BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk Indonesia yang semakin meningkat berdampak pada peningkatan kebutuhan bahan makanan yang bergizi. Diantara kebutuhan gizi yang diperlukan manusia dalam jumlah besar adalah protein. Peternakan sebagai salah satu subsektor pertanian, berperan penting dalam menghasilkan protein hewani. Protein sangat dibutuhkan oleh manusia untuk berbagai proses metabolisme tubuh dan pertumbuhan. Data BPS (Badan Pusat Statistik) tentang konsumsi rata-rata per kapita per minggu beberapa macam bahan makanan sumber protein hewani di Indonesia pada Tabel 1.1 menunjukkan kecenderungan meningkat dari tahun 2010 2014. Tabel 1.1 Konsumsi Rata Rata per Kapita Seminggu Beberapa Macam Bahan Makanan Sumber Protein di Indonesia Tahun 2010-2014 Jenis Bahan Makanan 2010 2011 2012 2013 2014 Satuan Ikan dan udang segar 0,271 0,282 0,259 0,263 0,274 kg Ikan dan udang diawetkan 0,451 0,486 0,471 0,431 0,429 ons Daging sapi/kerbau 0,007 0,009 0,007 0,005 0,005 kg Daging ayam ras/kampung 0,08 0,083 0,076 0,078 0,086 kg Telur ayam ras/kampung 2 0,2 0,199 0,178 0,169 0,171 kg Telur itik/manila/asin 0,077 0,08 0,068 0,055 0,047 butir Sumber: BPS (Badan Pusat Statistik), 2016 Salah satu produk peternakan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat adalah telur. Boleh dikatakan telur adalah bahan pangan yang multifungsi, karena dapat diolah menjadi berbagai menu makanan. Sebagai salah satu sumber protein hewani, telur mudah didapat dan diolah serta harganya terjangkau. Adapun ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Ayam yang banyak digunakan untuk produksi telur dikenal dengan ayam petelur atau ayam ras petelur. Ada dua jenis ayam ras petelur berdasarkan warna kulit telur hingga kemudian dikenal ayam ras petelur putih dan ayam ras petelur cokelat. Menurut data dari Dinas Pertanian, Perikanan, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kabupaten Sleman merupakan sentra ayam ras petelur terbesar di DIY. Data pada Tabel 1.2 menunjukkan adanya peningkatan populasi ayam ras petelur di Kabupaten Sleman pada tahun 2010 2013. Meskipun demikian, data sebelumnya justru menunjukkan 1
adanya penurunan populasi ayam ras petelur tahun 2009 2010 sebesar 28%. Penurunan populasi ayam ini tentunya disebabkan oleh banyak faktor, baik internal maupun eksternal. Tabel 1.2 Data Populasi Ayam Ras Petelur per Kabupaten/Kota di DIY Tahun 2009-2013 Kabupaten 2009 2010 2011 2012 2013 Kota Yogyakarta 0 0 0 0 0 Bantul 444.925 588.203 624.482 649.903 689.988 Kulon Progo 705.494 655.025 742.395 762.575 819.618 Gunung Kidul 80.294 122.250 125.000 263.936 93.275 Sleman 1.993.395 1.433.704 1.668.820 1.670.150 1.672.005 Sumber data: Dinas Pertanian D.I.Yogyakarta Sebagai sentra penghasil telur di DIY, Kabupaten Sleman memiliki banyak unitunit usahatani ayam ras petelur yang tersebar di berbagai kecamatan. Data pada Tabel 1.3 menunjukkan bahwa pada tahun 2015 hampir setiap kecamatan di Kabupaten Sleman terdapat peternakan ayam ras petelur, hanya di Kecamatan Godean saja yang tidak terdapat peternakan tersebut. Adapun kecamatan dengan unit usahatani ayam ras petelur terbanyak terdapat di Kecamatan Tempel. 2
Tabel 1.3 Data Unit Usaha dan Populasi Ayam Ras Petelur per Kecamatan di Kabupaten Sleman Tahun 2015 Kecamatan Jumlah Unit Usaha Populasi Ayam (Ekor) Minggir 13 8.960 Moyudan 9 10.000 Godean 0 0 Gamping 2 3.100 Tempel 57 202.950 Seyegan 7 4.200 Mlati 2 27.000 Sleman 9 38.130 Ngaglik 7 99.750 Turi 9 81.500 Pakem 17 233.000 Cangkringan 26 558.500 Ngemplak 18 259.196 Depok 3 4.350 Berbah 2 20.500 Kalasan 5 181.000 Prambanan 2 2.500 Sumber data: Dinas Pertanian D.I.Yogyakarta Usaha peternakan ayam ras petelur merupakan usaha yang dapat menghasilkan sirkulasi modal yang cepat dan harga telurnya yang relatif murah sehingga sangat terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Namun demikian, harga input yang tinggi dan suplai telur yang berlebihan di pasar akan menyebabkan profit yang rendah, sehingga usaha peternakan ayam ras petelur sangat rentan dalam perkembangannya. Oleh karena itu peluang untuk mendapat keuntungan ataupun kerugian juga sangat besar kemungkinannya. Upaya memperoleh keuntungan yang besar dan berkelanjutan merupakan sasaran utama bagi semua kegiatan usaha termasuk di dalamnya usahatani ayam petelur. Perolehan profit tidak terlepas dari kegiatan produksi suatu usaha termasuk dalam hal ini usahatani ayam petelur. Dalam proses produksi dikenal adanya faktor faktor produksi atau input. Input yang digunakan akan menentukan output yang diperoleh. Menurut Joesron dan Fathorrazi (2012), suatu output dihasilkan dengan cara mengombinasikan berbagai input. Selain aspek produksi, keberlanjutan usahatani ayam ras petelur juga ditentukan oleh kemampuan peternak dalam menghadapi berbagai 3
kendala usaha, salah satunya adalah liberalisasi perdagangan (Bernardo, 2014). Liberalisasi perdagangan akan menyebabkan harga input dan output tidak dapat ditentukan oleh peternak dan terbentuk melalui mekanisme pasar. Kondisi harga dari input dan output yang fluktuatif akan berdampak pada biaya produksi, penerimaan, pendapatan, dan keuntungan usaha yang pada akhirnya akan menentukan kelayakan dari usaha tersebut. Oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui tingkat pendapatan dan keuntungan usaha, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi telur dan mengetahui kelayakan usahatani ayam ras petelur, sehingga dapat diambil keputusan yang tepat dalam menjalankan usaha tersebut. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka yang menjadi pokok permasalahan adalah: a. Bagaimana tingkat pendapatan dan keuntungan usahatani ayam ras petelur di Kabupaten Sleman? b. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi produksi telur dalam usahatani ayam ras petelur di Kabupaten Sleman? c. Bagaimana kelayakan usahatani ayam ras petelur di Kabupaten Sleman? 3. Tujuan Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah: a. Mengetahui tingkat pendapatan dan keuntungan usahatani ayam ras petelur di Kabupaten Sleman. b. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi telur dalam usahatani ayam ras petelur di Kabupaten Sleman. c. Mengetahui dan menganalisis kelayakan usahatani ayam ras petelur di Kabupaten Sleman. 4
4. Kegunaan Penelitian a. Manfaat bagi mahasiswa dapat digunakan sebagai pengalaman dalam melakukan penelitian ilmiah dan memenuhi persyaratan kurikulum program sarjana strata 1 (S1) di Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. b. Manfaat bagi kampus dapat menambah literatur ilmiah. c. Manfaat bagi pembaca, memberikan informasi mengenai gambaran usahatani ayam ras petelur, kelayakan usaha dan berbagai faktor yang mempengaruhi produksinya. 5