I. PENDAHULUAN. pemasaran lebih efektif dan efisien bagi seorang peternak serta untuk. menyediakan fungsi fasilitas berupa pasar ternak.

dokumen-dokumen yang mirip
I.PENDAHULUAN. dengan menyediakan fungsi fasilitas berupa pasar ternak. (tengkulak/blantik) atau pembeli masih secara tradisional. Sistem jual beli /

I. PENDAHULUAN. dengan kepemilikan rata-rata 2-3 ekor sapi. Biasanya sapi potong banyak

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng. yang menjual ternak besar yang berlokasi di Jalan Kopi, Desa Ciwareng,

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan pada subsistem budidaya (on farm) di Indonesia

I. PENDAHULUAN. berubah, semula lebih banyak penduduk Indonesia mengkonsumsi karbohidrat namun

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mayoritasnya bermatapencarian sebagai petani.

I PENDAHULUAN. tabungan untuk keperluan di masa depan. Jumlah populasi kerbau pada Tahun

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DESKRIPSI HARGA JUAL DAN VOLUME PENJUALAN PEDAGANG PENGUMPUL AYAM POTONG DI KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. Swasembada susu nasional saat ini masih sulit tercapai, hal ini terlihat lebih dari 75

BAB I PENDAHULUAN. beli dan dilanjutkan dengan menggunakan alat tukar seperti uang.

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA BARAT

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Setelah pemerintah pusat mengeluarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR

I. PEDAHULUAN. sekitar 2-5 ekor ternak per rumah tangga peternak (RTP). Skala yang kecil

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2013

Gambar 2. Lokasi penelitian Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang strategis karena selain hasil daging dan bantuan tenaganya, ternyata ada

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi oleh pekerjaan utamanya.

BAB I PENDAHULUAN. Sub sektor peternakan mempunyai peranan penting dalam perekonomian

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

ALOKASI PUPUK UREA UNTUK KOMODITI HORTIKULTURA TAHUN 2015 Satuan: Ton

I. PENDAHULUAN. Barat cendrung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Pusat

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PENDAHULUAN. Kemajuan pembangunan nasional tidak terlepas dari peran bidang peternakan.

Nomor 162 Berita Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2009 WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR : 162 TAHUN 2009

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

PERANCANGAN REAKTOR BIOGAS DI UPTD PASAR TERNAK PALANGKI

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Berinvestasi dengan cara beternak sapi merupakan salah satu cara usaha yang relatif aman,

I. PENDAHULUAN. peternakan. Keberhasilan pembangunan peternakan sangat ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Strategis Kementerian Pertanian tahun adalah meningkatkan

ASSALAMUALAIKUM WAROHMATULLAHI WABAROKATUH

I. PENDAHULUAN. mengandangkan secara terus-menerus selama periode tertentu yang bertujuan

I. PENDAHULUAN. dan membangun aspek-aspek pengetahuan (kognitif), sikap (Afektif), dan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VI. GAMBARAN WILAYAH, KARAKTERISTIK PETERNAKAN SAPI POTONG DAN RESPONDEN PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. di bawah permukaan laut. Kota ini dilalui oleh dua sungai yaitu Sungai Deli dan. Sungai Babura yang bermuara di Selat Malaka.

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai.

V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA BARAT AGUSTUS 2014

KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pola saluran pemasaran terdiri dari: a) Produsen Ketua Kelompok Ternak Lebaksiuh Pedagang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan dana yang sangat potensial yang

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 071 TAHUN 2013 TENTANG PENGELUARAN TERNAK DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. di Indonesia. Selain sebagai sumber pendapatan masyarakat tani pekebun,

PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan bagian integral dari

POTRET USAHA PERTANIAN PROVINSI SUMATERA BARAT MENURUT SUBSEKTOR

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Potong Hewan yang telah dibangun merupakan satu-satunya RPH

DAN. Oleh: Nyak Ilham Edi Basuno. Tjetjep Nurasa

BAB I PENDAHULUAN. suatu wilayah. Menurut bentuk fisik, pusat perdagangan dibagi menjadi dua yaitu

I. PENDAHULUAN. A. Maksud dan Tujuan

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik pula. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan mampu

I. PENDAHULUAN. sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

ANALISA PERBANDINGAN SOSIAL EKONOMI PETANI JAGUNG SEBELUM DAN SETELAH ADANYA PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN MUNGKA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA BARAT

1. PENDAHULUAN. Tabel 1. Batas Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Masyarakat Miskin ( ) Presentase Penduduk Miskin. Kota& Desa Kota Desa

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

I. PENDAHULUAN. usaha perkebunan mendukung kelestarian sumber daya alam dan lingkungan

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT AGUSTUS 2016

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

PENDAHULUAN. Hasil sensus ternak 1 Mei tahun 2013 menunjukkan bahwa populasi ternak

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM MATA KULIAH

DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN, PERJANJIAN KINERJA, PENGUKURAN KINERJA, INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

U R A I A N JUMLAH PENDAPATAN 164,302, BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 16,587,167, BELANJA LANGSUNG 33,185,325,000.00

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA BARAT AGUSTUS 2014

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan peternakan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan populasi ternak, meningkatkan produksi dan mutu hasil ternak agar dapat memenuhi permintaan pasar dan memperluas daerah pemasaran. Agar sistem pemasaran lebih efektif dan efisien bagi seorang peternak serta untuk mendapatkan informasi yang resmi tentang pemasaran ternak, maka pemerintah mengambil suatu tindakan dengan cara memperpendek saluran pemasaran dengan menyediakan fungsi fasilitas berupa pasar ternak. Model pasar ternak (sapi dan ternak lainnya) di Indonesia pada umumnya masih dikategorikan sebagai pasar tradisional. Mengingat sistem pemasaran (transaksi jual beli) antara peternak sebagai pemilik ternak dan pedagang ternak atau pembeli masih secara tradisional. Sistem jual beli / penetapan harga tidak transparan, hanya berdasarkan penaksiran (performance) ternaknya bukan berdasarkan bobot badan yang diukur dengan timbangan/ alat ukur lainnya atau performance yang dinilai berdasarkan kualitas/kelas mutu (grade). Keberadaan pedagang perantara di sisi lain sangat membantu peternak dalam memasarkan ternaknya dan memudahkan peternak mendapatkan uang tunai pada saat membutuhkannya. Posisi keberadaan pasar ternak menjadi penting, selain sebagai tempat transaksi jual-beli ternak yang sesuai dengan mekanisme pemasaran, juga sebagai akses para peternak dalam mendapatkan informasi harga jual ternak. Oleh karena itu, pasar ternak harus memiliki sarana dan prasarana yang memadai serta pengelolaan yang lebih terarah.

Propinsi Sumatera Barat memiliki 23 unit pasar ternak dengan empat pasar ternak kelas kategori regional dimana jumlah transaksi diatas 1000 ekor/bulan yaitu, pasar ternak Palangki di Kabupaten Sijunjung, pasar ternak Muaro Paneh di Kabupaten Solok, pasar ternak Kota Payakumbuh dan pasar ternak Cubadak di Kabupaten Tanah Datar. Empat pasar ternak yang masuk dalam kategori ini merupakan pasar ternak yang memberikan kontribusi terhadap pemasaran ternak di Sumatera Barat dengan transaksi 80.000 ekor/tahun atau 60% dari transaksi di Sumatera Barat. Sedangkan untuk pasar ternak yang lain masih dikategorikan sebagai pasar ternak kabupaten dan kecamatan, karena jumlah transaksi masih dibawah 1000 ekor/bulan (Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat, 2015). Pasar ternak Kota Payakumbuh adalah salah satu pasar ternak yang terbesar di Sumatera Barat, berlokasi di Kelurahan Koto Panjang, Kecamatan Payakumbuh Timur, Kota Payakumbuh. Lahan yang dijadikan pasar ternak ini merupakan lahan milik pemerintah Kota Payakumbuh dengan luas 1,25 ha dan hari pasar adalah hari Minggu. Pasar ternak Kota Payakumbuh dikelola oleh struktur dari Dinas Perikanan dan Peternakan yang berbentuk UPTD Rumah Potong Hewan dan Pasar Ternak. Pasar ternak Kota Payakumbuh merupakan tempat bertransaksi para pedagang pedagang ternak sapi potong (pedagang ternak dan pedagang besar). Pedagang-pedagang tersebut berasal dari daerah-daerah atau kabupaten-kabupaten lain seperti Kabupaten 50 Kota, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Agam, Kota Bukittinggi maupun Kota Payakumbuh. Setiap pedagang membawa satu sampai

delapan ekor sapi dalam setiap minggu ke pasar ternak dengan menggunakan jasa mobil pengangkutan khusus ternak. Pasar ternak Kota Payakumbuh merupakan salah satu sarana penting dalam menunjang pemasaran ternak terutama ternak sapi, kerbau, dan kambing. Dari jenis ternak yang dipasarkan di pasar ternak Kota Payakumbuh, ternak sapi merupakan ternak dengan jumlah terbanyak. Pada bulan Januari sampai bulan Agustus tahun 2016 jumlah sapi potong yang diperdagangkan sebanyak 7143 ekor. Dengan rata-rata perbulan sebanyak 892 ekor (UPTD Pasar Ternak Kota Payakumbuh), (Daftar transaksi ternak masuk terlampir di Lampiran 1). Sistem transaksi jual-beli ternak di pasar ternak Kota Payakumbuh pada umumnya berlangsung secara tradisional Barosok, mekanisme penentuan harga masih ditentukan berdasarkan kepercayaan pihak tertentu, yang dalam hal ini dimaksud adalah para pedagang (pedagang ternak atau pedagang besar). Jual beli yang terjadi di pasar ternak ini hanya berdasarkan taksiran pedagang terhadap bobot badan ternak dan performance lainnya seperti warna bulu dan ciri khusus lainnya, bukan menggunakan timbangan ternak. Di sisi lain penggunaan timbangan dapat memberikan peluang kecurangan terhadap bobot badan ternak yang akan ditimbang karena pedagang memberi makan ternaknya terlebih dahulu sebelum ditimbang. Di Kota Payakumbuh pemasaran sapi potong dikuasai oleh pedagang ternak, hal ini ditandai dengan mayoritas pelaku transaksi jual beli ternak adalah pedagang ternak yang sudah biasa melakukan jual beli ke pasar ternak Kota Payakumbuh (daftar nama pedagang terlampir di lampiran 2). Alasan kenapa peternak tidak dapat lansung membawa ternaknya ke pasar ternak adalah karena

keterbatasan informasi dan biaya pengangkutan. Salah satu fungsi pasar ternak sebagai informasi harga juga sulit diperoleh, dengan adanya sistem barosok pedagang tidak memberikan informasi berapa kisaran harga ternak yang ada dan harga yang disepakati antara penjual dan pembeli, sehingga berapa pendapatan sesungguhnya yang diperoleh pedagang akhirnya sulit diketahui. Sedangkan biaya yang harus dikeluarkan oleh pedagang ternak adalah biaya pembelian ternak yang dibeli ke peternak dan biaya pengangkutan ternak ke pasar ternak serta pembayaran pajak retribusi ternak setelah di pasar ternak. Selama ini dalam pemasaran ternak sapi potong sering disebutkan bahwa pedagang ternak mengambil untung lebih besar, peternak dihadapkan dengan sistem pemasaran yang tidak menguntungkan, sesuai dengan penelitian Qadim (2016) bahwa dominasi keberadaan pedagang ternak dalam hal jual-beli ternak menjadikan peternak sebagai pihak yang memiliki keuntungan paling rendah dan posisi tawar peternak akan lebih buruk lagi apabila ada wilayah sentra produksi yang tidak memiliki pasar ternak. Hal ini perlu dilakukan penelitian dengan menganilisis keuntungan yang diperoleh dengan fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan. Untuk itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Keuntungan yang Diperoleh Pedagang ternak Sapi Potong yang Bertransaksi di Pasar Ternak Kota Payakumbuh 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana sistem jual beli ternak di pasar ternak Kota Payakumbuh?

2. Berapa keuntungan yang diperoleh pedagang ternak Sapi Potong di Pasar Ternak Kota Payakumbuh? 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk : 1. Mengetahui sistem jual beli ternak yang dilakukan di pasar ternak Kota Payakumbuh. 2. Mengetahui keuntungan yang diperoleh pedagang ternak Sapi Potong di Pasar Ternak Kota Payakumbuh. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi bagaimana peran pasar ternak dalam pemasaran sapi potong dan sistem jual beli ternak sapi potong di pasar ternak. 2. Memberikan informasi tentang informasi harga dan keuntungan yang diperoleh pedagang ternak dalam memasarkan sapi potong di pasar ternak. 3. Memberikan bahan pertimbangan untuk membuat kebijakan mengenai pemasaran sapi potong bagi pemerintah.