DAWET. Disusun oleh: A

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

PELESTARIAN BATIK SEBAGAI WARISAN BUDAYA DI KALANGAN SISWA SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PENANAMAN NILAI-NILAI KREATIF DAN CINTA TANAH AIR PADA SENI TARI. Polokarto Kabupaten Sukoharjo) NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Kehidupan manusia di manapun

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengaturan-nya. Namun berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya, demi menjaga

DWI INDAH ASTIKA YUNIARTI A

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian Persyaratan Guna mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI DEMOKRASI PADA PEMILIH PEMULA. (Studi Kasus Pada Pemilih Pemula di Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Kebak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga

ASPEK PENDIDIKAN SPIRITUAL DALAM PROSESI INJAK TELUR PADA UPACARA PERKAWINAN ADAT JAWA

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai Derajat Sarjana S-1 Progran Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

IMPLEMENTASI PENGENAAN TARIF AKAD NIKAH NASKAH PUBLIKASI. derajat S-I Program Studi Pendidikan. Pancasila dan Kewarganegaraan

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

PENANAMAN KARAKTER CINTA TANAH AIR PADA SISWA KELAS VII SMP KASATRIYAN 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENANAMAN NILAI PATRIOTISME (Analisis Isi Film Merdeka atau Mati Soerabaia 45 Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan)

BAB I PENDAHULUAN. yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan NTT adalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

PELAKSANAAN BAGI HASIL TANAH PERTANIAN

ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PELAKSANAAN TRADISI MERON (Studi Kasus di desa Sukolilo Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati) NASKAH PUBLIKASI

PERANAN GURU PKn DALAM MEMBINA SISWA BERPERILAKU MENYIMPANG DARI KELUARGA BROKEN HOME

Persepsi Masyarakat Terhadap Tradisi Bubak Kawah di Desa Kabekelan Kecamatan Prembun Kabupaten Kebumen

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

TOLERANSI UMAT ISLAM TERHADAP UPACARA AGAMA HINDU DI CANDI CETHO DUSUN CETHO DESA GUMENG KECAMATAN JENAWI KABUPATEN KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PADA PONDOK PESANTREN KHALAFIAH DI KUDUS NASKAH PUBLIKASI. Pancasila dan Kewarganegaraan

IMPLEMENTASI HAK ANAK DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA (Studi Kasus Kota Layak Anak Tahun 2014) NASKAH PUBLIKASI

PENANAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di MTs Negeri Surakarta II Tahun 2013)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

I. PENDAHULUAN. Budaya pada dasarnya merupakan cara hidup yang berkembang, dimiliki dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

DWI INDAH ASTIKA YUNIARTI A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

Diajukan Oleh: LUKLUK SALAMAH A

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kraton Surakarta merupakan bekas istana kerajaan Kasunanan Surakarta

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

FAKTOR PENYEBAB DAN DAMPAK NEGATIF NIKAH SIRI BAGI PEREMPUAN

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI MORAL SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA DALAM ETIKA PROFESI GURU DI SMP NEGERI 2 BOYOLALI

EDY NOVIYANTO A

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan BAB I

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dalam bentuk Ijab dan Qabul. Dalam pernikahan yang

PANTANGAN PERNIKAHAN ADAT JAWA DALAM PERSPEKTIF TOKOH MASYARAKAT. (Studi Kasus Desa Ketangirejo Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan) NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara maritim yang terdiri dari pulau-pulau dan

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

PELESTARIAN BATIK SEBAGAI WARISAN BUDAYA DI KALANGAN SISWA SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA

PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER RELIGIUS MELALUI PROGRAM PAGI SEKOLAH

KESETIAAN PASANGAN SUAMI ISTERI

ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM TRADISI RASULAN (Studi Kasus di Dukuh Ngadipiro Desa Grajegan Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo)

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEGIATAN KEPRAMUKAAN (Studi Kasus Di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Boyolali Tahun Pelajaran 2012/2013)

Kajian Folklor dalam Tradisi Nyadran di Desa Ketundan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

KEMANDIRIAN WANITA SINGLE PARENT DALAM MENDIDIK ANAK. (Studi Kasus Di Desa Pakang, Andong, Boyolali) NASKAH PUBLIKASI

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Sarjana S-1

PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI SOSIAL DAN SANTUN PESERTA DIDIK MELALUI BUDAYA SEKOLAH

IMPLEMENTASI KETAATAN HUKUM PADA SISWA. (Studi Kasus Pelaksanaan Tata Tertib Sekolah di SMP Muhammadiyah 1. Kartasura Tahun Pelajaran 2012/2013)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

PERSEPSI MASYARAKAT DAN PERKEMBANGAN KESENIAN TRADISIONAL JARAN KEPANG MUDO LANGEN BUDOYO DI DESA KEDUNG PUCANG KECAMATAN BENER KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran, perkawinan serta kematian merupakan suatu estafet kehidupan

PERKAWINAN ADAT. (Peminangan Di Dusun Waton, Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan. Provinsi Jawa Timur) Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

Oleh : Siti Masriyah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR)

NASKAH PUBLIKASI EKA MARTININGSIH SRI RAHAYU A PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

(Analisis Isi 2014/2015) persyaratan. Sarjana S-1. Diajukan Oleh: A

PERAN ORANG TUA DALAM PENANAMAN NILAI-NILAI BUDI PEKERTI PADA ANAK

PERANAN KEGIATAN PRAMUKA DALAM MEMBANGUN JIWA PERSATUAN DAN KESATUAN (Studi Kasus Madrasah Aliyah Negeri 2 Boyolali) NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENGELOLAAN PENDAPATAN ASLI DESA (Studi Kasus di Desa Ngombakan Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo Tahun 2014)

BAGI HASIL DAN SEWO MANGSAN (Studi Kasus Petani di Desa Jagoan Kecamatn Sambi Kabupaten Boyolali Tahun 2011) NASKAH PUBLIKASI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

BAB III METODE PENELITIAN. dari sudut atau perspektif partisipasipan. Partisipasipan adalah orang-orang yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah C. Kerangka Teori 1. Pengertian Pernikahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

STUDI TENTANG TATACARA UPACARA PERKAWINAN DI DESA TAMANAN KECAMATAN MOJOROTO KOTA KEDIRI SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Menikah dan kuliah sama pentingnya, secara sederhana bisa digambarkan,

I. PENDAHULUAN. maupun dilestarikan. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan aktivitas yang diturunkan secara terus-menerus dan

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI DEMOKRASI PADA PEMILIH PEMULA

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia kaya akan budaya, adat istiadat, dan tradisi yang dapat dijadikan

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Transkripsi:

ASPEK PENDIDIKAN RELIGIUS PADA TRADISI JUAL DAWET DALAM PERNIKAHAN ADAT JAWA (Studi Kasus Dusun Ngepreh Desa Dibal Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Disusun oleh: RATRI KUSUMANINGRUM A220090059 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

PERSETUJUAN NASKAH PUBLIKASI ASPEK PENDIDIKAN RELIGIUS PADA TRADISI JUAL DAWET DALAM PERNIKAHAN ADAT JAWA (Studi Kasus Dusun Ngepreh Desa Dibal Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali) Yang dipersiapkan dan disusun oleh: RATRI KUSUMANINGRUM A220090059 Telah Disetujui untuk Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Pembimbing Dra. Sri Arfiah SH. M.Pd NIK. 235

ASPEK PENDIDIKAN RELIGIUS PADA TRADISI JUAL DAWET DALAM PERNIKAHAN ADAT JAWA (SATUDI Kasus Dusun Ngepreh Desa Dibal Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali) Ratri Kusumaningrum, A220090059, Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013,xv +58 halaman Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang, alat-alat, proses pelaksanaan upacara, serta aspek pendidikan religius pada tradisi jual dawet dalam pernikahan adat jawa du Dusu Ngepreh Desa Dibal Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali. Pengumpulan data dilakukan dengan dokumentasi, observasi langsung, dan wawancara mendalam. Untuk menguji keabsahan datanya dengan cara tianggulasi, khususnya trianggulasi sumber data dan trianggulasi teknik pengumpulan data, sedangkan untuk menganalisis data menerapkan model analisis interaktif melalui proses reduksi data, sedangkan untuk menganalisis data menggunakan model analisis interaktif melalui proses reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa jual dawet adalah cara membeli memakai pecahan genting yang masih baru seperti pecahan kuwali, pecahan genting yang belum terpakai jadi tidak pecahan kaca atau pecahan bahan dari tanah yang termasuk barang lama. Alat-alat salah satunya adalah krewang yang masing-masing memiliki makna. Jual dawet merupakan salah satu bagian dalam tradisi pernikahan adat Jawa, yang terdiri dari krewang, songsong, slendang. Jual dawet berfungsi dan bermakna sebagai pengatur perilaku individu antar individu, khususnya antara suami dan istri dalam hidup berumah tangga, serta sebagai penata hubungan manusia (suami dan istri) dengan alam lingkungan, terutama kepada Tuhan Yang Maha Esa, juga dapat dimaknai dari dua sisi, yaitu historis dan filosofis. Secara historis, jual dawet ini sudah ada sejak waktuyang sangat lama dan mengandung nilai-nilai yang patut dilestarikan. Sedangkan secara filosofis, tradisi ini merupakan perwujudan permohonan atau do a terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Jual dawet dalam tradisi pernikahan adat Jawa mempunyai kandungan pendidikan rwligius yang bertujuan untuk memohon berkah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam setiap detail jual dawet memiliki kandungan makna pendidikan religius baik pada peralatan yang digunakan maupun pada upacara jual dawet. Kata Kunci: Religius, jual dawet, adat Jawa Surakarta, 29 Juni 2013 Penulis Ratri Kusumaningrum

PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki keanekaragaman budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 32 ayat (1) dan (2) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa Negara ikut serta dalam memajukan kebudayaan nasional Indonesia dan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilainilai budaya. Negara juga menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional. Artinya pelestarian budaya menjadi tanggung jawab bagi seluruh warga negara Indonesia terutama generasi penerus bagsa. Budaya dapat dijadikan sebagai cermin nilai-nilai dari masyarakat yang menjalankanya. Pelestarian budaya yang ada menjadi tanggung jawab bagi generasi penerusnya, agar nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dapat menjadi pembimbing perilaku masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Aneka ragam budaya yang terdapat di Indonesia merupakan kekayaan yang tidak mungkin dimiliki juga oleh Negara lain. Suatu adat kebiasaan atau hasil karya manusia yang dilakukan di daerah tertentu sebagai warisan dari nenek moyang yang telah turun temurun dilakukan disebut tradisi. Tradisi dapat dikatakan sebagai bagian dari kebudayaan, karena Koentjaraningrat (1990:180) menjelkaskan pengertian kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasa, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Budaya sering dikaitkan dengan hal-hal gaib yang berujung pada tindakan mempersekutukan Tuhan, namun budaya jual dawet tidak termasuk ke dalam tindakan yang mempersekutukan Tuhan. Dewasa ini masyarakat Indonesia telah banyak mengalmi perubahan, terutama keyakinan terhadap Tuhan. Masyarakat telah mengalami pentingnya beragama, namun masyarakat tidak begitu saja meninggalkan budaya atau tradisi yang telah ada, karenanya terjadi pergeseran makna dalam sebuah tradisi guna menghindari tindakan-tindakan yang menyimpang dari nilai-nilai agama. Perkawinan merupakan salah satu fase kehidupan yang akan dilalui oleh manusia, dalam agama Islam perkawinan hukumnya sunnah bagi pemeluknya dan

menjadi bagian dari materi Hukum Islam. Artinya bila dilaksanakan mendapatkan pahala dan bila ditinggalkan tidak berdosa. Perkawinan seolah-olah menjadi suatau keharusan dikarenakan dari suatu perkawinan seseorang dapat mempertahankan garis keturunan keluarganya, yang diatur dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan. Demi melestarikan budaya adat pada pernikahan adat Jual Dawet pada pernikahan adat jawa tersebut sampai saat ini masih dilaksanakan dan terpelihara dengan baik serta dihormati oleh masyarakat di Dusun Ngepreh Desa Dibal Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali. Jual dawet pada setiap daerah belum tentu di laksanakan dengan sama dengan daerah lain, maka dari itulah peneliti tertarik untuk meneliti mengenai aspek pendidikan religius pada tradisi jual dawet dalam pernikahan adat Jawa. METODE PENELITIAN Tempat penelitian ini adalah di Dusun Ngepreh Desa Dibal Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali. Tahap-tahap pelaksanaan kegiatan sejak persiapan sampai dengan penulisan laporan penelitian secara keseluruhan dilakukan selama kurang lebih empat bulan, Maret 2013 sampai dengan bulan Juni 2013. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif yang dilaksanakan di lapangan yaitu mengadakan penelitian di Dusun Ngepreh, Desa Dibal, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali. Aspek yang dikaji adalah pendidikan teligius pada tradisi jual dawet dalam pernikahan adat Jawa. Menurut Moleong (2004:6), Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain. Strategi penelitian ini adalah studi kasus, karena kesimpulannya hanya berlaku untuk kasus ini saja yaitu aspek pendidikan religius pada tradisi jual dawet dalam pernikahan adat Jawa di Dusun Ngepreh, Desa Dibal, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali. Menurut Surakhmad (1990:143) studi kasus

memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan mendetail. Subjek yang diselidiki dari suatu unit (atau satu kesatuan unit) yang dipandang sebagai kasus. Studi kasus dalam penelitian ini di Dusun Ngepreh, Desa Dibal, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali. 1. Teknik Pengumpulan data a. Observasi Partisipasif. Menurut Sugoyono (2009:65), dalam observasi partisipatif berarti : Peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka. b. Wawancara Mendalam. Susan Stainblack sebagaimana dikutip oleh Sugiono (2009:72), mengemukakan bahwa : Dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal hal yang telah mendalam tentang partisipasi dalam menginterpresentasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi. c. Dokumen Sugiyono (2009:82) menyatakan bahwa : Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya karya monomental dari seseorang. 2. Instrumen Pengumpulan Data Sugiyono (2009:59), menjelaskan bahwa Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah penelitian itu sendiri. Selain itu pemeliti juga menggunakan kisi-kisi observasi, kisi-kisi wawancara dan telaah dokumentasi. HASIL PENELITIAN 1. Sejarah Jual Dawet Jual dawet merupakan salah satu tradisi yang digunakan oleh masyarakat Jawa yang digunakan dalam upacara perkawinan. Tradisi ini dilakukan atas dasar kepercayaan masyarakat terhadap kejadian pada masa lampau dan sebagai warisan dari para leluhur mereka. Sejarah munculnya jual dawet dapat diuraikan sebagai berikut ini.

Dawet dijadikan perlambangan magis adat Jawa dengan upacra Jual dawet pada acara siraman menjelang akad nikah Jawa. Konon perlambang permohonan banyak rejeki sehingga uangnya untel-untelan (saling tumpuk) seperti dawet. Adapun cerita kabar mengenai adanya jual dawet dalam perkawinan adat Jawa, yang diperoleh dari hasil wawancara dengan Bapak Waino diceritakan sebagai berikut. Pada perkawinan adat Jawa ada beberapa upacara untuk meminta agar dalam upacara perkawinan tersebut mendapat berkah dari Tuhan Yang Maha Esa, sejarah adanya jual dawet dalam perkawinan disini diambil dari makna cendol yaitu berbentuk bulat-bulat melambangkan kebulatan kehendak orang tua untuk menikahkan anaknya, serta rasanya manis dan gurih melambangkan mempunyai harapan menjadikannya merasakan manis dan gurih berjalanya atau bisa menemukan kebaikan dalam kehidupanya. Adapun juga dalam upacara jual dawet menggunakan peralatan yaitu Krewang dengan mempercayai penggunaan uang dengan Krewang karena hal ini menunjukan kehidupan manusia berasal dari bumi dan juga menggunakan Songsong karena dengan menggunakan songsong melambangkan bahwa anaknya sudah menikah, orang tua masih siap melindungi dan ikut menjemput kebahagiaan anaknya yang akan menikah serta menggunakan selendang yaitu berupa harapan akan berlangsungnya rumah tangga yang kekal dan abadi. Berdasarkan cerita yang dipaparkan di atas merupakan sejarah tradisi jual dawet sekarang menjadi sebuah tradisi pada masyarakat Jawa. Tradisi tersebut merupakan syarat untuk upacara pernikahan di masyarakat Jawa agar berlangsungnya kehidupan berumah tangga yang kekal, saling berbagi dan mengasihi dengan cinta kasih dan dikaruniai hidup sejahtera. 2. Alat-alat yang digunakan dalam tradisi Jual Dawet Pada prosesi upacara Jual dawet diperlukan beberapa peralatan antatra lain, kreweng (pecahan genting), songsong (payung), dan selendang alat tersebut

merupakan bagian prosesi upacara yang sangat penting karena mengandung suatu makna. 3. Proses pelaksanaan Jual dawet Jual dawet adalah cara membeli memakai pecahan genting yang masih baru seperti pecahan kuwali, pecahan genting yang belum terpakai. Jadi tidak pecahan kaca atau pecahan bahan dari tanah yang termasuk barang lama. Prosesi upacara jual dawet dilaksanakan setelah acara siraman yang dilaksanakan di tempat mempelai pengantin putri yang dilaksanakan pada siang hari. Prosesi tersebut akan mendapat keselamatan, tidak diganggu oleh roh-roh jahat, mendapat keberkahan, menjad keluarga yang saling membantu, hidup sejahtera, dan kekal selamanya. Oleh karena itu, dalam melaksanakannya harus mengadakan prosesi upacara Jual dawet. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Waino dapat di ceritakan sebagai berikut: Pertama-tama pada upacara Jual dawet seorang ibu mempelai pengantin putri keluar dari rumahnya menyiapkan alat-alat yang akan di gunakan untuk proses upacara Jual dawet. Selanjutnya ibu dan ayah mempelai pengantin putri keluar bersamaan dengan menggunakan songsong (payung) yang dimegarkan dengan berjalan menuju tempat penjual dawet serta diirngi musik penyambutan pengantin. Setelah itu yang menjual dawet adalah ibu, sedangkan yang menerima kreweng (pecahan genting) adalah ayahnya setelah selesai menjual dawet dan dawetnya habis sang ibu mengucapkan lari laris. a. Aspek Pendidikan Religius Sejarah Jual Dawet Dawet dijadikan perlambangan magis adat Jawa dengan upacra Jual dawet pada acara siraman menjelang akad nikah Jawa. Konon perlambang permohonan banyak rejeki sehingga uangnya untel-untelan (saling tumpuk) seperti dawet. Sejarah munculnya Jual dawet tersebut jika ditinjau dari aspek pendidikan religiusnya, memiliki makna bahwa manusia jika ingin mendapatkan sesuatu keselamatan atau yang dimaksud dalam sejarah jual dawet tersebut yaitu yang akan digunakan untuk permohonan banyak rejeki, harus dengan kesungguhan hati

dan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa agar tujuan yang ingin bisa dengan mudah untuk dicapai. Berdasarkan pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa sumber kekuatan manusia itu berasal dari Tuhan sebagai pencipta alam semesta ini. Maka manusia sebagai makhluk ciptaan-nya hendaknya selalu ingat kepada-nya dan merasa rendah dihadapanya Sang Pencipta. Begitu juga dalam kehidupan rumah tangga, sebagai suami hendaknya saling berbagi dan mengisi dengan kasih sayang dan harapan dikaruniai hidup sejahtera dan kekal. b. Aspek Pendidikan Religius Peralatan Jual dawet Peralatan yang digunakan prosesi upacara Jual dawet jika ditinjau dari segi aspek pendidikan religiusnya mempunyai makna masing-masing yang mengambarkan harapan terhadap kedua mempelai. Harapan untuk bisa menjalani kehidupan berumah tangga dengan baik dan sesuai dengan syariat agamanya masing-masing. Berikut makna peralatan yang digunakan dalam upacara Jual dawet: Kreweng (pecahan genting) memupanyai makna bahwa hal ini menunjukan bahwa kehidupan manusia berasal dari bumi. Songsong (Payung) mempunyai makna mrlindungi dan menjemput artinya hal ini melambangkan meskipun anaknya sudah menikah orangtua masih siap melindungi dan ikut menjemput kebaikan anaknya yang akan menikah. Serta selendang berupa harapan akan berlangsungnya kehidupan yang kekal, saling berbagi dan mengisi dengan cinta kasih dan harapan akan dikarunia hidup sejahtera. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa semua peralatan yang digunakan dalam prosesi upacara Jual dawet mengandung makna yang berbedabeda. Kesemuanya mempunyai makna dan tujuan yang baik yaitu berupa permohonan yang ditunjukan kepada Tuhan Yang Maha Esa demi terciptanya keluarga yang bernuansa religius dan menyatu dengan lingkungan sekitarnya. c. Aspek Religius dalam Prosesi Upacara Jual dawet Prosesi upacara jual dawet yaitu diawali dengan ibu mempelai pengantin putri berjalan menuju tempat untuk menjual dawet serta bapaknya membawa payung dengan dimegarkan dan digunakan secara bersamaan. Ibu dari pengantin

putri setelah di tempat penjualan dawet melayani para pembeli dawet dan seorang bapaknya menerima uang dari kreweng setelah selesai menjual dawet sang ibu berkata laris laris. SIMPULAN 1. Jual dawet adalah cara membeli memakai pecahan genting yang masih baru sepererti pecahan kuwali, pecahan genting yang belum terpakai. Jadi tidak pecahan kaca atau pecahan bahan dari tanah yang termasuk dari barang lama. 2. Jual dawet merupakan salah satu bagian dalam tradisi perkawinan adat Jawa. Dawet dijadikan perlambangan magis adat Jawa karena itu jual dawet dilaksanakan pada upacara pernikahan adat Jawa. Jual dawet dilaksanakan selesai siraman menjelang akad nikah. Konon perlambangan banyak rejeki sehingga uangnya untel-untean (saling tumpuk) seperti dawet. 3. Jual dawet dari rangkaian upacara adat pernikahan Jawa dalam upacara ini yang digunakan adalah Kreweng (pecahan genting). Songsong (payung), Slendang. 4. Makna jual dawet sebagai lambang permohonan do a kepada Tuhan Yang Maha Esa agar dalam melaksanakan upacara perkawinan dapat terhindar dari gangguan makhluk halus dan kasar, yang dimaksud makhluk kasar yaitu gangguan dari ulah tangan manusia. DAFTAR PUSTAKA Maryadi, dkk. 2011. Pedoman Penulisan Skripsi FKIP. Surakarta: BP-FKIP UMS Moleong, Lexy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Surakhmad, Winarno. 1990. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan Teknik. Bandung: Tarsito