MULYANA WIJAYA CINTA SEMU (PUTIH ABU-ABU) Penerbit @MulyanaWijaya
CINTA SEMU (PUTIH ABU-ABU) Oleh: Mulyana Wijaya Copyright 2014 by Mulyana Wijaya Penerbit @MulyanaWijaya http://mulyana-wijaya.blogspot.com http://www.facebook.com/mulyana96 mulyanawijaya96@gmail.com Desain Sampul: Mulyana Wijaya Diterbitkan melalui: www.nulisbuku.com 2
Ucapan Terimakasih: Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas izin-nya lah pada akhirnya saya dapat mewujudkan impian saya untuk menerbitkan novel ini. Perlu rekan-rekan pembaca ketahui bahwa Novel Cinta Semu (Putih Abu-Abu) ini merupakan sebuah novel yang mulai saya garap sejak 21 Januari 2012. Novel ini juga merupakan novel pertama saya yang saya buat selama kurang lebih dua tahun lamanya. Lamanya waktu pembuatan novel ini memang dikarenakan sibuknya saya dengan pelajaran dan organisasi di sekolah. Tapi akhirnya, sekarang saya merasa sangat bahagia, waktu yang begitu lama ternyata terbalas juga dengan berhasilnya saya menerbitkan novel yang pertama ini. Saya akui bahwa novel ini masih terkesan amburadul. Untuk itu bagi para pembaca sekalian, saya mohon dengan sangat untuk memberikan masukan kepada saya, agar novel berikutnya menjadi lebih layak lagi untuk dibaca. Para pembaca sekalian, anda bisa menghubungi saya melalui akun Twitter @MulyanaWijaya, atau melalui Facebook: http://www.facebook.com/mulyana96. Terimakasih, selamat membaca 3
Apa Sih Isinya? 1. Siswi Baru Itu Bernama Bianca 5 2. Pergi Ke Toko Buku 16 3. Delicious Meatball 22 4. Ditembak Cewek 29 5. Jadian Di Rumah Sakit 44 6. Fitnah Dan Perkelahian 58 7. Liburan 95 8. Back To School 114 9. Perpisahan 120 4
Siswi Baru Itu Bernama Bianca Malam ini turun hujan. Taburan desau gemuruhnya bagai desahan dan erangan yang menusuk. Bunyi rintikan yang dihasilkan hujan ketika menjamah atap kamar seperti kekuatan magis. Menyihir dan memesona. Hingga membuat gue merasa tersedot ke dunia lain. Dunia yang hanya ada dalam fantasi kehangatan selimut tebal. Rasanya seperti hangat, lalu dingin dan tak karuan. Kemudian terlihat setitik cahaya putih. Ya, hanya ada setitik cahaya di ujung sana. Seperti cahaya lilin, tapi ini putih. 5
Cahaya itu terlihat begitu nyata, dan seperti memanggil jiwa. Dengan sekuat tenaga gue berlari, ingin menghampirinya, berlari ke arahnya. Namun, cahaya yang berusaha dikejar itu bukannya semakin dekat, malah terasa semakin menjauh. Lalu, dengan perlahan cahaya itu redup, dan terus meredup. Kemudian mengabur, menyatu dengan hitam. Hingga akhirnya gue enggak bisa melihat apaapa lagi. Gue tersesat! Semuanya gelap. Cahaya yang gue pikir sebagai tuntunan menuju terang, ternyata menghilang. Meninggalkan, melebur dalam arah tak jelas. Sekuat tenaga gue berteriak. Memanggil sesuatu yang bisa membawa gue keluar dari tempat pengap nan gelap yang enggak gue kenal ini. Setelah itu gue merasa terjatuh entah ke mana. Hingga membuat gue tak sadar apa yang terjadi. Kring kring kring Tiba-tiba terdengar suara yang tak asing lagi dalam telinga, alarm hape yang berbunyi. Mau 6
tidak mau gue beranjak bangun dari tempat tidur. Dan terlihat jam sudah menunjukkan pukul 04.45. Aktivitas yang pertama kali gue lakukan yaitu mandi. Ya mandi pagi. Sebenarnya, gue memang sudah terbiasa bangun jam segitu sejak masih SMP. Terlebih sudah hampir lima bulan ini gue tinggal bersama paman dan bibi di Jakarta. Gue bener-bener harus mendisiplinkan diri sendiri, sedisiplin-disiplinnya. Saat ini gue bersekolah di salah satu SMA favorit di Jakarta. Dan gue baru saja duduk di kelas sepuluh alias kelas 1 SMA. Gue memang sengaja memilih sekolah di sini karena segala fasilitas yang disediakan oleh sekolah terbilang lengkap dan banyak pilihan dalam memilih sekolah yang terbaik menurut gue, daripada sekolah-sekolah SMA yang ada di kampung halaman gue, di Palabuhanratu. Di sana juga lengkap sih sebenarnya, cuma itungitung tambah pengalaman baru aja. Seperti apa rasanya hidup di Jakarta. 7
Setelah selesai mandi, gue langsung pake seragam, siapin barang-barang yang perlu di bawa ke sekolah, hingga akhirnya gue turun ke lantai bawah buat sarapan. Di meja makan biasanya sudah di sediakan roti, selai, lengkap dengan aneka minuman yang gue sendiri mesti pilih-pilih buat minumnya. Sambil menikmati sarapan, gue merasa heran. Kenapa paman dan bibi enggak ada sarapan bareng? pikir gue dalam hati. Saat gue tanyakan sama bi Surti, eh katanya paman dan bibi sudah berangkat ke kantor pagi-pagi sekali. Mereka berdua memang super sibuk banget. Bayangin aja, sampe saat ini mereka belum punya anak, padahal sudah empat tahun mereka menikah. Saking sibuknya ngurusin karir di dunia bisnis, sampai harus nunda buat punya anak. =========== segera dapatkan novelnya di www.nulisbuku.com, atau mention @mulyanawijaya untuk info selengkapnya. Terimakasih =========== 8