BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja Industri jasa konstruksi merupakan salah satu sektor industri yang memiliki risiko kecelakaan kerja yang cukup tinggi. Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang terjadi di luar kontrol seseorang, dan menyebabkan terjadinya luka, bahkan kematian. Industri jasa konstruksi merupakan salah satu sektor industri yang memiliki resiko kecelakaan yang cukup tinggi. (Manlian, 2012). 2.1.1 Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja Terdapat beberapa faktor penyebab kecelakaan dalam dunia kerja. Menurut (Baki Henong Sebastianus, 2015), ada 2 faktor penyebab kecelakaan yairu unsafe action dan unsafe condition. Unsafe action dapat disebabkan oleh berbagai hal antara lain: 1. Ketidaksinambungan fisik tenaga kerja yaitu: posisi tubuh yang menyebabkan mudah lelah, cacat fisik sementara, kepekaan panca indra terhadap sesuatu. 2. Kurang pendidikan: kurang pengalaman, salah pengertian terhadap suatu perintah, kurang terampil, salah mengartikan sehingga mengakibatkan kesalahan pemakaian alat kerja. 3. Menjalankan pekerjaan tanpa mempunyai kewenangan 4. Menjalankan pekerjaan yang tidak sesuai dengan keahliannya 5. Pemakaian APD hanya berpura-pura 6. Mengangkat beban berlebihan 7. Bekerja berlebihan II-1
Usafe condition dapat disebabkan beberapa hal antara lain: 1. Peralatan yang sudah tidak layak pakai 2. Ada api ditempat bahaya 3. Pengamanan gedung yang kurang standar 4. Terpapar bising 5. Pencahayaan dan ventilasi yang kurang atau berlebihan 6. Kondisi suhu yang membahayakan 7. Dalam keadaan pengamanan yang berlebihan 8. Sistem peringatan yang berlebihan 9. Sifat pekerjaan yang mengandung bahaya 2.1.2 Kerugian Akibat Terjadi Kecelakaan Kerja Setiap kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian yang besar baik itu kerugian material maupun fisik. Menurut (Baki Henong Sebastianus, 2015). Kerugian yang disbabkan oleh kecelakaan kerja antara lain adalah: 1. Kerugian ekonomi a. Kerusakan alat atau mesin b. Biaya pengobatan dan perawatan c. Tunjangan kecelakaan d. Jumlah produksi dan mutu berkurang e. Kompensasi kecelakaan f. Penggantian tenaga kerja yang mengalami kecelakaan 2. Kerugian non ekonomi a. Penderitaan korban dan keluarga b. Hilangnya waktu selama sakit, baik korban maupun keluarga II-2
c. Keterlambatan aktivitas akibat tenaga kerja lain berkumpul sehingga aktivitas terhenti sementara. d. Hilangnya waktu kerja. 2.2 Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) Berdasarkan Peraturan Pemerintah PP No. 50 Tahun 2012, pengertian sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Kemudian menurut OHSAS 18001:2007 menyebutkan SMK3 adalah bagian dari suatu sistem manajemen organisasi yang digunakan untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan K3 dan mengelola resiko-resiko K3. 2.3 Tujuan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja pasti mempunyai tujuan. Tujuan SMK3 adalah menciptakan suatu Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur-unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi, dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan, dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. (Permenaker No. 5 Tahun 1996). 2.4 Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Proyek Konstruksi Pada proyek The pakubuwono Spring terdapat beberapaa sistem yang telah dijalankan untuk mendukung tercapainya zero accident. Penerapan sistem tersebut dimulai sejak awal proyek dimulai. II-3
2.4.1 Memasuki Lokasi Proyek Ada beberapa kriteria dalam memasuki suatu lokasi pekerjaan proyek konstruksi antara lain adalah: a. Lokasi proyek yang sedang dikerjakan dan disamping jalan raya harus dipagari. b. Orang yang tidak berwenang dilarang masuk. c. Semua orang yang memasui areal proyek harus memakai tanda pengenal yang dikeluarkan oleh masing-masing perusahaan. d. Khusus tamu harus mengenakan tanda pengenal tersendiri yang diberikan petugas satpam di pos jaga. e. Karyawan dari kantor pusat / wilayah sebagai tamu di proyek haru menggunakan tanda pengenal yang belaku di kantor pusat / wilayah. 2.4.2 Morning Safety Meeting Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pertemuan pagi sebelum bekerja antara lain: a. Pertemuan singkat (10-15 menit) yang dilakukan sebelum pekerjaan dimulai di pagi hari. b. Pertemuan ini dihadiri semua orang yang akan bekerja atau melakukan pengawasan dilapangan, baik mandor, kepala regu kerja, pelaksana, site manager dan sub kontraktor. c. Pengenalan singkat oleh pertugas K3 tentang keselamatan kerja secara umum maupun sesuai perkembangan di lapangan d. Memeriksa kelengkapan pemakaian APD dan kesiapan pekerja. II-4
2.4.3 Inspeksi K3 Selama melaksanakan pekerjaan maka harus dilakukan pengawasan/inspeksi: a. Dilaksanakan secara periodik oleh petugas K3 untuk menjaga standar penerapan SMK3 b. Inspeksi dilakukan terhadap tenaga kerja perusahaan kontraktor maupun sub kontraktor. 2.4.4 Patroli Rutin Patroli rutin oleh petugas K3 setiap hari untuk memonitor keadaan lapangan dan melakukan pencegahan agar tidak terjadi kecelakaan. Patroli dimulai sejak pagi hari sampai malam hari. 2.4.5 Alat Pelindung Diri (APD) Setiap orang yang berada diarea kerja harus menggunakan alat pelindung diri yang dipakai sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan antara lain: a. Helm Proyek Untuk pelindung bagian kepala dari benturan dengan benda keras dan dari benda jatuh. Helm wajib digunakan oleh seluruh pekerja yang berada / bekerja di lapangan. Untuk karyawan PT. Total Bangun Persada helm yang digunakan berwarna putih, dan helm proyek untuk pekerja struktur berwarna kuning, helm yang digunakan oleh pekerja finishing berwarna hijau dan helm yang digunakan oleh pekerja MEP berwarna biru. Helm yang dipakai harus dilengkapi dengan tali dagu. Khusus untuk tamu yang memasuki area proyek wajib menggunakan helm proyek yang telah disediakan oleh proyek. II-5
b. Sepatu Pengaman Untuk melindungi dan mencegah risiko luka di bagian kaki, seluruh pekerja wajib menggunakan sepatu selama bekerja di proyek. Khusus untuk yang bekerja di tempat yang lembab atau basah wajib menggunakan sepatu karet / rubber shoes. c. Sabuk Keselamatan Safety belt digunakan untuk pekerja yang bekerja di ketinggian 2 meter atau lebih di pinggir void atau di tepi bangunan. Full body harness, untuk pekerja yang bekerja di atas gondola wajib menggunakan full body harness lengkap dengan life line / tali keselamatan. d. Kaca Mata Pengaman Kedok las, berfungsi untuk melindungi mata dari sinar atau cahaya api las pada saat melakukan pekerjaan pengelasan. Kaca mata transparan untuk melindungi mata dari debu dan serpihan benda kecil pada saat melakukan pembongkaran, menggerinda dll. e. Masker Masker debu untuk pekerja yang bekerja di lokasi / area yang berdebu seperti finishing dinding, lantai beton, dll. Masker asap untuk pekerja yang langsung berhubungan dengan asap seperti pekerjaan las, vogging dll. f. Sarung Tangan Sarung tangan karet, untuk melindungi tangan pekerja dari kotoran dan bahan kimia pada saat melakukan pekerjaan. Sarung tangan kulit, untuk melindungi tangan pekerja dari panas, benda tajam, seperti pada pekerjaan pengelasan, ducting, plumbing II-6
dll. Sarung tangan katun, untuk melindungi tangan pekerja dari kontak langsung dengan benda keras saat pengangkatan material. g. Pelindung Telinga Earplug, untuk melindungi telinga pekerja dari kebisingan pada saat melakukan pekerjaan yang tingkat kebisingannya sedang. Earmuff, untuk melindungi telingan dari kebisingan pada saat melakukan pekerjaan di ruang genset dll. 2.5 Standar OHSAS 18001 dan Sistem Manajemen K3 Beragamnya Sistem Manajemen K3 yang dikembangkan berbagai lembaga, mendorong timbulnya keinginan untuk menetapkan suatu standar yang dapat dipergunakan secara global. Dibandingkan dengan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2000 dan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14000 : 2004, Sistem Manajen K3 memang belum begitu populer. Standar yang sekarang dikenal dengan OHSAS 18001 : 1999 pun tidak diterbitkan oleh lembaga Standarisasi Dunia (ISO), tetapi melalui kesepakatan badan-badan sertifikasi yang ada di beberapa negara. Dengan demikian penerapan K3 dalam berorganisasi dapat diukur satu dengan yang lainnya dengan menggunakan tolak ukur yang sama OHSAS 18001 dikembangkan oleh OHSAS Project Group, tim ini melahirkan kesepakatan menetapkan system penilaian yang dinakamakan OHSAS : 18001 yang terdiri atas 2 bagian, yaitu: a. OHSAS 18001: memuat spesifikasi K3 b. OHSAS 18002: pedoman implementasi OHSAS 18001 bersifat generik dengan pemikiran untuk dapat dipergunakan dan dikembangkan oleh berbagai organisasi sesuai dengan sifat, skala kegiatan, resiko serta lingkup kegiatan organisasi. Sejak diperkenalkan tahun 1999 standar ini telah II-7
berkembang pesat dan digunakan secara global. Hingga sekarang telah ditetapkan standar baru mengenai sistem K3 yaitu OHSAS 18001 : 2007. Secara umum OHSAS 18001 dapat digunakan bagi setiap organisasi yang ingin: a. Mengembangkan suatu sistem manajemen K3 untuk menghilangkan atau mengurangi resiko terhadap individu atau pihak terkait lainnya yang kemungkinan terpajan oleh aktivitas organisasi. b. Menerapkan, memelihara atau meningkatkan sistem manajemen K3 c. Memastikan bahwa kebijakan K3 telah terpenuhi dan 2.5.1 Ruang Lingkup OHSAS 18001 : 2007 Seri persyaratan penilaian keselamatan dan kesehatan kerja ini menyatakan persyaratan Sistem Manajemen Kesehatan, Keselamatan Kerja (SMK3), agar organisasi mampu mengendalikan risiko-risiko K3 dan meningkatkan kinerjanya secara spesifik persyaratan ini tidak menyatakan kriteria kinerja, ataupun memberikan persyaratan secara lengkap dalam merancang sistem manajemen. Persyaratan OHSAS 18001 : 2007 ini dapat diaplikasikan kepada organisasi yang berniat untuk: 1. Membuat suatu Sistem Manajemen K3 untuk menghilangkan atau meminimalkan resiko terhadap karyawan dan pihak-pihak terkait lain yang mungkin ditimbulkan oleh risiko K3 yang terkait dengan aktifitas kerja organisasi. 2. Menerapkan, memelihara dan secara berkelanjutan meningkatkan Sistem Manajemen K3. 3. Menentukan persyaratan tersebut sesuai dengan kebijakan K3 yang diterapkan. 4. Memperlihatkan kesesuaian dengan persyaratan lain. 5. Mendapatkan sertifikat atas sistem manajemen K3 oleh organisasi eksternal, atau II-8
6. Menentukan sendiri ketentuan dan deklarasi kesesuaian dengan persyaratan OHSAS 18001 : 2007. Semua persyaratan OHSAS 18001 : 2007 ini dimaksudkan agar dapat digabungkan dengan Sistem Manajemen K3. Luasnya aplikasi lain akan tergantung pada faktorfaktor seperti kebijakan K3 organisasi, sifat dari aktifasi tersebut dan resiko-resiko serta kompleksitas dari operasi-operasinya. Persyaratan OHSAS 18001 : 2007 ini ditujukan untuk aspek keselamatan dan kesehatan kerja dari pada keselamatan produk dan jasa. 2.5.2 Elemen-elemen OHSAS 18001 : 2007 Elemen-elemen atau klausul-klausul standar OHSAS 18001: 2007 Tabel 2.1 Klausul OHSAS 18001 : 2007 Klausul Kalusul 4.1 Persyaratan Umum 4.2 Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 4.3 Perencanaan 4.3.1 Identifikasi bahaya potensial, penelitian resiko dan pengendalian resiko 4.3.2 Peraturan hukum dan persyaratan lain 4.3.3 Sasaran/objektif 4.3.4 Program manajemen K3 4.4 Operasi dan Penerapan 4.4.1 Struktur dan organisasi 4.4.2 Pelatihan, kepedulian, dan kompetensi 4.4.3 Konsultasi, partisipasi, dan komunikasi II-9
4.4.4 Sistem dokumentasi SMK3 4.4.5 Pengendalian dokumen 4.4.6 Pengendalian operasi 4.4.7 Persiapan dan tanggap darurat 4.5 Pemeriksaan dan Tindakan Perbaikan 4.5.1 Unjuk kerja, pengukuran dan pemantauan 4.5.2 Kecelakaan, insiden, tindakan perbaikan dan pencegahan 4.5.3 Rekaman dan manajemen rekaman 4.5.4 Audit 4.6 Tinjauan Manajemen Sumber: OHSAS 18001 : 2007 Sebagai suatu kesisteman, semua elemen tersebut saling terkait dan berhubungan sehingga harus dijalankan secara terpadu agar kinerja K3 yang diinginkan dapat tercapai. 2.6 Zero Accident (Kecelakaan Nihil) Peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi Republik Indonesia No. PER- 01/MEN/1/2007 tentang Pedoman Pemberian Penghargaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menyebutkan bahwa zero accident atau kecelakaan nihil adalah suatu keadaan dimana tidak terjadinya suatu kecelakaan di tempat kerja yang dapat mengakibatkan pekerja / karyawan untuk sementara tidak mampu bekerja selama kurun waktu 2x24 jam dan atau menyebabkan terhentinya proses atau rusaknya peralatan tanpa korban jiwa dimana kehilangan waktu kerja tidak melebihi shift berikutnya pada kurun waktu tertentu dan jumlah jam kerja orang tertentu. II-10
2.7 Studi Literatur Terdahulu Tabel: 2.2 Studi Literarur Terdahulu No Nama Tahun Judul Masalah Tujuan Hasil Metode 1 Gerry Silaban 2010 Kinerja Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Hubungannya Dengan Angka Kekerapan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kecelakaan Kerja hubungan penerapan SMK3 dengan angka kecelakaan kerja Mengungkap kinerja penerapan SMK3 dan mengkaji hubungannya dengan angka kekerapan kecelakaan kerja dan jaminan kecelakaan kerja Penerapan SMK3 tidak komprehensif, berkelanjutan dan konsisten. 2 Firda Rizki Amalia 2016 Analisis Tingkat Kepatuhan Personal dalam Mendukung Pencapaian Zero Accident pada Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) 3 Jula Nujhani Ika Juliantina 4 Febyana Pangkey, Grace Y Malingkas, D.O.R. Walangitan 2013 Evaluasi Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada Proyek Persiapan Lahan Pusri IIB PT. Pupuk Sriwidjaya Palembang 2012 Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada Proyek Konstruksi di Indonesia 5 Sherly Meyklya 2015 Evaluasi Penerapan Sistm Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada Proyek Gedung Apa saja faktor yang mempengaruhi individu untuk mencapai zero accident penerapan SMK3 pada proyek dan evaluasinya pengaruh SMK3 bagi perusahaan dan proyek gambaran SMK3 pada proyek serta tingkat keberhasilannya Mendeskripsikan tingkat kepatuhan personal dalam mendukung pencapaian zero accident pada pelaksanaan K3 di PT. Mobilindo Inti Gas Mengetahui gambaran penerapan SMK3. Mengevaluasi peerapan SMK3 sesuai dengan peraturan SMK3 PT. Pupuk Sriwidjaya Palembang Mengevaluasi penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada Proyek Pembangunan Jembatan Mengukur tingkat keberhasilan SMK3 di proyek pembangunan gedung Karyawan sangat patuh dengan peraturan dan selalu menggunakan APD PERMENAKER No. 05/MEN/96 hampir seluruhnya diterapkan oleh PT. Pupuk Sriwidjaya Palembang SMK3 telah dilaksanakan dengan baik oleh perusahaan yang mempengaruhi SMK3 adalah kurang adanya kerjasama antar karyawan Penelitian survey dengan rancangan sekat lintang Penelitian menggunakan metode kualitatif, menggunakan pemaparan satu objek Kuisioner dan wawancara, metode skala likert Wawancara dan observasi Metode kuantitatif dan alanisis univariat II-11
No Nama Tahun Judul Masalah Tujuan Hasil Metode 6 Dameyanti Sihombing 7 R Nugrahaning Bulannurdin, Sugiarto 8 Saloni Waruwu, Ferida Yuamita 9 Putu Indra Sanjaya, Ida Ayu Rai Widhiawati 2014 Implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada Proyek di Kota Bandung 2012 Analisis Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Pekerja Konstruksi 2016 Analisis Faktor Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang Signifikan Mempengaruhi Kecelakaan kerja Pada Proyek Pembangunan Apartement Student Castle 2012 Analisis Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Proyek Konstruksi Gedung di Kabupaten Klungkung dan Karangasem 10 Bobby Rocky Kani 2013 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Pelaksanaan Proyek Konstruksi Sumber: Olahan Penulis implemenaasi K3 dalam pelaksaaan pekerjaan konstruksi pengaruh faktor K3 terhadap kinerja K3 Faktor apa saja yang mempengaruhi K3 ada proyek Faktor apa saja yang mempengaruhi K3 ada proyek melaksanakan SMK3 agar lebih baik Untuk mengevaluasi implementasi K3 dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi dengan berpatokan pada SMK3 Untuk mengetahui pengaruh faktor keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja pekerja konstruksi pada proyek pembangunan The Park Solo Baru Untuk mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja di proyek Untuk mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja di proyek Untuk melaksanakan SMK3 agar tercipta suatu lingkungan kondisi yang lebih baik 100% kontraktor menyediakan APD, 98% mengetahui arti K3, 100% adanya jaminan keselamatan keseharan kerja Lingkungan kerja berpengaruh dominan dibandingkan dengan keterlibatan management. Faktor yang mempengaruhi: pelatihan K3, komitmen top manajemen, & lingkungan kerja. Faktor yang mempengaruhi K3 pada proyek konstruksi adalah kuat koefisien determinasi Banyak tenaga kerja yang tidak mengetahui tentang K3 Observasi, strudi kepustakaan, analisis data dengan microsoft excel Metode quisioner, metode simple random sampling, Uji asusmsi klasik, analisis faktor, analisis regresi Analisis regresi ganda, analisis korelasi ganda, sumbangan relatif Pengamatan dilapangan II-12
2.8 Kerangka Berpikir ASPEK K3 1. Kebijakan K3 2. Perencanaan 3. Operasi dan penerapan 4. Pemeriksaan dan perbaikan 5. Tinjauan manajemen PROSES: 1. Observasi lapangan 2. Wawancara 3. Analisis data a. Uji validasi b. Uji reliabilitas c. Uji regresi linier berganda Zero Accident Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka dapat dilihat aspek K3 sebagai variabel x, yang terdiri dari kebijakan K3, perencanaan, operasi dan penerapan, pemeriksaan dan perbaikan, tinjauan manajemen. Kemudian zero accident sebagai variabel y. Untuk mendapatkan hasil dilakukan beberapa peoses seperti observasi lapangan, wawancara, analisis data dengan uji validasi, uji reliabilitas, uji regresi linier berganda. II-13