PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP (Studi Pada RSUP Dr.

dokumen-dokumen yang mirip
Implementasi Metode Activity-Based Costing System dalam menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Kasus di RS XYZ)

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT MATA DI SURABAYA

BAB II LANDASAN TEORI

PENETAPAN HARGA POKOK SEBAGAI DASAR PENENTUAN TARIF RAWAT INAP BERDASARKAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DI RUMAH SAKIT UMUM PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Persaingan tersebut tidak hanya persaingan bisnis dibidang

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP (Studi Kasus Pada RSB Nirmala,Kediri)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang

SHITA TIARA 1 Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muslim Nusantara

BAB II LANDASAN TEORI

PENENTUAN TARIF JASA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT BERSALIN JEUMPA PONTIANAK MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM

PERHITUNGAN BIAYA KAMAR RAWAT INAP RSUD TUGUREJO SEMARANG MENGGUNAKAN METODE ABC

ANALISA PENERAPAN SISTIM ACTIVITY BASED COSTING DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP STUDI KASUS PADA RSB. TAMAN HARAPAN BARU

BAB II LANDASAN TEORI

Penerapan Activity Based Costing (ABC) Sebagai Dasar Penetapan Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Kasus Pada RSAB Muhammadiyah Probolinggo)

Analisa Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap dengan Menggunakan Activity Based Costing System (ABCS) di Rumah Sakit Paru Pamekasan.

PENDEKATAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF KAMAR RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT KASIH IBU DENPASAR

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING DALAM PENETAPAN TARIF RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT (Studi Pada Rumah Sakit Islam Gondanglegi Malang)

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT METODE ACTIVITY BASED COSTING DALAM PENENTUAN TARIF RAWAT INAP DI RSUD KAYUAGUNG TAHUN 2012

BAB VI PENUTUP. tarif untuk kelas Utama A Rp Utama B Rp Kelas I Rp

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia yang sangat

METODE PEMBEBANAN BOP

DAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM RUMAH SAKIT (Studi Kasus pada RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya)

METODE ACTIVITY BASED COSTING UNTUK MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT YARSI (Yayasan Rumah Sakit Islam) PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk

ANALISIS PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM AKURASI PERHITUNGAN TARIF KAMAR PADA HOTEL AZIZA BY HORISON PEKANBARU

PENERAPAN METODE ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP (Study Kasus pada Rumah Sakit Islam Klaten)

Analisis Penggunaan Activity Based Costing Sebagai Alternatif Dalam Menentukan Tarif Kamar Pada Hotel Cendrawasih Lahat

Akuntansi Biaya. Activity Accounting: Activity Based Costing, Activity Based Management. Angela Dirman, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas FEB

BAB I PENDAHULUAN. ini membuat persaingan di pasar global semakin ketat dan ditunjang perkembangan

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA CV. DESIGN KREASINDO SAMARINDA. Kuat Sudrajat 1

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Pada umumnya rumah sakit terbagi menjadi dua yaitu rumah sakit umum

BAB II LANDASAN TEORI. Hansen dan Mowen (2004:40) mendefinisikan biaya sebagai:

BAB II PENENTUAN BIAYA OVERHEAD PABRIK (BOP) BERDASARKAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) 2.1. Sistem Akuntansi Biaya Tradisional

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM PENENTUAN HARGA POKOK KAMAR HOTEL PADA HOTEL GRAND KARTIKA PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERBANDINGAN BIAYA PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM TRADISIONAL DENGAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM PADA INDUSTRI KERAJINAN BAMBU KARTI AJI

PERHITUNGAN UNIT COST

Lampiran 1 Pengelompokan Biaya Rawat Inap dan Cost Driver Kamar Rawat Inap

MODEL ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SEBAGAI MODEL PENENTUAN TARIF JASA PENGINAPAN HOTEL

BAB II LANDASAN TEORI. Persaingan global berpengaruh pada pola perilaku perusahaan-perusahaan

PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI DASAR PENETAPAN TARIF JASA RAWAT INAP PADA RSUD. SITI AISYAH KOTA LUBUKLINGGAU

ABC SYSTEM (ACTIVITY BASED COSTING) SEBAGAI ALTERNATIF DALAM MENGHITUNG TARIF KAMAR PADA HOTEL INDRAPRASTA SEMARANG

IMPLEMENTATION OF ACTIVITY BASED ANALYSIS METHOD COSTING SYSTEM IN PRICING COST OF ROOMS IN HOTEL DYNASTY MAKASSAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Harga Pokok Produk. rupa sehingga memungkinkan untuk : a. Penentuan harga pokok produk secara teliti

Penentuan Biaya Overhead Produk Teh Hijau Menggunakan Metode Activity Based Costing (ABC)

PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI DASAR PENETAPAN TARIF JASA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG

Penentuan Biaya Overhead Produk Teh Hijau Menggunakan Metode Activity Based Costing

PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI DASAR MENENTUKAN HARGA POKOK KAMAR HOTEL (Studi Kasus pada Hotel Pelangi Malang Periode 2012)

Bab IV PEMBAHASAN. perusahaan, sehingga perusahaan dapat menentukan harga jual yang kompetitif. Untuk

Penerapan Metode Activity Based Costing Dalam Menentukan Cost Kamar Hotel Pada XYZ Hotel

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan suatu pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. organisasi (Mulyadi, 2003;4). Atau lebih singkatnya dapat dikatakan bahwa kos

Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi Menggunakan Metode Activity Based Costing (Studi Kasus Pada PT. Bintang Semarang)

BAB 2 TINJAUAN TEORI

PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS (ABC) : ALAT BANTU PEMBUAT KEPUTUSAN

Management Analysis Journal

ABSTRAKS. Kata kunci : Aktivitas, Sistem Akuntansi Tradisional, Sistem ABC, Harga Pokok Produk.

Bagaimana Perhitungan Unit Cost Kamar Hotel Melalui Pendekatan Metode Tradisional dan Activity Based Costing?

PERANAN METODE ACTIVITY BASED COSTING DALAM MENENTUKAN COST OF GOODS MANUFACTURED

SUKODONO, SIDOARJO. Irwan Firdaus Mahasiswa Jurusan Akuntansi Universitas Negeri Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. jasa yang lebih baik daripada yang ditawarkan oleh pesaing. Hal tersebut dapat

BAB III METODELOGI PENELITIAN

SKRIPSI Digunakan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Pada Program Studi Akuntansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penentuan Harga Pokok Kamar Hotel dengan. Metode Activity Based Costing (Studi Kasus pada Hotel Rachmad Jati Caruban) Oleh: Ratna Kusumastuti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENERAPAN SYSTEM ACTIVITY BASED COSTING (SISTEM ABC) SEBAGAI ALTERNATIF DALAM MENENTUKAN HARGA POKOK PRODUKSI (Studi pada CV. Indah Cemerlang Malang)

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dunia usaha yang semakin pesat. Persaingan tersebut tidak hanya

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING. I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang

BAB II LANDASAN TEORI. mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi.

PENENTUAN HARGA PRODUK PLYWOOD MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM

PERBANDINGAN PENENTUAN TARIF KAMAR HOTEL ANTARA FULL COSTING DENGAN ACTIVITY BASED COSTING PADA HOTEL TIRTONADI PERMAI SURAKARTA

PENDAHULUAN. bahan plastik dengan bahan baku titro propylenna 6531, titanlene dan afal yang

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh informasi yang akurat untuk meningkatkan efektivitas dan

BAB I PENDAHULUAN. didorong oleh perkembangan teknologi yang semakin maju, penentuan harga

of goods manufactured) menurut Blocher dkk adalah harga pokok produk

BAB I PENDAHULUAN. misalnya usaha konveksi dimana dalam bidang usaha ini perusahaan dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. suatu unit usaha (baik milik pemerintah maupun swasta), dimana lembaga

JURNAL ILMIAH AKUNTANSI BISNIS & KEUANGAN (JIABK), Volume 12, Nomor 2, November 2017 ISSN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, industri dan teknologi di Indonesia

ANALISIS PERHITUNGAN UNIT COST SEWA KAMAR KELAS II AR RAHMAN DENGAN METODE ACTIVITY-BASED COSTING (STUDI KASUS DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. metode yang di teteapkan dalam perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. organisasi bisnis (Warren, Reeve & Fess 2006: 236). Semakin derasnya arus

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PENERAPAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING UNTUK MENINGKATKAN KEAKURATAN HARGA POKOK PENJUALAN PADA UD MEBEL JAYA MANDIRI

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Risma Yurnita, Holly Deviarti. Universitas Bina Nusantara Jln. Kebon Jeruk Raya No. 20 Jakarta Barat Phone

1. Bagaimana sistem akuntansi biaya tradisional (konvensional) yang diterapkan oleh PT. Martina Berto dalam menentukan Harga Pokok Produksi (HPP)? 2.

BAB II LANDASAN TEORI

Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode Tradisional dan Activity Based Costing (ABC) pada UD. Cella Cake dan Bakery Manado

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pada posisi , 02 sampai ,40 Bujur Timur, ,67

ABSTRACT. Keywords: ABCS, Cost drivers, activities.

commit to user 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang cukup berperan dalam menentukan daya saing

Transkripsi:

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP (Studi Pada RSUP Dr. Soedono Madiun) Siti Suharni 1 1 adalah Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Merdeka Madiun Abstract In determining the cost price of products, traditional cost accounting system is not suitable anymore for the application in the modern era of technology it is today. Because this system has several weaknesses. Among them are giving a distorted cost information. Distortions arise because of inaccuracies in the cost of loading, resulting in errors costing, decision making, planning and control (Supriyono, 1999:259). Distortion is also caused undercost / overcost to the product (Hansen & Mowen, 2005). The existence of these weaknesses can be overcome by using Activity Based Costing. Activity Based Costing is a method of determining the cost of the search fee to the event, then to product. The main difference between the product cost of goods of traditional cost accounting with ABC is the amount of cost driver (the trigger cost) used in the ABC method were compared in a traditional cost accounting system. The results showed that the hospitalization rate calculations using the ABC method, when compared with traditional methods, the ABC method gives greater results except in the VIP class and the first principal who gives a smaller result. This is because the overhead of loading on each product. In traditional cost accounting methods of overhead costs on each product. In traditional cost accounting method, the overhead cost of each product is only charged on only one cost driver. As a result there tends to be a distortion in overhead expense charges. While the ABC method, the overhead costs charged to each individual product on a lot of cost driver. Thus, in the ABC method, has been able to allocate costs appropriately rooms to activity based on the consumption. Keywords: Activity Based Costing, Inpatient Rates Pendahuluan Dalam perkembangan dunia usaha yang semakin pesat mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan saling beradu strategi dalam usaha menarik konsumen. Persaingan tersebut tidak hanya persaingan bisnis dibidang manufaktur/industri tetapi juga di bidang usaha pelayanan jasa. Salah satu bentuk usaha pelayanan jasa adalah jasa kesehatan, terutama jasa rumah sakit. Hal ini terbukti semakin banyaknya rumah sakit yang didirikan baik pemerintah maupun swasta. Sehingga menuntut adanya persaingan atas produk dan kepercayaan pelanggan. Tugas utama rumah sakit adalah memberikan jasa pengobatan, perawatan, dan pelayanan kesehatan. Dalam memberikan jasa pelayanan kesehatan, rumah sakit memperoleh penghasilan dari pendapatan jasa dan fasilitas yang diberikan. Salah satunya adalah jasa rawat inap. Dimana pendapatan dari jasa tersebut di dapat dari tarif yang harus dibayar oleh pemakai jasa rawat inap. Penentuan tarif jasa rawat inap merupakan suatu keputusan yang sangat penting. Karena dapat mempengaruhi profitabilitas suatu rumah sakit. Dengan adanya berbagai macam fasilitas pada jasa rawat inap, serta jumlah biaya overhead yang tinggi, maka semakin menuntut ketepatan Sosial Volume 11 Nomor 1 Maret 2010 PENERAPAN METODE... 1

dalam pembebanan biaya yang sesungguhnya. Dalam menentukan harga pokok produk terkadang rumah sakit masih menggunakan akuntansi biaya tradisional. Dimana sistem ini tidak sesuai dengan lingkungan pemanufakturan yang maju, pada diversifikasi (keanekaragaman) produk yang tinggi (Bunyamin Lumenta, 1989). Biaya produk yang dihasilkan oleh sistem akuntansi biaya tradisional memberikan informasi biaya yang terdistorsi. Distorsi timbul karena adanya ketidakakuratan dalam pembebanan biaya, sehingga mengakibatkan kesalahan penentuan biaya, pembuatan keputusan, perencanaan dan pengendalian (Supriyono, 1999:259). Distorsi tersebut juga mengakibatkan undercost/overcost terhadap produk (Hansen & Mowen, 2005). Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, kemudian pada tahun 1800-an dan awal 1900-an lahirlah suatu sistem penentuan harga pokok produk berbasis aktivitas yang dirancang untuk mengatasi distorsi pada akuntansi biaya tradisional. Sistem akuntansi ini disebut Activity Based Costing, yang mana merupakan suatu sistem kalkulasi biaya yang pertama kali menelusuri biaya keaktivitas dan kemudian ke produk (Hansen & Mowen, 1992) Perbedaan utama penghitungan harga pokok produk antara akuntansi biaya tradisional dengan ABC adalah jumlah cost driver (pemicu biaya) yang digunakan. Dalam sistem penentuan harga pokok produk dengan metode ABC menggunakan cost driver dalam jumlah lebih banyak dibandingkan dalam sistem akuntansi biaya tradisional yang hanya menggunakan satu atau dua cost driver berdasarkan unit. Dalam metode ABC, menganggap bahwa timbulnya biaya disebabkan oleh adanya aktivitas yang dihasilan produk. Pendekatan ini menggunakan cost driver yang berdasar pada aktivitas yang menimbulkan biaya dan akan lebih baik apabila diterapkan pada perusahaan yang menghasilkan keanekaragaman produk. Rumah sakit merupakan salah satu perusahaan jasa yang menghasilkan keanekaragaman produk. Keanekaragaman produk pada rumah sakit mengakibatkan banyaknya jenis biaya dan aktivitas yang terjadi pada rumah sakit, sehingga menuntut ketepatan pembebanan biaya overhead dalam penentuan harga pokok produk. Metode ABC dinilai dapat mengukur secara cermat biaya-biaya yang keluar dari setiap aktivitas. Hal ini disebabkan karena banyaknya cost driver yang digunakan dalam pembebanan biaya overhead, sehingga dalam metode ABC dapat meningkatkan ketelitian dalam perincian biaya, dan ketepatan pembebanan biaya lebih akurat. Rumusan Masalah a. Bagaimanakah cara menghitung tarif jasa rawat inap pada RSUP Dr. Soedono dengan menggunakan Activity Based Costing System. b. Apakah ada perbedaan besarnya tarif jasa rawat inap pada RSUP Dr. Soedono dengan menggunakan perhitungan akuntansi biaya tradisional dan Activity Based Costing System. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui penerapan Activity Based Costing System dalam kaitannya dengan penentuan tariff jasa rawat inap pada RSUP Dr. Soedono. b. Untuk mengetahui perbandingan besarnya tarif jasa rawat inap, dengan menggunakan metode akuntansi biaya tradisional dan Activity Based Costing System. Landasan Teori A. Pengertian Activity Based Costing System. Activity Based Costing System merupakan metode yang menerapkan konsep-konsep akuntansi aktivitas untuk menghasilkan perhitungan harga pokok produk yang lebih akurat. Namun dari perspektif manajerial, system ABC menawarkan lebih dari sekedar informasi biaya produk yang akurat akan tetapi juga menyediakan informasi tentang biaya dan kinerja dari aktivitas dan sumber daya serta Sosial Volume 11 Nomor 1 Maret 2010 PENERAPAN METODE... 2

dapat menelusuri biaya-biaya secara akurat ke obyek biaya selain produk, misalnya pelanggan dan saluran distribusi. Sedangkan menurut Mulyati (1993:34) memberikan pengertian ABC sebagai berikut: ABC merupakan metode penentuan HPP (product costing) yang ditujukan untuk menyajikan informasi harga pokok secara cermat bagi kepentingan manajemen, dengan mengikuti secara cermat konsumsi sumber daya alam setiap aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk. Definisi lain dikemukakan oleh Garrison dan Norren (2000; 292) sebagai berikut: Metode costing yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk keputusan strategik dan keputusan lainnya yang mungkin akan mempengaruhi kapasitas dan juga biaya tetap. B. Konsep-Konsep Dasar Activity Based Costing System. Activity Based Costing System menyediakan informasi perihal aktivitasaktivitas dan sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut. Aktivitas adalah setiap kejadian atau transaksi yang merupakan pemicu biaya (cost driver) yakni, bertindak sebagai faktor penyebab dalam pengeluaran biaya dalam organisasi. Dalam system ABC, biaya ditelusur ke aktivitas dan kemudian ke produk. System ABC mengasumsikan bahwa aktivitas-aktivitaslah yang mengkonsumsi sumber daya dan bukannya produk. C. Perbandingan Biaya Produk Tradisional dan ABC. Metode ABC memperbaiki keakuratan perhitungan harga pokok produk dengan mengakui bahwa banyak dari biaya overhead tetap bervariasi dalam proporsi untuk berubah selain berdasarkan volume produksi. Perbedaan antara penentuan harga pokok produk tradisional dan system ABC, ada pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Perbedaan Penetapan Harga Pokok Produk Tradisional dengan Metode Activity Based Costing Metode Penentuan Harga Pokok Metode Activity Based Costing Produk Tradisional Tujuan Inventory level Product Costing Lingkup Tahap produksi Tahap desain, produksi, Tahap pengembangan Fokus Biaya bahan baku, tenaga kerja Biaya overhead langsung Periode Periode Akuntansi Daur hidup produk Teknologi yang digunakan Metode manual Komputer telekomunikasi Sumber: Mulyadi, 1993 D. Struktur Sistem ABC Desain ABC difokuskan pada kegiatan, yaitu apa yang dilakukan oleh tenaga kerja dan peralatan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Ada dua asumsi penting yang mendasari Metode Activity Based Costing, yaitu: 1. Aktivitas-aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya 2. Produk atau pelanggan jasa Selanjutnya, karena adanya aktivitas akan menimbulkan biaya, maka untuk dapat menjalankan usahanya secara efisien, perusahaan harus dapat mengelola aktivitasnya. Dalam hubungannya dengan biaya produk, maka biaya yang dikonsumsi untuk menghasilkan produk adalah biayabiaya untuk aktivitas merancang, merekayasa, memproduksi, menjual dan memberikan pelayanan produk (Cokins dkk, 1996:12) Sosial Volume 11 Nomor 1 Maret 2010 PENERAPAN METODE... 3

E. Pembebanan Biaya Overhead pada Activity Based Costing System Activity-Based Costing menggunakan lebih banyak cost driver bila dibandingkan dengan sistem pembebanan biaya pada akuntansi biaya tradisional. Prosedur Pembebanan Biaya Overhead dengan Sistem ABC Menurut Mulyadi (1993:94), Prosedur pembebanan biaya overhead dengan sistem ABC melalui dua tahap kegiatan: a. Tahap Pertama Pengumpulan biaya dalam cost pool yang memiliki aktifitas yang sejenis atau homogen, terdiri dari 4 langkah: 1. Mengidentifikasi dan menggolongkan biaya ke dalam berbagai aktifitas. 2. Mengklasifikasikan aktifitas biaya ke dalam berbagai aktivitas, pada langkah ini biaya digolongkan ke dalam aktivitas yang terdiri dari 4 kategori yaitu: Unit level activity costing, Batch related activity costing, product sustaining activity costing, facility sustaining activity costing. Level tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut a. Aktivitas Berlevel Unit (Unit Level Activities) Aktivitas ini dilakukan untuk setiap unit produksi. Contoh, menyediakan tenaga untuk menjalankan peralatan. b. Aktivitas Berlevel Batch (Batch Level Activities) Aktivitas dilakukan setiap batch diproses, tanpa memperhatikan berapa unit yang ada pada batch tersebut. Contoh, pekerjaan seperti membuat order produksi dan pengaturan pengiriman konsumen. c. Aktivitas Berlevel Produk (Produk Level Activities) Aktivitas ini berkaitan dengan produk spesifik dan biasanya dikerjakan tanpa memperhatikan berapa batch atau unit yang diproduksi atau dijual. Contoh, merancang produk atau mengiklankan produk. d. Aktivitas Berlevel Fasilitas (Facility Level Activities) Aktivitas ini merupakan aktivitas yang menopang proses operasi perusahaan namun banyak sedikitnya aktivitas ini tidak berhubungan dengan volume. Contoh, kebersihan kantor, penyediaan jaringan komputer. 3. Mengidentifikasikan Cost Driver Dimaksudkan untuk memudahkan dalam penentuan tarif/unit cost driver. 4. Menentukan tarif/unit Cost Driver Adalah biaya per unit cost driver yang dihitung untuk suatu aktivitas. Tarif/unit cost driver dapat dihitung dengan rumus sbb: Jumlah Aktivitas Tarif per unit Cost Driver = Cost Driver b. Tahap Kedua Penelusuran dan pembebanan biaya aktivitas ke masing-masing produk yang menggunakan cost driver, di hitung dengan rumus sebagai berikut: BOP yang dibebankan = Tarif/unit Cost Driver X Cost Driver yang dipilih F. Manfaat Penentuan Harga Pokok Produk Berdasarkan Aktivitas Menurut Supriyono, 2002:698) menyatakan jika syarat-syarat sistem ABC sudah terpenuhi, maka sebaiknya perusahaan menerapkan sistem ABC dan segera mendesain ulang sistem akuntansi biayanya karena akan bermanfaat sebagai berikut: 1. Memperbaiki mutu pengambilan keputusan Sosial Volume 11 Nomor 1 Maret 2010 PENERAPAN METODE... 4

Dengan informasi biaya produk yang lebih teliti, kemungkinan manajer melakukan pengambilan keputusan yang salah dapat dikurangi. 2. Memungkinkan manajemen melakukan perbaikan terus menerus terhadap kegiatan untuk mengurangi biaya overhead. Sistem ABC mengidentifikasi biaya overhead dengan kegiatan yang menimbulkan biaya tersebut. Pembebanan overhead harus mencerminkan jumlah permintaan overhead (yang dikonsumsi) oleh setiap produk. 3. Memberikan kemudahan dalam menentukan biaya relevan Karena sistem ABC menyediakan informasi biaya yang relevan yang dihubungkan dengan berbagai kegiatan untuk menghasilkan produk, maka manajemen akan menghasilkan kemudahan dalam memperoleh informasi yang relevan dengan pengambilan keputusan yang menyangkut berbagai kegiatan bisnis mereka. G. Cost Driver Landasan penting untuk menghitung biaya berdasarkan aktivitas adalah dengan mengidentifikasi pemicu biaya atau cost driver untuk setiap aktivitas. Jika perusahaan memiliki beberapa jenis produk maka biaya overhead yang terjadi ditimbulkan secara bersamaan oleh seluruh produk. Hal ini menyebabkan jumlah overhead yang ditimbulkan oleh masing-masing jenis produk harus diidentifikasi melalui cost driver. a. Pengertian Cost Driver Cost driver merupakan faktor yang dapat menerangkan konsumsi biaya-biaya overhead. Faktor ini menunjukkan suatu penyebab utama tingkat aktivitas yang akan menyebabkan biaya dalam aktivitas. b. Penentuan Cost Driver Yang Tepat Aktivitas yang ada dalam perusahaan sangat komplek dan banyak jumlahnya, oleh karena itu perlu pertimbangan yang matang dalam menentukan cost driver. 1. Penentuan jumlah cost driver yang dibutuhkan Penentuan banyaknya cost driver yang dibutuhkan berdasarkan pada keakuratan laporan product cost yang diinginkan dan kompleksitas komposisi output perusahaan. Semakin banyak cost driver yang digunakan, laporan biaya produksi semakin akurat. 2. Pemilihan cost driver yang tepat Pemilihan cost driver yang tepat ada tiga faktor yang harus dipertimbangkan: a. Kemudahan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam pemilihan cost driver (cost of measurement). Cost driver yang membutuhkan biaya pengukuran lebih rendah akan dipilih. b. Korelasi antara konsumsi aktivitas yang diterangkan oleh cost driver terpilih dengan konsumsi aktivitas sesungguhnya (degree of correlation). Cost driver yang memiliki korelasi tinggi akan dipilih. c. Perilaku yang disebabkan oleh cost driver terpilih (behavior effect). Cost driver yang menyebabkan perilaku yang diinginkan yang akan dipilih. H. Pengertian dan Penentuan Tarif Dengan Menggunakan Metode Cost Plus Pricing Menurut Mulyadi (1993), penentuan tarif atau harga jual suatu produk atau jasa dengan menggunakan metode Cost Plus Pricing yaitu penentuan tarif jasa dengan cara menambahkan laba yang diharapkan di atas biaya penuh masa yang akan datang untuk memproduksi dan memasarkan produk atau jasa. Tarif jasa berdasarkan Cost Plus Pricing dihitung dengan rumus: Tarif per kamar = Cost sewa kamar + Laba yang diharapkan Sosial Volume 11 Nomor 1 Maret 2010 PENERAPAN METODE... 5

Hipotesis Setelah melihat kontribusi yang ada dan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesisnya adalah Dengan menggunakan metode Activity Based Costing dalam menentukan besarnya tarif jasa rawat inap akan memberikan hasil yang lebih besar dari pada metode tradisional. Metodologi Penelitian i. Jenis Data dan Sumber Data Jenis dan sumber data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung berhubungan dengan responden yang diteliti dan merupakan pendukung bagi penelitian yang dilakukan. Data ini diperoleh dari RSUP Dr.Soedono Madiun. Data yang diperoleh berupa data tentang gambaran umum RSUP Dr.Soedono serta data-data lain yang diperlukan peneliti. ii. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi, yaitu mengambil data yang ada di RSUP Dr.Soedono, dengan mencatat semua laporan maupun konsep-konsep yang berkaitan dengan masalah yang ada. iii. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Suharsini Arikunto (1992:93) menjelaskan bahwa variabel yang mempengaruhi disebut variabel penyebab/variabel bebas (independent variable). Sedangkan variabel akibat disebut variabel tak bebas (dependent variable). Definisi operasional dari variabel penelitian ini adalah: a. Metode Activity Based Costing Sistem akuntansi yang bisa memberikan kalkulasi biaya produk atau menyajikan informasi harga pokok secara cermat dalam setiap aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk, yaitu dengan cara mengklasifikasi biaya ke dalam berbagai aktivitas. b. Tarif Jasa Tarif jasa adalah sejumlah uang yang akan dikeluarkan untuk satu unit usaha kepada konsumen atau pelanggan atas jasa yang diberikan, dengan cara menggunakan tarif cost driver. iv. Perumusan Model Analisis Untuk mengetahui sejauh mana metode Activity Based Costing bisa menentukan tarif jasa rawat inap, maka digunakan pembebanan biaya overhead di mana ada dua tahap. Tahap Pertama 1. Mengidentifikasi dan menggolongkan biaya ke dalam berbagai aktivitas. 2. Mengklasifikasikan aktivitas biaya ke dalam berbagai aktivitas. 3. Mengidentifikasi cost driver 4. Menentukan tarif/unit cost driver Tahap Kedua Penelusuran dan pembebanan biaya aktivitas kemasing-masing produk yang menggunakan cost driver. Jumlah Aktivitas Tarif per unit Cost Driver = Cost Driver BOP yang dibebankan = Tarif/unit Cost Driver X Cost Driver yang dipilih Hasil dan Pembahasan 1. Mengklasifikasi Aktivitas Biaya ke dalam Berbagai Aktivitas 1. Berdasarkan Unit-level activity cost Aktivitas ini dilakukan setiap hari dalam menjalani rawat inap pada RSUP Dr. Soedono. Aktivitas yang termasuk dalam kategori ini adalah aktivitas perawatan, penyediaan tenaga listrik dan air dan biaya konsumsi. 2. Berdasarkan Batch-related activity cost Sosial Volume 11 Nomor 1 Maret 2010 PENERAPAN METODE... 6

Besar kecilnya biaya ini tergantung dari frekwensi order produksi yang diolah oleh fungsi produksi. Aktivitas ini tergantung pada jumlah batch produk yang di produksi. Yaitu biaya administrasi, biaya bahan habis pakai, biaya kebersihan. 3. Product-sustaining activity cost Aktivitas ini berhubungan dengan penelitian dan pengembangan produk tertentu dan biaya-biaya untuk mempertahankan produk agar tetap dapat dipasarkan. Aktivitas ini tidak ditemuai dalam penentuan tarif jasa rawat inap pada RSUP Dr. Soedono. 4. Facility-sustaining activity cost Aktivitas ini berhubungan dengan kegiatan untuk mempertahankan fasilitas yang dimiliki oleh perusahaan. Aktivitas yang termasuk dalam kategori ini adalah biaya laundry, biaya asuransi, biaya penyusutan gedung, biaya penyusutan fasilitas. Klasifikasi biaya ke dalam berbagai aktivitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini: 2. Mengidentifikasi Cost Driver Setelah aktivitas-aktivitas ini diidentifikasi sesuai dengan kategorinya, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi cost driver dari setiap biaya aktivitas. Pengidentifikasian ini dimaksudkan dalam penentuan kelompok aktivitas dan tarif/unit cost driver. Tabel 1. Pengelompokan Biaya Rawat Inap Dan Cost Driver Kamar Rawat Inap RSUP Dr. Soedono Madiun NO AKTIVITAS DRIVER COST JUMLAH DRIVER 1 Unit-level activity cost a. Biaya Perawat Jumlah hari rawat inap 14.869 Rp. 294.107.500 1.VIP Jumlah hari rawat inap 1.088 2. Utama I Jumlah hari rawat inap 1.318 3. Utama II Jumlah hari rawat inap 1.650 4. Kelas I Jumlah hari rawat inap 2.575 5. Kelas II Jumlah hari rawat inap 2.013 6. Kelas III Jumlah hari rawat inap 6.225 b. Biaya listrik dan air KWH 33.978 Rp. 15.220.775 1.VIP KWH 10.432,6 2. Utama I KWH 4.780,6 3. Utama II KWH 4.560,6 4. Kelas I KWH 4.857,0 5. Kelas II KWH 4.935,7 6. Kelas III KWH 4.411,5 c. Biaya Konsumsi 14.869 Rp. 97.548.500 1.VIP Jumlah hari rawat inap 1.088 2. Utama I Jumlah hari rawat inap 1.318 3. Utama II Jumlah hari rawat inap 1.650 4. Kelas I Jumlah hari rawat inap 2.575 5. Kelas II Jumlah hari rawat inap 2.013 6. Kelas III Jumlah hari rawat inap 6.225 2 Batch-related activity cost a. Biaya Kebersihan Luas lantai 2.110 Rp. 59.500.000 1.VIP Luas lantai 470 2. Utama I Luas lantai 320 3. Utama II Luas lantai 320 Sosial Volume 11 Nomor 1 Maret 2010 PENERAPAN METODE... 7

4. Kelas I Luas lantai 398 5. Kelas II Luas lantai 206 6. Kelas III Luas lantai 396 b. Biaya Bahan Habis Jumlah hari rawat inap 14.869 Rp. 81.395.570 Pakai 1.VIP Jumlah hari rawat inap 1.088 2. Utama I Jumlah hari rawat inap 1.318 3. Utama II Jumlah hari rawat inap 1.650 4. Kelas I Jumlah hari rawat inap 2.575 5. Kelas II Jumlah hari rawat inap 2.013 6. Kelas III Jumlah hari rawat inap 6.225 c. Biaya Administrasi 4.407 Rp. 19.541.000 1.VIP 362 2. Utama I 550 3. Utama II 612 4. Kelas I 537 5. Kelas II 671 6. Kelas III 1.675 3 Fasility-sustaining Activity cost a. Biaya Laundry Jumlah hari rawat inap 14.869 1.VIP Jumlah hari rawat inap 1.088 2. Utama I Jumlah hari rawat inap 1.318 3. Utama II Jumlah hari rawat inap 1.650 4. Kelas I Jumlah hari rawat inap 2.575 5. Kelas II Jumlah hari rawat inap 2.013 6. Kelas III Jumlah hari rawat inap 6.225 b. Biaya Asuransi Jumlah hari rawat inap 14.869 1.VIP Jumlah hari rawat inap 1.088 2. Utama I Jumlah hari rawat inap 1.318 3. Utama II Jumlah hari rawat inap 1.650 4. Kelas I Jumlah hari rawat inap 2.013 5. Kelas II Jumlah hari rawat inap 2.575 6. Kelas III Jumlah hari rawat inap 6.225. Biaya Penyusutan 2.110 Rp. 195.450.275 Gedung 1.VIP 470 2. Utama I 320 3. Utama II 320 4. Kelas I 398 5. Kelas II 206 6. Kelas III 396. Biaya Penyusutan Fasilitas 1. AC (VIP, UtI, UtII) Jumlah hari rawat inap 4.056 Rp. 9.055.000 2. Bed (VIP, Ut I, Ut II K I, K II, K III) Jumlah hari rawat inap 14.867 Rp. 11.509.800 3. TV (VIP, Ut I, Ut II) Jumlah hari rawat inap 4.056 Rp. 5.680.000 Sosial Volume 11 Nomor 1 Maret 2010 PENERAPAN METODE... 8

4. Kipas (K I, K II) Jumlah hari rawat inap 4.588 Rp. 3.627.590 5. Pemanas (VIP) Jumlah hari rawat inap 1.088 Rp. 5.260.600 6. Kulkas (VIP, Ut I) Jumlah hari rawat inap 2.406 Rp 4.590.000 j. Menentukan Tarif per unit Cost Driver Setelah mengidentifikasi cost driver, kemudian menentukan tarif per unit driver. Karena setiap aktivitasnya memiliki cost driver dengan cara membagi jumlah biaya dengan cost driver. Menurut Hansen and Mowen (1999; 134) tarif per unit cost driver dapat dihitung dengan rumus sbb: Tarif per unit cos driver = Jumlah Aktivitas Cost Driver Berikut ini merupakan penentuan tariff per unit cost driver kamar rawat inap dengan metode Activity-Based Costing. Tabel 2. Penentuan Tarif Per Unit Cost Driver Kamar Rawat Inap Dengan Metode ABC NO AKTIVITAS JUMLAH COST TARIF/UNIT DRIVER 1 Unit-level activity cost a. Biaya Perawat Rp. 294.107.500 14.869 19.779,91 1.VIP 1.088 2. Utama I 1.318 3. Utama II 1.650 4. Kelas I 2.575 5. Kelas II 2.013 6. Kelas III 6.225 b. Biaya listrik dan air Rp. 15.220.775 33.978 447,9597092 1.VIP 10.432,6 2. Utama I 4.780,6 3. Utama II 4.560,6 4. Kelas I 4.857,0 5. Kelas II 4.935,7 6. Kelas III 4.411,5 c. Biaya Konsumsi Rp. 97.548.500 14.869 Sesuai Tarif 1.VIP 1.088 12.000 2. Utama I 1.318 10.500 3. Utama II 1.650 9.500 4. Kelas I 2.575 7.000 5. Kelas II 2.013 5.000 6. Kelas III 6.225 4.500 2 Batch-related activity cost a. Biaya Kebersihan Rp. 59.500.000 2.110 4.001,614096 1.VIP 470 2. Utama I 320 3. Utama II 320 4. Kelas I 398 5. Kelas II 206 6. Kelas III 396 Sosial Volume 11 Nomor 1 Maret 2010 PENERAPAN METODE... 9

b. Biaya Bahan Habis Pakai Rp. 81.395.570 14.869 Rp. 81.395.570 1.VIP 1.088 2. Utama I 1.318 3. Utama II 1.650 4. Kelas I 2.575 5. Kelas II 2.013 6. Kelas III 6.225 c. Biaya Administrasi Rp. 44.492.500 4.407 Rp. 19.541.000 1.VIP 362 2. Utama I 550 3. Utama II 612 4. Kelas I 537 5. Kelas II 671 6. Kelas III 1.675 3 Fasility-sustaining Activity cost Rp. 19.541.000 1.314,210774 a. Biaya Laundry 14.869 1.VIP 1.088 2. Utama I 1.318 3. Utama II 1.650 4. Kelas I 2.575 5. Kelas II 2.013 6. Kelas III 6.225 b. Biaya Asuransi 14.869 3.349,250118 1.VIP 1.088 2. Utama I 1.318 3. Utama II 1.650 4. Kelas I 2.013 5. Kelas II 2.575 6. Kelas III 6.225. Biaya Penyusutan Gedung Rp. 195.450.275 2.110 92.630,46209 1.VIP 470 2. Utama I 320 3. Utama II 320 4. Kelas I 398 5. Kelas II 206 6. Kelas III 396. Biaya Penyusutan Fasilitas 1. AC (VIP, UtI, UtII) Rp. 9.055.000 4.056 2.232,49 2. Bed (VIP, Ut I, Ut II K I, K II, K III) Rp. 11.509.800 14.867 774,08 3. TV (VIP, Ut I, Ut II) Rp. 5.680.000 4.056 1.400,39 4. Kipas (K I, K II) Rp. 3.627.590 4.588 790,66 5. Pemanas (VIP) Rp. 5.260.600 1.088 4.835,11 6. Kulkas (VIP, Ut I) Rp 4.590.000 2.406 1.907,73 Sosial Volume 11 Nomor 1 Maret 2010 PENERAPAN METODE... 10

k. Membebankan Biaya ke Produk dengan Menggunakan Tarif Cost Driver dan Ukuran Aktivitas Dalam tahap ini, menurut Hansen and Mowen (1999;138), biaya aktivitas dibebankan ke produk berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas produk. Pembebanan biaya overhead dari tiap aktivitas ke setiap kamar dihitung dengan rumus sbb: BOP yang dibebankan = Tarif/unit Cost Driver X Cost Driver yang dipilih Deangan mengetahui BOP yang dibebankan pada masing-masing produk, maka dapat dihitung tarif jasa rawat inap per kamar. Menurut Mulyadi (1993) perhitungan tarif masing-masing tipe kamar dengan metode ABC dapat dihitung dengan rumus Sbb: Tarif Per Kamar = Cost Rawat Inap + Laba yang diharapkan Untuk cost rawat inap per kamar diperoleh dari total biaya yang telah dibebankan pada masing-masing produk dibagi dengan jumlah hari pakai. Sedangkan laba yang diharapkan ditetapkan pihak manajemen RS yaitu kelas VIP 15%, Kelas Utama I 12%, Kelas Utama II 12%, Kelas I 10%, Kelas II 10%, Kelas III dapat subsidi dari kelas VIP sebesar 5% dari tarif yang ditetapkan RS. Tabel 3. Tarif Jasa Rawat Inap Kelas VIP Aktivitas Tarif CD Driver Total (Rp) Biaya perawat Biaya listrik dan air Biaya konsumsi Biaya laundry Biaya kebersihan Biaya bahan habis pakai Biaya administrasi Biaya asuransi Biaya penyusutan gedung Rp. 19.779.91 Rp. 447,959792 Rp. 12.000 Rp. 1.314,210774 Rp. 4.001,614096 Rp. 5.474.179165 Rp. 10.095,87021 Rp. 3.349,250118 Rp. 92.630,46209 1088 10.432,6 1088 1088 470 1088 362 1088 470 Rp. 21.520.542,08 Rp. 4.673.384,462 Rp. 13.056.000,00 Rp. 1.429.861,322 Rp. 13.253.554,5 Rp. 5.955.906,932 Rp. 3.654.704,016 Rp. 1.429.861,322 Rp. 43.536.317,18. Biaya penyusutan fasilitas AC Bed Rp. 2.232,49 1088 Rp. 2.428.949,12 TV Rp. 774,08 1088 Rp. 842.199,04 Alat pemanas Kulkas Rp. 1.400,39 Rp. 4.835,11 Rp. 1.907,73 1088 1088 1088 Rp. 1.523.624,32 Rp. 5.260.599,68 Rp. 2.075.610,24 Total Biaya Untuk Kelas VIP Rp. 122.855.238 Jumlah Hari Pakai 1.088 Biaya Rawat Inap Per Kamar Rp. 112.918,4173 % Laba Rp. 16.937,76259 Jumlah Tarif Rp. 129.856,1799 Sosial Volume 11 Nomor 1 Maret 2010 PENERAPAN METODE... 11

Tabel 4. Tarif Jasa Rawat Inap Kelas Utama I Aktivitas Tarif CD Driver Total (Rp) Biaya perawat Biaya listrik dan air Biaya konsumsi Biaya laundry Biaya kebersihan Biaya bahan habis pakai Biaya administrasi Biaya asuransi Biaya penyusutan gedung. Biaya penyusutan fasilitas AC Bed TV Kulkas Rp. 19.779.91 Rp. 447,959792 Rp. 10.500 Rp. 1.314,210774 Rp. 4.001,614096 Rp. 5.474.179165 Rp. 10.095,87021 Rp. 3.349,250118 Rp. 92.630,46209 Rp. 2.232,49 Rp. 774,08 Rp. 1.400,39 Rp. 1.907,73 1.780,60 32 550 320 Rp. 26.069.921,38 Rp. 2.141.156,186 Rp. 13.839.000,00 Rp. 1.732.129,8 Rp. 9.023.696,682 Rp. 7.214.968,139 Rp. 5.552.728,50 Rp. 4.414.311,656 Rp. 29.641.747,87 Rp. 2.942.421,82 Rp. 1.020..237,44 Rp. 1.845.714,02 Rp. 2.514.388,14 Total Biaya Untuk Kelas VIP Rp. 107.952.761,6 Jumlah Hari Pakai 1.318 Biaya Rawat Inap Per Kamar Rp. 81.906,5111 % Laba Rp. 9.828,781332 Jumlah Tarif Rp. 91.735,29243 Tabel 5. Tarif Jasa Rawat Inap Kelas Utama II Aktivitas Tarif CD Driver Total (Rp) Biaya perawat Biaya listrik dan air Biaya konsumsi Biaya laundry Biaya kebersihan Biaya bahan habis pakai Biaya administrasi Biaya asuransi Biaya penyusutan gedung. Biaya penyusutan fasilitas AC Bed TV Rp. 19.779.91 Rp. 447,959792 Rp. 9.500 Rp. 1.314,210774 Rp. 4.001,614096 Rp. 5.474.179165 Rp. 10.095,87021 Rp. 3.349,250118 Rp. 92.630,46209 Rp. 2.232,49 Rp. 774,08 Rp. 1.400,39 4.560,60 320 612 320 Rp. 32.636.851,51 Rp. 2.042.965,05 Rp. 15.675.000,0 Rp. 2.168.447,777 Rp. 9.023.425,322 Rp. 19.297.450,00 Rp. 6.178.672,44 Rp. 5.526.262,695 Rp. 29.641.748,87 Rp. 3.683.608,50 Rp. 1.277.232,00 Rp. 2.310.643,50 Total Biaya Untuk Kelas VIP Rp. 119.197.554,3 Jumlah Hari Pakai 1.650 Biaya Rawat Inap Per Kamar Rp. 72.240,94202 % Laba Rp. 8.668,913043 Jumlah Tarif Rp. 80.909,85506 Sosial Volume 11 Nomor 1 Maret 2010 PENERAPAN METODE... 12

Tabel 6. Tarif Jasa Rawat Inap Kelas I Aktivitas Tarif CD Driver Total (Rp) Biaya perawat Biaya listrik dan air Biaya konsumsi Biaya laundry Biaya kebersihan Biaya bahan habis pakai Biaya administrasi Biaya asuransi Biaya penyusutan gedung Rp. 19.779.91 Rp. 447,959792 Rp. 7.000 Rp. 1.314,210774 Rp. 4.001,614096 Rp. 5.474.179165 Rp. 10.095,87021 Rp. 3.349,250118 Rp. 92.630,46209 4.560,60 320 612 320 Rp. 32.636.851,51 Rp. 2.042.965,05 Rp. 15.675.000,0 Rp. 2.168.447,777 Rp. 9.023.425,322 Rp. 19.297.450,00 Rp. 6.178.672,44 Rp. 5.526.262,695 Rp. 29.641.748,87. Biaya penyusutan fasilitas Bed TV Rp. 774,08 2575 Rp. 1.993.256,00 Rp. 2.035.949,00 Rp. 790,66 2575 Total Biaya Untuk Kelas VIP Rp. 154.779.265,6 Jumlah Hari Pakai 2.575 Biaya Rawat Inap Per Kamar Rp. 60.108,45266 % Laba Rp. 6.010,845266 Jumlah Tarif Rp. 66.119,29793 Tabel 7. Tarif Jasa Rawat Inap Kelas II Aktivitas Tarif CD Driver Total (Rp) Biaya perawat Biaya listrik dan air Biaya konsumsi Biaya laundry Biaya kebersihan Biaya bahan habis pakai Biaya administrasi Biaya asuransi Biaya penyusutan gedung Rp. 19.779.91 Rp. 447,959792 Rp. 5.000 Rp. 1.314,210774 Rp. 4.001,614096 Rp. 5.474.179165 Rp. 10.095,87021 Rp. 3.349,250118 Rp. 92.630,46209 2013 4.935,70 2013 2013 206 2013 671 2013 206 Rp. 39.816.958,83 Rp. 2.210.994,737 Rp. 10.065.000 Rp. 2.645.506,288 Rp. 5.809.004,739 Rp. 11.019.522,66 Rp. 6.774.328,77 Rp. 6.742.040,488 Rp. 19.081.875,19. Biaya penyusutan fasilitas Bed TV Rp. 774,08 2013 Rp. 1.558.223,04 Rp. 1.591.598,58 Rp. 790,66 2013 Total Biaya Untuk Kelas VIP Rp. 107.315.053,3 Jumlah Hari Pakai 2.013 Biaya Rawat Inap Per Kamar Rp. 53.311,00512 % Laba Rp. 5.331,100512 Jumlah Tarif Rp. 58.642,10563 Sosial Volume 11 Nomor 1 Maret 2010 PENERAPAN METODE... 13

Tabel 8. Tarif Jasa Rawat Inap Kelas III Aktivitas Tarif CD Driver Total (Rp) Biaya perawat Biaya listrik dan air Biaya konsumsi Biaya laundry Biaya kebersihan Biaya bahan habis pakai Biaya administrasi Biaya asuransi Biaya penyusutan gedung Rp. 19.779.91 Rp. 447,959792 Rp. 4.500 Rp. 1.314,210774 Rp. 4.001,614096 Rp. 5.474.179165 Rp. 10.095,87021 Rp. 3.349,250118 Rp. 92.630,46209 6225 4.411,60 6225 6225 396 6225 1675 6225 396 Rp.123.129.939,80 Rp. 1.976.174,257 Rp. 28.012.500,00 Rp. 8.180.962,068 Rp. 11.166.824,64 Rp. 34.076.765,3 Rp. 16.910.582,25 Rp. 20.849.081,98 Rp. 36.681.662,99. Biaya penyusutan fasilitas Bed Rp. 790,66 6225 Rp. 4.921.858,50 Total Biaya Untuk Kelas VIP Rp. 285.906.351,8 Jumlah Hari Pakai 6.225 Biaya Rawat Inap Per Kamar Rp. 45.928,73121 % Laba Rp. 6.492,808995 Jumlah Tarif Rp. 39.435,92222 Pembahasan 1. Perbandingan Metode Akuntansi Biaya Tradisional dengan ABC dalam Penetapan Tarif Jasa Rawat Inap Tabel 9. Perbandingan Tarif Jasa Rawat Inap Dengan Menggunakan Metode Tradisional dan ABC Tipe Tarif Tarif Activity Selisih Kamar Tradisional Based Costing VIP Rp. 132.500 Rp. 129.856,1799 Rp. 2.643,8201 UT I Rp. 97.500 Rp. 91.735.29243 Rp. 5.764,70757 UT II Rp. 77.500 Rp. 80.909,85506 Rp. 3.409,85506 K I Rp. 50.000 Rp. 66.119,29793 Rp. 16.119,29793 K II Rp. 30.000 Rp. 58.642,10563 Rp. 28.642,10563 K III Rp. 17.500 Rp. 39.435,92222 Rp. 21.935,92222 Dari perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa hasil perhitungan tarif jasa rawat inap dengan menggunakan metode Activity Based Costing untuk kelas VIP Rp. 129.856,1799,Utama I Rp. 91.735.29243, Utama II Rp. 80.909,85506, Kelas I Rp. 66.119,29793, Kelas II Rp. 58.642,10563, Kelas III Rp. 39.435,92222. Dari hasil tersebut, jika dibandingkan dengan metode tradisional, maka metode ABC memberikan hasil yang lebih besar kecuali pada kelas VIP dan Kelas Utama I. Dengan selisih untuk kelas VIP Rp. 2.643,8201, Utama I Rp. 5.764,70757, Utama II Rp. 3.409,85506, Kelas I Rp. 16.119,29793, Kelas II Rp. 28.642,10563, Kelas III Rp. 21.935,92222. Perbedaan yang terjadi antara tarif jasa rawat inap dengan menggunakan metode tradisional dan metode ABC, disebabkan karena pembebanan biaya overhead pada masing-masing produk. Pada metode akuntansi biaya tradisional biaya overhead pada masing-masing produk hanya dibebankan pada satu coat driver saja. Akibatnya cenderung terjadi distorsi pada pembebanan biaya overhead. Sedangkan pada metode ABC, biaya overhead pada masing-masing produk dibebankan pada Sosial Volume 11 Nomor 1 Maret 2010 PENERAPAN METODE... 14

banyak cost driver. Sehingga dalam metode ABC, telah mampu mengalokasikan biaya aktivitas kesetiap kamar secara tepat berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh penulis di RSUP Dr. Soedono, maka dapat diambil kesimpulan sbb: 1. Perhitungan tarif jasa rawat inap dengan menggunakan metode ABC, dilakukan melalui 2 tahap. Yaitu tahap pertama biaya ditelusuri ke aktivitas yang menimbulkan biaya dan tahap ke dua membebankan biaya aktivitas ke produk. Sedangkan tarif diperoleh dengan menambahkan cost rawat inap dengan laba yang di harapkan. Dari perhitungan tarif jasa rawat dengan menggunakan metode ABC, diketahui besarnya tarif untuk kelas VIP Rp. 129.856,1799,Utama I Rp. 91.735.29243, Utama II Rp. 80.909,85506, Kelas I Rp. 66.119,29793, Kelas II Rp. 58.642,10563, Kelas III Rp. 39.435,92222. 2. Dari hasil perhitungan tarif rawat inap dengan menggunakan metode ABC, apabila dibandingkan dengan metode tradisional maka metode ABC memberikan hasil yang lebih besar kecuali pada kelas VIP dan kelas Utama I yang memberikan hasil lebih kecil. Dengan selisih untuk kelas VIP Rp. 2.643,8201, Utama I Rp. 5.764,70757, Utama II Rp. 3.409,85506, Kelas I Rp. 16.119,29793, Kelas II Rp. 28.642,10563, Kelas III Rp. 21.935,92222. Perbedaan yang terjadi antara tarif jasa rawat inap dengan menggunakan metode tradisional dan metode ABC, disebabkan karena pembebanan biaya overhead pada masing-masing produk. Pada metode akuntansi biaya tradisional biaya overhead pada masing-masing produk hanya dibebankan pada satu coat driver saja. Akibatnya cenderung terjadi distorsi pada pembebanan biaya overhead. Sedangkan pada metode ABC, biaya overhead pada masing-masing produk dibebankan pada banyak cost driver. Sehingga dalam metode ABC, telah mampu mengalokasikan biaya aktivitas kesetiap kamar secara tepat berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas. Daftar Pustaka Tunggal, Amin Widjaja, Activity Based Costing Suatu Pengantar, Rineka Cipta, Jakarta, 1992 Mulyadi, Akuntansi Manajemen, Konsep, Manfaat dan Rekayasa, Edisi 2, BP STIE YKPN, YK, 1993 Hansen, Don R and Maryanne M Mowen, Akuntansi Manajemen, Edisi 7, Salemba Empat, Jakarta, 2004, Manajemen Biaya, Edisi I, Salemba Empat, Jakarta, 2000 Supriyono, akuntansi Manajemen, Proses Pengendalian Manajemen, STIE YKPN, Yogyakarta, 1991 Sugiri, Slamet, Akuntansi Manajemen, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, AMP YKPN, YK, 1994 Cooper Robin and Kaplan Robert S, The design of Cost Manajement System : Text, Cases and Reading, Prentise-Hall, 1993 Supriyono, R.A, Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen Untuk Teknologi maju dan globalisasi, Edisi 2, BPFE, Yogyakarta, 1999 Thomas, Johnson H, Activity-Based Information: A Blue Print For World Class Manajement Accounting, The design Of Cost Manajement System: Text, Cases and Reading, New Jersey, 1991 Sujatmika, Activity Based Costing Alternatif Perbaikan Harga Pokok, Buletin Ekonomi, No. 2, UPN Veteran Yogyakarta, April 1997, Hal 81-87. Lumenta, Bunyamin, Pelayanan Medis, Kanisius, Yogyakarta, 1989. Sosial Volume 11 Nomor 1 Maret 2010 PENERAPAN METODE... 15

Sosial Volume 11 Nomor 1 Maret 2010 PENERAPAN METODE... 16