Oleh: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd

dokumen-dokumen yang mirip
DR. H. Sofyan Sauri, M.Pd (Ketua) Anggota : 1. Drs. H. Ade Sadikin Akhyadi, MSi 2. Drs. Yadi Ruyadi, MSi

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut paham. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD 1945)

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan dianggap sebagai sebagai suatu investasi yang paling berharga

STRATEGI PEMBANGUNAN BIDANG PENDIDIKAN UNTUK MEWUJUDKAN PENDIDIKAN BERMUTU

BAB I PENDAHULUAN. Di era persaingan global, Indonesia memerlukan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat

BAB I PENDAHULUAN. harkat dan martabat manusia dapat ditingkatkan. Melalui pendidikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN UNTUK RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia saat ini tidak terlepas dari masalah dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, yang secara umum bertumpu pada dua paradigma baru yaitu

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan bertujuan untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang positif bagi

BEBERAPA ISU PENTING RUU SISDIKNAS UNTUK ORIENTASI PRAKTEK MANAJEMEN PENDIDIKAN/SEKOLAH DI MASA DEPAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Manajemen Mutu Pendidikan

BAB III ANALISIS SWOT DAN ASUMSI-ASUMSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, 2) fokus penelitian, 3) tujuan penelitian, 4) kegunaan penelitian, 5)

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

Evaluasi Kurikulum Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia FTI UII Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

PENGELOLAAN SUMBER DANA PENDIDIKAN DASAR. (Studi Situs SDN Todanan 1) TESIS

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun budaya. Kondisi ini akan

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi

Dinamika Sosial Dalam Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah Untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan Pada Satuan Pendidikan Pada Era Otonomi Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia. tahun 1945 menyatakan bahwa, salah satu tujuan Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan. globalisasi, maka pendidikan juga harus mampu menjawab kebutuhan

PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Fuja Siti Fujiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif

Membangun Profesionalisme Guru Berbasis Nilai Bahasa Santun, Bagi Pembinaan Kepribadian Bangsa yang Bijak

MANAJEMEN PEMBELAJARAN PROGRAM AKSELERASI DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus di SMP Negeri 9 Surakarta)

MODEL PENGEMBANGAN KEPALA SEKOLAH DALAM MEWUJUDKAN SEKOLAH MANDIRI 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENGELOLAAN SEKOLAH BERDASARKAN SEKOLAH STANDAR NASIONAL (SSN) (Studi Kasus Pada Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Cepu) TESIS.

BAB I PENDAHULUAN. khususnya kebutuhan akan pendidikan sebagai suatu investasi. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. akan terwujud dengan baik apabila didukung secara optimal oleh pola. upaya peningkatan pola manajerial sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

KUANTITAS PROPORSI SMK : SMA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi

RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN TENTANG EVALUASI PELAKSANAAN BOS TINGKAT SDN DI KABUPATEN BANJAR KERJASAMA

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan

BAB I PENDAHULUAN. penelitian ini mengenai implementasi KTSP dalam pemanfaatan laboratorium

KERANGKA KERJA SATUAN PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS PADJADJARAN 2016 SATUAN PENJAMINAN MUTU SATUAN PENJAMINAN MUTU UNPAD.

BAB I PENDAHULUAN. Pada era otonomi daerah ini pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia

KEBIJAKAN STRATEGIS DI BIDANG PENDIDIKAN

Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif & Menyenangkan (Pakem) Di TK dan SD

BAB IV BAB IV LANGKAH-LANGKAH TEROBOSAN PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan Pendidikan Nasional, dapat dilihat berdasarkan faktor

MEMBENTUK SUMDER DAYA MANUSIA BERKUALITAS MELALUI LEADER CLASS

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan dimaksudkan untuk mengoptimalkan. potensi peserta didik dalam mewujudkan pembelajaran sepanjang hayat.

BAB I PENDAHULUAN. zaman yang semakin berkembang. Berhasilnya pendidikan tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-undang

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

ANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali)

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan pesat. Salah satu bentuk perkembangan ilmu pendidikan

KESIAPAN SEKOLAH DALAM PENERAPAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI SEKOLAH DASAR ISLAM AL HILAL RAWA LUMBU, BEKASI Tahun Ajaran 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dan industri yang bergantung pada kepuasan pelanggan atau konsumen,

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Seiring dengan berkembangnya dunia global dan dunia kerja, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan kepemimpinan saat ini adalah menghadapi perubahan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. baru memusatkan perhatianya kepada investasi sumber daya manusia yang dapat

I. PENDAHULUAN yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkalis. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan, salah satunya adalah

BAB V ALTERNATIF MODEL HIPOTETIK IMPLEMENTASI MANAJEMEN SEKOLAH BERMUTU. kemandirian dan kreativitas sekolah. Oleh sebab itu, SMPN RSBI sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

Implikasi Regulasi Pendidikan Tinggi. Direktorat Kelembagaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Mei 2015

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator kemajuan suatu negara tercermin pada kemajuan bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang bersifat universal. Di

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar

BAB I PENDAHULUAN. pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani anak-anak, selaras. membantu peserta didik agar nantinya mampu

BAB I PENDAHULUAN. pasal 5 ayat (1) mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak. memperoleh pendidikan yang bermutu. Untuk dapat menyelenggarakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bukan merupakan tugas yang

ISU-ISU STRATEGIS. 3.1 Analisis Situasi Strategis

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)

Kurikulum SD Negeri Lecari TP 2015/ BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prasyarat utama untuk memperbaiki derajat kesejahteraan rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. pada mutu output pengajarannya. Bila seluruh guru menunjukkan. pemimpin pengajaran yang bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan.

BAB I PENDAHULUAN. dan dihasilkan melalui pendidikan.dalam proses pendidikan pula, manusia. belajar dari, tentang, dan dengan tehnologi itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Transkripsi:

Oleh: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd

Pendidikan bermutu dalam pembangunan sebuah bangsa (termasuk di dalamnya pembangunan pada lingkup kabupaten/kota) adalah suatu keniscayaan, melalui pendidikan bermutu dapat dilahirkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas dan berdaya saing sebagai salah satu row input proses pembangunan. Tanpa pendidikan yang bermutu tidak mungkin tujuan pembangunan sebuah bangsa dapat terwujud dengan baik. Pendidikan bermutu dan pembangunan berkualitas bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Pentingnya pendidikan yang berkualitas semakin disadari, sebab terciptanya kualitas manusia dan kualitas masyarakat Indonesia yang maju dan mandiri hanya dapat diwujudkan jika pendidikan masyarakat berhasil ditingkatkan (Mutofin,1996:24) Sampai saat ini, lemahnya kualitas SDM masih menjadi permasalahan utama dalam pembangunan dan daya saing bangsa. hal tersebut menyebabkan rendahnya daya saing global bangsa Indonesia.

Menurut catatan UNDP tahun 2006, Human Development Index (HDI) Indonesia hanya menduduki ranking 69 dari 104 negara. Tahun 2007, menempatkan Indonesia berada pada urutan ke-108 dari 177 negara. Berdasarkan Global Competitiveness Indeks tahun 2008 menurut sumber Bank Dunia 2009, Indonesia berada di peringkat 54 dari 134 negara.

Menurut The 2006 Global Economic Forum on Global Competitiveness Index (GCI) yang direlese WEF tersebut, daya saing global Indonesia berada pada posisi yang terpuruk. Untuk wilayah Asia, macan asia Taiwan dan Singapore menempati urutan ke-5 dan 6. Sementara Jepang, rangking ke-12. China dan India rangking 49 dan 50. Pada periode yang sama, kualitas sistem pendidikan Indonesia juga berada pada peringkat 23

Kualitas SDM dan daya saing bangsa erat sekali kaitannya dengan kualitas pendidikan nasional. Sementara pendidikan nasional besar dipengaruhi oleh pembangunan pendidikan di masing-masing daerah (provinsi dan kabupaten/kota) Sehingga untuk memperbaki kondisi bangsa saat ini harus dijawab dengan meningkatkan mutu pendidikan dan profesionalisme pengelola pendidikan (tenaga kependidikan, khususnya guru), serta profesionalisme LPTK yang melahirkan tenaga pendidik dan kependidikan yang berangkat dari penataan unsur-unsur terkait pada lingkup daerah (provinsi dan kabupaten/kota).

Pertama, terkait dengan kualitas pendidikan, yang bisa dilihat dari tiga indikator utama yakni proses pembelajaran yang masih konvensional, kinerja dan kesejahteraan guru yang belum optimal, jumlah dan kualitas buku di sekolah yang belum memadai. Kedua, pemerataan pendidikan, yang bisa dilihat dari tiga indikator utama yakni kerusakan sarana dan prasarana ruang kelas, keterbatasan aksebilitas dan daya tampung serta kekurangan tenaga guru.

Ketiga, efisiensi pendidikan, yang bisa dilihat dari tiga indiktaor yakni penyelenggaraan otonomi pendidikan yang belum optimal (MBS belum optimal), keterbatasan anggaran (kemampuan pemerintah yang terbatas dan rendahnya partisipasi masyarakat), dan mutu SDM pengelola pendidikan. Keempat, relevansi pendidikan, yang bisa dilihat dari tiga indikator yakni kemitraan dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) yang belum optimal, kurikulum yang belum berbasis masyarakat dan potensi daerah, serta kecakapan hidup (life skill) yang dihasilkan belum optimal.

Tiga persoalan mendasar yang patut diantisipasi dalam desentralisasi manajemen pendidikan, yaitu apakah pemberian otonomi kepada daerah akan menjamin setiap warga Negara memperoleh haknya dalam pendidikan? Apakah pemberian kewenangan menyelenggarakan pendidikan kepada daerah dapat menjamin peran serta masyarakat akan meningkat? Apakah penyelenggaraan pendidikan yang dilakukan daerah dapat mencapai hasil-hasil pendidikan yang bermutu?

Dasar pijak untuk menjawab ketiga pertanyaan tersebut adalah UU No 32 tahun 2004 tentang otonomi daerah, UU tersebut telah membawa implikasi terhadap penyelenggaraan pendidikan nasional. Implikasi tersebut diantaranya bahwa setiap proses manajemen penyelenggaraan pendidikan nasional harus berlandaskan pula pada paradigma bottom up approach, karena di samping organisasi dan manajemen pendidikan nasional harus acceptable bagi masyarakatnya, juga harus accountable dalam melayani public terhadap kebutuhan pendidikan.

Secara teknis operasional, manajemen pendidikan tingkat atas eksistensinya tergantung rekomendasi kebutuhan pada tingkat bawahnya secara berjenjang, dalam arti substansi, proses, dan konteks sama, baik dengan daerah lainnya yang sederajat maupun dengan provinsi Secara teoretis keragaman tersebut akan memunculkan sinergitas yang di dukung oleh keunggulan komparatif dan kompetitif masing-masing daerah dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan.

Irianto dan Sa ud (2009:26) mengungkapkan bahwa desentralisasi sistem pemerintahan membawa implikasi terhadap ruang lingkup (substansi), proses, dan konteks pembangunan pendidikan. Implementasinya dalam bidang pendidikan memerlukan model-model yang relevan sesuai dengan konteks dan karakteristik pemerintahan di daerah. Setidaknya terdapat tiga model desentralisasi pendidikan, yaitu: 1. Manajemen berbasis lokasi (site based management), 2. Pengurangan adminsitrasi pusat. 3. Inovasi kurikulum.

Model manajemen berbasis lokasi adalah model yang dilaksanakan dengan meletakan semua urusan penyelenggaraan pendidikan pada sekolah. Model pengurangan administrasi pusat merupakan konsekunsei dari model pertama. Pengurangan administrasi pusat diikuti dengan peningkatan wewenang dan urusan pada masing-masing sekolah. Model Inovasi kurukulum menekankan pada inovasi kurikulum sebesar mungkin untuk meningkatkan kualitas dan persamaan hak bagi semua peserta didik. Kurikulum ini disesuaikan benar dengan kebutuhan peserta didik di sekolah-sekolah dan tersebar pada daerah yang bervariasi.

Substansi desentralisasi dalam bidang manajemen pendidikan, paling sedikit berkenaan dengan aspek-aspek: 1. Perundang-undangan pendidikan. 2. Struktur organisasi dan kelembagaan pendidikan 3. Pengembangan kurikulum pendidikan. 4. Profesionalisme tenaga kependidikan. 5. Sarana dan prasarana pendidikan, dan 6. Pembiayaan pendidikan

Perundangundangan Pendidikan Pengembangan Tenaga Kependikan Struktur & Kelembagaan Pendidikan Desentralisasi Manajemen Pendidikan Pembiayaan Proses Pendidikan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Sarana dan Prasarana Pendidikan

Sumbangan pendidikan terhadap bangsa tentu bukan hanya sekedar penyelenggaraan pendidikan, tetapi pendidikan yang bermutu, baik dari sisi input, proses, output, maupun outcome. Input pendidikan yang bermutu adalah guru-guru yang bermutu, peserta didik yang bermutu, fasilitas yang bermutu, dan berbagai aspek penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Proses pendidikan yang bermutu adalah proses pembelajaran yang bermutu. Output pendidikan yang bermutu adalah lulusan yang memiliki kompetensi yang disyaratkan. Outcome pendidikan yang bermutu adalah lulusan yang mampu melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi atau terserap pada dunia usaha atau dunia industri.

Pemecahan masalah nasional dan pemenangan persaingan global ini menuntut dimilikinya sumber daya manusia yang kompeten di bidangnya yang disertai dengan kepemilikan akhlak mulia. Untuk menjawab tantangan nasional dan internasional yang terjadi dewasa ini serta meningkatkan peran serta dunia pendidikan dalam menjawab tantangan tersebut haruslah melalui pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu merupakan kunci untuk membangun manusia yang kompeten dan beradab.

Pendidikan bermutu hanya dapat dilakukan dengan menerapkan kualitas manajemen yang bermutu pula, dalam istilah manajemen dikenal dengan konsep manajemen mutu terpadu atau Total Quality Management (TQM). Riyadi & Fahrurozi (2008:5) mengungkapkan bahwa di era kontemporer ini, dunia pendidikan dikejutkan dengan adanya model pengelolaan pendidikan berbasis industri. Pengelolaan model ini mengandaikan adanya upaya pihak pengelola institusi pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Penerapan manajemen mutu dalam pendidikan ini lebih popular dengan sebutan Total Quality Education (TQE).

Dasar dari manajemen ini dikembangkan dari konsep Total Quality Management (TQM) atau manajemen mutu terpadu yang pada awalnya dikembangkan di dunia bisnis. Seiring dengan perjalanan waktu, secara empiris konsep TQM menjadi formula efektif dalam membangun akselerasi pengembangan kelembagaan pendidikan Menurut Murgatroyd & Morgan (1994:66) implementasi TQM yang sukses dalam pendidikan didasarkan pada lima kata kunci, yaitu visi (vision), strategi dan tujuan (strategy and goals), team (teams), dan alat (tools).

Sallis (2008:76-86) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa hal pokok tentang TQM dalam implementasinya pada dunia pendidikan. 1.Perbaikan terus-menerus 2.Kaizen 3.Perubahan Kultur 4.Organisasi Terbalik 5.Kepuasan Pelanggan

Diklat dan Pendampingan Implementasi TQM bagi pengelola satuan pendidikan Peningkatan profesionalisme tenaga pendidik dan kependidikan melalui: 1. Penuntasan program sertifikasi guru 2. Penuntasan capaian standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru, kepala dan tenaga kependidikan lainnya 3. Pelatihan Contaxtual Learning and Teaching bagi guru 4. Integrasi IMTAK dan IPTEK dalam kurikulum persekolahan 5. Peningkatan kesejahteraan yang layak bagi guru 6. Pembudayaan leassen study di kalangan guru 7. Beasiswa pendidikan S2 dan S3 bagi tenaga pendidik dan kependidikan.

Penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun dan rintisan wajar dikdas 12 tahun Sekolah gratis bagi orang miskin Pengembangan KTSP berbasis Pendidikan Nilai Pengmbangan sarana dan prasarana pendidikan yang berkualitas Komitmen nyata anggaran pendidikan 20 % dari APBD.

Peningkatan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan, baik formal maupun non formal (pendidikan luar sekolah) Mendorong peningkatan Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK)). Pemberdayaan Program Paket A, B dan Paket C sebagai alternative perluasan akses pendidikan bagi masyarakat Penyediaan buku teks gratis bagi seluruh sekolah Optimalisasi peran dan fungsi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Pembuatan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah yang mendukung kondusifnya praktek pendidikan di daerah. Penggunaan perangkat ICT (Information and Communication Technology) dalam adminsitasi pengelola pendidikan. Pembuatan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Standar Operasional Manajemen (SOM) dalam setiap komponen penyelenggaraan pendidikan. Penguatan peran dan fungsi dewan pendidikan, komite sekolah dan pengawas dalam penyelenggaraan pendidikan.

UU No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberikan implikasi yang nyata bagi pengejawantahan UU No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pada tingkat kabupaten/kota. PP No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pun menjadi rujukan operasional bagi pengembangan standar pendidikan di daerah.

Substansi desentralisasi dalam bidang manajemen pendidikan, paling sedikit berkenaan dengan aspek-aspek: 1. Perundang-undangan pendidikan. 2. Struktur organisasi dan kelembagaan pendidikan 3. Pengembangan kurikulum pendidikan. 4. Profesionalisme tenaga kependidikan. 5. Sarana dan prasarana pendidikan, dan 6. Pembiayaan pendidikan

Bagi pemerintahan daerah memfasilitasi pengembangan penyelenggarakan pendidikan saja tidak cukup, melainkan haruslah penyelenggaraan pendidikan yang berorientasi kepada mutu, sehingga diperoleh output dan outcome pendidikan yang mendukung percepatan pembangunan di daerah. Pendidikan dapat menjadi solusi bagi Pendidikan dapat menjadi solusi bagi pengembangan potensi daerah yang belum terberdayakan secara optimal serta solusi dalam meghadapai tantangan internal dan ekstrenal yang dewasa ini kian berat jika tidak dihadapi dengan kesiapan sumber daya manusia berkualitas.