KETERBACAAN WACANA DALAM BUKU TEKS BAHASA INDONESIA EKSPRESI DIRI DAN AKADEMIK CETAKAN KEDUA MELALUI CLOZE TEST SISWA KELAS X SMAN 1 MAKASSAR

dokumen-dokumen yang mirip
TINGKAT KETERBACAAN WACANA BUKU TEKS SEKOLAH MENENGAH ATAS

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian .

Ahmad Syukron et al., Keterbacaan Wacana dalam Buku Teks Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SD Kelas 4 Terbitan Erlangga Berdasarkan Teknik Cloze

I. PENDAHULUAN. Buku teks tidak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan. Buku teks dalam

KEMAHIRAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS XII SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN MAITREYAWIRA TANJUNGPINANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Jurnal Bastra Volume 1 Nomor 4 Maret FKIP Universitas Halu Oleo

PENERAPAN TEKNIK GROUP CLOSE DALAM MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS VIII SMP PEMBANGUNAN UNP PADANG

PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK MELENGKAPI PARAGRAF TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN

HUBUNGAN KEMAMPUAN MENYIMAK PARAGRAF EKSPOSISI DENGAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA TAMANSISWA PADANG ARTIKEL ILMIAH

KEMAMPUAN MENULIS TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI SISWA KELAS VII SMPN 13 BANDARLAMPUNG

THE ABILITY OF THE EIGHTH GRADE STUDENTS OF SMP DAREL HIKMAH PEKANBARU IN READING SEQUENCES AND READING COMPREHENSION

ANALISIS KETERBACAAN WACANA BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK BAHASA INDONESIA JENJANG SMP. Sitti Natasya Isabela

KESESUAIAN ISI DAN BAHASA BUKU TEKS BAHASA INDONESIA KELAS VIII TERBITAN KEMDIKBUD. Oleh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. c. keterbacaan uraian materi, teks bacaan, instruksi soal, dan instrumen soal dalam

BAB V PENUTUP. selanjutnya data yang telah diolah dan dibahas akan disimpulkan. Selain

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH TEKNIK BRAINSTORMING TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMAN 14 PADANG ARTIKEL ILMIAH

KEMAMPUAN MENULIS ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMK TAMAN SISWA TELUK BETUNG. Oleh

KETERBACAAN BUKU TEKS KELAS IV DAN V SD DALAM KURIKULUM 2013

KEMAMPUAN MENULIS TANGGAPAN DESKRIPSI SISWA KELAS VII SMPN I WAY JEPARA

ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh SRI DEWI RAMAWATI NIM

ABILITY TO WRITE THE ESSAY DESCRIPTION CLASS X SMAN 2 SINGINGI

KEMAHIRAN MEMBACA NYARING TEKS PEMBUKAAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945 SISWA KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SWASTA BINTAN TANJUNGPINANG TAHUN PELAJARAN

KEMAMPUAN MENULIS TEKS EKSPOSISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MENIRU MODEL SISWA KELAS VII SMP NEGERI 12 PADANG ARTIKEL ILMIAH

BAB II KAJIAN TEORI. 2006: 584). Selanjutnya textbook dijelaskan sebagai a book giving instruction in

HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS DENGAN KEMAMPUAN MENULIS ARGUMENTASI SISWA KELAS XI SMAN 1 KINALI

KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI SISWA KELAS X MULTIMEDIA 1 SMK NEGERI 9 MUARO JAMBI TAHUN PELAJARAN 2016/2017. Herman dan Nur Indah

BAB I PENDAHULUAN. (Agustus, 2005).

KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN WACANA NARASI SISWA KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 2 KECAMATAN PULAU TIGA KABUPATEN NATUNA TAHUN AJARAN

EJAAN PADA KARANGAN SISWA KELAS XII SMA PERINTIS 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

KEMAMPUAN MENULIS TEKS ULASAN/RESENSI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 KOTAGAJAH. Oleh

KORELASI KETERAMPILAN MEMAHAMI TEKS EKSPOSISI DENGAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PAINAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEMAMPUAN MENAMUKAN IDE POKOK PARAGRAF SISWA KELAS X SMAN 2 PRINGSEWU 2013/2014. Oleh

Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi

ABSTRAK. Kata kunci: keterbacaan, wacana, grafik fry, tes klos, SMOG

KETERAMPILAN MENULIS RESENSI NOVEL KARYA GOL A. GONG SISWA KELAS XI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 5 TANJUNGPINANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPLANASI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 PADANG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL ARTIKEL ILMIAH

ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh FITRI LESTARI NIM

KECEPATAN EFEKTIF MEMBACA SISWA KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 3 TANJUNGPINANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

E JURNAL ILMIAH TRIA ULANDARI NIM Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memeroleh Gelar Sarjana Pendidikan ( Strata 1)

KEMAMPUAN MEMBACA CEPAT SISWA KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 13 SATU ATAP TANJUNGPINANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

`KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS X2 DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MENCERITAKAN KEMBALI DI SMA NEGERI 1 SOLOK SELATAN

KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MEDIA AUDIO-VISUAL SISWA KELAS VII SEKOLAH MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI BINTAN TIMUR TAHUN PELAJARAN

I. PENDAHULUAN. pidato. Ketika menulis teks pidato, banyak faktor yang perlu diperhatikan seperti kosa kata,

KEMAMPUAN MEMBACA CEPAT SISWA KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MAITREYAWIRA TANJUNGPINANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

KEMAHIRAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PERIKANAN DAN KELAUTAN BINTAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMAN 1 PASAMAN DENGAN TEKNIK PEMODELAN E-JURNAL ILMIAH LINDA OKTAVIA SARI NPM

KEMAMPUAN MENULIS SINOPSIS NOVEL REMAJA MENGGUNAKAN TEKNIK PEMODELAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL

KEMAMPUAN MENENTUKAN IDE POKOK PADA TEKS BERITA SISWA KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 10 TANJUNGPINANG TAHUN PELAJARAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

KEMAMPUAN MENENTUKAN FAKTA DAN OPINI PADA TEKS BERITA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 15 PADANG DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMODELAN E JURNAL ILMIAH

KETERAMPILAN MEMBACA TEKS DRAMA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MEMBACA INTENSIF SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 30 PADANG ARTIKEL MIA JULITA SARI NPM

KEMAHIRAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS VIII MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI BINTAN TIMUR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 ARTIKEL E-JOURNAL

KEMAMPUAN MENULIS KEMBALI BERITA YANG DIPERDENGARKAN MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL SISWA KELAS VII SMP N 1 SITIUNG KABUPATEN DHARMASRAYA

KEMAMPUAN MEMBUBUHI TANDA BACA PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII SMPN 1 BINTAN SEMESTER II TAHUN AJARAN 2012/2013

Unnes Physics Education Journal

KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI EKSPOSITORIS DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONSTRUKTIVISME SISWA KELAS X SMA PGRI 1 PADANG ARTIKEL ILMIAH

IN PRAMBANAN STATE SENIOR HIGH SCHOOL KLATEN

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KARTU GAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PANTUN SISWA KELAS XI. Oleh

PENGARUH INTENSITAS BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI PADA SISWA KELAS XI IPS DI SMAN 5 MAKASSAR

KEMAMPUAN MENYIMAK DONGENG MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO (REKAMAN) SISWA KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 4 TANJUNGPINANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGARUH PENGGUNAAN METODE SIRE TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 26 PADANG ARTIKEL ILMIAH ROZA YULIANA NPM

ANALISIS PENGGUNAAN RAGAM BAHASA BAKU PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 7 TANJUNGPINANG TAHUN PELAJARAN

KEMAHIRAN MENULIS KARANGAN EKSPOSISI MENGGUNAKAN MEDIA BAGAN SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 3 BATAM TAHUN PELAJARAN 2013/2014

KEMAMPUAN MEMBACA CEPAT SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 PULAU TIGA KECAMATAN PULAU TIGA KABUPATEN NATUNA TAHUN AJARAN 2012/2013 ARTIKEL E-JOURNAL

KEMAHIRAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 2 BINTAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 ARTIKEL E-JOURNAL

KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI DENGAN MEDIA POSTER SISWA KELAS X MADRASAH ALIYAH NEGERI TANJUNGPINANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT)

KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK TALK WRITE (TTW) SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PADANG

KEMAMPUAN MEMBACA BERITA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK INKUIRI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 28 PADANG

Iin Pratiwi Ningsih Manurung Drs. Azhar Umar, M.Pd. ABSTRAK

THE ABILITY OF READING COMPREHENSION TEXT EXPOSITION GRADE VII SMP BABUSSALAM PEKANBARU

KEMAMPUAN MENULIS TEKS NARASI TENTANG PENGALAMAN LIBUR SEKOLAH SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BERMANI ILIR KABUPATEN KEPAHIANG

KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 2 TANJUNGPINANG TAHUN AJARAN 2012/2013

KONTRIBUSI MINAT BACA TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI I KUOK KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU

JURNAL ILMIAH. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN PERSUASI DI KELAS VIII.D SMP NEGERI 2 LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN.

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA PADA BUKU TEKS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS VIII SMP DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMK

ABSTRAK. Kata Kunci: Penggunaan Imbuhan pen-, pe-, pen-an, -an, ke-, ke-an

KEMAMPUAN MENEMUKAN IDE POKOK DALAM TEKS BERITA MELALUI MEMBACA SKIMMING SISWA KELAS VIII MTSN TALAOK KECAMATAN BAYANG PESISIR SELATAN JURNAL

MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN ANALISIS WACANA ISU DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

KEMAHIRAN MENULIS PANTUN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SISWA KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 17 BINTAN TAHUN AJARAN 2012/ 2013

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF MELALUI MEDIA PUZZLE PADA SISWA KELAS III SDN GRENDEN 02 PUGER JEMBER

KEMAHIRAN MENULIS PIDATO SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 3 BINTAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SCRAMBLE DALAM KETERAMPILAN MENULIS KALIMAT BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 11 MAKASSAR ABSTRAK

KEMAMPUAN MENGGUNAKAN KALIMAT EFEKTIF PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 8 TANJUNGPINANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Tersedia online di EDUSAINS Website: EDUSAINS, 8 (2), 2016,

PARAGRAPH WRITING SKILLS ARGUMENTS CLASS X SMAN 1 KANDIS DISTRICT SIAK

KEMAHIRAN MENULIS TEKS DRAMA SATU BABAK SISWA KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SWASTA BINTAN TANJUNGPINANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

KEMAHIRAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MEDIA LAGU SISWA KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 12 TANJUNGPINANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

ANALISIS PENGETAHUAN DAN KESULITAN BELAJAR SISWA TENTANG VIRUS DI KELAS X SMA NEGERI 2 TANJUNGBALAI TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) Mei 2015

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA INDONESIA DENGAN METODE SOSIODRAMA SISWA KELAS V DI SDN 10 TANJUNG PAOH TAHUN PELAJARAN 2010/2011

KEMAMPUAN MENULIS TEKS PENGUMUMAN BAHASA MAKASSAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 GALESONG SELATAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MEMBACA SISWA KELAS V DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI INDEX CARD MATCH SD NEGERI 04 PUNGGUANG KASIAK KABUPATEN PADANG PARIAMAN

TAUFIQ ALMINDATIFA NIM

KEMAHIRAN MEMBACA PEMAHAMAN WACANA NARASI SISWA KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 17 BINTAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

KEMAHIRAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 5 TANJUNGPINANG TAHUN AJARAN 2012 / 2013 ARTIKEL E-JOURNAL

Transkripsi:

KETERBACAAN WACANA DALAM BUKU TEKS BAHASA INDONESIA EKSPRESI DIRI DAN AKADEMIK CETAKAN KEDUA MELALUI CLOZE TEST SISWA KELAS X SMAN 1 MAKASSAR Khairil, Salam, dan Andi Fatimah Junus Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Makassar Jalan Daeng Tata Raya, Kampus Parangtambung, Makassar Email: khairilhamka@gmail.com Abstract. The Readability of the Indonesian Textbook Discourse "Ekspresi Diri dan Akademik" Second Edition Using Cloze Test Methode On Grade X SMAN 1 Makassar. This research aimed to describe the readability of discourse in the Indonesian textbook "Ekspresi Diri dan Akademik" Second Edition on grade X SMAN 1 Makassar. The method used in this research is a quantitative survey methods that describe the readability level of the Indonesia textbook "Ekspresi Diri dan Akademik" Second Edition on grade X at SMAN 1 Makassar. The population of this research was all students of grade X at SMAN 1 Makassar. Sampling on this population was selected by using cluster random sampling. The sample in this research there were two classes, X MIA 5 and X IIS 3. Data collection techniques in this research is the cloze test. Data obtained using the formula cloze test. The results showed that out of the eight tested discourse to the students there are six discourse that is at the readability level independent/easy. There is a discourse belonging to the category of reading level instructional/medium. Average readability level was 68% overall discourse in the category reading level independent/easy, indicating that the level of discourse is very high readability. Results like that makes the discourse in the Indonesian Textbooks "Ekspresi Diri dan Akademik" Second Edition on grade X published by the Ministry of Education and Culture is not good enough to be used as teaching materials. Abstrak. Keterbacaan Wacana dalam Buku Teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Cetakan Kedua Melalui Cloze Test Siswa Kelas X SMAN 1 Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterbacaan wacana dalam buku teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Cetakan Kedua kelas X SMAN 1 Makassar. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei kuantitatif yang mendeskripsikan keterbacaan buku teks bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik cetakan kedua pada siswa kelas X SMAN 1 Makassar. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMAN 1 Makassar. Penarikan sampel dilakukan dengan teknik Cluster Random Sampling. Sampel dalam penelitian ini ada 2 kelas, yaitu kelas X MIA 5 dan kelas X IIS 3. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah cloze test. Data yang diperoleh dengan menggunakan rumus cloze test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari delapan wacana yang diujikan kepada siswa ada enam wacana yang berada pada tingkat baca independen/mudah. Terdapat satu wacana yang tergolong kategori tingkat baca instruksional/sedang. Rata-rata tingkat baca keseluruhan wacana adalah 68 % berada pada kategori tingkat baca independen/mudah yang menandakan bahwa tingkat keterbacaan wacana sangat tinggi. Hasil seperti itu menjadikan wacana yang ada dalam Buku Teks Pelajaran Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Cetakan Kedua pada Siswa Kelas X yang ditulis oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan masih kurang baik untuk dijadikan sebagai bahan ajar. Kata Kunci: Keterbacaan, buku teks, cloze tezt Buku teks merupakan suatu benda yang mutlak dimiliki oleh setiap sekolah pada tingkat sekolah menengah atas dalam rangka menunjang kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh setiap siswa. Dengan adanya buku teks siswa dapat terbantu dalam belajar dan tentunya dalam pengembangan dirinya. Seperti yang diungkapkan (Patombongi dkk., 2008; 7) buku teks adalah sarana belajar yang biasa digunakan di sekolah-sekolah untuk menunjang suatu 33

34 Jurnal Retorika, Volume 9, Nomor 1, Februari 2016, hlm. 1 89 program pengajaran. Jadi, buku teks bisa dianggap sebagai komponen atau bagian yang penting dalam proses pembelajaran. Sebagai sarana belajar, buku teks semestinya mudah dipahami bagi pengajar maupun pebelajar. Untuk itu, buku teks perlu menampilkan informasi yang jelas dan teliti, yaitu dengan menampilkan kalimat yang tidak rancu dan tidak bermakna ambigu. Penyusunan kalimat dipilih dengan tepat, sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku, sehingga tidak membingungkan siswa untuk memperoleh informasi yang ingin diketahuinya. Bahasa yang digunakan dalam buku teks tentunya menjadi salah satu faktor penting yang ikut serta dalam menentukan misi buku teks sebagai bahan penunjang utama pada program pembelajaran. Pemakaian bahasa dalam buku teks akan menentukan apakah buku teks tersebut mudah dipahami atau sukar dipahami oleh siswa. Penggunaan kalimat yang rancu serta ambigu dapat menghambat siswa dalam belajar memahami wacana yang ada di dalam buku teks. Agar buku teks memenuhi syarat dan tujuan yang diinginkan, maka tingkat keterbacaan harus sesuai dengan tingkat perkembangan kemampuan dan penalaran siswa. Pentingnya kesesuaian tingkat keterbacaan suatu buku akan sangat berpengaruh pada motivasi dan minat baca untuk siswa. Sehingga, patut diduga bahwa tingkat keterbacaan akan menentukan mudah atau tidaknya bahan bacaan dapat dipahami oleh siswa. Maksudnya, buku teks yang mudah dipahami adalah buku teks yang memiliki tingkat keterbacaan tinggi sedangkan buku teks yang sukar dipahami adalah buku teks yang memiliki tingkat keterbacaan yang rendah. Secara garis besar buku teks yang mudah dipahami akan mempercepat siswa memahami maksud dari wacana di dalam buku teks. Sebaliknya, buku teks yang sukar dipahami akan memperlambat siswa dalam memahami maksud dari wacana dalam buku teks. Akan tetapi perlu digaris bawahi disini bahwa jika suatu wacana itu terlalu mudah, seorang pembaca dalam hal ini siswa, akan cepat merasa bosan. Maka dari itu, perlu adanya pertimbangan-pertimbangan yang tepat untuk menetapkan wacana yang dianggap sesuai untuk kelompoknya. Pada penelitian ini, fokus peneliti adalah mengenai keterbacaan wacana buku teks bahasa indonesia untuk siswa kelas X sekolah menengah atas. Topik ini dipilih karena pembelajaran bahasa indonesia di sekolah menengah atas sangat penting. Hal ini karena bahasa indonesia akan menjadi bekal bagi siswa dalam berkomunikasi dengan lingkungannya kelak pada jenjang yang lebih tinggi. Bahasa merupakan sarana komunikasi bagi siswa untuk berbaur, sehingga mampu menyatu dengan masyarakat pemakai bahasa lainnya, di tengahtengah beranekaragam bahasa nusantara. Dengan demikian, untuk mengetahui sesuai atau tidak buku teks yang digunakan siswa kelas X dengan karakteristiknya, maka penelitian mengenai keterbacaan buku teks Bahasa Indonesia di kelas X sekolah menengah atas perlu dilakukan. Dalam hal ini, buku teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik cetakan kedua untuk siswa kelas X yang akan diteliti ini memang telah disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku sekarang, yakni kurikulum 2013. Namun, setelah melakukan observasi awal, peneliti menemukan bahwa minat baca siswa terhadap wacana-wacana di dalam buku tersebut masih kurang. Atas dasar tersebut, maka sangat perlu penelitian keterbacaan buku teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik untuk siswa kelas X cetakan kedua ini, dengan harapan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan oleh guru yang menggunakan buku teks tersebut. Untuk memilih formula yang tepat dan sesuai untuk mengukur keterbacaan maka peneliti harus cermat memilih formula yang akan digunakan. Di antara formula yang ada, yang dianggap paling berhasil adalah prosedur klose. Prosedur ini di samping dapat digunakan sebagai alat uji keterbacaan, juga dapat digunakan sebagai teknik pengajaran membaca untuk meningkatkan keterampilan membaca siswa. (Suladi dkk, 2000; 9) Oleh sebab itu, peneliti akan menggunakan formula Prosedur Klose/Cloze Test atau biasa juga disebut dengan tes isi rumpang untuk mengetahui tingkat keterbacaan siswa kelas X di SMAN 1 Makassar terhadap wacana pada buku teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik untuk siswa kelas X. Penelitian mengenai keterbacaan buku teks sudah pernah dilakukan sebelumnya, salah satu penelitian (Magdalena, 2013) Universitas Negeri Jakarta (UNJ) meneliti tentang Keterbacaan Buku Teks Bina Bahasa

Khairil, Salam, dan Andi Fatimah Junus, Keterbacaan Wacana dalam Buku Teks 35 Indonesia untuk Siswa Kelas V Terbitan E di SDN Pademangan Timur 04 Petang Jakarta Utara Melalui Metode Fog Index dan Cloze Test. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa wacana yang diteliti dalam buku teks tersebut memiliki tingkat keterbacaan instruksional atau sedang. Hal ini dapat ditunjukkan bahwa skor rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 56,3%. Penelitian keterbacaan wacana buku teks pelajaran bahasa Indonesia juga pernah dilakukan oleh (Salihah, 2011) Universitas Negeri Makassar (UNM) meneliti tentang Keterbacaan Wacana Buku Teks Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas X MAN 2 Watampone. Hasil penelitianya menunjukkan bahwa wacana yang diteliti dalam buku teks tersebut memiliki tingkat keterbacaan 44,8% yaitu berada pada tingkat instruksional/sedang. METODE PENELITIAN Variabel pada penelitian ini adalah Keterbacaan Buku Teks yaitu ukuran tingkat terbaca atau tidaknya wacana pada buku teks pelajaran bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik cetakan kedua kelas X SMAN 1 Makassar dalam rangka dicerna, dipahami, dan dihayati oleh pembaca dalam hal ini siswa, yang diklasifikasikan menjadi tingkat baca independen, instruksional, dan frustasi. Keterbacaan terukur melalui metode Cloze Test. Penelitian ini menggunakan metode survei kuantitatif yang mendeskripsikan keterbacaan buku teks bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik cetakan kedua pada siswa kelas X SMAN 1 Makassar. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMAN 1 Makassar, yang terbagi menjadi 11 kelas, yang terdiri dari delapan kelas untuk MIA (Matematika dan Ilmu Alam) dan tiga kelas untuk IIS (Ilmu-Ilmu Sosial) Siswa kelas X Tersebut menggunakan buku teks bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik cetakan kedua sebagai salah satu sumber belajar pada mata pelajaran bahasa indonesia. Penarikan sampel dilakukan pada kelompok kelas MIA dan kelas IIS, dengan memilih secara acak masingmasing kelompok kelas tersebut. Setelah dilakukan penarikan sampel, kelompok kelas yang terpilih adalah kelompok kelas dari MIA 5 dan kelompok kelas dari IIS 3. Maka, sampel dari penelitian ini adalah 30 siswa dari kelompok kelas X MIA 5 dan X IIS 3 di SMAN 1 Makassar. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN Tingkat keterbacaan wacana dalam buku teks bahasa indonesia untuk kelas X sekolah menengah atas diukur dengan menggunakan test cloze. Data tentang tingkat keterbacaan wacana diperoleh berdasarkan hasil perolehan test cloze siswa kelas X SMAN 1 Makassar dari 8 wacana yang dipilih secara cluster random sampling. Hasil Penelitian Skor Keterbacaan Wacana I Wacana I berjudul Karbon terdiri atas 4 paragraf dan 361 kata. Jenis wacana ini dianalisis untuk mengetahui tingkat keterbacaannya. Wacana tersebut memiliki skor teoretik 0 36. Sebaran data skor empirik wacana I dengan responden 30 siswa adalah 20 35. memperoleh skor maximum 36. Dengan 36 30 = 1080. Jumlah skor wacana yang diperoleh responden pada wacana I adalah 874. = 874 100 = 80,9 1080 disesuaikan dengan tingkat keterbacaan 80,9% Bahan bacaan yang terlalu mudah menjadikan siswa cepat merasa bosan terhadap bahan bacaan yang diajarkan sehingga menurunkan minat baca mereka. Skor Keterbacaan Wacana II Wacana II berjudul Apa yang Harus Anda Lakukan Jika Ditilang yang terdiri dari 306 kata dan 7 paragraf. Wacana tersebut memiliki skor teoretik 0 50. Sebaran data skor empirik wacana II dengan responden 30 siswa adalah 10 44. Responden yang mengisi semua isian yang benar memperoleh skor maximum 50. Dengan demikian, jumlah skor maksimal adalah 50 30 = 1500. Jumlah skor wacana

36 Jurnal Retorika, Volume 9, Nomor 1, Februari 2016, hlm. 1 89 yang diperoleh responden pada wacana II adalah 910. = 910 100 = 60,7 1500 disesuaikan dengan tingkat keterbacaan 60,7% Skor Keterbacaan Wacana III Wacana III berjudul Tata Cara Pemilihan Ketua RT dan Wakil Ketua RT yang terdiri dari 343 kata dan 7 paragraf dengan skor teoretik 0 58. Sebaran data skor empirik wacana III dengan responden 30 siswa adalah 6-53. memperoleh skor maximum 58. Dengan 58 30 = 1740. Jumlah skor wacana yang diperoleh responden pada wacana III adalah 1072. = 1072 100 = 61,6 1740 disesuaikan dengan tingkat keterbacaan 61,6% Skor Keterbacaan Wacana IV Wacana IV berjudul Untung Rugi Perdagangan Bebas yang terdiri dari 344 kata dan 7 paragraf dengan skor teoretik 0 54. Sebaran data skor empirik wacana IV dengan responden 30 siswa adalah 18-54. Responden yang mengisi semua isian yang benar memperoleh skor maximum 36. Dengan demikian, jumlah skor maksimal adalah 54 30 = 1620. Jumlah skor wacana yang diperoleh responden pada wacana IV adalah 1195. = 1195 100 = 72,4 1620 disesuaikan dengan tingkat keterbacaan 72,4% Skor Keterbacaan Wacana V Wacana V berjudul Pemimpin Sosial dan Politik Tidak Harus Mempunyai Pendidikan Formal yang Tinggi yang terdiri dari 271 kata dan 4 paragraf dengan skor teoretik 0 39. Sebaran data skor empirik wacana V dengan responden 30 siswa adalah 21-39. memperoleh skor maximum 39. Dengan 39 30 = 1170. Jumlah skor wacana yang diperoleh responden pada wacana V adalah 1048. = 1048 100 = 89,6 1170 disesuaikan dengan tingkat keterbacaan 89,6% tersebut juga masih kurang layak dijadikan bahan ajar Skor Keterbacaan Wacana VI Wacana VI berjudul Anekdot Hukum Peradilan yang terdiri dari 672 kata dan 20 paragraf dengan skor teoretik 0 118. Sebaran data skor empirik wacana VI dengan responden 30 siswa adalah 68-116. Responden yang mengisi semua isian yang benar memperoleh skor maximum 36. Dengan 118 30 = 3540. Jumlah skor wacana yang diperoleh responden pada wacana I adalah 3132. = 3132 100 = 88,5 3540 disesuaikan dengan tingkat keterbacaan 88,5% Skor Keterbacaan Wacana VII Wacana VII berjudul Ekspor Kain Sarung ke Negeri Yaman yang terdiri dari 489 kata dan 7 paragraf dengan skor teoretik 0 66. Sebaran data skor empirik wacana VII dengan responden 30 siswa adalah 16-42. memperoleh skor maximum 66. Dengan

Khairil, Salam, dan Andi Fatimah Junus, Keterbacaan Wacana dalam Buku Teks 37 66 30 = 1980. Jumlah skor wacana yang diperoleh responden pada wacana VII adalah 934. = 934 100 = 47,2 1980 disesuaikan dengan tingkat keterbacaan 47,2% berada pada tingkat baca instruksional atau sedang. Bacaan tersebut layak dijadikan bahan ajar Skor Keterbacaan Wacana VIII Wacana VIII berjudul Langkah Pelestarian Hewan Langka yang terdiri dari 464 kata dan 8 paragraf dengan skor teoretik 0 61. Sebaran data skor empirik wacana VIII dengan responden 30 siswa adalah 12-40. memperoleh skor maximum 36. Dengan 61 30 = 1830. Jumlah skor wacana yang diperoleh responden pada wacana VIII adalah 722. = 722 100 = 39,5 1830 Berdasarkan gambaran persentase tingkat keterbacaan wacana VIII di atas, skor yang dicapai responden yaitu 39,5%. Sesuai dengan kategori tingkat keterbacaan yang ditetapkan bahwa pembaca yang berada pada tingkat keterbacaan kisaran 41% sampai dengan 60% berada pada tingkat baca frustasi/sulit. Jika pembaca berada pada tingkat baca frustasi/sulit berarti bahwa tingkat keterbacaan wacana tersebut tidak baik. Dengan demikian, wacana VIII kurang layak untuk dijadikan sebagai bahan ajar bagi siswa kelas X SMA. Bahan bacaan yang terlalu sulit dapat memperlambat siswa dalam belajar. Rata-rata dari kedelapan wacana tersebut adalah sebanyak 68%. Skor ini lebih besar dari 60% berarti keterbacaan wacana secara keseluruhan berada pada tingkat keterbacaan independen/mudah. Wacana-wacana tersebut kurang layak untuk dijadikan sebagai bahan ajar bagi siswa kelas X SMA. Dari delapan wacana terdapat enam wacana yang memiliki tingkat baca independen/mudah, kemudian hanya satu wacana yang memiliki tingkat baca instruksional/sedang dan satu wacana lagi yang memiliki tingkat baca frustasi/sulit. Ini berarti bahwa hanya satu wacana saja yang ada dalam buku teks tersebut yang layak dijadikan sebagai bahan ajar bagi siswa kelas X SMA sedangkan wacana yang lain itu masih kurang layak untuk dijadikan sebagai bahan ajar. PEMBAHASAN Keterbacaan wacana merupakan pengukuran tingkat kesulitan wacana dalam sebuah buku teks. Dari analisis keterbacaan dapat diketahui mudah atau tidaknya suatu wacana dalam rangka dicerna, dipahami, atau dihayati. Hasil tes keterbacaan didapatkan dengan menggunakan siswa sebagai responden. Skor siswa dihitung dari jumlah kata yang dijawab dengan benar. Siswa yang menjawab benar diberi skor 1 sedangkan siswa yang menjawab salah diberikan skor 0. Semakin banyak jumlah kata yang dapat dijawab dengan benar maka semakin tinggi tingkat keterbacaan sebuah wacana. Delapan buah wacana yang telah diujikan kepada siswa kelas X SMA 1 Makassar dalam bentuk cloze test memperoleh hasil yang menunjukkan bahwa sebanyak enam wacana yang berada pada kategori tingkat keterbacaan independen/mudah, yaitu wacana I yang berjudul Karbon memiliki persentase 80,9%, wacana II berjudul Apa yang Harus Anda Lakukan Jika Ditilang memiliki persentase 60,7%, wacana III yang berjudul Tata Cara Pemilihan Ketua RT dan Wakil Ketua RT memiliki persentase 61,6%, wacana IV yang berjudul Untung Rugi Perdagangan Bebas memiliki persentase 72,4%, wacana V yang berjudul Pemimpin Sosial dan Politik Tidak Harus Mempunyai Pendidikan Formal yang Tinggi memilik persentase 89,6%, wacana VI yang berjudul Anekdot Hukum Peradilan memiliki persentase 88,5%, wacana VII yang berjudul Ekspor Kain Sarung ke Negeri Yaman memiliki persentase 47,2% dan wacana VIII yang berjudul Langkah Pelestarian Hewan memiliki persentase 39,5. Bahan bacaan yang baik adalah bahan bacaan terlalu sulit dan juga tidak terlalu mudah. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan (Suladi dkk. 2000; 4) bahwa jika suatu wacana itu terlalu sulit, pembaca akan membaca dengan agak sedikit lambat bahkan kadang-kadang berulang-ulang agar dapat memahami isinya.

38 Jurnal Retorika, Volume 9, Nomor 1, Februari 2016, hlm. 1 89 Hal itu kemungkinan dapat menyebabkan seorang pembaca menjadi frustasi karena apa yang diharapkan mungkin tidak akan tercapai. Namun, jika suatu wacana itu terlalu mudah, seorang pembaca akan cepat merasa bosan. Untuk itu, diperlukan wacana yang dianggap sesuai untuk kelompoknya. Berdasarkan persentase tingkat keterbacaan kedelapan wacana di atas, rangkuman persentase tingkat keterbacaan adalah 68% yaitu berada pada tingkat keterbacaan independen/mudah. Dengan demikian, buku teks yang dipergunakan pada siswa kelas X SMAN 1 Makassar tergolong wacana yang kurang baik dalam artian bahwa wacana tersebut terlalu mudah. Hal tersebut dapat mengakibatkan siswa akan cepat merasa bosan untuk membaca dan mengakibatkan minat baca siswa akan berkurang sehingga kurang baik untuk dijadikan sebagai bahan ajar bagi siswa kelas X SMA. Keterbacaan suatu materi pelajaran harus menjadi perhatian utama para guru agar siswa dapat memeroleh proses dan hasil belajar yang maksimal. Temuan peneliti tentang faktorfaktor yang memengaruhi keterbacaan, antara lain; panjang kalimat dan tingkat kesulitan kata. Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh (Harjasujana dan Mulyati dalam Shaliha, 2011;61) bahwa ada dua faktor yang berpengaruh terhadap keterbacaan suatu wacana, yaitu (1) panjang pendeknya kalimat, dan (2) tingkat kesulitan kata. Pada umumnya, semakin panjang kalimat dan semakin panjang katakatanya, bacaannya semakin sukar, sebaliknya, jika kalimat dan dan kata-katanya pendekpendek, maka wacana itu tergolong wacana sedang atau baik. Hal ini terjadi pada wacan VII yang berjudul Ekspor Kain Sarung ke Negeri Yaman memiliki kalimat yang panjang. Kalimat yang panjang akan menyulitkan siswa dalam memahaminya. Seperti pada paragraf pertama kain sarung ternyata tidak hanya digemari oleh masyarakat Indonesia, tetapi juga oleh masyarakat di negara-negara lain, seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Filipina, hingga ke negeri Asia Tengah, seperti India, Pakistan, dan Bangladesh. Kalimat yang panjang tidak hanya terdapat dalam wacana VII tetapi juga terdapat pada wacana VIII pada paragraf ke delapan dalam kalimat pertama terdiri atas 49 kata. Hal tersebut tidak sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh (Nurhadi dalam Shaliha, 2011; 62) bahwa kalimat yang mudah dipahami adalah kalimat yang terdiri dari 8-12 kata dalam satu kalimat agar pembaca memahami kalimat itu secara utuh dan tidak terputus karena katakata dalam kalimat tersebut tidak terlalu banyak. Kalimat yang panjang dalam wacana VIII menjadi salah satu penyebab rendahnya tingkat keterbacaan wacana tersebut. (Suladi dkk. dalam Shaliha, 2011; 63) memberi batasan kata yang sulit itu berupa kata yang terdiri atas lebih dari tiga suku kata, kata yang bukan kata pertama dalam kalimat yang diawali dengan huruf kapital dikategorikan juga sebagai kata yang sulit. Beberapa kata-kata yang dijadikan sampel dalam penelitian mempunyai tingkat kesulitan kata yang bervariasi. Pemakaian kata yang menimbulkan ambiguitas merupakan salah satu penyebab wacana memiliki tingkat keterbacaan yang rendah ini terlihat pada wacana II, seperti kata pembimbing, alternatif, seragamnya. Keterbacaan tidak hanya ditentukan oleh panjang kalimat, susunan kata, dan kesulitan kata, tetapi juga ditentukan oleh pembendaharaan kata yang dimiliki oleh siswa yang menjadikan respon yang kurang. Kekurangan perbendaharaan kata yang kurang menjadikan siswa sulit untuk mengisi kata yang dikosongkan. Isi wacana yang tidak dikenal siswa juga memengaruhi tingkat keterbacaan. Hal ini dapat dilihat dari hasil tingkat keterbacaan wacana VII dan VIII, masingmasing berada pada tingkat baca instruksional/sedang dan tingkat baca frustasi/sulit. Pada kedua wacana tersebut terdapat beberapa kata yang belum dikenal siswa seperti kata idealismenya pada wacana VII paragraf keenam dan kata terintegrasi pada wacana VIII paragraf kedua. Hal ini dibuktikan bahwa sejumlah besar siswa responden menjawab salah pada kedua kata-kata tersebut. Adanya pemilihan kata yang kurang tepat, perbedaan pendidikan antara penulis dengan siswa, bahasa yang digunakan dan sebagainya yang menjadikan wacana tersebut tergolong sulit sehingga siswa tidak dapat menerima atau kurang menangkap maksud yang disampaikan oleh penulis.

Khairil, Salam, dan Andi Fatimah Junus, Keterbacaan Wacana dalam Buku Teks 39 KESIMPULAN Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: Dari delapan wacana yang diujikan kepada siswa ada enam wacana yang berada pada tingkat baca independen/mudah, yaitu wacana wacana I yang berjudul Karbon memiliki persentase 80,9%, wacana II berjudul Apa yang Harus Anda Lakukan Jika Ditilang memiliki persentase 60,7%, wacana III yang berjudul Tata Cara Pemilihan Ketua RT dan Wakil Ketua RT memiliki persentase 61,6%, wacana IV yang berjudul Untung Rugi Perdagangan Bebas memiliki persentase 72,4%, wacana V yang berjudul Pemimpin Sosial dan Politik Tidak Harus Mempunyai Pendidikan Formal yang Tinggi memilik persentase 89,6%, wacana VI yang berjudul Anekdot Hukum Peradilan memiliki persentase 88,5%. Terdapat satu wacana yang tergolong kategori tingkat baca instruksional/sedang yaitu wacana VII yang berjudul Ekspor Kain Sarung ke Negeri Yaman memiliki persentase 47,2% dan satu wacana yang tergolong kategori tingkat baca frustasi/sulit yaitu wacana VIII yang berjudul Langkah Pelestarian Hewan memiliki persentase 39,5. Rata-rata tingkat baca keseluruhan wacana adalah 68 % berada pada kategori tingkat baca independen/mudah yang menandakan bahwa tingkat keterbacaan wacana sangat tinggi. Hasil seperti itu menjadikan wacana yang ada dalam Buku Teks Pelajaran Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Cetakan Kedua pada Siswa Kelas X yang ditulis oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan masih kurang baik untuk dijadikan sebagai bahan ajar. DAFTAR PUSTAKA Djajasudarma, T. Fatimah. 2006. Wacana. Bandung: Penerbit Refika Utama. Harjasujana, Akhmad Slamet dan Yeti Mulyati. 1996. Membaca 2. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Keempat). Jakarta: Balai Pustaka. Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka. Magdalena, Ina. 2013.Keterbacaan Buku teks Bina Bahasa Indonesia Untuk Siswa Kelas V Terbitan E di SDN Pademangan Timur 04 Petang Jakarta Utara Melalui Metode Fog Indeks dan Cloze Test.(Tesis).UNJ: Program Pascasarjana. M.S Mahsun. 2014. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Ormrod, Jeanne Ellis. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Penerbit Erlangga. Patombongi, A. Wardihan dkk. 2008. Telaah Kurikulum Bahasa Indonesia. Makassar: Badan Penerbit UNM. Rahim, Abd. Rahman. dkk. 2007. Budi Bahasa Keterampilan Membaca Mahasiswa Perguruan Tinggi Swasta di Sulawesi Selatan. Makassar: Badan Penerbit UNM. Sitepu, B.P. Keterbacaan. 2010. (Online) https://binta ngsitepu.wordpress.com/2010/09/11/keterbaca an/. Suladi, dkk. 2000. Keterbacaan Kalimat Bahasa Indonesia dalam Buku Pelajaran SLTP. Jakarta: Depdiknas. Santrock, John W. 2007. Remaja. Jakarta: Penerbit Erlangga. Shaliha, Sitti. 2011.Keterbacaan Wacana Buku Teks Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas X MAN 2 Watampone.(Tesis) Makassar: Penerbit PPs UNM. Syamsuddin dkk. 1997. Studi Wacana Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Tarigan, Henry Guntur. dkk. 1999. Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia. Bandung: Penerbit Angkasa Bandung.