Kemampuan Keluarga Dalam Merawat Pasien Skizofrenia Dengan Gejala Halusinasi

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA MERAWAT PASIEN SKIZOFRENIA DENGAN GEJALA HALUSINASI MELALUI TERAPI SUPORTIF EKSPRESIF

BAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

PENGALAMAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI HALUSINASI DI KABUPATEN MAGELANG

PENGARUH COGNITIVE BEHAVIOUR THERAPY PADA KLIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN DAN HALUSINASI DI RSJD DR. RM SOEDJARWADI KLATEN

PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH. Kata Kunci : harga diri rendah, pengelolaan asuhan keperawatan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. adalah skizofrenia. Skizofrenia adalah kondisi maladaptif pada psikologis dan

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB I PENDAHULUAN. berat sebesar 4,6 permil, artinya ada empat sampai lima penduduk dari 1000

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain apa adanya dan

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

PENGARUH HOME VISIT TERHADAP KEMAMPUAN PASIEN DAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan seseorang hidup secara produktif dan harmonis.

Aji Galih Nur Pratomo, Sahuri Teguh, S.Kep, Ns *)

Volume VI Nomor 4, November 2016 ISSN: PENDAHULUAN

Nur Wulan Agustina, Titin Andri Wihastuti, Retno Lestari ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. perannya dalam masyarakat dan berperilaku sesuai dengan norma dan aturan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang merupakan amanat dari Undang-Undang Dasar Negara Republik. gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami

DUKUNGAN DENGAN BEBAN KELUARGA MENGIKUTI REGIMEN TERAPEUTIK ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI HALUSINASI

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat

PENILAIAN TERHADAP STRESOR & SUMBER KOPING PENDERITA KANKER YANG MENJALANI KEMOTERAPI. Semarang

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

BAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kesehatan jiwa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial, hal ini dapat dilihat dari

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesalahpahaman, dan penghukuman, bukan simpati atau perhatian.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai. salah satunya adalah pembangunan dibidang kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

BAB I PENDAHULUAN. sehat, maka mental (jiwa) dan sosial juga sehat, demikian pula sebaliknya,

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

PENGARUH ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY TERHADAP GEJALA DAN KEMAMPUAN KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN. melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

Nisa khoiriah INTISARI

Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur

BAB 1 PENDAHULUAN. serta perhatian dari seluruh masyarakat. Beban penyakit atau burden of disease

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sangat signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI-SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN DI BANGSAL ABIMANYU RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah salah satu masalah kesehatan yang masih. banyak ditemukan di setiap negara. Salah satunya adalah negara

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif

GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN GANGGUAN JIWA YANG MENGALAMI RAWAT INAP ULANG

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius. Kesehatan jiwa

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. muncul dalam masyarakat, diantaranya disebabkan oleh faktor politik, sosial

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

ANALISIS HUBUNGAN BEBAN KERJA DAN LAMA MASA KERJA DENGAN STRES PADA PERAWAT DI PUSKESMAS BLOOTO KOTA MOJOKERTO. Arief Fardiansyah 1 *)

PENGARUH TINDAKAN GENERALIS HALUSINASI TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RS JIWA GRHASIA PEMDA DIY NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN KUALITAS HIDUP KLIEN SKIZOFRENIA DI KLINIK KEPERAWATAN RSJ GRHASIA DIY

PENGARUH ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY TERHADAP GEJALA DAN KEMAMPUAN KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN. halusinasi, gangguan kognitif dan persepsi; gejala-gejala negatif seperti

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

GAMBARAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PASIEN ISOLASI SOSIAL SETELAH PEMBERIAN SOCIAL SKILLS THERAPY DI RUMAH SAKIT JIWA. Sukma Ayu Candra Kirana

PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr.

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EFEKTIFITAS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN KELUARGA MENGATASI MASALAH KESEHATAN DI KELUARGA. Agrina 1, Reni Zulfitri

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan, pekerjaan dan pergaulan (Keliat, 2006). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah

EFEK DUKUNGAN EMOSIONAL KELUARGA PADA HARGA DIRI REMAJA: PILOT STUDY

BAB I PENDAHULUAN. signifikan dengan perubahan sosial yang cepat dan stres negatif yang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan kesehatan jiwa (Prasetyo, 2006). pasien mulai mengalami skizofenia pada usia tahun.

BAB I PENDAHULUAN. meliputi keadaan fisik, mental, dan sosial, dan bukan saja keadaan yang bebas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Penderita gangguan skizifrenia di seluruh dunia ada 24 juta jiwa dengan angka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KETAATAN BEROBAT DENGAN DERAJAT SISTOLE DAN DIASTOLE PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SUKAMERINDU KOTA BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. emosional serta hubungan interpersonal yang memuaskan (Videbeck, 2008).

PENGARUH PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RSKD DADI MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI RSUD Dr. MOEWARDI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

The 6 th University Research Colloquium 217 Kemampuan Keluarga Dalam Merawat Pasien Skizofrenia Dengan Gejala Halusinasi Retno Dewi Noviyanti 1*, Dewi Marfuah 2 1,2 S1 Gizi, Stikes PKU Muhammadiyah Surakarta Email : retno.arvi2211@yahoo.com Keywords: Kemampuan keluarga, skizofrenia, halusinasi Abstrak Skizofrenia merupakan salah satu gangguan jiwa. Skizofrenia ditandai dengan pikiran yang tidak koheren atau pikiran yang tidak logis, perilaku dan pembicaraan yang aneh, delusi dan halusinasi. Pasien dengan halusinasi memiliki kesulitan dalam menjalankan pekerjaan bahkan dalam merawat diri sendiri. Akibatnya pasien dengan halusinasi cenderung tergantung pada orang lain terutama keluarga. keluarga merupakan care giver bagi pasien, sehingga keluarga mempunyai peran dalam merawat pasien. Kemampuan keluarga dalam merawat pasien sangat dipengaruhi oleh pemahaman dan sikap keluarga terhadap penyakit jiwa. Tujuan penelitian untuk mengetahui kemampuan keluarga dalam merawat pasien skizofrenia dengan halusinasai. Desain penelitian menggunakan survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian adalah keluarga yang memiliki anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa dengan gejala halusinasi. Sampling dilakukan secara total sampling. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur kemampuan keluarga adalah kuesioner dan lembar observasi yang dimodifikasi dari FAD (Family Assessment Device). Kemampuan keluarga dalam merawat pasien skizofrenia diukur berdasarkan pengetahuan, sikap dan perilaku keluarga dalam merawat pasien skizofrenia. Analisis bivariat menggunakan korelasi rank spearmen. Rerata skor pengetahuan responden adalah 65.13. Rerata skor sikap responden adalah 79.87. Rerata skor perilaku responden adalah 81.65. Hasil analisis dengan korelasi rank spearman antara pengetahuan dengan sikap diperoleh nilai pvalue (,)<α (,5), korelasi antara pengetahuan dengan perilaku diperoleh nilai pvalue (,2)<α (,5), dan korelasi antara sikap dengan perilaku diperoleh nilai pvalue (,9) > α (,5). Kesimpulan penelitian adalah pengetahuan dan sikap berhubungan denga perilaku keluarga dalam merawat pasien skizofrenia dengan gejala halusinasi. 1. PENDAHULUAN Gangguan jiwa merupakan permasalahan kesehatan yang disebabkan oleh gangguan biologis, sosial, psikologis, genetik fisik atau kimiawi dengan jumlah penderita yang terus meningkat dari tahun ke tahun (WHO, 215). Prevalensi gangguan jiwa di dunia pada tahun 214 diperkirakan mencapai 516 juta jiwa (WHO, 215). Prevalensi gangguan jiwa di Indonesia berdasar data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 213 sebesar 1,7 per mil. Kasus gangguan jiwa di Jawa Tengah pada tahun 213 sebanyak 34.571 orang. ISSN 247-9189 439

The 6 th University Research Colloquium 217 Gangguan jiwa dapat berupa depresi, gangguan afektif bipolar, dimensia, cacat intelektual, gangguan perkembangan termasuk autisme, dan skizofrenia (WHO, 215). Skizofrenia merupakan salah satu gangguan jiwa yang jumlahnya selalu meningkat setiap tahun (WHO, 215). Skizofrenia ditandai dengan pikiran yang tidak koheren atau pikiran yang tidak logis, perilaku dan pembicaraan yang aneh, delusi dan halusinasi (APA, 215). Halusinasi merupakan persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal [8]. Pasien dengan halusinasi memiliki kesulitan dalam menjalankan pekerjaan bahkan dalam merawat diri sendiri. Akibatnya pasien dengan halusinasi cenderung tergantung pada orang lain, sehingga akan berdampak pada keluarga dan masyarakat [1]. Dampak terberat yang dirasakan oleh keluarga dalam merawat pasien dengan halusinasi adalah dampak pada psikologis, terutama stress. Penelitian menyebutkan bahwa sebanyak 66.7% keluarga yang memiliki pasien gangguan jiwa mengalami tingkat stres sedang (213). Keluarga merupakan care giver bagi pasien, sehingga keluaga sangat berperan dalam merawat pasien. Menurut konsep perilaku L.Green kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor diluar perilaku (non-behaviour causes). Faktor perilaku meliputi faktor terdisposisi (pengetahuan, sikap, kepercayaan), faktor pendukung (fasilitas pelayanan kesehatan), dan faktor pendorong (sikap dan perilaku petugas kesehatan) [6]. Pengetahuan tentunya berperan penting, karena dengan memiliki pengetahuan yang baik mengenai gangguan jiwa, keluarga bisa memutuskan sikap apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan [11]. a. Skizofrenia Skizofrenia didefinisikan sebagai suatu gangguan psikosis yang melibatkan delusi, halusinasi, cara bicara yang tidak terstuktur (disebut word salad), perilaku yang tidak sesuai, dan gangguan-gangguan kognitif yang bersifat serius [1]. Gejala skizofrenia dapat diamati dari beberapa hal : (1) skizofrenia kronis cenderung tidak perduli dengan penampilan, kerapian, kebersihan dan menarik diri dari pergaulan sosial (2) adanya gangguan pembicaaran (3) gangguan perilaku (4) gangguan afek (5) gangguan pikiran (6) gangguan persepsi/halusinasi. [5]. b. Halusinasi Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal [9]. Instensitas halusinasi terdiri dari bebrapa tahap : (1) Tahap I : menenangkan, ansietas tingkat sedang, secara umum menyenangkan (2) Tahap II: menyalahkan, ansietas tingkat berat, Halusinasi menjijikkan (3) Tahap III: pengendalian, ansietas tingkat berat, Pengalaman sensori menjadi penguasa, (4) Tahap IV: menaklukkan, ansietas tingkat panic, Secara umum halusinasi menjadi lebih rumit dan saling terkait dengan delusi c. Keluarga Keluarga merupakan sistem pendukung utama. Keluarga dipandang sebagai sebuah sistem, sehingga apabila didalam keluarga terdapat satu orang anggota keluarga yang menderita sakit atau mempunyai masalah maka akan mempengaruhi anggota keluarga yang lain. Keterlibatan keluarga dalam perawatan pasien akan meningkatkan hasil yang optimal dibandingkan apabila hanya dilakukan perawatan secara individu saja. Keluarga mempunyai fungsi diantaranya, fungsi afektif, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi, fungsi 44 ISSN 247-9189

The 6 th University Research Colloquium 217 ekonomi dan fungsi perawatan kesehatan [3]. Fungsi afektif yaitu fungsi untuk memenuhi kebutuhan psikologis anggota keluarga seperti kasih sayang, dicintai atau ditemani. Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan hidup keluarga, dan menambah sumber daya manusia. Fungsi sosialisasi adalah mengajarkan anak untuk melakukan dan menerima peran-peran sosial orang dewasa. Fungsi ekonomi meliputi ketersediaan financial dan fungsi perawatan adalah mempertahankan keadaan kesehatan keluaga agar memiliki produktivitas yang tinggi. Keluarga sebagai pemberi perawatan harus mempunyai kemampuan sebagai care giver. Sebagai care giver maka keluarga harus memahami dan mempunyai sikap positif terhadap penyakit gangguan jiwa. 2. METODE Desain Penelitian yang digunakan adalah survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Lokasi penelitian di Desa Bendan, Kecamatan Manisrenggo. Sampel diambil dengan teknik total sampling, diperoleh sebnyak 14 keluarga. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur kemampuan keluarga adalah kuesioner dan lembar observasi yang dimodifikasi dari FAD (Family Assessment Device), tugas keluarga menurut Maglaya dan domain kemampuan menurut Salim & Ali. Kemampuan keluarga dalam merawat pasien skizofrenia diukur berdasarkan pengetahuan tentang pasien skizofenria, sikap keluarga terhadap pasien skizofrenia dan perilaku keluarga dalam merawat pasien skizofrenia. Uji validitas instrument dilakukan di Poliklinik Jiwa RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Klaten pada tanggal 12-13 Mei 215 kepada 15 responden. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi rank spearman. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian adalah sebagai berikut : Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan usia Std. Variabel N Min Max Mean Deviation usia 14 31 8 5. 14.69 Berdasar tabel 1. diketahui bahwa, usia termuda adalah 31 tahun dan usia tertua adalah 8 tahun. Adapun rata-rata usia responden adalah 5 tahun ± 14.697 tahun. Tabel 2. Distribusi karakteristik responden Variabel Kategori F Tingkat Pendidikan Pernah Mendapat Informasi Sumber Informasi SD SMP SMA PT Ya Tidak Teman Televisi Koran/majalah Radio Internet Petugas Kesehatan 6 8 1 4 14 % 42,9 57,1 71,4 28,6 1 Berdasar tabel 2. dapat diketahui bahwa seluruh responden sudah menempuh pendidikan formal. Sebanyal 57,71% responden berpendidikan SMP. Apabila dilihat dari keterpaparan informasi diketahui bahwa tidak semua responden terpapar informasi tentang skizofrenia. Hasil penelitian ditemukan terdapat 28,6% responden belum terpapar informasi tentang skizofrenia. Berdasarkan hasil penelitian, responden yang sudah terpapar informasi tentang skizofrenia, semuanya berasal dari berasal dari petugas kesehatan. ISSN 247-9189 441

The 6 th University Research Colloquium 217 Tabel 3. Hasil Analisis Bivariat pengetahuan, Sikap dan perilaku keluarga dalam merawat pasien No Variabel R hitung P value 1 Pengetahuaan,92, sikap 2 Pengetahuan,741,2 perilaku 3 Sikap perilaku,667,9 Berdasar tabel 3. diketahui bahwa terdapat hubungan antara pengatahuan dan sikap keluarga dalam merawat pasien skizofrenia. Pengetahuan keluarga juga berhubungan dengan perilaku merawat pasien skizofrenia. Sikap juga berhunungan dengan perilaku keluarga dalam merawat pasien skizofrenia. Pengetahuan keluarga pasien dapat digambarkan bahwa pada dasarnya keluarga memahami tentang pentingnya perawatan pada pasien skizofrenia dengan halusinasi. Pengetahuan yang dimiliki keluarga masih terbatas pasien perlu berobat agar tidak kambuh. Sebagian keluarga tidak memperhatikan apakah obat diminum pasien atau tidak. Keluarga juga tidak memahami bahwa keteraturan minum obat menentukan kondisi pasien. Keluarga menganggap apabila gejala berkurang berarti pasien sudah sembuh sehingga tidak perlu diberikan obat lagi. Keluarga masih belum memahami tentang cara mengontrol halusinasi. Keluarga juga beranggapan bahwa apabila pasien tidak membahayakan maka tidak perlu dikuatirkan. Pemahaman sebagian keluarga yang masih belum tepat tentang perawatan pasien skizofrenia dengan halusinasi mengakibatkan sikap yang negatif terhadap pasien. Sikap negatif keluarga terhadap pasien dapat dilihat dari anggapan bahwa penyakit yang dialami pasien adalah penyakit menetap dan tidak dapat disembuhkan sehingga keluarga cenderung membiarkan pasien asal tidak mengganggu. Keluarga mengganggap halusinasi yang dialami pasien adalah hal yang wajar karena pasien adalah penderita gangguan jiwa. Hampir semua keluarga menganggap bahwa pasien hanya menjadi beban keluarga karena ketidakmampuan dalam merawat diri sendiri. Sikap negatif keluarga terhadap pasien juga terlihat dari persepsi keluarga bahwa perubahan perilaku yang ditunjukkan pasien sebagai bentuk gangguan jin atau makhluk halus. Sehingga keluarga meyakini bahwa pengobatan perlu dilakukan apabila timbul perilaku yang tidak wajar terjadi pada pasien, akan tetapi pilihan pertama yang dilakukan adalah pengobatan ke paranormal. Peneliti juga menemukan sebagian keluarga yang merasa bahwa gangguan jiwa sebagai aib, sehinnga keluarga enggan menceritakan permasalahan yang timbul dalam merawat pasien kepada anggota keluarga lain maupun dengan orang lain. Sikap keluarga yang demikian dapat memicu kekambuhan pasien karena dapat memperburuk kondisi pasien. Sikap negatif keluarga terhadap pasien, berakibat timbulnya perilaku merawat yang tidak tepat. Peneliti mendapatkan keluarga yang menghentikan pengobatan tanpa persetujuan dokter, keluarga yang tidak mengajak pasien berkomunikasi dan membatasi aktivitas pasien dalam pergaulan. Melihat kondisi tersebut perlu adanya peran serta dari masyarakat khususnya adalh petugas kesehatan agar dapat memberikan sosialisasi tentang penyakit gangguan jiwa secara kontinyu kepada keluarga, sosialisasi dapat dilakukan dengan kunjungan maupun dengan mengundang anggota keluarga, selian itu perlu juga dilakukan pendampingan dalam hal merawat pasien skizofrenia dengan gejala halusinasi secara benar dan berkelanjutan. Sejalan dengan peningkatan pengetahuan dan sikap keluarga dalam merawat pasien skizofrenia dengan halusinasi, Perilaku keluarga dalam merawat pasien terbukti ikut mengalami peningkatan. Perubahan perilaku tidak sama dengan pengetahuan. Perubahan 442 ISSN 247-9189

The 6 th University Research Colloquium 217 perilaku memerlukan waktu yang lebih lama [12]. Hasil penelitian ini sesuai mendukung penelitian yang menyatakan bahwa pengetahuan, sikap dan perilaku saling berkaitan sehingga dapat diartikan peningkatan pengetahuan keluarga mampu merubah sikap keluarga menjadi lebih baik. [4] 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka, dapat disimpulkan bahwa: a. Pengetahuan berhubungan dengan sikap keluarga dalam merawat pasien skizofrenia dengan gejala halusinasi b. Pengetahuan berhubungan dengan perilaku keluarga dalam merawat pasien skizofrenia dengan gejala halusinasi c. Sikap berhubungan dengan perilaku keluarga dalam merawat pasien skizofrenia dengan gejala halusinasi REFERENSI [1] Chang & Johnson. (28). Chronic illness & disability: Principles for nursing practice. Australia: Elsevier Australia. [2] Dinas Kesehatan Jawa Tengah. (213).www.dinaskesehatanjawatengah.go.i d. Diperoleh tanggal 1 Februari 215. [3] Friedman, M.M, Bowden, V.R, Jones, E.G. (21). Family nursing: research, theory, & practice (5 th Ed). Alih bahasa oleh Achir Yani, S.H, dkk. Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset Teori & Praktik. Jakarta: EGC. [4] Luborsky, L. (22). Supportive expressive dynamic psychotherapy. Ensiclopedia of psychotherapy 2, 211. USA-Elsevier Science. [5] Maramis, W.F dan Maramis, A.A. (29) Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press [6] Notoadmojo, 27, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta, Jakarta. [7] Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten. (21). www.kabupatenklaten.go.id. Diperoleh tanggal 1 Februari 215. [8] Stuart, G.W & Laraia, M.T. (25). Principles and practice of psychiatric nursing (7 th Ed). St. Louis: Mosby. [9] Stuart, G.W. (29). Principles and practice of psychiatric nursing (9 th edition). St. Louis: Mosby. [1] Travis,C dan Wade, C. (28) Psychology in Perspective (3 rd Ed) Amazon Try Prime [11] Umrahwati, Alfiah A, dan St.Nurbaya, 213, Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian ISPA Berulang pada Balita Di Puskesmas Watampone, ISSN, Volume 2, No 4, 213, hlm. 115-122 [12] Videbeck, S.L. (211). Psychiatric mental health nursing (5 th Ed). Lippincott: Williams & Wilkins. www.worldhealthorganization.com. (215). Diperoleh tanggal 1 Februari 215.www.americanpsychiatryassociation.c om. (215). Diperoleh tanggal 1 Februari 215 ISSN 247-9189 443

The 6 th University Research Colloquium 217 444 ISSN 247-9189