dalam pelaksanaan kebijakan otonomi daerah. Sejak diberlakukannya otonomi desantralisasi mendorong perlunya perbaikan dalam pengelolaan dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance. yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi isu yang sangat penting di pemerintahan Indonesia. Salah satu kunci

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government Governance)

BAB I PENDAHULUAN. yang baik (good governance government), telah mendorong pemerintah pusat dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut dengan Good Governance. Pemerintahan yang baik merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat diraih melalui adanya otonomi daerah.indonesia memasuki era otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Keinginan untuk mewujudkan good governance merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. reformasi dapat dinilai kurang pesat, pada saat itu yang lebih mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia namun juga di negara-negara lain (Indra Bastian, 2010:5).

BAB I PENDAHULUAN. sektor publik yang ditandai dengan munculnya era New Public Management

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, peran akuntansi semakin dibutuhkan, tidak saja untuk kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang tepat, jelas, dan terukur sesuai dengan prinsip transparansi dan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik atau yang biasa disebut Good Government

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pertimbangan yang

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan penyelenggaraan operasional pemerintahan. Bentuk laporan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Ulum, 2004). (Stanbury, 2003 dalam Mardiasmo, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. tata kelola yang baik diperlukan penguatan sistem dan kelembagaan dengan

BAB I PENDAHULUAN. nepotisme mengakibatkan kerugian negara dan tidak maksimalnya kinerja

BAB I PENDAHULUAN. pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pengelolaan keuangan dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. Good Governance Government adalah pemerintahan yang paling. diimpikan oleh seluruh masyarakat Indonesia, dimana pemerintahannya

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang menitik beratkan pada pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB I PENDAHULUAN. untuk diperbincangkan, banyaknya kasus-kasus buruknya kualitas laporan

Persiapan Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual di Indonesia. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. governance) ditandai dengan diterbitkannya Undang undang Nomor 28 Tahun

BABl PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan atas informasi keuangan yang informatif

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah diberi kewenangan untuk penyelenggaraan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. bersih dan berwibawa. Paradigma baru tersebut mewajibkan setiap satuan kerja

BAB I PENDAHULUAN. yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance merupakan function of governing. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BAB I PENDAHULUAN. dengan Good Government Governance (GGG). Mekanisme. penyelenggaraan pemerintah berasaskan otonomi daerah tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. daerah merupakan tujuan penting dalam reformasi akuntansi dan administrasi

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purposive

BAB I PENDAHULUAN. Frilia Dera Waliah, 2015 ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG DALAM MENERAPKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsinya yang didasarkan pada perencanaan strategis yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Tanggung Jawab dan Pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pemerintah dituntut untuk mewujudkan prinsip-prinsip yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pergantian Pemerintahan dari orde baru ke orde reformasi yang. dimulai pertengahan tahun 1998 menuntut pelaksanaan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) berupa Laporan Keuangan. Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. pasti membutuhkan pemerintahan yang baik atau yang sering disebut good

AKUNTABILITAS PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. Good governace merupakan function of governing, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan tuntutan transparansi dan akuntabilitas sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan otonomi daerah yang dilandasi oleh Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. menguatnya tuntutan akuntabilitas atas organisasi-organisasi publik tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik baik di pusat maupun di

BAB I PENDAHULUAN. Nasution (2007) menyatakan beberapa kelemahan yang ditemukan pada

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi dan pelaksanaan otonomi daerah yang lebih luas, mengakibatkan semakin kuatnya tuntutan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah melakukan reformasi pengelolaan keuangan dengan. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,

BAB I PENDAHULUAN. dan berganti menjadi era Reformasi. Pada era ini, desentralisasi dimulai ketika

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik yang disebut. dengan laporan keuangan (Mardiasmo, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dan seiring

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam rangka mendukung terwujudnya tata kelola yang baik

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara periodik (Mardiasmo, 2006, hal 17). Pemerintah harus mampu untuk

I. PENDAHULUAN. Perubahan paradigma pengelolaan keuangan baik pemerintah pusat maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Supriyanto dan Suparjo (2008) mengungkapkan :

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dalam rangka pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat tersalurkan. Selain itu dalam Pemerintahan yang baik

BAB 1 PENDAHULUAN. hal pengelolaan keuangan dan aset daerah. Berdasarkan Permendagri No. 21 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. kondisi ekonomi, sosial dan politik adalah dengan mengembalikan kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan akuntansi sektor publik di Indonesia semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik (Stanbury, 2003

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan Daerah yaitu dengan menyampaikan laporan

BAB I PENDAHULUAN. adalah tentang tata kelola pemerintahan yang baik atau good government

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan akuntansi sektor publik di Indonesia semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. Dinamika perkembangan sektor publik di Indonesia saat ini adalah semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Good governance merupakan function of governing, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. satu dasar penting dalam pengambilan keputusan. Steccolini (2002;24) mengungkapkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah No.105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntanbilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi. Artinya bahwa pemerintah pusat memberikan wewenang untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mulai menerapkan otonomi daerah setelah berlakunya Undang-

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan akuntansi sektor publik di Indonesia semakin pesat terutama dalam pelaksanaan kebijakan otonomi daerah. Sejak diberlakukannya otonomi daerah pemerintah diberikan kewenangan yang luas untuk menyelenggarakan semua urusan pemerintah. Perubahan pada sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desantralisasi mendorong perlunya perbaikan dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintah pusat, pemberian otonomi daerah ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi efektivitas, dan akuntabilitas sektor publik di Indonesia (Mardiasmo,2009). Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik. Adanya tuntutan yang semakin besar terutama dalam terhadap pelaksanaan akuntabilitas publik menimbulkan implikasi bagi manajemen sektor publik untuk memberikan informasi kepada publik, salah satunya adalah informasi akuntansi berupa laporan keuangan. Akuntansi dan laporan keuangan mengandung pengertian sebagai suatu proses pengumpulan, pengelolaan, dan pengkomunikasian informasi yang bermamfaat untuk pembuatan keputusan dan untuk menilai kinerja organisasi (Halim,2002). 1

2 Standar akuntansi merupakan pedoman atau prinsip-prinsip yang mengatur perlakuan akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan untuk tujuan laporan kepada para pengguna laporan keuangan, sedangkan prosedur akuntansi merupakan praktik khusus yang digunakan untuk mengimplementasikan standar. Untuk memastikan diikutinya prosedur yang talah ditetapkan, sistem akuntansi sektor publik harus dilengkapi dengan sistem pengendalian intern atas penerimaan dan pengelolaan dana publik (Mardiasmo,2009). Pelaturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan perlu menetapkan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual. Undang-undang tersebut yang menjelaskan bahwa laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Kemudian sebagai pedoman pelaksanaannya terbit pula Peraturan Pemerintah PP No 64 Tahun 2013 (PSAP,2010). Tahun 2015 merupakan tahun pertama penerapan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) berbasis akrual dalam pelaporan keuangan Pemerintah. Diharapkan dengan penerapan SAP berbasis akrual ini laporan keuangan pemerintah lebih akuntabel dan transparan menyajikan informasi mengenai pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara guna mendukung pencapaian kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, demikian diungkapkan ketua BPK RI Harry Azhar Azis pada saat penyerahan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) LKPP tahun 2015 kepada Pimpinan DPR dalam Sidang Paripurna di gedung DPR, Jakarta, Kamis 2 Juni 2016.

3 Sistem akuntansi berbasis akrual yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan dianggap lebih baik daripada akuntansi berbasis kas, teknik akuntansi berbasis akrual diharapkan dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih dapat dipercaya, lebih akurat, dan komprehensif. Basis akrual merupakan basis akuntansi yang mengakui pengaruh suatu transaksi pada saat terjadinya, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar (Kawedar, et. al., 2008: 86). Transparansi dapat diartikan memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada pelaturan perundang- undangan( KSAP,2005). Akuntabilitas itu sendiri adalah sebagai bantuk kebijakan mempertanggungjawabkan keberhasilan atas kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui suatu media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik (Stanbury, 2003). Standar akuntansi pemerintah berbasis akrual ini dapat meningakatkan akuntabilitas dan transparansi laporan keuangan pemerintahan daerah. Adanya standar dalam pelaporan keuangan merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki kualitas dan kinerja pengelolaan keuangan pemerintahan sehingga lebih terukur, terstruktur dan dapat dibandingkan, sesuai dengan indikator yang digunakan dalam pelaksanaan good governance (Harun, 2009).

4 Dalam rangka pengukuran kinerja, informasi berbasis akrual dapat menyediakan informasi mengenai penggunaan sumber daya ekonomiyang sebenarnya. Oleh karena itu, akuntansi berbasis akrual merupakan salah satu sarana pendukung yang diperlukan dalam rangka transparansidan akuntabilitas pemerintah (KSAP, 2006). Penelitian Beechy (2007) mengungkapkan bahwa laporan keuangan dengan basis akrual lebih baik untuk akuntabilitas dan transparansi. Menurut Mustofa (2006) ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh atas penerapan basis akrual, baik bagi pengguna laporan (user) maupun bagi pemerintah sebagai penyedia laporan keuangan. Manfaat tersebut memperlihatkan akuntabilitas pemerintah atas penggunaan seluruh sumber daya dan memberikan keterbukaan kepada (user) untuk mengevaluasi laporan posisi keuangan pemerintah dan perubahannya terutama dalam hal biaya pelayanan, efisiensi dan penyampaian pelayanan tersebut. Akan tetapi terdapat beberapa permasalahan yang akan timbul dengan diterapkannya sistem akuntansi berbasis akrual, terutama dalam kendala seperti adanya pilihan atas berbagai penilaian, pengakuan dan pelaporan aset, kewajiban dan ekuitas. Sehingga dibutuhkan dukungan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten dan profesional dalam pengelolaan keuangan. Penyiapan dan penyusunan laporan keuangan tersebut memerlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang menguasai akuntansi pemerintah (Halim,2012). Penerapan akuntansi berbasis akrual belum terealisasi dengan maksimal di berbagai pemerintahan pusat maupun daerah, walaupun pelaturan pemerintah tentang standar akuntansi akrual telah diterbitkan pada tahun 2015. Adanya kompleksitas dalam implementasi akuntansi berbasis akrual menyebabkan

5 perlunya staf akuntansi yang memiliki kompetensi di bidang pengelolaan keuangan daerah serta harus memahami sistem akuntansi yang baru agar informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh pengguna (Sinarwati, 2014). Saat ini akuntabilitas dan transparansi dalam laporan keuangan sering menjadi problem bagi daerah. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) belum mampu memberikan kepuasan atau keyakinan terhadap masyarakat. Hal tersebut diungkapkan oleh Anggota VI Badan Pemeriksa Keuangan RI (BPK RI), Bahrullah Akbar pada sosialisasi tentang Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual pada Penyusunan LKPD dan Implikasinya Terhadap Opini BPK yang diselenggarakan di Aula Kampus Institut Pendidikan Dalam Negeri (IPDN) Praya Lombok Tengah, Selasa (3/2). (www.bandung.bpk.go.id) Permasalahan dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah adalah masih banyak ditemukan ketidakberesan, ketidakteraturan dan ketidakbenaran, dan bahkan penyimpangan dalam pengelolaan serta pertanggungjawaban keuangan daerah termasuk banyaknya aset negara yang dikelola secara tidak layak dan dilaporkan secara tidak wajar dalam laporan keuangan yang berimplikasi pada opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) dan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP). Hal ini timbul akibat lemahnya akuntabilitas dan transparansi atas lembaga- lembaga publik baik pusat maupun daerah atas pembuatan laporan keuangan. (www.bandung.bpk.go.id)

6 Berdasarkan hasil pemeriksaan BPK atas LKPP Tahun 2015 juga mengungkapkan beberapa permasalahan signifikan, yaitu: (1) Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah berbasis akrual belum didukung dengan kebijakan akuntansi (2) Permasalahan penatausahaan pajak diantaranya Piutang Pajak Macet Sebesar Rp38,22 Triliun Belum Dilakukan Tindakan Penagihan yang Memadai, Pemerintah Belum Menyelesaikan Permasalahan Inkonsistensi Penggunaan Tarif Pajak Dalam Perhitungan Pajak Penghasilan Minyak dan Gas Bumi. (3) Jumlah Kementerian Lembaga (KL) yang memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) sebanyak 56 KL, sebanyak 26 KL memperoleh opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) dan sebanyak 4 KL Tidak Memberikan Pendapat (TMP). Hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), menunjukan akuntabilitas dan transparansi pemerintah pusat masih tergolong rendah sebagai bagian upaya mendorong transparansi dan akuntabilitas pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan Negara BPK telah melengkapi LHP LKPP Tahun 2015 dengan laporan tambahan berupa Laporan Pemantauan Tindak Lanjut LKPP Tahun 2007-2014 dan Laporan Hasil Review atas Pelaksanaan Transparansi Fiskal. (Sumber: Kepala Biro Humas Dan Kerja Sama Internasional BPK). Sedangkan untuk hasil pemeriksaan BPK untuk pemerintah daerah, selama semester II tahun 2015 BPK memeriksa 504 laporan keuangan pemda atau sebanyak 93,51% LKPD dari 539 pemerintah daerah yang wajib menyusun laporan

7 keuangan. Rendahnya akuntabilitas dan transparansi membuat kualitas dari laporan keuangan itu sendiri diragukan dan LKPD belum mampu memberikan kepuasan dan keyakinan terhadap masyarakat. (www.bandung.bpk.go.id) Fenomena lain yang menunjukkan rendahnya akuntabilitas laporan keuangan daerah diantaranya adalah BPK dalam pemeriksaan atas LKPD TA 2015 masih menemukan beberapa permasalahan yang cukup signifikan dan cenderung berulang. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan Jabar menyerahkan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) tahun anggaran 2015. Beberapa masalah yang masih ditemukan dalam LKPD Tahun Anggaran 2015 khususnya di kota Bandung yaitu adanya beberapa temuan yang cukup signifikan yang menjadi satu dari empat pemda yang masih meraih opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP). (www.bandung.bpk.go.id) Berdasarkan laporan hasil pemeriksaan Badan Pengawas Keuangan (BPK) terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Bandung, untuk hasil pemeriksaan LKPD Tahun anggaran 2011-2015 memperoleh opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Tabel I.1 Daftar Opini Audit BPK atas LKPD Kota Bandung Tahun 2011-2015 No Tahun Opini BPK 1 2011 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) 2 2012 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) 3 2013 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) 4 2014 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) 5 2015 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) Sumber: www.bandung.bpk.go.id

8 Tabel 1.1 menunjukan bahwa data hasil Pemeriksaaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas laporan Kota Bandung belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini terlihat dari opini atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yang diberikan oleh BPK pada Tahun 2011-2015 setiap tahunnya mendapatkan penilaian berupa opini Wajar Dengan Pengecualian. Berdasarkan hasil pemeriksaan BPK atas LKPD kota Bandung Tahun 2015 juga mengungkapkan beberapa permasalahan signifikan, diantaranya: 1. Tanah pemda yang belum bersertifikat dan bahkan tidak dapat ditelusuri keberadaanya. 2. Pertanggungjawaban penggunaan belanja daerah tidak didukung dengan bukti yang sah dan sesuai dengan pengeluaran rill 3. Masalah banyak aset Pemerintah Kota Bandung yang berasal dari peninggalan jaman kolonial Belanda digugat oleh warga. 4. Selain dana BOS juga ada temuan pembukaan rekening baru oleh dinasdinas tanpa persetujuan dari kepala daerah. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) setiap tahunnya mendapat penilaian berupa Opini dari Badan Pengawas Keuangan (BPK). Ketika BPK memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WDP) terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD), artinya dapat dikatakan laporan keuangan dikatan wajar dalam hal yang material, tetapi terdapat sesuatu penyimpangan/ kurang lengkap pada pos tertentu, sehingga harus dikecualikan. Dari pengecualian tersebut yang dapat mungkin terjadi, apabila laporan keuangan suatu entitas pemerintah

9 daerah tersebut disajikan dan diungkapkan terdapat penyimpangan dalam penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum ( IAI,2002). Berdasarkan uraian latar belakang penelitian penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul : PENGARUH PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH BERBASIS AKRUAL TERHADAP AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi Pada Pemerintah Kota Bandung) 1.2. Identifikasi Masalah Dengan adanya tuntutan penerapan standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual diharapkan lebih sistematis menuju pengelolaan keuangan yang lebih baik, sebagai salah satu agenda reformasi keuangan di Indonesia terutama dalam mewujudkan akuntabilitas dan transparansi atas aktivitas serta kinerja keuangan pemerintah melalui laporan keuangan. Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang akan diteliti selanjutnya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Apakah Standar Akuntansi Berbasis Akrual berpengaruh terhadap Akuntabilitas Laporan Keuangan pada Pemerintah Kota Bandung. 2. Apakah Standar Akuntansi Berbasis Akrual berpengaruh terhadap Transparansi Laporan Keuangan pada Pemerintah Kota Bandung.

10 1.3. Tujuan Penelitian Maksud Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi dan data-data yang relevan dengan objek penelitian yang penulis kaji, sehingga setelah data yang sudah diolah dan dianalisis dapat dijadikan bahan pengujian teori dan praktek. 1. Untuk mengetahui Penerapan Standar Akuntansi Berbasis Akrual berpengaruh terhadap Akuntabilitas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bandung. 2. Untuk mengetahui penerapan Standar Akuntansi Berbasis Akrual terhadap Transparansi Laporan Keuangan pada Pemerintah Kota Bandung. 1.4. Kegunaan Penelitian Dengan adanya penelitian ini penulis mengharapkan agar bermanfaat bagi beberapa pihak baik secara langsung atau tidak langsung. Kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi: 1. Bagi Penulis Sebagai pembelajaran awal dalam melakukan penelitian, juga menambah dan pemahaman tentang bagaimana konsep-konsep penerapan sistem akuntansi berbasis akrual terhadap akuntabilitas dan transpransi yang dapat menghasilkan laporan keuangan pemerintah daerah yang baik dalam instansi pemerintahan. 2. Bagi Pemerintah Pusat dan Daerah Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan, informasi serta pemikiran untuk instansi pemerintah Kota Bandung agar

11 memahami pentingnya penerapan sistem akuntansi berbasis akrual yang berimplikasi terhadap akuntabilitas dam transparansi laporan keuangan pemerintah daerah. 3. Bagi Peneliti Lain Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk pengembangan serta menjadi sumber informasi atau masukan mengenai konsep penerapan sistem akuntansi berbasis akrual keuangan daerah bagi peneliti selanjutnya dalam bidang yang sama. 1.5. Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk memperoleh data sehubungan dengan masalah yang akan diteliti dalam penyusunan skripsi ini, penulis melakukan penelitian pada Pemerintahan Kota Bandung. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan September 2016 sampai bulan Desember 2016.