKNIK ROI (REGION OF INTEREST) PADA PASIEN HIPERTIROID

BAB 3 PERCOBAAN. Pada bab ini dibahas mengenai percobaan yang dilakukan meliputi bahan dan alat serta prosedur yang dilakukan.

BAB III MATERI DAN METODE. Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian,

BIODISTRIBUSI RADIOFARMAKA 99mTc(V)_DMSA

Tc-DIETIL KARBAMAZIN SEBAGAI SEDIAAN DIAGNOSTIK LIMFATIK FILARIASIS: EVALUASI NON-KLINIS

Transkripsi:

PENGARUH ZAT ADITIF PADA PENANDAAN 1,4,8,11-TETRAAZASIKLOTETRA DESIL- 1,4,8,11-TETRAMETILENFOSFONAT (CTMP) DENGAN TEKNESIUM-99m Misyetti, Isti Daruwati, Maula Eka Sriyani, Teguh Hafiz A.W Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri-BATAN, Jl. Tamansari No.71 Bandung, 4132 e-mail : misyetti@batan-bdg.go.id ABSTRAK PENGARUH ZAT ADITIF PADA PENANDAAN 1,4,8,11-TETRAAZASIKLOTETRADESIL- 1,4,8,11-TETRAMETILENFOSFONAT (CTMP) DENGAN TEKNESIUM-99m. Sebagai suatu sediaan farmasi, kit radiofarmaka harus memenuhi persyaratan kualitas yang telah ditetapkan. Faktorfaktor penting lainnya yang harus diperhatikan dalam pembuatan kit radiofarmaka, antara lain stabilitas, faktor ekonomi, kemudahan memperoleh kit serta penampilan kit radiofarmaka tersebut. Penambahan zat aditif dalam formulasi kit radiofarmaka dimaksudkan untuk memperbaiki stabilitas dan penampilan kit. Zat aditif dapat berupa bahan pengisi maupun bahan penstabil. Bahan pengisi berupa manitol dimaksudkan untuk meningkatkan volume kit agar terlihat lebih berisi, karena umumnya kit radiofarmaka memiliki bahan aktif dalam orde sangat kecil (µg). Penambahan bahan penstabil dimaksudkan untuk memperpanjang waktu daluwarsa kit, umumnya berupa zat antioksidan yaitu asam askorbat, asam gentisat dan asam para amino benzoat (PABA). Hasil penelitian menunjukan penambahan zat aditif dalam orde mg menurunkan efisiensi penandaan 99m Tc-CTMP hingga < %, sedangkan penambahan asam askorbat dan PABA dalam orde µg menurunkan efisiensi penandaan yang relatif kecil, namun penambahan asam gentisat dalam orde µg memberikan pengaruh yang signifikan. Dengan demikian, asam askorbat dan PABA dapat dipertimbangkan sebagai zat aditif dalam kit CTMP. Pada tahap selanjutnya dapat dilakukan pengaruh zat aditif tersebut terhadap biodistribusi serta efektivitasnya sebagai bahan penstabil. Kata kunci : kit radiofarmaka CTMP, teknesium-99m ABSTRACT THE EFFECTS OF ADDITIVES IN THE PREPARATION OF 1,4,8,11- TETRAAZASIKLOTETRA DESIL-1,4,8,11-TETRAMETILEN FOSFONAT CTMP RADIOPHARMA CEUTICAL KIT. As radiopharmaceutical, 99m Tc-CTMP has to fulfill the standards requirements. Other factors that must be taken into consideration in the preparation of radiopharmaceuticals are stability, economic factor, availability and appearance of the kits. The addition of additives in the formulation aims to improve the quality of radiopharmaceuticals, such as acceptability and stability of the kit. In order to make it visible on its appearance, mannitol as additive was used to increase the volume of radiopharmaceutical kit, because the active ingredients of radiopharmaceutical is very small, only in the level of µg. Stabilizer was used to improve its stability. It is usually use an antioxidant, such as gentisic and ascorbic acid. The result shown that those additives decreased the labeling efficiency of 99m Tc-CTMP until <%. With the result that those three additives cannot be added to the formulation of the CTMP radiopharmaceutical kit. Key words : CTMP radiopharmaceuticals kit, Technetium-99m 377

1. PENDAHULUAN Radiofarmaka yang ideal adalah radiofarmaka yang terakumulasi ke organ target yang diinginkan dengan memberikan toleransi akumulasi sekecil mungkin ke organ normal (organ non target) dan tidak bersifat toksik [1]. Untuk memperoleh radiofarmaka tersebut, selalu dilakukan penelitian dan pengembangan produk, baik untuk penggunaan diagnostik maupun terapi. Selain faktor kualitas dari suatu radiofarmaka, beberapa faktor lain perlu dipertimbangkan antara lain faktor ekonomi, stabilitas, penampilan dan kemudahan memperoleh radiofarmaka tersebut. Fakta-fakta ini sangat mempengaruhi pemakai (user) dalam memilih produk yang akan digunakan. Salah satu radiofarmaka untuk diagnosis tulang yang telah digunakan secara luas adalah senyawa metilendifosfonat (MDP) bertanda teknesium- 99m. Gopal menyatakan bahwa semua senyawa 99m Tc-difosfonat adalah senyawa chelate yang lemah dan cenderung terdegradasi dengan waktu, membentuk 99m TcO 4 dengan adanya oksigen dan radikal bebas yang dihasilkan oleh radiasi [2]. CTMP (1,4,8,11-tetraazasiklotetradesil- 1,4,8,11-tetrametilenfosfonat) merupakan derivat senyawa tetrafosfonat yang mempunyai empat buah gugus fosfonat dan empat buah gugus amino [3]. Gugus amino tersebut merupakan sisi untuk terikat dengan teknesium- 99m membentuk kompleks chelate yang lebih stabil, sehingga tidak mengganggu afinitasnya terhadap tulang karena gugus tetrafosfonat tetap dalam bentuk bebas, sedangkan senyawa MDP (metilen difosfonat) hanya mempunyai dua gugus fosfonat dan tidak memiliki gugus amin sehingga teknesium-99m yang terikat pada gugus fosfonat tersebut digunakan untuk membentuk koordinasi sehingga tidak ada gugus fosfonat dalam keadaan bebas. Hal ini dapat menyebabkan afinitas kompleks CTMP dengan teknesium-99m lebih tinggi dibandingkan dengan MDP [4]. Pada penelitian sebelumnya sudah diperoleh kondisi penandaan CTMP dengan teknesium-99m untuk skala laboratorium dan karakteristik fisiko-kimia dari senyawa bertanda 99m Tc-CTMP serta uji biologisnya [5,6,7]. Selanjutnya dilakukan penelitian dalam rangka pembuatan kit kering CTMP tentang faktor yang berpengaruh pada pembuatan kit kering. Ruang lingkup penelitian ini adalah mengetahui pengaruh bahan pengisi pada kit radiofarmaka 99m Tc-CTMP. Zat aditif yang ditambahkan dalam penelitian ini berupa bahan pengisi ditujukan hanya untuk menaikkan volume kit karena tanpa bahan pengisi, biasanya jumlah bahan ligan dan reduktor dalam vial hanya dalam orde mikrogram sehingga hampir tidak terlihat dengan mata biasa. Zat aditif lain yang dibutuhkan adalah bahan untuk meningkatkan stabilitas kit. Bahan penstabil yang dipilih adalah yang bersifat antioksidan seperti asam askorbat, asam gentisat dan asam para amino benzoat (PABA). Bahan pengisi dan penstabil yang dapat dipilih dalam formula kit radiofarmaka bersifat tidak menurunkan efisiensi penandaan dan karakteristik kit. 2. BAHAN DAN METODE 2.1. Bahan dan peralatan Bahan yang digunakan adalah 1,4,8,11- tetraazasiklotetradesil-1,4,8,11-tetrametilen fosfonat (CTMP) buatan PTNBR, SnCl 2 (E. Merck), NaHCO 3 (E. Merck) dan Na 2 HCO 3 (E. Merck), asam askorbat (BDH), asam gentisat (E.Merck), mannitol (TCI), asam para amino benzoat (PABA) (E Merck), larutan NaCl fisiologis steril (IPHA) aqua bidest steril (IPHA), aseton (E. Merck), kertas ph universal, kertas kromatografi Whatman 3 MM dan radionuklida teknesium-99m yang berasal dari generator 99 Mo/ 99m Tc (PT. Batan Teknologi), penyaring bakteri,22µm (millipore). Peralatan yang digunakan terdiri dari tabung reaksi, vortex-mixer (Retcsh), jarum suntik disposable (Terumo), pencacah gamma saluran tunggal (Ortec), Delux Isotop Calibrator (Victoreen), Freeze Dryrer (Labconco), pemanas dengan magnetic stirrer (Nuova II), satu perangkat alat kromatografi kertas, timbangan analitis (Metler Toledo), pipet mikro (eppendorf) dan alat-alat gelas lainnya. 2.2. Penandaan CTMP dengan Teknesium- 99m Sebanyak 5 µg CTMP dalam 1µL larutan dapar karbonat,2 M ph 9,2 ditambah dengan 1 µg /1µL larutan SnCl 2. ph larutan diatur menjadi 6-6,5 dengan penambahan NaOH atau HCl. Ke dalam larutan tersebut ditambahkan larutan natrium perteknetat ( 99m TcO 4 - ) dengan aktivitas 15-2 mci dan volumenya tergantung pada konsentrasi radioaktif Tc-perteknetat pada saat itu. Larutan diinkubasi di air mendidih selama 15 menit. 378

2.3. Penentuan kemurnian radiokimia Kemurnian radiokimia ditentukan dengan metode kromatografi kertas menaik. Fasa diam berupa kertas kromatografi Whatman 3 MM dengan ukuran 1x12cm ditandai setiap satu cm dengan pensil dan diberi nomor dari -1 sampai 1. Larutan 99m Tc-CTMP ditotolkan pada titik nol, kemudian dielusi secara menaik dengan dua macam fase gerak yaitu NaCl fisiologis dan aseton sampai skala 1. Fase gerak aseton digunakan untuk memisahkan pengotor radiokimia 99m Tc-perteknetat bebas sedangkan NaCl fisiologis digunakan untuk memisahkan pengotor radiokimia 99m Tc-tereduksi bebas. Setelah dielusi, kertas dikeringkan dan dipotong setiap satu skala (1 cm) dan setiap potongan dicacah dengan pencacah gamma saluran tunggal. Hal yang sama dilakukan terhadap blanko (larutan natrium perteknetat dan 99m Tctereduksi). Larutan 99m Tc-tereduksi dibuat dengan mereduksi 99m - TcO 4 dengan SnCl 2. Kemurnian radiokimia 99m Tc-CTMP dihitung berdasarkan hasil cacahan yang diperoleh. 2.4. Pengaruh penambahan manitol masing-masing sebanyak 5 µg CTMP dalam 1µL larutan dapar karbonat,2 M ph 9,2 dan 1 µg /1µL larutan SnCl 2. Ke dalam larutan tersebut, masing-masing ditambahkan manitol dengan konsentrasi bervariasi yaitu 1; 2,5 dan 5 mg. Larutan diatur pada ph 6-6.5 kemudian ditambahkan larutan natrium perteknetat ( 99m TcO 4 - ) dengan aktivitas 15-2 mci dan volumenya tergantung pada konsentrasi radioaktif Tc-perteknetat pada saat itu kemudian lalu diinkubasi di air mendidih selama 15 menit. 2.5. Pengaruh penambahan asam gentisat sebanyak 5 µg CTMP dalam 1µL larutan dapar karbonat,2 M ph 9,2 dan 1 µg/1µl larutan SnCl 2. Ke dalam larutan tersebut, masing-masing ditambah dengan 1mg/1µL, 2mg/2µL dan 3mg/3µL asam gentisat (konsentrasi 1mg/mL) untuk penambahan orde mg dan 2µg/5µL, 4µg/1µL, 1µg/25µL asam gentisat (konsentrasi 4µg/mL) untuk penambahan orde µg. Campuran reaksi diatur ph 6-6,5 kemudian ditambahkan larutan natrium perteknetat ( 99m TcO - 4 ) dengan aktivitas 1-5 mci. Volume akhir dijadikan 5µL dengan penambahan H 2 O. Larutan diinkubasi di air mendidih selama 15 menit. Efisiensi penandaan CTMP ditentukan dengan metode kromatografi kertas. 2.6. Pengaruh penambahan asam askorbat sebanyak 5 µg CTMP dalam 1µL larutan dapar karbonat,2 M ph 9,2 dan 1 µg/1µl larutan SnCl 2. Ke dalam larutan tersebut, masing-masing ditambah dengan 1mg/1µL dan 2mg/2µL asam askorbat (konsentrasi 1mg/mL) untuk penambahan orde mg dan 2µg/5µL, 4µg/1µL, 1µg/25µL asam askorbat (konsentrasi 4µg/mL) untuk penambahan orde µg. Campuran reaksi diatur ph 6-6,5 kemudian ditambah dengan larutan natrium perteknetat ( 99m TcO - 4 ) dengan aktivitas 1-5 mci. Volume akhir dijadikan 5µL dengan penambahan H 2 O. Larutan diinkubasi di air mendidih selama 15 menit. Efisiensi penandaan CTMP ditentukan dengan metode kromatografi kertas. 2.7. Pengaruh asam para amino benzoat sebanyak 5 µg CTMP dalam 1µL larutan dapar karbonat,2 M ph 9,2 dan 1 µg/1µl larutan SnCl 2. Ke dalam larutan tersebut, masing-masing ditambahkan asam para amino benzoat dengan konsetrasi 2µg/5µL, 4µg/1µL, 1µg/25µL (konsentrasi 4µg/mL). Campuran reaksi diatur ph 6-6,5 kemudian ditambahkan larutan natrium perteknetat ( 99m TcO - 4 ) dengan aktivitas 1-5 mci. Volume akhir dijadikan 5µL dengan penambahan H 2 O. Larutan diinkubasi di air mendidih selama 15 menit. Efisiensi penandaan CTMP ditentukan dengan metode kromatografi kertas. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian terdahulu [5] sudah diperoleh kondisi dan komposisi optimal penandaan CTMP dengan teknesium-99m yaitu 5 µg CTMP dan 1 µg SnCl 2 yang dilarutkan dalam dapar karbonat ph 9,2, dengan ph akhir sediaan 6, 6,5. Seperti yang sudah dikemukakan di atas, radiofarmaka yang sudah dipakai saat ini adalah MDP. Dalam penggunaannya untuk diagnosis tulang, radiofarmaka 99m Tc-MDP biasanya disuntikkan secara intravena dengan aktivitas Teknesium- 99m >15 mci. Mengacu pada aktivitas MDP tersebut, maka penandaan CTMP dilakukan 379

dengan aktivitas sekitar 2 mci ( atau > 15 mci). radioaktivitas (cps) radioaktivitas (cps) 2 15 1 5-1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 jarak migrasi (cm) Kurva 99mTc-CTMP Kurva''99mTc-manitol'' (A) -1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 jarak migrasi (cm) Kurva 99mTc-CTMP (B) Kurva ''99mTc-manitol'' Gambar 1. Kromatogram CTMP dan Manitol bertanda Teknesium-99m A (Fase Gerak Aseton); B (Fase Gerak NaCl) Berdasarkan formula yang diperoleh dari optimasi penandaan, berat akhir senyawa yang terkandung didalam setiap kit sangat kecil (orde mikrogram). Oleh sebab itu, dilakukan penambahan zat aditif dalam formulasi berupa bahan pengisi. Zat aditif lain berupa bahan penstabil yang bersifat antioksidan akan mencegah terjadinya oksidasi dan dimaksudkan untuk memperpanjang umur kit. Beberapa radiofarmaka yang mempunyai volume kit yang sangat kecil, seperti kit DTPA, HIDA, MIBI, biasanya menambahkan manitol berkisar antara 2 2 mg [8]. Dalam kit radiofarmaka, bahan pengisi tidak boleh bereaksi dengan radionuklida atau dengan bahan lain dalam kit yang dapat menurunkan efisiensi penandaan dan tidak boleh mempengaruhi biodistribusi radiofarmaka dalam tubuh. Dalam penelitian ini, dilakukan evaluasi penandaan kit (cair) CTMP dengan teknesium-99m dengan menambahkan manitol sebagai bahan pengisi dengan jumlah yang bervariasi sebanyak 1; 2,5 dan 5 mg. Pengaruh manitol terhadap penandaan CTMP dengan teknesium ditentukan dengan teknik kromatografi kertas dan hasilnya ditunjukkan pada Gambar 1 dan 2. Pada Gambar 1 dapat dilihat kromatogram hasil penandaan manitol dan CTMP dengan radionuklida Teknesium-99m. Kondisi penandaan manitol dengan 99m Tc dilakukan sama seperti kondisi penandaan CTMP dengan Teknesium-99m. Pada Gambar 1A, kromatogram menggunakan eluen aseton dan gambar 1B adalah kromatogram dengan menggunakan eluen NaCl fisiologis. Baik gambar 1A maupun 1B, yaitu hasil penandaan CTMP dan manitol dengan Teknesium-99m memperlihatkan kromatogram yang sama yaitu memberikan puncak dengan Rf dan 1. Untuk sediaan 99m Tc-CTMP puncak pada Rf yang terlihat pada Gambar 1A adalah campuran 99m Tc-CTMP dan 99m Tc-tereduksi ( TcO 2 ) dan puncak pada Rf 1 adalah senyawa teknesium perteknetat bebas (TcO - 4 ), sementara puncak Rf pada Gambar 1B adalah Tc-tereduksi dan pada Rf 1 adalah campuran senyawa 99m Tc-CTMP dan 99m TcO - 4. Pada sediaan hasil penandaan manitol dengan 99m Tc pada kondisi yang sama dengan kondisi penandaan 99m Tc-CTMP, belum diketahui secara pasti bentuk senyawa pada Rf dan Rf 1. Perbedaan yang terlihat pada kromatogram manitol dan CTMP bertanda teknesium-99m adalah intensitas setiap puncak. Pada Gambar 1B terlihat perbedaan yang sangat signifikan, dimana untuk sediaan 99m Tc-CTMP, intensitas pada puncak pada Rf sangat kecil sementara puncak yang sama pada hasil penandaan manitol intensitasnya sangat tinggi. 1 7 6 5 4 3 2 1 1 2.5 5 Berat manitol (mg) Gambar 2. Pengaruh manitol terhadap efisiensi penandaan 99m Tc-CTMP Kondisi yang berlawanan intensitas pada Rf 1 untuk sediaan 99m Tc-CTMP sangat tinggi sementara pada sediaan manitol intensitasnya lebih rendah. Dihubungkan dengan hasil penandaan CTMP dan pengaruh manitol pada penandaan CTMP pada Gambar 2, terlihat 3

adanya penurunan efisiensi 99m Tc-CTMP. Penurunan efisiensi penandaan tersebut tidak linear dimana penambahan manitol 5 mg memberikan efisiensi penandaan CTMP hampir sama dengan penambahan satu mg. Efisiensi penandaan CTMP masing-masing diperoleh 57,9 % dan 59,1%; sementara penambahan 2,5 mg manitol efisiensi penandaan lebih rendah yaitu 41,4%. Hal yang terpenting pada penelitian ini adalah perbedaan efisiensi penandaan 99m Tc-CTMP dengan ditambah dan tanpa manitol sangat signifikan. Timah (II) klorida (SnCl 2 ) adalah salah satu bahan yang berfungsi sebagai reduktor untuk mereduksi 99m - Tc 4 menjadi 99m Tctereduksi (yaitu 99m Tc dengan tingkat oksidasi yang lebih rendah). Timah (II) klorida tersebut dapat teroksidasi selama kit disimpan. Senyawa yang bersifat anti oksidan dapat membantu untuk menstabilkan kit seperti asam askorbat, asam gentisat dan PABA. Tetapi harus diketahui apakah ketiga macam senyawa tersebut berpengaruh pada efisiensi penandaan, maka dilakukan penambahan kedua bahan tersebut dalam formula kit CTMP jumlah zat penstabil dilakukan dalam orde mirogram dan miligram. Hasil yang diperoleh ditunjukkan pada Gambar 3, 4 dan 5. Pengaruh asam gentisat terhadap efisiensi penandaan CTMP (Gambar 3) menunjukkan bahwa dengan menambahkan 1-3 mg asam gentisat dalam komposisi kit CTMP menurunkan efisiensi penandaan sampai < %. Dari lima kali percobaan terlihat bahwa dengan adanya penambahan asam gentisat selain penurunan efisiensi penandaan CTMP juga penurunan presisi dimana dengan adanya asam gentisat standar deviasi diperoleh sekitar 5% sementara tanpa asam gentisat hanya 1,5%. Efisiensi penandaan CTMP tanpa penambahan asam gentisat diperoleh 96,5%, dengan penambahan 1, 2 dan 3mg asam gentisat diperoleh efisiensi penandaan masing-masing,7 ± 4,9%; 84, ± 7,1% dan 79, ± 5, %. Untuk mengetahui efek penambahan asam gentisat dalam orde yang lebih kecil (µg), dilakukan penelitian dengan menambahkan asam gentisat masing-masing sebanyak 2, 4 dan 1µg. Walaupun jumlah penambahan sangat kecil (dalam orde µg), pengaruh penurunan efisiensi penandaan CTMP cukup signifikan. Efisiensi penandaan CTMP diperoleh 92%, 87% dan 83% masing-masing untuk penambahan 2, 4 dan 1µg asam gentisat (Gambar 4), sedangkan tanpa penambahan asam gentisat diperoleh efisiensi penandaan sebesar 95 %. 1 7 6 5 4 3 2 1 1 2 Berat Asam Askorbat (mg) (A) (A) Efisiensi penandaan (%) 96 94 92 88 86 84 82 2 4 1 1 7 6 5 4 3 2 1 2 4 1 Berat Asam Askorbat (µg) Berat asam gentisat (ug) Tc4 Tc2 Tc-CTMP (B) (B) Gambar 3. Pengaruh asam gentisat terhadap efisiensi penandaan 99m Tc- CTMP (A). Orde milligram, (B). Orde mikrogram Gambar 4. Pengaruh asam askorbat terhadap efisiensi penandaan 99m Tc- CTMP (A). Orde milligram, (B). Orde mikrogram 381

Gambar 4 menunjukkan bahwa asam askorbat berpengaruh terhadap efisiensi penandaan. Penambahan asam askorbat orde miligram masing-masing 1 dan 2 mg menyebabkan efisiensi penandaan turun hingga 51,91% dan 42,11% sedangkan penambahan asam gentisat menyebabkan efisiensi penandaan turun menjadi 88,86%. Selain faktor zat aditif, diteliti pula kestabilan radiofarmaka dengan variasi pengenceran. Larutan radioaktif dengan konsentrasi yang tinggi akan mudah terdegradasi yang disebabkan oleh radiolisis yang dapat menghasilkan radikal bebas. Radikal ini akan merusak senyawa yang ada dalam kit, sehingga kit menjadi tidak stabil. Dalam percobaan ini diuji kestabilan beberapa variasi konsentrasi radiofarmaka 99m Tc-CTMP dalam waktu 4 jam pengamatan untuk mengetahu konsentrasi radioaktif yang sesuai pada penandaan CTMP. Penambahan asam askorbat dalam orde mikrogram memberikan efek pada penurunan efisiensi penandaan, tapi penurunannya sangat kecil yaitu sekitar 2 %. Dengan penurunan efisiensi penandaan yang kecil tersebut, dapat dipertimbangkan penggunaan asam askorbat dalam orde mikrogram dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti efek meningkatkan kestabilan, pengaruh terhadap biodistribusi dan uji biologis yang lain. 1 7 6 5 4 3 2 1 2 4 1 Berat PABA (µg) Tc4 Tc2 Tc-CTMP Gambar 5. Pengaruh PABA terhadap efisiensi penandaan 99m Tc-CTMP (orde mikrogram) Zat penstabil untuk kit MDP [9] ditambahkan PABA. Hal yang sama dilakukan untuk kit CTMP. Hasilnya seperti ditampilkan pada Gambar 5. Dengan penambahan PABA 2-1 µg menurunkan efisiensi penandaan sekitar 2%. Pengaruh yang kecil ini dapat dipertimbangkan untuk digunakan apabila efek untuk meningkatkan stabilitas kit sangat berarti. 4. KESIMPULAN Penambahan zat aditif berupa manitol (sebagai bahan pengisi) dan asam gentisat, asam askorbat serta asam para amino benzoat (sebagai zat penstabil), berpengaruh secara signifikan terhadap efisiensi penandaan pada orde mg (<%). Namun pada orde µg, asam askorbat dan asam para amino benzoat mempunyai pengaruh yang sangat kecil yang ditunjukkan dengan persentase efisiensipenandaan sekitar %. Oleh karena itu, asam askorbat dan asam para amino benzoat dapat dipertimbangkan untuk digunakan sebagai bahan penstabil dalam orde µg (2-1 µg). Asam askorbat dan asam para amino benzoat dapat digunakan sebagai bahan penstabil apabila pada penelitian selanjutnya, kedua senyawa tersebut tidak berpengaruh terhadap hasil uji biodistribusi dan uji biologis lain. 5. UCAPAN TERIMAKASIH Dengan selesainya penelitian ini, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Epy Isabela dan Bapak Rd sukendar serta Revi dan Mira yang sudah banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian ini. 6. DAFTAR PUSTAKA 1. VOLKERT W.A., GOECKELER W.F., Therapeutic radionuclide: Production and decay property considerations, J. Nuclear Medicine 32 (1991) 174-185. 2. SAHA, G.B., Fundamental of Nuclear Pharmacy. 5 th ed. Spriner, USA (24) 3. KOTHARI, K., SAMUEL, G., BANERJEE. S., UNNI, P.R., SARMA, H.D., 186 Re-1,2,8,11-Tetraaza cyclotetradecyl-1,2,8,11-tetramethylene phosphonic acid: A novel agent for possible use in metastatic bone-pain palliation, Nucl. Med. and Biol, 28 (21) 79-717. 4. HASHIMOTO, K., Labelling of aminomethylenephosphonat derivatives with generator-produced 188 Re, and study of their stability, Appl. Radiat. Isot. 51 (1999) 37-313. 5. MISYETTI, DARUWATI, I., Penandaan CTMP dengan Teknesium-99m untuk radiofarmaka penyidik kanker tulang. Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia. 9(2) 28:79-88. 382

6. DARUWATI, I., MISYETTI, MAULA EKA SRIYANI, Karakterisasi fisikokimia radiofarmaka CTMP ( Jurnal Widyariset LIPI, belum terbit) 7. SUMPENA, Y., SUGIHARTI, R.J., HALIMAH, I., SOFYAN, R., Evaluasi biologis radiofarmaka 99m Tc-CTMP untuk pencitraan tulang pada hewan percobaan. (akan disajikan pada seminar di PTKMR Oktober 29) 8. IAEA. Technetium-99m Radiopharmaceuticals: Manufacture of Kits. IAEA technical reports series no 466 (28) 9. KIRKLAND-QUEBEC. Drax Image Kit For The Preparation of Technetium-99m Medronate injection. Canada. April 1998. 383