BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan pembangunan di Indonesia selain membawa dampak positif juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat. Pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan akan menimbulkan risiko berupa kerusakan lingkungan dan gangguan pada ekosistem, baik ekosistem darat, udara maupun perairan. Kerusakan lingkungan perairan antara lain disebabkan oleh adanya pencemaran. Polutan organik yang sering mencemari perairan antara lain Dichloro Diphenyl Trichloroethane (DDT), Polycyclic Aromatic Hidrocarbon (PAH), pestisida, insektisida, detergen dan limbah rumah tangga yang lain. Sedangkan polutan anorganik yang sering dijumpai di perairan adalah logam berat kadmium (Cd), timbal (Pb), merkuri (Hg), arsen (As), seng (Zn), tembaga (Cu), nikel (Ni) dan kromium (Cr). Polutan logam berat tersebut sangat berbahaya karena kelarutan dan mobilitas logam berat dapat menimbulkan toksisitas dan bersifat karsinogenik, bioakumulatif dan biomagnifikasi sehingga dapat menimbulkan ancaman bagi kehidupan makhluk hidup, termasuk manusia. Senyawa Cd dan Pb merupakan logam berat yang sangat toksik dibandingkan logam berat yang lain. Logam berat Cd dan Pb di perairan dapat terakumulasi di sedimen, di air maupun di tumbuhan dan di hewan air seperti ikan, udang dan kerang (Wardhana, 2004). Laguna Segara Anakan Cilacap menurut beberapa hasil penelitian telah menunjukkan pencemaran logam berat pada tingkat yang mengkhawatirkan. Logam berat tersebut terakumulasi pada bentos, ikan, dan kerang yang sangat berbahaya apabila dikonsumsi. Laguna Segara Anakan berhubungan dengan Samudera Hindia melalui dua plawangan (kanal) yaitu Plawangan Timur dan Plawangan Barat. Laguna Segara Anakan merupakan muara 11 sungai besar baik dari Jawa Barat maupun Jawa Tengah seperti Sungai Citanduy, Cibereum, Cimeneng, Cikonde, Kayu Mati, Cikujang, Panikel, Sapuregel, Dongal, Kembang Kuning, Donan dan beberapa sungai yang lain yang membawa konsekuensi pada pencemaran perairan di Laguna Segara Anakan baik oleh limbah domestik 1
2 maupun limbah industri yang terbawa oleh aliran sungai tersebut. Kawasan Laguna Segara Anakan di perairan Sungai Donan terutama yang dekat dengan komplek industri telah tercemar limbah berbahaya, mulai dari limbah rumah tangga (emerging pollutant), sampah organik, dan non organik, limbah industri, hingga minyak serta cairan kimia yang lain. Sedangkan di kawasan tengah hingga sisi barat laguna, lebih didominasi limbah rumah tangga dan organik (Hidayati et al., 2014). Gambaran mengenai Laguna Segara Anakan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1. Sumber: www.maps.google.com Gambar 1. Peta Laguna Segara Anakan Berdasarkan beberapa hasil penelitian, tingkat pencemaran sungai yang bermuara di Laguna Segara Anakan dan Laguna Segara Anakan oleh logam berat sudah menunjukkan tingkat yang mengkhawatirkan, antara lain yaitu Cd dan Pb. Hasil penelitian Suryowiyoto et al. (1988) menunjukkan bahwa sungai Donan tidak hanya tercemar oleh minyak dan fenol, akan tetapi juga oleh logam berat seperti Pb (23,35 ppm), Cd (5,67 ppm) dan Cu (32,43 ppm). Hasil pemantauan kualitas perairan yang dilakukan pada tahun 2000-2004 oleh Badan Pengelola Kawasan Segara Anakan (BPKSA) menunjukkan bahwa di Sungai Donan, Segara Anakan dan sekitar Segara Anakan telah terjadi pencemaran Pb, Cd, dan Cu yang cukup tinggi, yaitu kadar Pb sekitar 56,8 ppm, Cd sekitar 9,6 ppm dan Cu sekitar
3 3,6 ppm. Kondisi tersebut telah sangat jauh melebihi batas baku mutu lingkungan yang ditetapkan. Penelitian logam berat pada sedimen, tanaman mangrove, dan hewan seperti ikan, udang dan kerang di Laguna Segara Anakan juga telah banyak dilakukan dan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar telah melampaui baku mutu. Hasil penelitian Martin et al. (1985) menunjukkan bahwa sedimen di perairan Segara Anakan telah tercemar Pb (3,00-15,2 ppm), Cd (< 0,53 ppm), dan Cr (2,80-7,30 ppm). Hasil penelitian Pagoray (1998) menunjukkan bahwa kandungan logam berat Hg dan Cd pada perairan Sungai Donan sudah melebihi nilai ambang batas yang diperbolehkan baku mutu untuk biota perairan dan kandungan logam berat Hg dan Cd pada sedimen tercatat 3-30 kali lipat dibandingkan di perairan. Hasil penelitian Amnan (1994) tentang Hg dan Pb pada perairan, sedimen dan kerang di Sungai Donan juga telah melampaui baku mutu atau batas yang diijinkan. Hasil penelitian Rahajeng et al. (2003) menunjukkan bahwa perairan di Laguna Segara Anakan dan beberapa sungai di sekitar Segara Anakan telah tercemar oleh Pb dan Cu, sehingga semua hasil perikanan (tanpa membedakan jenis) tercemar oleh Pb dan Cu yang berkisar antara 1,295-20,77 ppm. Hasil penelitian Prasetya et al. (2006) menunjukkan bahwa air laut, sedimen, dan kerang di Laguna Segara Anakan telah tercemar Pb dan pada sedimen nilainya telah melampaui baku mutu. Hasil penelitian Anggoro (2005) menunjukkan bahwa kandungan Pb pada jaringan pohon mangrove (akar, batang, daun, dan buah) sebagian besar telah melampaui baku mutu yang telah ditetapkan, begitu juga hasil penelitian Heriyanto (2011) menunjukkan bahwa jaringan pohon mangrove, sedimen, ikan belanak, dan udang di Laguna Segara Anakan telah tercemar oleh Mn, Zn, Cd dan As yang sebagian besar kadar cemaran telah melebihi baku mutu. Hasil penelitian Heriyanto & Subiandono (2011) juga menunjukkan bahwa jaringan pohon mangrove, ikan belanak dan udang telah tercemar oleh Cu, Pb dan Hg yang sebagian besar kadar cemaran juga telah melebihi baku mutu. Hasil penelitian Nuryanto & Sastranegara (2013) bahwa air dan sedimen di Laguna Segara Anakan telah tercemar oleh Cd, Hg dan Pb yang kadar cemaran juga sebagian besar melampaui telah nilai baku mutu.
4 Laguna Segara Anakan merupakan daerah tangkapan kerang Polymesoda erosa terbesar di Jawa Tengah. Laguna Segara Anakan terletak di Pantai Selatan Pulau Jawa dan secara administratif masuk dalam wilayah Kecamatan Kampung Laut Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah. Masyarakat Kampung Laut mengenal kerang Polymesoda erosa dengan nama kerang totok dan daging kerang tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber bahan pangan alternatif untuk meningkatkan konsumsi gizi keluarga karena daging kerang mengandung protein yang cukup tinggi maupun sebagai sumber mata pencaharian dengan menjual kerang tersebut ke pasaran (Nuryanto & Sastranegara, 2010). Akan tetapi mengingat bahwa telah terjadi pencemaran oleh logam berat seperti Cd dan Pb pada perairan, sedimen dan kerang, maka akan sangat berbahaya jika daging kerang tersebut dikonsumsi secara terus menerus. Cara hidup kerang Polymesoda erosa yang membenamkan diri di dalam dasar perairan (lumpur) dan cara hidup yang bersifat menetap akan menyebabkan kandungan bahan pencemar terutama logam berat akan lebih tinggi dibandingkan dengan hewan yang lain seperti ikan dan udang jika lingkungan di perairan tersebut telah mengalami pencemaran oleh logam berat (Darmono, 2001). Gambaran mengenai kerang Polymesoda erosa dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Kerang Polymesoda erosa Logam berat Cd dan Pb mempunyai daya racun tinggi dan bersifat kronis sehingga apabila manusia mengkonsumsi daging kerang yang tercemar Cd dan Pb
5 tersebut, maka akan mendapat dampak negatif antara lain yaitu gangguan saraf, gangguan ginjal dan gangguan kardiovaskuler seperti peningkatan atau hipertensi (Widowati et al., 2008). Tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah yang banyak dialami oleh masyarakat. Namun demikian, banyak orang tidak menyadari bahwa mereka mengalami tinggi, karena gejala tinggi tidak terasa terutama pada stadium awal (Gunawan, 2001). Berdasarkan data 10 besar penyakit di wilayah kerja UPT Puskesmas Kampung Laut tahun 2013 dan tahun 2014 untuk kasus tinggi (hipertensi esensial) menduduki peringkat kedua yaitu 967 kasus dan 1.022 kasus. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa ada hubungan antara paparan Cd dan Pb dengan, yaitu antara lain penelitian yang dilakukan oleh Staessen et al. (1988), Riyadina et al. (2002), Vupputuri et al. (2003), Pasorong et al. (2007), Deyot et al. (2013) dan Chen et al. (2014). Paparan Pb yang tinggi di Thailand menyebabkan tinggi pada 20% orang dewasa (Suparwoko & Firdaus, 2007). Masyarakat Kecamatan Kampung Laut memiliki kebiasaan mengkonsumsi daging kerang secara terus menerus sepanjang hidup, sehingga kemungkinan terjadinya akumulasi dan biomagnifikasi Cd dan Pb sangat tinggi. Hal tersebut akan membahayakan masyarakat yang mengkonsumsi daging kerang Polymesoda erosa, sehingga masyarakat perlu mendapatkan informasi tentang dampak Cd dan Pb terhadap kesehatan. Maka dengan demikian, dilakukan penelitian tentang Tekanan Darah pada Pengkonsumsi Daging Kerang Polymesoda erosa Ditinjau dari Kadar Kadmium (Cd) dan Timbal (Pb) pada Rambut di Kampung Laut Cilacap Jawa Tengah, sehingga dari hasil penelitian ini didapatkan informasi mengenai pengaruh konsumsi daging kerang Polymesoda erosa yang tercemar Cd dan Pb terhadap. Sebagai indikator telah terjadi paparan Cd dan Pb pada manusia maka dapat menggunakan sampel rambut, karena waktu tinggal Cd dan Pb pada rambut lebih lama dibandingkan pada darah dan urin.
6 B. Perumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang telah diungkapkan dalam latar belakang maka rumusan masalah yang dipandang penting, menarik dan perlu diteliti adalah 1. Adakah hubungan frekuensi dan jumlah konsumsi daging kerang Polymesoda erosa dengan kadar Cd dan Pb pada rambut di Kecamatan Kampung Laut Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah; 2. Adakah hubungan kadar Cd dan Pb pada rambut dengan di Kecamatan Kampung Laut Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah; 3. Faktor apakah yang paling berhubungan dengan rambut di Kecamatan Kampung Laut Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan konsumsi daging kerang Polymesoda erosa dengan kadar Cd, Pb pada rambut dan sebagai dampak pencemaran perairan di Laguna Segara Anakan Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah. 2. Tujuan khusus Tujuan khusus penelitian ini antara lain: a. Menganalisis hubungan frekuensi dan jumlah konsumsi daging kerang Polymesoda erosa dengan kadar Cd dan Pb pada rambut di Kecamatan Kampung Laut Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah; b. Menganalisis hubungan kadar Cd dan Pb pada rambut dengan di Kecamatan Kampung Laut Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah; c. Menganalisis faktor yang paling berhubungan dengan di Kecamatan Kampung Laut Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah.
7 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada: 1. Pengembangan ilmu pengetahuan Menambah wawasan dan pengetahuan tentang masalah pencemaran perairan oleh logam berat Cd dan Pb dan dampak terhadap kesehatan masyarakat terutama terhadap akibat mengkonsumsi daging kerang Polymesoda erosa yang telah tercemar oleh Cd dan Pb dan dapat digunakan sebagai referensi oleh peneliti lain. 2. Pemerintah daerah Sebagai bahan informasi dan pertimbangan kepada pemerintah daerah dalam membuat kebijakan yang berkaitan dengan pengendalian pencemaran perairan di Laguna Segara Anakan, pengawasan keamanan pangan biota terutama kerang Polymesoda erosa dari Laguna Segara Anakan dan pengawasan terhadap masyarakat pengkonsumsi biota dari Laguna Segara Anakan serta pencegahan penyakit darah tinggi (hipertensi). 3. Masyarakat Sebagai informasi tentang dampak mengkonsumsi daging kerang Polymesoda erosa yang telah tercemar Cd dan Pb terhadap. E. Keaslian Penelitian Penelitian ini hanya menekankan pada masalah peningkatan yang ada kaitan dengan konsumsi daging kerang Polymesoda erosa yang tercemar oleh Cd dan Pb dengan indikator kadar Cd dan Pb pada rambut orang dewasa di Kecamatan Kampung Laut Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah. Adapun penelitian-penelitian yang ada kaitan dengan konsumsi biota laut, paparan Cd dan Pb dengan dapat dilihat pada Tabel 1.
8 Tabel 1. Keaslian penelitian Nama peneliti dan tahun Judul Hasil Perbedaan Persamaan Staessen et al. (1988) The Relationship Between Blood Pressure and Environmental Exposure to Lead and Cadmium in Belgium Urin kadmium (CDU) berhubungan dengan Urin timbal (PBU) tidak berhubungan dengan bebas: CDU, PBU, umur, dan jenis kelamin Analisis data: regresi sederhana terikat: Riyadina et al. (2002) Faktor-faktor Risiko Hipertensi pada Operator Pompa Bensin (SPBU) di Jakarta Kadar Pb darah merupakan faktor preditor atau determinan yang bermakna untuk terjadinya hipertensi setelah mengendalikan faktor umur, lama kerja, lama merokok dan kebiasaan konsumsi alkohol bebas: kadar Pb darah, umur, status perkawinan, pendidikan, lama kerja, BMI, riwayat keluarga hipertensi, stress, merokok, minum alkohol dan makanan asin Metode: Diskriptif Analisis Data: : Uji Chi square & Regresi Logistik Ganda terikat: (hipertensi) Metode: Rancangan Cross sectional Siagian (2005) Pengaruh Pencemaran Logam Berat Pb, Cd, Cr Terhadap Biota Laut dan Konsumennya di Kelurahan Bagan Deli Belawan tingkat konsumsi memiliki pengaruh dominan dibandingkan variabel umur terhadap konsentrasi logam pada rambut umur dan tingkat konsumsi memiliki pengaruh terhadap konsentrasi Cd dan Cr pada rambut bebas: umur terikat: Kadar Pb, Cd, Cr pada rambut Metode: Diskriptif Analisis data: Uji F, Uji T dan Analisis regresi linear berganda bebas: tingkat konsumsi Pasorong et al. (2007) Hubungan Kadar Plumbum (Pb) dan Hipertensi pada Polisi Lalu Lintas di kota Manado Ada hubungan antara kadar Pb dalam darah dengan terjadinya hipertensi, setelah mengendalikan lama kerja, lama dinas, riwayat keluarga yang hipertensi, aktivitas merokok dan olah raga bebas: Kadar Pb dalam darah antara: Lama paparan, alat pelindung diri dan lokasi jalan raya tempat bekerja Analisis data: Uji regresi logistik berganda (binary logistic) terikat: Tekanan darah
9 Nama peneliti dan tahun Judul Hasil Perbedaan Persamaan Marianti & Prasetya (2013) Rambut Sebagai Bioindikator Pencemaran Timbal pada Penduduk di Kecamatan Semarang Utara Telah terjadi pencemaran timbal pada sebagian penduduk Semarang Utara dengan tingkat ringan sampai sedang dan pencemaran kemungkinan di duga berasal dari air minum bebas: Kadar Pb ikan dan kadar Pb air terikat: Kadar Pb rambut Metode: Diskriptif Analisis data: Diskriptif kualitatif - Deyot et al. (2013) Masa Kerja, Kadar Timbal Darah dan Kejadian Hipertensi pada Petugas Parkir di Jalan Malioboro Yogyakarta Tidak terdapat hubungan masa kerja dengan kadar Pb darah Terdapat hubungan kadar Pb darah dengan kejadian hipertensi dengan korelasi positif yang lemah bebas: Masa kerja antara: Kadar Pb darah pengganggu: Merokok, konsumsi alkohol, dan konsumsi kopi Analisis Data: Uji Pearson korelasi dan Chi square terikat: (hipertensi) Metode: Observasional dengan rancangan Cross sectional Sumber: Staessen et al. (1988), Riyadina et al. (2002), Siagian (2005), Pasorong et al. (2007), Marianti & Prasetya (2013), dan Deyot et al. (2013).